Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN PENDIDIKAN UJIAN NASIONAL, DAN SISTEM

KELULUSAN UJIAN NASIONAL

Adnan Sitorus, Chairunnisa, Rauza Alifvia


Program Studi Pendidikan Agama Islam, FITK Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara
Email : adnansitorus161@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk melihat dan menganalisis
kebijakan pemerintah dibidang pendidikan yaitu Ujian Nasional dan sistem kelulusan
Ujian Nasional

Kata Kunci : Ujian Nasional, Kebijakan, Mengukur Kompetensi.

Abstract : a

Keywords : a

A. Pendahuluan
Kebijakan terakhir pemerintah tentang sistem pendidikan nasional tertuang
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Dijelaskan
dalam salah satu pertimbangannya, bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; bahwa
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional tidak
memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan
amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjadi
pertimbangan diatas adalah pasal 29, pasal 21, pasal 28 C ayat (1), pasal 31, dan
pasal 32 UUD RI Tahun 1945.

1
Ujian akhir bagi siswa sekolah dari tahun ke tahun sampai saat ini masih
menjadi permasalahan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Mulai dari
penetapan mata pelajaran yang diujikan, nilai standar kelulusan sampai risiko yang
harus ditanggung siswa tidak lulus.

Apabila melihat kembali sejarah ujian akhir siswa sekolah di Indonesia akan
terlihat bahwa pola baku sistem ujian akhir untuk siswa seringkali berubah seiring
dengan pergantian pejabat. Hampir setiap ganti pejabat, kebijakan sistem juga ikut
berganti rupa.

Fenomena tentang ujian nasional yang terjadi sekarang ini, sepertinya cukup
ironis. Bagaimana tidak jika kita melihat kenyataan yang terjadi, sejak pertama kali
diberlakukannya ujian nasional (2004) hingga sekarang, berbagai polemik dan
kontroversi selalu saja timbul baik yang pro ataupun kontra. Setiap pihak yang
berkepentingan langsung ataupun tidak dengan ujian nasional saling mengeluarkan
pendapatnya masing-masing dengan berbagai argumentasi.

Kelulusan siswa dalam ujian nasioanl menjelma menjadi momok yang begitu
menyeramkan dan mengkhawatirkan, baik bagi siswa, orangtua murid ataupun
guru. Bagaimana tidak, jika siswa gagal maka bisa dipastikan setengah dari masa
depannya menjadi hilang, yang akhirnya menyebabkan mereka mengalami depresi.
Jika sebelum menghadapi ujian mereka mengalami stress lalu setelah mereka
mengikuti ujian dan gagal maka bisa dipastikan dia akan menjadi depresi, mungkin
akibat rasa malu dan putus asa.

Jika melihat beberapa fenomena yang terjadi dalam kelulusan memang ada
yang terasa aneh dan janggal, siswa yang biasa-biasa saja (mungkin cenderung
bodoh dan malas) berhasil lulus tetapi siswa yang mempunyai prestasi cukup baik
malah tidak lulus, secara logika hal ini tidak bisa diterima. Bagaimana mungkin
bisa dinalar seumpama jika ada orang yang malas bisa mengalahkan orang yang
rajin?! Pepatah saja pasti membantahnya.

Reaksi yang terjadi dari kejadian ini pasti akan timbul protes dari siswa itu
sendiri ataupun orangtua murid dan gurunya. Kmeudian lahir berbagai asumsi-
asumsi seperti adanya kecurangan manusia ataupun kesalahan teknis. Tapi yang

2
pasti bukanlah tindakan yang bijak jika kita mencari kambing hitam dari
permasalahan ini, karena jika itu dilakukan sama saja kita terjebak dalam lingkaran
setan.

B. Pengertian Ujian Nasional


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat (19)
dijelaskan bahwa “Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.”
Sedangkan pengertian ujian nasional berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005
Pasal 63 ayat (1) butir c adalah “Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh
pemerintah”. Yang kemudian diperjelas dalam Pasal 66 ayat (1) bahwa “Penilaian
hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 ayat (1) butir c bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu
dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam
bentuk ujian nasional”. Pemerintah yang dimaksud diatas adalah pemerintah pusat,
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 pasal 21 ayat (28) bahwa “pemerintah adalah pemerintah pusat”.
Ujian Nasional biasa disingkat UN adalah sistem evaluasi standar pendidikan
dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar
daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan
bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan
evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri
secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian
standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus
dilakukan secara berkesinambungan. Proses pemantauan evaluasi tersebut dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan pada akhirnya akan dapat membenahi
mutu pendidikan. Pembenahan mutu pendidikan dimulai dengan penentuan standar.

3
Yang di maksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai
batas (cut off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah melewati
nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah menguasai
kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai kompetensi
tertentu. Bila itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas berfungsi
untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus disebut batas
kelulusan, kegiatan penentuan batas kelulusan disebut standar setting. Penentuan
standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan mutu
pendidikan.

C. Sejarah Ujian Nasional


Pada periode 1950-1960-an, ujian akhir disebut Ujian Penghabisan. Ujian
Penghabisan diadakan secara nasional dan seluruh soal dibuat Departemen
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Seluruh soal dalam bentuk esai. Hasil
ujian tidak diperiksa di sekolah tempat ujian, tetapi di pusat rayon.
Periode 1965-1971, semua mata pelajaran diujikan dalam hajat yang disebut
ujian negara. Bahan ujian dibuat oleh pemerintah pusat dan berlaku untuk seluruh
wilayah di Indonesia. Waktu ujian juga ditentukan oleh pemerintah pusat.
Periode 1972-1979, pemerintah memberi kebebasan setiap sekolah atau
sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian sendiri. Pembuatan soal dan proses
penilaian dilakukan masing-masing sekolah atau kelompok. Pemerintah hanya
menyusun pedoman dan panduan yang bersifat umum.
Periode 1980-2001, mulai diselenggarakan ujian akhir nasional yang disebut
Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas). Model ujian akhir ini
menggunakan dua bentuk: Ebtanas untuk mata pelajaran pokok, sedangkan EBTA
untuk mata pelajaran non-Ebtanas. Ebtanas dikoordinasi pemerintah pusat dan
EBTA dikoordinasi pemerintah provinsi. Kelulusan ditentukan oleh kombinasi dua
evaluasi tadi ditambah nilai ujian harian yang tertera di buku rapor. Dalam Ebtanas
siswa dinyatakan lulus jika nilai rata-rata seluruh mata pelajaran yang diujikan
dalam Ebtanas adalah enam, meski terdapat satu atau beberapa mata pelajaran
bernilai di bawah tiga.

4
Pada 2002-2004, Ebtanas diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional
dan berubah menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN) sejak 2002. Kelulusan dalam
UAN 2002 ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual.
Dalam UAN 2003 siswa dinyatakan lulus jika memiliki nilai minimal 3,01 pada
setiap mata pelajaran dan nilai rata-ratanya minimal 6. Soal Ujian Akhir Nasional
dibuat oleh Depdiknas dan pihak sekolah tidak bisa mengatrol nilai UAN. Para
siswa yang tidak lulus UAN masih diberi kesempatan untuk mengikuti ujian
ulangan UAN selang satu minggu sesudahnya. Jika dalam ujian ulangan UAN siswa
tetap memiliki nilai kurang dari angka tiga, maka dengan terpaksa mereka
dinyatakan tidak lulus atau hanya dinyatakan tamat sekolah.
Dalam UAN 2004 kelulusan siswa didapat berdasarkan nilai minimal pada
setiap mata pelajaran 4,01. Syarat nilai rata-rata minimal tidak diberlakukan lagi.

D. Landasan Hukum Ujian Nasional


Ada beberapa hal yang menjadi landasan hukum dari Ujian Nasional, yaitu
sebagai berikut :
1. Landasan Konstitusional
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional: pasal 1 ayat (3), ayat (17), ayat (21); pasal
12 ayat (1) butir f, pasal 21 ayat (28), pasal 35 (terdiri dari 4 ayat), pasal
57 (terdiri dari 2 ayat), pasal 58 (terdiri dari 2 ayat), pasal 59 (terdiri
dari 3 ayat).
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Pendidikan Nasional: pasal 1 ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat
(11), ayat (17), ayat (18), ayat (19), ayat (20), ayat (22); pasal 2 ayat
(2); pasal 63 ayat (1) butir c, pasal 66 (terdiri dari 3 ayat), pasal 67
(terdiri dari 3 ayat), pasal 68 (terdiri dari 4 butir), pasal 69 (terdiri dari 4
ayat), pasal 70 (terdiri dari 7 ayat), pasal 71, pasal 72 (terdiri dari 2
ayat), pasal 78 butir b.
2. Landasan Operasional
a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

5
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Lalu berkaitan dengan pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2009/2010, pada


tanggal 13 Oktober 2009, Bambang Sudibyo sebagai Mendiknas –sebelum diganti
oleh Mohammad Nuh– telah mengeluarkan empat paket Peraturan Menteri yang
berkaitan dengan Ujian Nasional Tahun 2009/2010, yakni:

Peraturan Mendiknas Nomor 74 Tahun 2009 tentang Ujian Akhir Sekolah


Berstandar Nasional (UASBN) Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar
Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2009/2010.

Peraturan Mendiknas Nomor 75 Tahun 2009 tentang Ujian Nasional Sekolah


Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2009/2010.

6
7
8

Anda mungkin juga menyukai