Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurul Fitri

ID SIMPKB : 201699627910
Asal Instansi : SMP ‘Aisyiyah Boarding School Bandung

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 5 (Bilangan)


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterbagian, Faktor Bilangan
Prima, Kelipatan Bilangan
2. Kongruensi Modulo
3. Notasi Sigma, Barisan dan
Deret
4. Induksi Matematika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB 1 : Keterbagian, Faktor Bilangan
dipelajari Prima, Kelipatan Bilangan
A. Keterbagian
Bilangan bulat 𝑎 membagi habis bilangan
bulat 𝑏 (ditulis 𝑎|𝑏) apabila terdapat
bilangan bulat 𝑘 sehigga 𝑏 = 𝑎𝑘. Jika a
tidak membagi habis 𝑏 maka dituliskan
𝑎 ∤ 𝑏. Beberapa teorema tentang
keterbagian:
1) Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑏|𝑐 maka 𝑎|𝑐
2) Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑎|(𝑏 + 𝑐) maka 𝑎|𝑐
3) Jika 𝑝|𝑞 maka 𝑝|𝑞𝑟 untuk semua
𝑟∈𝑍
4) Jika 𝑝|𝑞 dan 𝑝|𝑟 maka 𝑝|𝑞 + 𝑟

B. Faktor Persekutuan Terbesar


Suatu bilangan bulat 𝑑 disebut faktor
persekutuan dari 𝑎 dan 𝑏 apabila 𝑑|𝑎 dan
𝑑|𝑏.
Bilangan bulat positif 𝑑 disebut FPB dari
𝑎 dan 𝑏 jika dan hanya jika:
1) 𝑑|𝑎 dan 𝑑|𝑏
2) Jika 𝑐|𝑎 dan𝑐|𝑏 maka 𝑐 ≤ 𝑑
Bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏 disebut relatif
prima (saling prima) jika FPB (𝑎, 𝑏)=1
Beberapa teorema FPB:
1) Jika FPB (𝑎, 𝑏) = 𝑑 maka FPB
(𝑎: 𝑑, 𝑏: 𝑑 = 1)
2) Untuk setiap bilangan bulat positif 𝑎
dan 𝑏 terdapat dengan tunggal
bilangan bulat 𝑞 dan 𝑟 sedemikian
sehingga 𝑏 = 𝑞𝑎 + 𝑟 dengan 0 ≤ 𝑟 < 𝑎
3) Jika 𝑏 = 𝑞𝑎 + 𝑟, maka FPB (𝑏, 𝑎) = FPB
(𝑎, 𝑟)
4) Untuk setiap bilangan bulat tak nol 𝑎
dan 𝑏 terdapat bilangan bulat 𝑚 dan 𝑛
sedemikian sehingga FPB (𝑎, 𝑏) = 𝑎𝑚 +
𝑏𝑛
5) Jika d|𝑎𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝐹𝑃𝐵 (𝑑, 𝑎) = 1, maka d|𝑏
C. Bilangan Prima
Bilangan bulat 𝑝 > 1 disebut bilangan
prima jika mempunyai faktor positif
hanya 1 dan 𝑝. Bilangan bulat positif
yang lebih besar dari 1 dan bukan
bilangan prima disebut bilangan
komposit (tersusun).
Teorema:
1) Jika sisa pembagian b oleh a relatif
prima dengan a maka b relatif prima
dengan a.
2) Setiap bilangan positif yang lebih
besar dari 1 dapat dibagi oleh suatu
bilangan prima
3) Setiap bilangan bulat 𝑛 > 1
merupakan bilangan prima atau 𝑛
dapat dinyatakan sebagai perkalian
bilangan-bilangan prima tertentu.
4) Jika 𝑛 suatu bilangan komposit maka
𝑛 memiliki faktor 𝑘 dengan 1 < 𝑘 ≤ √𝑛
D. KPK
Definisi:
1) Bilangan-bilangan bulat 𝑎1, 𝑎2, … ,
𝑎𝑛 dengan 𝑎𝑖 ≠ 0 untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛
mempunyai kelipatan persekutuan 𝑏
jika 𝑎𝑖 |𝑏 untuk setiap 𝑖.
2) Jika 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 bilangan-bilangan
bulat dengan 𝑎𝑖 ≠ 0 untuk 𝑖 = 1, 2, …
, 𝑛, maka kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dari bilangan-bilangan
tersebut adalah bilangan bulat positif
terkecil di antara kelipatan-kelipatan
persekutuan dari 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛.
Teorema:
1) Jika 𝑏 suatu kelipatan persekutuan
dari 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 maka 𝐾𝑃𝐾 [𝑎1, 𝑎2,
… , 𝑎𝑛]|𝑏.
2) Jika 𝑚 > 0 maka 𝐾𝑃𝐾[𝑚𝑎, 𝑚𝑏] = 𝑚 ×
𝐾𝑃𝐾[𝑎, 𝑏].
3) Jika 𝑎 dan 𝑏 bilangan-bilangan bulat
positif, maka 𝐾𝑃𝐾[𝑎, 𝑏] × 𝐹𝑃𝐵(𝑎, 𝑏) =
𝑎𝑏.

KB 2 : Kongruensi Modulo
A. Kekongruenan
Definisi:
1) Jika 𝑚 suatu bilangan bulat positif
membagi 𝑎−𝑏 maka dikatakan 𝑎
kongruen terhadap 𝑏 modulo 𝑚 dan
ditulis 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚).
2) Jika 𝑚 tidak membagi 𝑎−𝑏 maka
dikatakan 𝑎 tidak kongruen terhadap
𝑏 modulo 𝑏 dan ditulis 𝑎≢𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚).
Teorema:
1) Untuk bilangan bulat sebarang 𝑎 dan
𝑏, 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑎
dan 𝑏 memiliki sisa yang sama jika
dibagi 𝑚.
2) Untuk 𝑚 bilangan bulat positif dan
𝑝,𝑞, dan 𝑟 bilangan bulat, berlaku
a. Sifat Refleksif
𝑝≡𝑝 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
b. Sifat Simetris
𝑝≡𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika
𝑞≡𝑝 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
c. Sifat Transitif
d. Jika 𝑝≡𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑞≡𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
maka 𝑝≡𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
3) Jika 𝑝,𝑞,𝑟, dan 𝑚 adalah bilangan-
bilangan bulat dan 𝑚>0 sedemikian
hingga 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚), maka:
a. 𝑝+𝑟≡𝑞+𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
b. 𝑝–𝑟≡𝑞–𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
c. 𝑝𝑟≡𝑞𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
4) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑐≡𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
maka
a. 𝑎+𝑐≡𝑏+𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
b. 𝑎−𝑐≡𝑏−𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
c. 𝑎𝑐≡𝑏𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
5) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑐≡𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
maka 𝑎𝑥+𝑐𝑦≡𝑏𝑥+𝑑𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
6) Jika 𝑝≡𝑝𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑝𝑟≡𝑞𝑟 (𝑚𝑜𝑑
𝑚𝑟).
7) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎𝑛≡𝑏𝑛 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
untuk 𝑛 bilangan bulat positif.
8) Misalkan 𝑓 suatu polinom dengan
koefisien bilangan bulat, yaitu
𝑓(𝑥) = 𝑑0 𝑥 𝑛 + 𝑑1 𝑥 𝑛−1 + 𝑑2 𝑥 𝑛−2 + ⋯ + 𝑑𝑛−1 𝑥 + 𝑑𝑛

Dengan 𝑑0 , 𝑑1 , … , 𝑑𝑛 masing-masing
bilangan bulat.
9) Jika 𝑎 suatu solusi 𝑓(𝑥)≡0(𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan
𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑏 juga solusi 𝑓(𝑥)
itu.
10) Jika 𝑑|𝑚 dan 𝑎≡𝑏(𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎≡𝑏
(𝑚𝑜𝑑 𝑑)
11) Misalkan (𝑎,𝑚)=𝑑
𝑎𝑥=𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑥 ≡
𝑚
𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑑 )
12) Misalkan (𝑎,𝑚)=1.
𝑎𝑥≡𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑥≡𝑦
(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
13) Jika 𝑎𝑥≡𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) dengan 𝑝∤𝑎 dan 𝑝
bilangan basit, maka 𝑥≡𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
14) Diketahui bilangan-bilangan bulat
𝑎,𝑝,𝑞,𝑚, dan 𝑚>0.
a. 𝑎𝑝≡𝑎𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika
𝑚
𝑝 ≡ 𝑞(𝑚𝑜𝑑 (𝑎,𝑚))
b. 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚1) dan 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚2) jika
dan hanya jika 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑[𝑚1,𝑚2])

B. Sistem Residu
Definisi:
1. Suatu himpunan {𝑥,𝑥,…,𝑥} disebut suatu
sistem residu lengkap modulo 𝑚. Jika
dan hanya jika untuk setiap y dengan
0≤𝑦<𝑚, ada satu dan hanya satu 𝑥
dengan 1≤𝑖<𝑚, sedemikian hingga
𝑦≡𝑥(𝑚𝑜𝑑 𝑚) atau 𝑥≡𝑦(𝑚𝑜𝑑 𝑚).
2. Suatu himpunan bilangan bulat
{𝑥1,𝑥2,…,𝑥𝑘} disebut suatu sistem residu
tereduksi modulo 𝑚 jika dan hanya jika:
a) (𝑥𝑖,𝑚)=1,1≤𝑖<𝑘
b) 𝑥𝑖≡𝑥𝑗(𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk setiap 𝑖≠𝑗
c) Jika (𝑦,𝑚)=1, maka 𝑦≡𝑥𝑖(𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk
suatu 𝑖=1,2,…,𝑘
3. Ditentukan 𝑚 adalah suatu bilangan
bulat positif. Banyaknya residu di dalam
suatu sistem residu tereduksi modulo 𝑚
disebut fungsi 𝜙-Euler dari 𝑚, dan
dinyatakan dengan 𝜙(𝑚).
Teorema sistem residu:
1. Ditentukan (𝑎,𝑚)=1
2. Jika {𝑥1,𝑥2,…,𝑥𝑘} adalah suatu sistem
residu modulo 𝑚 yang lengkap atau
tereduksi, maka {𝑎𝑥1,𝑎𝑥2,…,𝑎𝑥𝑘} juga
merupakan suatu sistem residu modulo
𝑚 yang lengkap atau tereduksi.
3. Teorema Euler:
4. Jika 𝑎,𝑚∈Ζ dan 𝑚>0 sehingga (𝑎,𝑚)=1,
maka 𝑎𝜙(𝑚)≡1(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
5. Teorema Kecil Fermat:
6. Jika 𝑝 adalah suatu bilangan prima dan 𝑝
tidak membagi 𝑎, maka 𝑎𝑝−1≡1(𝑚𝑜𝑑 𝑝)
7. Jika (𝑎,𝑚)=1, maka hubungan 𝑎𝑥≡𝑏(𝑚𝑜𝑑
𝑚) mempunyai selesaian 𝑥=𝑎𝜙(𝑚)−1.𝑏 +𝑡𝑚
8. Teorema Wilson:
9. Jika 𝑝 adalah suatu bilangan prima,
maka (𝑝–1)!≡−1(𝑚𝑜𝑑 𝑝)
10. Jika 𝑛 adalah suatu bilangan bulat positif
sehingga (𝑛–1)!≡–1(𝑚𝑜𝑑 𝑛), maka 𝑛 adalah
suatu bilangan prima.
KB 3 : Notasi Sigma, Barisan dan Deret
A. Notasi Sigma
Secara umum bentuk notasi sigma
didefinisikan
∑𝑛𝑘=1 𝑎𝑘 = 𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + ⋯ + 𝑎𝑛
Sifat:
1. ∑𝑛𝑘=1 1 = 𝑛
2. ∑𝑏𝑘=𝑎 𝑐𝑓(𝑘) = 𝑐 ∑𝑏𝑘=𝑎 𝑓(𝑘)
3. ∑𝑏𝑘=𝑎 (𝑓(𝑘) + 𝑔(𝑘)) = ∑𝑏𝑘=𝑎 𝑓(𝑘) +
∑𝑏𝑘=𝑎 𝑔(𝑘)
4. ∑𝑚−1
𝑘=1 𝑓(𝑘) + ∑𝑛𝑘=𝑚 𝑓(𝑘) =
𝑛
∑𝑘=1 𝑓(𝑘)
𝑛+𝑝
5. ∑𝑛𝑘=𝑚 𝑓(𝑘) = ∑𝑘=𝑚+𝑝 𝑓(𝑘 − 𝑝)
B. Barisan dan Deret
1) Barisan dan Deret Aritmetika
Definisi:
Setiap dua bilangan berurutan
mempunyai selisih yang tetap
Rumus suku ke-n:
𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏

Deret:
1
𝑆𝑛 = 𝑛(𝑎 + 𝑈𝑛 )
2
1
𝑆𝑛 = 𝑛[2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏]
2

2) Barisan dan Deret Geometri


Definisi:
Barisan yang mempunyai
perbandingan tetap antara dua
suku berurutan
Rumus suku ke-n:

𝑈𝑛 = 𝑎𝑟 𝑛−1

Deret:
𝑎(𝑟 𝑛 − 1)
𝑆𝑛 =
𝑟−1
𝑎(1−𝑟 𝑛 )
𝑆𝑛 = 1−𝑟
, dengan 𝑟 ≠ 1

Deret tak hingga:


𝑎
𝑆∞ =
1−𝑟
C. Barisan sebagai Fungsi
a) Barisan berderajat satu (linear)
adalah bila selisih tetap diperoleh
dalam satu tingkat pengerjaan,
b) Barisan berderajat dua bila selisih
tetap diperoleh dalam dua tingkat
pengerjaan dan seterusnya.
Bentuk umum dari barisan-
barisan itu merupakan fungsi
dalam n sebagai berikut:
Selisih tetap 1 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 + 𝑏
Selisih tetap 2 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 2 +
𝑏𝑛 + 𝑐
Selisih tetap 3 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 3 +
𝑏𝑛 2 + 𝑐𝑛 + d

D. Barisan Fibonacci
Barisan Fibonacci adalah barisan
rekursif (pemanggilan ulang /
pengulangan) yang ditemukan oleh
seorang matematikawan
berkebangsaan Italia yang bernama
Leonardo da Pisa
Jadi barisan ini didefinisikan secara
rekursif sebagai berikut.
𝐹𝑛 = {0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 = 0 1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛
= 1 𝐹𝑛 − 1 + 𝐹𝑛
− 2, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎

E. Golden Ratio
Golden ratio atau rasio emas
(𝜑=1.618205...) merupakan suatu
nilai rasio (ratio number) konvergen
yang diperoleh apabla suku-suku di
atas dua belas pada barisan fibonacci
dibagi dengan satu suku sebelumnya.

KB 4 : Induksi Matematika
a. Postulat Peano
1. 1 adalah anggota Ν.
2. Setiap anggota 𝑥∈Ν mempunyai
pengikut 𝑝(𝑥)∈Ν.
3. Dua bilangan di Ν yang berbeda
mempunyai pengikut yang berbeda.
4. 1 bukan pengikut bilangan 𝑥∈Ν
yang manapun.
5. Jika subhimpunan 𝑆⊆Ν memuat 1
dan pengikut dari setiap bilangan
di 𝑆, maka 𝑆=Ν.
b. Definisi Indusksi Matematika
Teknik pembuktian yang baku dalam
matematika dan merupakan salah
satu metoda/alat yang digunakan
untuk membuktikan suatu
pernyataan matematika, khususnya
pernyataan-pernytaan yang berkaitan
dengan bilangan asli atau bilangan
bulat positif
c. Prinsip
Misalkan {𝑃𝑛} adalah suatu barisan
proposisi (pernyataan) yang
memenuhi kedua persyaratan ini:
(i) 𝑃𝑁 adalah benar (biasanya 𝑁
adalah 1).
(ii) Kebenaran 𝑃𝑘 mengimplikasikan
kebenaran 𝑃𝑘+1≥𝑁.
Maka, 𝑃𝑛 adalah benar untuk setiap
bilangan bulat 𝑛≥𝑁.
2 Daftar materi yang sulit 1. Kongruensi Modulo
dipahami di modul ini 2. Induksi Matematika
3 Daftar materi yang sering 1. Kongruensi Modulo
mengalami miskonsepsi 2. Induksi Matematika

Anda mungkin juga menyukai