Abstrak : Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk melihat dan menganalisis
kebijakan pemerintah dibidang pendidikan yaitu Ujian Nasional dan sistem kelulusan
Ujian Nasional
Abstract : a
Keywords : a
A. Pendahuluan
Kebijakan terakhir pemerintah tentang sistem pendidikan nasional tertuang
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Dijelaskan
dalam salah satu pertimbangannya, bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; bahwa
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional tidak
memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan
amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjadi
pertimbangan diatas adalah pasal 29, pasal 21, pasal 28 C ayat (1), pasal 31, dan
pasal 32 UUD RI Tahun 1945.
1
Ujian akhir bagi siswa sekolah dari tahun ke tahun sampai saat ini masih
menjadi permasalahan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Mulai dari
penetapan mata pelajaran yang diujikan, nilai standar kelulusan sampai risiko yang
harus ditanggung siswa tidak lulus.
Apabila melihat kembali sejarah ujian akhir siswa sekolah di Indonesia akan
terlihat bahwa pola baku sistem ujian akhir untuk siswa seringkali berubah seiring
dengan pergantian pejabat. Hampir setiap ganti pejabat, kebijakan sistem juga ikut
berganti rupa.
Fenomena tentang ujian nasional yang terjadi sekarang ini, sepertinya cukup
ironis. Bagaimana tidak jika kita melihat kenyataan yang terjadi, sejak pertama kali
diberlakukannya ujian nasional (2004) hingga sekarang, berbagai polemik dan
kontroversi selalu saja timbul baik yang pro ataupun kontra. Setiap pihak yang
berkepentingan langsung ataupun tidak dengan ujian nasional saling mengeluarkan
pendapatnya masing-masing dengan berbagai argumentasi.
Kelulusan siswa dalam ujian nasioanl menjelma menjadi momok yang begitu
menyeramkan dan mengkhawatirkan, baik bagi siswa, orangtua murid ataupun
guru. Bagaimana tidak, jika siswa gagal maka bisa dipastikan setengah dari masa
depannya menjadi hilang, yang akhirnya menyebabkan mereka mengalami depresi.
Jika sebelum menghadapi ujian mereka mengalami stress lalu setelah mereka
mengikuti ujian dan gagal maka bisa dipastikan dia akan menjadi depresi, mungkin
akibat rasa malu dan putus asa.
Jika melihat beberapa fenomena yang terjadi dalam kelulusan memang ada
yang terasa aneh dan janggal, siswa yang biasa-biasa saja (mungkin cenderung
bodoh dan malas) berhasil lulus tetapi siswa yang mempunyai prestasi cukup baik
malah tidak lulus, secara logika hal ini tidak bisa diterima. Bagaimana mungkin
bisa dinalar seumpama jika ada orang yang malas bisa mengalahkan orang yang
rajin?! Pepatah saja pasti membantahnya.
Reaksi yang terjadi dari kejadian ini pasti akan timbul protes dari siswa itu
sendiri ataupun orangtua murid dan gurunya. Kmeudian lahir berbagai asumsi-
asumsi seperti adanya kecurangan manusia ataupun kesalahan teknis. Tapi yang
2
pasti bukanlah tindakan yang bijak jika kita mencari kambing hitam dari
permasalahan ini, karena jika itu dilakukan sama saja kita terjebak dalam lingkaran
setan.
3
Yang di maksud dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai
batas (cut off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah melewati
nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah menguasai
kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai kompetensi
tertentu. Bila itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas berfungsi
untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus disebut batas
kelulusan, kegiatan penentuan batas kelulusan disebut standar setting. Penentuan
standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan mutu
pendidikan.
4
Pada 2002-2004, Ebtanas diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional
dan berubah menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN) sejak 2002. Kelulusan dalam
UAN 2002 ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual.
Dalam UAN 2003 siswa dinyatakan lulus jika memiliki nilai minimal 3,01 pada
setiap mata pelajaran dan nilai rata-ratanya minimal 6. Soal Ujian Akhir Nasional
dibuat oleh Depdiknas dan pihak sekolah tidak bisa mengatrol nilai UAN. Para
siswa yang tidak lulus UAN masih diberi kesempatan untuk mengikuti ujian
ulangan UAN selang satu minggu sesudahnya. Jika dalam ujian ulangan UAN siswa
tetap memiliki nilai kurang dari angka tiga, maka dengan terpaksa mereka
dinyatakan tidak lulus atau hanya dinyatakan tamat sekolah.
Dalam UAN 2004 kelulusan siswa didapat berdasarkan nilai minimal pada
setiap mata pelajaran 4,01. Syarat nilai rata-rata minimal tidak diberlakukan lagi.
5
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
6
7
8