Anda di halaman 1dari 20

Analisis Kebijakan Pendidikan

Terhadap Evaluasi Pembelajaran


Ujian Sekolah

Dra. Hj. Pramita, M.Si


NIP. 196609031993022001
Pengawas Guru PAI Kota Palembang
Sumatera Selatan
CURRICULUM VITAE
Nama : Dra. Hj. Pramita, M.Si
TTL : Talang Rimba, 03 September 1966
Alamat : Jl. Letnan Murod No. 21 RT. 03 RW. 01 Kel. 20 Ilir
D4 Kec. IT I Palembang
Riwayat Pendidikan :
SD N 1 Tulung Selapan ---- 1979
SMP GAJAH MADA PALEMBANG ---- 1982
SMA N 3 PALEMBANG ---- 1985
UIN TADRIS IPS ---- 1990
UNIVERSITAS TAMSIS ---- 2018
Riwayat Karier :
Guru di MAN 2 Palembang
Guru di MAN Pangkal Pinang
Guru di MA Al-Islah Tulung Selapan
Pengawas OKI 2013
Pengawas Kemenag Palembang 2011
Keluarga :
Suami : Alm.
Anak : 4 Orang
Cucu : 1 Orang

MOTTO : “ RASA PERCAYA DIRI ADALAH KUNCI DARI KESUKSESAN”


PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di


setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004, pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala
potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian,
memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang
diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk
mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat
pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi.
Ujian Akhir Nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan
Pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap
Akhir) yang sebelumnya dihapus. Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) dalam
beberapa tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan
menjadi kontraversi dalam banyak seminar atau perdebatan. Beberapa kali sempat
terlontar rencana atau keinginan dari beberapa pihak untuk menghapus atau
meniadakan Ujian Akhir Nasional tersebut. Tidak kurang dari Mendikbud sendiri
pernah melontarkan pernyataan akan menghapus UAN, dan pernyataan beberapa
anggota Dewan yang mengusulkan penghapusan UAN tersebut.
Dengan demikian UAN dalam implementasinya mengalami krisis kebijakan dimana
faktor penyebab krisis dapat ditinjau dari berbagai dimensi sebagai contoh
sederhana krisis tersebut dapat terjadi karena kekurangan dalam proses perumusan
kebijakan dan programnya, kekeliruan dalam proses perencanaan, penyimpangan
dalam pelaksanaan, kelemahan dalam penentuan anggaran atau bahkan
pada saat pengawasan dan dan
pelaporan.
KAJIAN TEORI

Kurikulum mencakup fokus program, media instruksi, organisasi


materi, strategi pembelajaran, manajemen kelas, dan peranan pengajar
(Arieh Lewy, 1977:7-8). Di Indonesia sekarang sedang dikembangkan
Kurikulum 2013 yang merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
bahwa pendidikan “bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (Pasal 3).
Evaluasi harus mampu menjawab semua informasi tentang tingkat
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Pendidikan yang diarahkan untuk
melahirkan tenaga cerdas yang mampu bekerja dan tenaga kerja yang cerdas
tidak dapat diukur hanya dengan tes belaka (Soedijarto, 1993a:17). Untuk itu
evaluasi harus mampu menjawab kecerdasan peserta didik sekaligus
kemampuannya dalam bekerja. Sistem evaluasi yang lebih banyak berbentuk
tes obyektif akan membuat peserta didik mengejar kemampuan kognitif dan
bahkan dapat dicapai dengan cara mengafal saja. Artinya anak yang lulus
ujian dalam bentuk tes obyektif belum berarti bahwa anak tersebut cerdas
apalagi terampil bekerja, karena cukup dengan menghafal walaupun tidak
mengerti maka dia dapat mengerjakan tes. Sebagai konsekuensinya harus
dikembangkan sistem evaluasi yang dapat menjawab semua kemampuan yang
dipelajari dan diperoleh selama mengikuti pendidikan. Selain itu pendidikan
harus mampu membedakan antara anak yang mengikuti pendidikan dengan
anak yang tidak mengikuti pendidikan. Dengan kata lain evaluasi tidak bisa
dilakukan hanya pada saat tertentu, tetapi harus dilakukan secara
komperehensif atau menyeluruh dengan beragam bentuk dan dilakukan secara
terus menerus dan berkelanjutan (Soedijarto, 1993b:27-29).
A. Analisa Kebijakan UAN

Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan UAN sebagai


salah satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional
Tahun Pelajaran 2003/2004 disebutkan bahwa tujuan UAN adalah untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes
pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat
atas.
Begitu pula evaluasi dalam pendidikan seharusnya dapat memberikan
gambaran tentang pencapaian tujuan sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Selain itu pula dalam evaluasi
pendidikan diharapkan dapat memberikan informasi tentang keimanan
dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan juga
dapat meningkatkan kreativitas, kemandirian dan sikap demokratis
peserta didik
Dari paparan di atas, yang menjadi pertanyaan adalah :
• Apakah mutu pelajaran dapat diukur dengan memberi
ujian akhir secara nasional pada akhir tahun pelajaran?
• Apakah mutu pendidikan dan aspek sikap dan perilaku
siswa bisa dilihat hanya pada saat sekejap di
penghujung tahun?
• Terdapat indikasi bahwa soal-soal UAN (dulu disebut
ebtanas) berbeda dari tahun ke tahun. Andainya ini
benar maka akibatnya hasil ujian tidak bisa
dibandingkan antara tahun lalu dengan sekarang?
• Apakah mutu pendidikan bisa diukur dengan hanya
memberi tes pada beberapa mapel yang penting saja?
BEBERAPA PENYELEWENGAN DALAM UAN :

1. UAN dinilai diskriminatif terhadap peserta didik karena digunakan sebagai penentu
kelulusan, seharusnya UAN hanya digunakan untuk pemetaan kemampuan siswa
untuk mendukung pembuatan kebijakan
2. UAN bertentangan denngan sisdiknas,karena dalam sisdiknas dikatakan bahwa
tenaga pengajar diberikan kewenangan untuk menilai siswa dalam masalah kelulusan
3. Syarat kelulusan UAN (2008) adalah 4,25 untuk nilai minimal masing-masing mata
pelajaran yang diujikan dan rata-rata minimal 5,0 untuk empat mata pelajaran yang
diujikan yaitu Bahasa Indnesa, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA, sehingga banyak
terjadi siswa yang mendapat ranking cukup baik di kelas tidak lulus UAN karena salah
satu mata pelajaran kurang dari rata-rata.
4. UAN tidak sejalan dengan salah satu prinsip yang dianut dalam oengembangan
kurikulum yaiut diservatif kurikulum artinya bahwa pelaksanaan kurikulum diseusaikan
dengan situasi dan kondisi masing-masing daerah. Kebjakan penerapan UAN dengan
standar yang sama untuk semua sekolah di Indonesia telah melanggar prinsip tersebut
dan mengakibatkan ketidakadilan bagi peserta didik yang tentu saja hasilnya kaan jauh
berbeda.
5. Tingkat kreativitas guru empat mata pelajaran tersebut akan terkekang karena
B. EVALUASI PENDIDIKAN SEHARUSNYA DAN MELURUSKAN KEBIJAKAN

Berikut "perjalanan" UN dari


No Kegiatan Waktu
masa ke masa:
1 1950-1964 Ujian Penghabisan

2 1965-1971 Ujian Negara

3 1972-1979 Ujian Sekolah

4 1980-2002 Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional atau


Ebtanas
5 2003-2004 Ujian Akhir Nasional (UAN)

6 2005-2013 Ujian Nasional (UN)

7 2014-2020 UNBK

8 2021 AKM dan Survei Karakter


PERIODE 1950-1964: UJIAN PENGHABISAN

 Dikenal dengan istilah Ujian Penghabisan


diadakan secara nasional
 Soal-soal Ujian Penghabisan dibuat oleh
Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan
 Soal-soal yang diujikan berbentuk uraian atau
esai
 hasil ujian diperiksa di pusat rayon
PERIODE 1965-1971: UJIAN NEGARA
 Dikenal dengan istilah Ujian Negara.
 Tujuannya adalah untuk menentukan kelulusan,
 Kriteria batas kelulusan ditetapkan oleh Pusat dengan batas kelulusan
adalah nilai 6 untuk setiap mata pelajaran.
 Persentase kelulusan cukup rendah, tetapi mutu lulusan tinggi.
 Bagi yang tidak lulus Ujian Negara tetap memperoleh ijazah dan
dapat melanjutkan ke sekolah atau perguruan tinggi swasta.
 Bentuk soal uraian dan jawaban singkat dengan tingkat kesulitan soal
relatif tinggi,
 Kompleksitas jawaban yang memerlukan kemampuan berpikir tinggi.
PERIODE 1972-1979: UJIAN SEKOLAH
 Dikenal dengan istilah Ujian Sekolah.
 Tujuan ujian adalah untuk menentukan siswa tamat

 Mutu soal sangat bervariasi, tergantung mutu


sekolah/kelompok sekolah.
 Bentuk soal yang digunakan pun berbeda
antarsekolah/kelompok sekolah,
 Yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan ujian
adalah sekolah/kelompok sekolah.
 Kriteria tamat ditentukan oleh masing-masing
sekolah dengan tidak mengenal Lulus atau Tidak Lulus,
tetapi menggunakan istilah TAMAT.
PERIODE 1980-2002: EVALUASI BELAJAR TAHAP AKHIR
NASIONAL ATAU EBTANAS

Dikenal dengan istilah Ebtanas


Tujuan dari Ebtanas adalah untuk memperoleh Surat Tanda Tamat

Belajar (STTB).
Pada awal mata pelajaran hanya Pendidikan Moral Pancasila (PMP),

Pada tahun berikutnya ditambah dengan beberapa mata pelajaran

lainnya.
Nilai batas ambang TAMAT belajar adalah 6.

Persentase kelulusan Ebtanas sangat tinggi (hampir semua peserta

didik Tamat),
Rata-rata nilai prestasi belajar peserta didik relatif rendah.
PERIODE 2003-2004: UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN)

 Dikenal dengan istilah Ujian Akhir Nasional (UAN).


 Tujuan UAN adalah untuk menentukan kelulusan, pemetaan mutu
pendidikan secara nasional, seleksi ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
 Kriteria kelulusan UAN tahun 2003 adalah tidak terdapat nilai <
3.00 pada seluruh mata pelajaran yang diujikan,
 Nilai rata-rata (UAN +UAS) minimal 6.00.

 Pada UAN tahun 2004 kriteria kelulusan adalah tidak terdapat nilai
< 4.00 pada seluruh mata pelajaran yang diujikan,
 Nilai rata-rata (UAN +UAS) minimal 6.00.
PERIODE 2005-2013: UJIAN NASIONAL (UN)

 Dikenal dengan istilah Nasional (UN).


 Tujuan ujian ini adalah untuk menentukan kelulusan, membuat pemetaan mutu
pendidikan secara nasional, seleksi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

PERIODE 2014-2020: (UNBK)


 Ujian nasional dengan menggunakan komputer sebagai media ujiannya.
 secara online
 Terbatas di SMP Indonesia Singapura dan SMP Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).
PERIODE 2021 : AKM DAN SURVEI KARAKTER)

 Di tahun 2021, UN resmi digantikan oleh Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan
Survei Karakter.
PENGERTIAN ASSESMEN NASIONAL
AN (Assesmen Nasional) adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah madrasah
dan program kesetaraan jenjang dasar dan menengah.
AN terbagi menjadi tiga, yaitu :
1.AKM (Assesmen Kompetensi Maksimum)
Dirancang untuk mengukur hasi belajar kognitif (literasi dan numerasi) peserta didik
Kemampuan literasi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memahami suatu informasi
dari bacaan. Sedangkan numerasi berkaitan dengan kemampuan mencernah informasi dalam
bentuk angka/kuantitatif
2.Survei karakter
Dirancang unntuk mengukur capaian belajar siswa dalam bidang sosial emosional berupa
pilar karakter dengan tujuan untuk mencetak profl pelajar pancasila
3.Survey Lingkungan Belajar
Bertujuan untuk mengevaluasi dan memetahkan aspek pendukung kualtas pembelajaran di
lingkungan sekolah.
BEDA AN DAN UN

1.UN diujikan menggunakan satu set soal untuk semua peserta, sedangkan AKM
Soal diujikan sesuai kemampuan siswa. Soal yang diujikan yaitu
1.Pilihan ganda
2.Plihan ganda kompleks (jawaban yang benar lebih dari satu)
3.Isian singkat soal esai

2.Hal yang diukur


UN Yang diukur adalah capaian pada kompetensi kurikulum berdasarkan
penguasaan materi dalam mata pelajaran, sedangkan AN Yang diukur adalah
kompetensi siswa pada literasi dan numerisas, karakter siswa dan gambaran
lingkungan belajar

3.Peserta tes
UN Peserta ujian adalah siswa kelas 12 SMA dan 9 SMP
AN Peserta ujian diambil secara acak dari kelas 5 SD, 8 SMP dan sebelas SMA. Jadi tidak
semua siswa menjadi peserta dengan tujuan supaya iswa yang menjadi peserta AN 2021 dpat
merasakan perbaikan pembelajaran setelah ada assesmen dan untuk kesetaraan siswa kelas 12
dapat mengkuti assesmen
PENUGASAN !
1. Apakah yang di maksud dengan Pendidikan, jelaskan pendapatmu
mengenai pendidikan yang ada di Indonesia ?
2. Bagaimana pendapat anda mengenai UAN yang pernah ada di dunia
pendidikan Indonesia? Sudah tepat sasaran atau perlu dievaluasi,
jelaskan argument anda sebagai tenaga pendidik di Indonesia!

3. Bagaimana pendapat anda mengenai ASSESMEN NASIONAL (AN)? Lalu, apa


perbedaan AN dan UN (UJIAN NASIONAL)?
4. Menurut anda, apakah UN masih layak di terapkan di Indonesia sebagai tolok
ukur keberhasilan suatu pendidikan? Setujukah anda jika UN digantikan
dengan Assesmen Nasional (AN), jelaskan argument anda!

5. Agar anda lebih memahami mengenai UN dan AN, dari periode ke periode banyak sekali
perubahan UN hingga berakhir dengan AN. Menurut anda, apakah dampak positif dan
negative dari Pelaksanaan UN yang ada di Indonesia selama ini?
6. Mentri Nadiem Makariem telah mengeluarkan kebijakan penghapusan UN, dan
menggantinya dengan yang saat sedang booming yaitu AKM sebagai pengganti UN.
Menurut anda, apakah AKM dapat terlaksana secara maksima dalam memetakan tingkat
keberhasilan pembelajaran di Indonesia?

Anda mungkin juga menyukai