Bimtek AKM SMP Tahap 3 Konsep Asesmen Nasional merupakan bimtek lanjutan
Asesmen Kompetensi Minimum dari Tahap 2 yaitu Pengantar Program Bimtek Guru
Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum Jenjang SMP.
Pada Bimtek AKM SMP Tahap 3 Konsep Asesmen Nasional ini meliputi 7 (tujuh) sub
kegiatan yang wajib dipelajari secara berurutan, mulai dari:
1. Pengantar Konsep Asesmen Nasional
2. Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional
3. Membandingkan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional
4. Evaluasi Ujian Nasional
5. Kuis Konsep Asesmen Nasional
6. Perayaan Belajar dan Refleksi Topik 1: Konsep Asesmen Nasional
7. Refleksi Topik 1: Konsep Asesmen Nasional
Tiap sub kegiatan diatas akan Admin arsipkan sebagaimana berikut.
Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi,
numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan
pendidikan yang mendukung pembelajaran.
Untuk menghindari hal itu, pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai Asesmen
Nasional pun perlu terus disebarluaskan.
Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu membandingkan beberapa hal
penting mengenai Ujian Nasional dan Asesmen Nasional terlebih dahulu. Berikut
terdapat informasi mengenai perbandingan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional.
Berikut penjelasan setiap poin pembeda dari perbandingan antara AN dan UN:
1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama.
Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen
Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia,
sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar
siswa secara individu.
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta
program kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah
pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan
sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu
pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah
melakukan tindak lanjut perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan
hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar
siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode
survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari
setiap sekolah. Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan
metode sensus dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar
pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional
adalah literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau
minimum yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di
masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret
hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang
memberi kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting dalam
pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar yang diperlukan
untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis
komputer. AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage
Adaptive Testing (MSAT). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes
adaptif, dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya. .
Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Sebagai
tanggapan atas pemberlakuan Asesmen Nasional, berbagai respons pun muncul dari
sejumlah pihak mengenai kebijakan ini. Apakah kebijakan ini hanya sekedar
penggantian nama semata? Menurut Anda, apakah Asesmen Nasional merupakan
pengganti Ujian Nasional?
Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis
pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian
Nasional. Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas
mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan iklim
belajar.
Evaluasi Ujian Nasional
Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi yang dilakukan
terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung selama ini. Ujian Nasional menjadi
lebih berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu dan pembelajaran yang
berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan sebagai perbaikan mutu
pendidikan sendiri seringkali terabaikan. Selain itu, beberapa poin evaluasi berikut ini
juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian Nasional dan
menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional.
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga
input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum
sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana
tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam
menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta
menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila
belum lengkap dilakukan melalui UN saja.
Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada
subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih
kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan
kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara
nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih
sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai
sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak
bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah
untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut,
maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional
adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta
implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru,
orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal
persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
Silakan membaca penjelasan lengkap pada tautan link berikut ini Tanya Jawab Ujian
Nasional.
Adapun refleksi dari akhir kegiatan Tahap 3 Konsep Asesmen Nasional yaitu dengan
menanggapi pertanyaan.