Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

TUGAS 1
BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Musawwir, M.Pd.

Di Susun oleh :

Citra (23042811127 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
2023
A. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang beraneka ragam suku, budaya, dan bahasa.
Membahas tentang bahasa, Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi umum yang paling
penting dalam mempersatukan seluruh rakyat bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa persatuan
Republik Indonesia. Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah
mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maknanya
maupun dari segi kosa kata dan segi tata bahasanya.
Diera modern ini, bahasa Indonesia telah berkembang secara luas bukan hanya di
Indonesia tetapi juga di luar Indonesia, dan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia atas
prestasi tersebut. Sehingga Bahasa Indonesia masuk dalam kelompok mata kuliah di
setiap Perguruan Tinggi.
Mahasiswa peserta Mata Kuliah Bahasa Indonesia perlu disadarkan akan
kenyataan keberhasilan ini dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita
yaitu Bahasa Indonesia. Karena kemahiran berbahasa Indonesia bagi para mahasiswa
merupakan cerminan dalam tata pikir, tata laku, tata ucap dan tata tulis berbahasa
Indonesia dalam konteks akademis maupun konteks ilmiah. Sehingga Mahasiswa kelak
akan menjadi insan terpelajar bangsa Indonesia yang akan terjun ke dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai pemimpin dalam daerahnya masing-masing. Sehingga
mahasiswa diharapkan kelak dapat mengajarkan warga Indonesia yang masih belum
mengetahui banyak tentang bahasa Indonesia tentang arti penting bahasa yang sebenarnya
sehingga nantinya akan menjadi warga Negara yang dapat memenuhi kewajibannya di
mana pun mereka berada dan dengan siapa pun mereka bergaul di wilayah Negara
kesatuan republik Indonesia tercinta ini. Kemudian mahasiswa hendaknya dapat
menyadari akan pentingnya sejarah, fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara dan bahasa nasional.

B. Pembahasan
Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa melayu
kuno yang dalam perkembangannya kemudian melahirkan sejumlah dialek regional dan
dialek sosial yang tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, bahasa melayu yang
menurut para pakar (Blust 1983,1984, Nothofer 1996, Collins 2005) berasal dari wilayah
Kalimantan Barat telah pula melahirkan dua dialek/ragam politis, yaitu bahasa Indonesia
dan bahasa Malaysia, disamping dua ragam politis lain yaitu bahasa Melayu di Singapura
dan bahasa Melayu di Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalah adanya
sejumlah prasasti yang di temukan di pulau Sumatera, Pulau Bangka, Semenanjung
Malaya (wilayah Malaysia sekarang) dan di Pulau Jawa. Prasasti-prasasti itu ditulis
dengan menggunakan huruf pallawa, yakni aksara yang dibawah oleh orang-orang Hindu
ke Indonesia. Ada juga, menurut Teeluw(1961) prasasti yang ditulis dengan huruf Arab,
dan ini tentunya prasasti yang dibuat sesudah masuknya agama Islam ke Indonesia.
Menurut Kridalaksana (1991) sudah ada 18 buah prasasti yang sudah teridentifikasi dan
besar kemungkinan akan bertambah lagi.
Sebagai contoh sebagai contoh bentuk bahasa melayu kuno berikut dikutipkan
bagian dari sebuah prasasti yang telah ditranslitrasi kedalam huruf latin.
Nipahat di welanya yang wala griwijaya kaliwatmanapik yang bhumi jaya tida
bhakti ka griwajaya.
Secara harfiah artinya: Dipahat di waktunya yang tentara sriwijaya telah
menyerang tanah jawa tidak takluk ke sriwijaya
Makna sebenarnya: Dipahat pada waktu tentara sriwijaya telah menyerang tanah
jawa yang tidak takluk pada sriwijaya
Dari kutipan tersebutdapat dikenali sejumlah kata yang hingga yang kini masih
biasa digunakan. Kata kata itu adalah pahat, di, yang, wala(bala) bhumi(bumi),
tida(tidak), bhakti (bakti), dan ka (ke).
Kata wala menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalah perubahan
yang umum dan biasa. Ada contoh lain, yaitu watu menjadi batu dan wankai menjadi
bangkai. Fonem [bh] menjadi [b] pada kata bhumi dan bhakti adalah juga perubahan yang
biasa terjadi begitupun fonem[a] berubah menjadi [e] pada kata ka juga merupakan
peubahan yang biasa ada contoh lain, yaitu kata tantara menjadi tentara dan kata karena
menjadi kerana (dalam bahasa Melayu kini).
Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada
pada koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. Di situs ini ditemukan sebuah
prasasti batu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Karang Berahi.

Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, pertama kali
ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda untuk daerah
Bangko. Penemuan prasasti ini kemudian diteliti N.J. Krom, yang menyatakan Prasasti
Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan Kedatuan Sriwijaya.
Krom juga membandingkan baik isi dan karakter huruf Prasasti Karang Berahi mirip
dengan Prasasti Kotakapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka.

Masih terkait dengan Situs Karang Berahi, yaitu adanya temuan struktur bata di
lahan bekas persawahan penduduk di barat desa sekitar 200 m dari Sungai Merangin.
Struktur bata yang ditemukan memiliki denah empat persegi panjang dengan ukuran 5,26
x 1,96 m. Di bagian bawah bangunan terdapat 4 buah tempayan yang berisi butiran emas
dan manik-manik kaca, temuan ini rupa-rupanya juga menjadi bukti tentang adanya
sebuah aktivitas kehidupan pada masa lalu dan terkait erat dengan keberadaan prasasti
tersebut.

Arti prasasti batu batulih desa karang berahi :


1. Tercapailah sudah maksud kita sampai tanda ini tandrun kayat
2. Yang melakukan pemberontakan, bertemu tanding melawan tandrum luah (Raja
sungai), matilah dia oleh
3. Tandrun luah, dibunuh oleh pemberontak itu, jangan terjadi lagi pemberontakan si
kayat
4. Itu sudah tenang, (padam) haturkan baktimu kepadaku, itu sudah (menjadikan)
tenang (hai) kamu semua
5. Wahai sekalian dewata yang berkuasa yang sedang berkumpul dan melindungi
kedatuan sriwijaya juga kau tandrun
6. Luah (?) dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan bilamana
7. Didalamnya daerah kedatuan ini akan ada yang memberontak, yang bersesongkol
8. Dengan para pemberontak yang berbicara dengan pemberontak yang mendengar kata
pemberontak mengenai pemberontak tidak
9. Berprilaku terhormat, yang tidak setiap kepada saya dan kepada mereka yang oleh
saya diangkat sebagai datu biar orang – orang tersebut mati
10. Kena kutukan biar sebuah pasukan untuk melawannya dibawah pimpinan datu
sriwijaya, dan biar mereka bersama
11. Marga dan keluarganya, lagipula biar pula semua perbuatan yang jahat (seperti)
mengganggu ketentraman jiwa membuat orang sakit
12. Membuat orang gila, menggunakan mantra-mantra memakai racun upas , dan tuba,
ganja, saramwat, pekasih
13. Memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya semoga perbuatan –
perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah
14. Melakukan perbuatan jahat itu, akan tetapi jika orang yang takluk, setiap kepada saya
dan kepada mereka yang oleh saya
15. Diangkat sebagai datu, maka semoga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya, dengan keberhasilannya
16. Kesentausaan, kesehatan, kebebasan dari bencana kelimpahan segalanya untuk
semua negeri mereka
C. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36”bahasa Negara adalah bahasa
Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sekitar abad ke VII
dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan. Bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia
Tenggara.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, diumumkanlah penggunaan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa untuk Negara Indonesia pascakemerdekaan. Secara yuridis, baru tanggal
18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya dan ditetapkan
dalam UUD 1945 pasal 36.
Ada beberapa ejaan yang pernah diguankan di Indonesia, antara lain ejaan Van
Ophuysen, ejaan republik, dan ejaan yang masih digunakan sampai sekarang yaitu ejaan
yang disempurnakan atau biasa disingkat EYD.
Prasasti Karang Berahi terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada
pada koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. Di situs ini ditemukan sebuah
prasasti batu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Karang Berahi.

Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, pertama kali
ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda untuk daerah
Bangko. Penemuan prasasti ini kemudian diteliti N.J. Krom, yang menyatakan Prasasti
Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan Kedatuan Sriwijaya.
Krom juga membandingkan baik isi dan karakter huruf Prasasti Karang Berahi mirip
dengan Prasasti Kotakapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka.
Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2013. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta.


Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Tim Penyusun. 2013. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia.
Makassar: Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
http://materi-mata-kuliah.blogspot.co.id/2014/09/sejarah-kedudukan-dan-fungsi-bahasa-
indonesia.html
FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai