Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

TUGAS 1
BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Musawwir, M.Pd.

Di Susun oleh :

Silvi Andriani ( 23042811102 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
2023
A. Pendahuluan

Setiap hari pastinya kita menggunakan Bahasa Indonesia, sebagai bahasa sehari-
hari kita. Baik untuk berbicara, menulis, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Tapi sekarang
ini telah banyak perubahan yang ada. Baik dari segi pengaruh luar yaitu perkembangan
global dan juga dari masyarakat Indonesia sendiri.

Sekarang ini pun dari bidang pendidikan, anak-anak playgroup sudah diajarkan
menggunakan bahasa luar negeri seperti Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin dan Bahasa
Jepang dan masih banyak yang lainnya. Belum lagi setelah tingkat SD, SMP, SMA dan
seterusnya, makin banyak bahasa-bahasa asing yang dipelajari.

Ini dianggap sebagai kebutuhan modal, juga sebagai tolak ukur kemajuan
individu-individu di masa depan. Tapi ini mempunyai pengaruh secara langsung dan tak
langsung, yaitu bahasa asing menjadi bahasa sehari-hari agar terbiasa dan juga sebagai
alat latih untuk memperlancar pengucapan, pendengaran dan penulisan.

Cukup memprihatinkan, karena fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu dari
Warga Negara Indonesia menjadi tergeser. Karena bahasa asing, menjadi bahasa
pergaulan, menjadi jembatan dalam persaingan global dan juga salah satu syarat dalam
dunia pekerjaan.

Tak dipungkiri pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih
baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Maka
dari itu untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui
bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa
pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di
Indonesia, yang termasuk kita didalamnya.
B. Pembahasan

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi
begitu saja Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan waktu yang lama.
Tahapannya meliputi :

1). Masa Pra-1928

Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungan
atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Pada
masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan, perdagangan, tempat orang
belajar filsafat, dan pusat keagamaan (Budha) dengan menggunakan bahasa
perhubungannya yaitu bahasa Melayu.

Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa
perhubungan. Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa
agama, dan bahasa dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan
alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu digunakan pada perguruan
tinggi “Dharma Phala”. Selain itu, bahasa melayu juga digunakan sebagai bahasa
penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya buku keagaaman yang diterjemahkan ke
bahasa Melayu oleh I Tsing.

Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan bahasa
Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :

a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.

b) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.

c) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.

d) Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.

e) Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.

f) Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.

Masuknya agama Islam ke kepulauan nusantara, membuat kedudukan bahasa Melayu


semakin penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai
sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran Islam ikut memperkaya khasanah
kosa kata dalam bahasa Melayu. Abad XVIII, bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki
kepulauan Nusantara. Dalam mendirikan lembaga pendidikan, pemerintah Belanda
mengalami kegagalan sehingga menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang
antara lain berisi: “…Pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa
Melayu.” Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen (tahun 1901) yang merupakan
ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan dalam Kitab logat Melajoe. Buku ini disusun
oleh Charles Andrianus van Ophuysen dengan dibantu oleh Soetan Makmoer dan
Mohammad Taib Soetan Ibrahim.

Prasasti Karang Berahi adalah prasasti dari zaman Kerajaan Sriwijaya yang
ditemukan pada 1904 oleh seorang kontrolir Belanda bernama L.M. Berkhout. Prasasti ini
terletak di Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.
Prasasti Karang Berahi menggunakan bahasa Melayu Kuno dan ditulis dalam aksara
Pallawa. Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan
orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan prasasti
Kerajaan Sriwijaya lainnya, yaitu Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.
Sejarah penemuan Prasasti Karang Berahi pertama kali ditemukan oleh L.
Berkhout di Bangko, Provinsi Jambi pada 1904. Mantan Residen Jambi, O.L. Helfrich,
menyatakan bahwa pada awal penemuannya, prasasti ini terletak di kaki tangga masjid
dan digunakan sebagai ubin pencuci kaki. Pada Februari 1906, Residen Palembang, van
Rijn van Alkemade membuat cetakan kertas dari Prasasti Karang Berahi. Cetakan kertas
tersebut kemudian dikirim kepada Kern, yang menyatakan bahwa Prasasti Karang Berahi
tidak terbaca, tetapi aksaranya mirip Prasasti Canggal yang berangka tahun 732. Selain
itu, Prasasti Karang Berahi diperkirakan juga sezaman dengan Prasasti Kota Kapur yang
berbahasa Melayu kuno. Laporan temuan prasasti di Desa Karang Berahi kemudian
disampaikan oleh Rouffaer kepada Bataviaasch Genootschap (lembaga kebudayaan pada
masa Belanda) pada 1909.
Setelah itu, keberadaan Prasasti Karang Berahi sempat terlupakan. Hingga
akhirnya pada 1920, Krom menyebutkan dalam salah satu tulisannya bahwa prasasti ini
sama dengan Prasasti Kota Kapur yang telah diterbitkan Kern pada 1912. Krom kembali
meneliti Prasasti Karang Berahi yang kemudian dituangkan dalam makalah berjudul De
Sumatraansche periode der Javaansche Geschiedenis dan buku berjudul Hindoe-
Javaansche Geschiedenis (1926). Meski dalam Prasasti Karang Berahi tidak disebutkan
angka tahunnya, diperkirakan prasasti ini dibuat pada tahun 686 atau 608 Saka. Prasasti
Karang Berahi kini disimpan di sebuah cungkup di halaman masjid Desa Karang Berahi.

C. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36 “bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak sekitar abad ke
VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh Asia Tenggara. Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri
bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dicanangkanlah
penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan.
Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui
keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 36.
Arti prasasti batu batulih desa karang berahi :
1. Tercapailah sudah maksud kita sampai tanda ini tandrun kayat
2. Yang melakukan pemberontakan, bertemu tanding melawan tandrum luah (Raja
sungai), matilah dia oleh
3. Tandrun luah, dibunuh oleh pemberontak itu, jangan terjadi lagi pemberontakan si
kayat
4. Itu sudah tenang, (padam) haturkan baktimu kepadaku, itu sudah (menjadikan)
tenang (hai) kamu semua
5. Wahai sekalian dewata yang berkuasa yang sedang berkumpul dan melindungi
kedatuan sriwijaya juga kau tandrun
6. Luah (?) dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan bilamana
7. Didalamnya daerah kedatuan ini akan ada yang memberontak, yang bersesongkol
8. Dengan para pemberontak yang berbicara dengan pemberontak yang mendengar kata
pemberontak mengenai pemberontak tidak
9. Berprilaku terhormat, yang tidak setiap kepada saya dan kepada mereka yang oleh
saya diangkat sebagai datu biar orang – orang tersebut mati
10. Kena kutukan biar sebuah pasukan untuk melawannya dibawah pimpinan datu
sriwijaya, dan biar mereka bersama
11. Marga dan keluarganya, lagipula biar pula semua perbuatan yang jahat (seperti)
mengganggu ketentraman jiwa membuat orang sakit
12. Membuat orang gila, menggunakan mantra-mantra memakai racun upas , dan tuba,
ganja, saramwat, pekasih
13. Memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya semoga perbuatan –
perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah
14. Melakukan perbuatan jahat itu, akan tetapi jika orang yang takluk, setiap kepada saya
dan kepada mereka yang oleh saya
15. Diangkat sebagai datu, maka semoga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya, dengan keberhasilannya
16. Kesentausaan, kesehatan, kebebasan dari bencana kelimpahan segalanya untuk
semua negeri mereka
Daftar Pustaka
Anonym. 2013. Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-
bahasa_9.htmlV ,
Anak Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia.html,
Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html,
FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai