Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

TUGAS 1
BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Musawwir, M.Pd.

Di Susun oleh :

Reni Ramadani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
2023
A. Pendahuluan
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai
sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan
manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat
beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung
antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung
antara suku-suku, bahasamelayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan
internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku
bangsaIndonesia dengan para pedagang asing.
Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada
tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan
menetapkan bahasaIndonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini
dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya
pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.

B. Pembahasan

a. Sejarah Perkembangan bahasa Indonesia

Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa
Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa
perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya
digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia
Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari kerjaan
di indonesia yang ditulis dengan menggunakan BahasaMelayu. Dan pasa saat itu
Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai :

1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan aturan hidup dan
satra
2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia mapupun pedagang
yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.

Jadi jelaslah bahwa bahasa indonesia sumbernya adalah bahasa melayu.


Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional
merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli
sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan
bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan
yaitu bahasa Jawa danMelayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat
laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui
pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Onktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga
ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.” Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada
tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

b. Sejarah Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya yang
ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin.
Prasasti ini terletak di desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang,
kabupaten Merangin, Jambi. Prasasti dibuat dari bahan batu andesit dengan ukuran
90x90x10 cm.

Prasasti ini berbahasa Melayu Kuno ditulis dalam aksara Pallawa, dengan pertanggalan
abad ke 7 Masehi sekitar tahun 680-an. Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak
tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi
prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga
Batu yang ditemukan di Bangka, dan di Palembang.

Penaklukan Jambi oleh Sriwijaya sendiri telah terbukti dari pernyataan I-tsing tahun 685
Masehi saat pulang dari India dan mengatakan bahwa Jambi (Kerajaan Melayu) sudah
menjadi bagian dari Sriwijaya.
Prasasti Karang Berahi terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada
pada koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. Di situs ini ditemukan sebuah
prasasti batu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Karang Berahi.

Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, pertama kali
ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda untuk daerah
Bangko. Penemuan prasasti ini kemudian diteliti N.J. Krom, yang menyatakan Prasasti
Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan Kedatuan Sriwijaya.
Krom juga membandingkan baik isi dan karakter huruf Prasasti Karang Berahi mirip
dengan Prasasti Kotakapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka.

Masih terkait dengan Situs Karang Berahi, yaitu adanya temuan struktur bata di lahan
bekas persawahan penduduk di barat desa sekitar 200 m dari Sungai Merangin. Struktur
bata yang ditemukan memiliki denah empat persegi panjang dengan ukuran 5,26 x 1,96
m. Di bagian bawah bangunan terdapat 4 buah tempayan yang berisi butiran emas dan
manik-manik kaca, temuan ini rupa-rupanya juga menjadi bukti tentang adanya sebuah
aktivitas kehidupan pada masa lalu dan terkait erat dengan keberadaan prasasti tersebut.

c. Isi Prasasti Karang Berahi

Keberhasilan! Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang
melindungi provinsi sriwijaya, juga kau Tandrun luah dan semua dewata yang
mengawali setiap mantra kutukan!

Bilamana di pedalaman daerah akan ada orang yang memberontak, yang bersekongkol
dengan pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata
pemberontak, yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak
takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagak
datu. Biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena
kutuk. Biar sebuah ekspedisi seketika dikirim di bawah pimpinan datu sriwijaya, dan
biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya.
Lagi pula, biar semua perbuatannya yang jahat, seperti mengganggu ketenteraman jiwa
orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun,
memakai racun upas dan tuba, ganja, saramvat, pekasih, dan memaksakan kehendaknya
pada orang lain dan sebagainya. Semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil, dan
menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu, biar pula mereka
mati kena kutuk.

Tambahan pula, biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu
yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk dan dihukum langsung.

Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya,
biar pelaku-pelaku perbuatan tersebut mati kena kutuk.

Akan tetapi, jika orang takluk, setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya
diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya : dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana,
kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka!

Tahun saka 608, hari pertama paruh terang bulan waisakha, pada saat itulah kutukan ini
diucapkan. Pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat
untuk menyerang bumi Jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.

d. Arti Prasasti Karang Berahi :


1. Tercapailah sudah maksud kita sampai tanda ini tandrun kayat
2. Yang melakukan pemberontakan, bertemu tanding melawan tandrum luah (Raja
sungai), matilah dia oleh
3. Tandrun luah, dibunuh oleh pemberontak itu, jangan terjadi lagi pemberontakan
si kayat
4. Itu sudah tenang, (padam) haturkan baktimu kepadaku, itu sudah (menjadikan)
tenang (hai) kamu semua
5. Wahai sekalian dewata yang berkuasa yang sedang berkumpul dan melindungi
kedatuan sriwijaya juga kau tandrun
6. Luah (?) dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan bilamana
7. Didalamnya daerah kedatuan ini akan ada yang memberontak, yang bersesongkol
8. Dengan para pemberontak yang berbicara dengan pemberontak yang mendengar
kata pemberontak mengenai pemberontak tidak
9. Berprilaku terhormat, yang tidak setiap kepada saya dan kepada mereka yang
oleh saya diangkat sebagai datu biar orang – orang tersebut mati
10. Kena kutukan biar sebuah pasukan untuk melawannya dibawah pimpinan datu
sriwijaya, dan biar mereka bersama
11. Marga dan keluarganya, lagipula biar pula semua perbuatan yang jahat (seperti)
mengganggu ketentraman jiwa membuat orang sakit
12. Membuat orang gila, menggunakan mantra-mantra memakai racun upas , dan
tuba, ganja, saramwat, pekasih
13. Memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya semoga perbuatan –
perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah
14. Melakukan perbuatan jahat itu, akan tetapi jika orang yang takluk, setiap kepada
saya dan kepada mereka yang oleh saya
15. Diangkat sebagai datu, maka semoga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya, dengan keberhasilannya
16. Kesentausaan, kesehatan, kebebasan dari bencana kelimpahan segalanya untuk
semua negeri mereka

C. Kesimpulan

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai
bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan
dari luar Nusantara.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama


Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh
keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan
antar kerajaan.

Batu bertulis yang diketahui merupakan sebuah prasasti dari zaman Sriwijaya, yang
ditemukan pada tahun 1904 oleh kontroler L.M. Berkhout di tepian sungai Batang
Merangin ini terletak di Desa Karang Birahi, Kecamatan Pamenang.

Prasasti ini sangat dijaga dan dirawat keberadaannya. Karena banyaknya peminat wisata
untuk mengetahui asal-usul prasasti ini atau hanya sekedar melihat.

Daftar Pustaka
Anonym. 2013. Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-
bahasa_9.htmlV ,
Anak Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia.html,
Kartika Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html,
FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai