Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 hingga saat ini, ujian yang
dilakukan secara nasional telah mengalami perubahan istilah. Dikutip dari
kemdikbud.go.id, berikut ini berbagai perubahan istilah untuk ujian yang
dilakukan secara nasional :
 1965 – 1971 : Ujian Negara
 1972 – 1979 : Ujian Sekolah
 1980 – 2002 : Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas)
 2003 – 2004 : Ujian Akhir Nasional (UAN)
 2005 – 2019 : Ujian Nasional (UN)
Ujian berskala nasional tersebut diperuntukkan bagi seluruh siswa yang
berada di tingkat akhir masa sekolah, seperti kelas 6, 9, dan 12.
Pada dasarnya penyelenggaraan ujian berskala nasional tersebut
dilakukan sebagai pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun
kebijakan pendidikan nasional. Tetapi pada proses pelaksanaannya (Ujian
Nasional) terdapat pro kontra yang cukup keras pada kalangan masyarakat,
baik kalangan pendidik, peserta didik, orang tua, pengamat pendidikan, atau
masyarakat lainnya. Hal tersebut dikarenakan proses pelaksanaan dengan
tujuan yang diharapkan terdapat kesenjangan yang cukup signifikan.
Kesenjangan tersebut menurut Masdar Hilmy, Pertama Ujian
Nasional tidak merefleksikan Taksonomi Bloom, yang dimana didalamnya
ada dua aspek penting dalam pendidikan yang tertinggal yaitu afektif dan
psikomotorik, kedua sebagai penentu kelulusan siswa, padahal yang diujikan
bukan seluruh mata pelajaran; Kedua Ujian Nasional tidak berorientasi life
skill, siswa yang lulus Ujian Nasional dengan nilai tertinggi tidak dijamin
mampu memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupannya, ketiga Ujian
Nasional tidak mampu membaca atau mempresentasikan potensi-potensi
daerah local, Keempat Ujian Nasional dapat mengundang kejahatan, seperti
adanya bisnis jawaban soal Ujian Nasional yang akhirnya dapat menimbulkan
kebocoran jawaban soal pada Ujian Nasional, Kelima meskipun Ujian
Nasional sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun, tetapi tidak menjamin
kualitas pendidikan itu sendiri, hal tersebut terlihat berdarkan laporan PISA
yang dirilis, Selasa 3 Desember 2019, skor membaca Indonesia ada di
peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78
negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melalui Kemendikbud
mengharapkan adanya evaluasi yang dapat menggambarkan proses
pendidikan secara utuh yaitu melalui asesmen. Karna assesmen tidak haya
menilai hasil proses belajar siswa, tetapi juga kemajuan belajaranya. Asesmen
yang akan dilakukan terseut merupakan pengganti dari ujian nasional yang
bernama Asesmen nasional.
Melalui Asesmen Nasional ini diharapkan pendidikan Indonesia betul-
betul fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, pengajaran, juga layanan
dan lingkungan pendidikan. Maka pemetaan sistem pendidikan dapat
mencakup proses, input, juga hasil, jadi bukan hanya mengevaluasi capaian
peserta didik secara individu seperti Ujian Nasional yang selama ini telah
dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut adalah permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini
antara lain :
1) Apakah yang dimaksud dengan Asesmen Nasional?
2) Apakah perbedaan antara UN dan AN?
3) Apakah Keunggulan dan kelemahan AN?
4) Bagaimana implementasi AN disekolah?

1.3 Tujuan Masalah


Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh di atas,
maka tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan sebagai berikut:
1) Untuk mengenali dan mengetahui Asesmen Nasional dan dasar
penyelengggaraannya.
2) Untuk mengenali dan mengetahui Perbedaan antara UN dan AN.
3) Untuk mengetahui Keunggulan dan kelemahan AN.
4) Untuk mengetahui bagaimana implementasi AN disekolah

Kelompok 4
Aas Hudaya (208060009)
Emah Kusnawati (208060010)
Na’immatur Rokhmah (208060012)
Nurul Fitri (208060014)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Asesmen Nasional dan Dasar Penyelenggaraannya
Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap
sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan
menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid
yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses
belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung
pembelajaran.
Mengutip pernyataan menteri Pendidikan Indonesia, perubahan
mendasar pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi mengevaluasi capaian
peserta didik secara individu, akan tetapi mengevaluasi dan memetakan
sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil. Ketika sistem
pendidikan telah terpetakan, maka akan memudahkan pihak-pihak terkait
dalam memetakan solusi peningkatan kualitan pemndidikan di Indonesia,
baik setiap lembaga maupun secara nasional.
Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga instrumen utama pada
asesmen nasional yaitu, Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei
Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. Dari ketiga instrumen tersebut
diharapkan pengukuruan kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilakukan
dengan lengkap dan utuh. Berikut penjelasan masing-masing instrumen
pada asesmen nasional:
1. Asesmen Kompetensi Minimal
AKM terdiri dari literasi membaca dan numerasi.  Literasi membaca
adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi,
merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah,
mengembangkan kapasitas individu, sebagai warga Indonesia dan
warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat.
Numerasi merupakan kemampuan berpikir menggunakan konsep,
prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari pada berbagi jenis konteks yang relevan untuk individu
sebagai warga negara Indonesia dan dunia. AKM diberikan dalam
bentuk soal yang akan dikerjakan oleh murid. Ada lima bentuk soal
dalam AKM, yaitu pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat, dan uraian. 
2. Survei Karakter
Survei Karakter dikerjakan oleh murid untuk mendapatkan informasi
hasil belajar sosial-emosional. Survei Karakter ini akan mengukur 6
(enam) aspek Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, berkebhinekaan
global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. 
3. Survei Lingkungan Belajar
Survei Lingkungan Belajar dikerjakan oleh murid, guru dan kepala
sekolah untuk mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses
belajar mengajar di sekolah. Survei Lingkungan Belajar
mengumpulkan informasi tentang kualitas proses pembelajaran dan
iklim yang menunjang pembelajaran.
Mengenai dasar hukum Asesmen Nasional ini sendiri secara
tersirat terdapat pada Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 pasal
57 ayat 1 dan 2 serta pasal 58 ayat 1 dan 2 yang kemudian berdasarkan
pengalaman sebelumnya (Ujian Nasional) akan ada dasar hukum
penambah baik berbentuk POS AN ataupun yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai