Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

TUGAS 1
BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Musawwir, M.Pd.

Di Susun oleh :

Padilah (23042811145 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MERANGIN
2023
A. Pendahuluan

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada


orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya
bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia
terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk
menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan
bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang
sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum
terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu
terasa nyata dan terungkap.

Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat,


terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan
bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar
bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua
Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar
mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan
informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi
alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan
Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu
bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui
bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa
pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di
Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis
ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.
B. Pembahasan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai
berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak
ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah
Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami
perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial
dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia”
diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari
kesan “imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini
menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang
digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Apabila ingin membicarakan perkembangan bahasa Indonesia, mau tidak mau


kita harus membicarakan bahasa Melayu sebagai sumber (akar) bahasa Indonesia yang
kita pergunakan sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa
Melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca).
Bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah kapan sebenarnya bahasa Melayu mulai
dipergunakan sebagai alat komunikasi. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang
ditemukan, seperti (1) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683, (2) Prasasti
Talang Tuo di Palembang, tahun 684, (3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun
686, dan (4) Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi, tahun 688,
yang bertulis Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada
kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat
komunikasi pada zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6-7). Prasasti-prasasti yang juga tertulis
di dalam baha Melayu Kuno terdapat di Jawa Tengah (Prasasti Gandasuli, tahun 832) dan
di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942). Kedua prasasti di Pulau Jawa itu diperkuat pula
dugaan kita bahwa bahasa Melayu Kuno pada waktu itu tidak saja dipakai di Pulau
Sumatra tetapi juga dipakai di pulau Jawa.

Prasasti Karang Berahi


Prasasti Karang Berahi terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada
pada koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. Di situs ini ditemukan sebuah
prasasti batu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Karang Berahi.

Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, pertama kali
ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda untuk daerah
Bangko. Penemuan prasasti ini kemudian diteliti N.J. Krom, yang menyatakan Prasasti
Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan Kedatuan Sriwijaya.
Krom juga membandingkan baik isi dan karakter huruf Prasasti Karang Berahi mirip
dengan Prasasti Kotakapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka.

Masih terkait dengan Situs Karang Berahi, yaitu adanya temuan struktur bata di
lahan bekas persawahan penduduk di barat desa sekitar 200 m dari Sungai Merangin.
Struktur bata yang ditemukan memiliki denah empat persegi panjang dengan ukuran 5,26
x 1,96 m. Di bagian bawah bangunan terdapat 4 buah tempayan yang berisi butiran emas
dan manik-manik kaca, temuan ini rupa-rupanya juga menjadi bukti tentang adanya
sebuah aktivitas kehidupan pada masa lalu dan terkait erat dengan keberadaan prasasti
tersebut.

Arti prasasti batu batulih desa karang berahi :


1. Tercapailah sudah maksud kita sampai tanda ini tandrun kayat
2. Yang melakukan pemberontakan, bertemu tanding melawan tandrum luah (Raja
sungai), matilah dia oleh
3. Tandrun luah, dibunuh oleh pemberontak itu, jangan terjadi lagi pemberontakan si
kayat
4. Itu sudah tenang, (padam) haturkan baktimu kepadaku, itu sudah (menjadikan)
tenang (hai) kamu semua
5. Wahai sekalian dewata yang berkuasa yang sedang berkumpul dan melindungi
kedatuan sriwijaya juga kau tandrun
6. Luah (?) dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan bilamana
7. Didalamnya daerah kedatuan ini akan ada yang memberontak, yang bersesongkol
8. Dengan para pemberontak yang berbicara dengan pemberontak yang mendengar kata
pemberontak mengenai pemberontak tidak
9. Berprilaku terhormat, yang tidak setiap kepada saya dan kepada mereka yang oleh
saya diangkat sebagai datu biar orang – orang tersebut mati
10. Kena kutukan biar sebuah pasukan untuk melawannya dibawah pimpinan datu
sriwijaya, dan biar mereka bersama
11. Marga dan keluarganya, lagipula biar pula semua perbuatan yang jahat (seperti)
mengganggu ketentraman jiwa membuat orang sakit
12. Membuat orang gila, menggunakan mantra-mantra memakai racun upas , dan tuba,
ganja, saramwat, pekasih
13. Memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya semoga perbuatan –
perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah
14. Melakukan perbuatan jahat itu, akan tetapi jika orang yang takluk, setiap kepada
saya dan kepada mereka yang oleh saya
15. Diangkat sebagai datu, maka semoga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya, dengan keberhasilannya
16. Kesentausaan, kesehatan, kebebasan dari bencana kelimpahan segalanya untuk
semua negeri mereka
C. Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana


disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal 36”bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sekitar abad
ke VII dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan. Bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia
Tenggara.

Prasasti Karang Berahi terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi. Secara astronomis berada
pada koordinat 02º03’16.22” LS dan 102º28’09.73” BT. Di situs ini ditemukan sebuah
prasasti batu kemudian dikenal dengan nama Prasasti Karang Berahi.

Prasasti ini bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, pertama kali
ditemukan pada tahun 1904 oleh L. Berkhout, seorang kontrolir Belanda untuk daerah
Bangko. Penemuan prasasti ini kemudian diteliti N.J. Krom, yang menyatakan Prasasti
Karang Berahi merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan Kedatuan Sriwijaya.
Krom juga membandingkan baik isi dan karakter huruf Prasasti Karang Berahi mirip
dengan Prasasti Kotakapur (686 M) yang ditemukan di Pulau Bangka.
Daftar Pustaka

Prof. Dr. E. Zainal Arifin, M. Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M. Hum. 2009, Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, Akademika Pressindo.

Masnur Muslich, 2010, Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi, Jakarta, PT Bumi
Aksara.
FOTO DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai