TUGAS 1
BAHASA INDONESIA
Di Susun oleh :
Reni Ramadani
B. Pembahasan
Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa
Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa
perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya
digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia
Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari kerjaan
di indonesia yang ditulis dengan menggunakan BahasaMelayu. Dan pasa saat itu
Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai :
1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan aturan hidup dan
satra
2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia mapupun pedagang
yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.
Prasasti Karang Berahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya yang
ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin.
Prasasti ini terletak di desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang,
kabupaten Merangin, Jambi. Prasasti dibuat dari bahan batu andesit dengan ukuran
90x90x10 cm.
Prasasti ini berbahasa Melayu Kuno ditulis dalam aksara Pallawa, dengan pertanggalan
abad ke 7 Masehi sekitar tahun 680-an. Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak
tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi
prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga
Batu yang ditemukan di Bangka, dan di Palembang.
Penaklukan Jambi oleh Sriwijaya sendiri telah terbukti dari pernyataan I-tsing tahun 685
Masehi saat pulang dari India dan mengatakan bahwa Jambi (Kerajaan Melayu) sudah
menjadi bagian dari Sriwijaya.
Prasasti Karang Berahi terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada
pada koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. Di situs ini ditemukan sebuah
prasasti batu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Karang Berahi.
Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, pertama kali
ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda untuk daerah
Bangko. Penemuan prasasti ini kemudian diteliti N.J. Krom, yang menyatakan Prasasti
Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan Kedatuan Sriwijaya.
Krom juga membandingkan baik isi dan karakter huruf Prasasti Karang Berahi mirip
dengan Prasasti Kotakapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka.
Masih terkait dengan Situs Karang Berahi, yaitu adanya temuan struktur bata di lahan
bekas persawahan penduduk di barat desa sekitar 200 m dari Sungai Merangin. Struktur
bata yang ditemukan memiliki denah empat persegi panjang dengan ukuran 5,26 x 1,96
m. Di bagian bawah bangunan terdapat 4 buah tempayan yang berisi butiran emas dan
manik-manik kaca, temuan ini rupa-rupanya juga menjadi bukti tentang adanya sebuah
aktivitas kehidupan pada masa lalu dan terkait erat dengan keberadaan prasasti tersebut.
Keberhasilan! Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang
melindungi provinsi sriwijaya, juga kau Tandrun luah dan semua dewata yang
mengawali setiap mantra kutukan!
Bilamana di pedalaman daerah akan ada orang yang memberontak, yang bersekongkol
dengan pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata
pemberontak, yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak
takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagak
datu. Biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena
kutuk. Biar sebuah ekspedisi seketika dikirim di bawah pimpinan datu sriwijaya, dan
biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya.
Lagi pula, biar semua perbuatannya yang jahat, seperti mengganggu ketenteraman jiwa
orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun,
memakai racun upas dan tuba, ganja, saramvat, pekasih, dan memaksakan kehendaknya
pada orang lain dan sebagainya. Semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil, dan
menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu, biar pula mereka
mati kena kutuk.
Tambahan pula, biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu
yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk dan dihukum langsung.
Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya,
biar pelaku-pelaku perbuatan tersebut mati kena kutuk.
Akan tetapi, jika orang takluk, setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya
diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya : dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana,
kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka!
Tahun saka 608, hari pertama paruh terang bulan waisakha, pada saat itulah kutukan ini
diucapkan. Pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat
untuk menyerang bumi Jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.
C. Kesimpulan
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai
bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan
dari luar Nusantara.
Batu bertulis yang diketahui merupakan sebuah prasasti dari zaman Sriwijaya, yang
ditemukan pada tahun 1904 oleh kontroler L.M. Berkhout di tepian sungai Batang
Merangin ini terletak di Desa Karang Birahi, Kecamatan Pamenang.
Prasasti ini sangat dijaga dan dirawat keberadaannya. Karena banyaknya peminat wisata
untuk mengetahui asal-usul prasasti ini atau hanya sekedar melihat.
Daftar Pustaka
Anonym. 2013. Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-
bahasa_9.htmlV ,
Anak Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia.html,
Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html,
FOTO DOKUMENTASI