Anda di halaman 1dari 36

Ya, benar.

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap


mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang
dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan
hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter)
serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan
yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut
diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur


kompetensi mendasar literasi membaca dan numerasi siswa. 
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan
kebiasaan yang mencerminkan karakter siswa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai
aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di
tingkat sekolah.

Tujuan dan Manfaat Asesmen


Nasional
Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen
Nasional merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas
pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang
untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas
belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil
belajar siswa. 

1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a)


perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan
antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan
pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah
antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar
kelompok berdasarkan atribut tertentu). 
2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang
seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan
kompetensi dan karakter siswa. 
3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik
esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan
utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan
Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada
perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu
memberikan manfaat, bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun
2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen
Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan
secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk
mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah. Berikut infografis
yang menjelaskan manfaat asesmen nasional.

Kaitannya dengan infografis tersebut, secara jangka panjang


Asesmen Nasional memberi kesempatan sekaligus menuntut guru
dan sekolah untuk memperbaiki kualitas pengajarannya guna
menciptakan siswa yang lebih kompeten. Hal ini terlihat dari
penekanan pembelajaran dan asesmen yang lebih fokus pada
daya nalar dalam bentuk literasi membaca dan numerasi. Hal ini
juga mendorong guru dan sekolah mengubah praktik-praktik
pembelajaran lama yang tidak lagi relevan dengan kondisi saat
ini. 

Bagaimana contohnya? Misalnya, guru ingin mengembangkan


keterampilan literasi pada siswa. Dalam hal ini, guru perlu
memotivasi siswa untuk membaca tidak hanya dari buku teks,
tetapi bisa dari berbagai sumber. Guru juga perlu mengajak siswa
berdiskusi dan mengevaluasi informasi yang dibaca, tidak sekedar
meringkas dan mengulang kembali. Bagaimana dengan
keterampilan numerasi? Pada keterampilan numerasi, guru perlu
memastikan siswa memiliki intuisi angka (number sense) dan
pemahaman aritmatika dasar sejak dini. Guru juga perlu
memandu siswa memecahkan masalah terkait numerasi yang
terjadi dalam konteks kehidupannya. Hal ini disebabkan masalah
yang menuntut diskusi dan penalaran tidak dapat dipecahkan
hanya dengan menghafal rumus semata.

Evaluasi Ujian Nasional


Berdasarkan penjelasan pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu
telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional.
Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari
evaluasi yang dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah
berlangsung selama ini. Ujian Nasional menjadi lebih berorientasi
pada pencapaian hasil belajar individu dan pembelajaran yang
berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan
sebagai perbaikan mutu pendidikan sendiri seringkali terabaikan.
Selain itu, beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi
pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian Nasional
dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional. 
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan
kognitif siswa, sehingga input dan proses pembelajaran kurang
dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan dengan
tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan
Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan
untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan
pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan,
serta menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam
profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan melalui UN saja.

Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki


pembelajaran pada subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional
dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah
pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan
kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.

Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu


pendidikan secara nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di
akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment of
learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai
sebagai assessment for learning, yang mengukur proses
pembelajaran. Hasil UN tidak bisa digunakan untuk
mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa. 
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang
kuat dari pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan
di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut, maka sesungguhnya
yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional
adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen
Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi
pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala satuan
pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal
persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
Membandingkan Asesmen
Nasional dengan Ujian
Nasional
Pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul terkait dengan
penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen
Nasional antara lain apakah Asesmen Nasional adalah pengganti
Ujian Nasional. Timbul pula kekhawatiran mengenai persiapan
siswa, guru dan sekolah menghadapi Asesmen Nasional.

Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu


membandingkan beberapa hal penting mengenai Ujian Nasional
dan Asesmen Nasional terlebih dahulu.
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:
1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional
tidak sama. Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas
sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi
mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional
bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara
individu. 
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menengah atas.
Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan.
Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah
pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang
pendidikan sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah
jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan
untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut
perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan
AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar
siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode
survei. Metode survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa
diambil secara acak dari setiap sekolah. Berbanding terbalik
dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus
dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi
bukan sekedar pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana
yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada
asesmen nasional adalah literasi membaca dan numerasi.
Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum
yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di
masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran
yang memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu.
Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang
penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini,
AKM memotret kompetensi mendasar yang diperlukan untuk
sukses pada berbagai mata pelajaran. 
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya
berbasis komputer. AN menggunakan metode
penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT). MSAT
ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana
setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya.
Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan
Ujian Nasional. Sebagai tanggapan atas pemberlakuan Asesmen
Nasional, berbagai respons pun muncul dari sejumlah pihak
mengenai kebijakan ini. Apakah kebijakan ini hanya sekedar
penggantian nama semata? Menurut Anda, apakah Asesmen
Nasional merupakan pengganti Ujian Nasional?

Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain


dari teknis pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda
jika dibandingkan dengan Ujian Nasional. Asesmen Nasional lebih
memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas mengenai mutu
pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan
iklim belajar.  
Petunjuk dan Teknis
Pelaksanaan Asesmen
Nasional
Bapak Ibu telah memahami pentingnya penerapan Asesmen
Nasional terkait perbaikan mutu pendidikan. Lalu, bagaimana
teknis pelaksanaan Asesmen Nasional? 

Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari penjelasan tentang


petunjuk dan teknis pelaksanaan Asesmen Nasional. Silakan Anda
cermati infografik berikut ini.



Berdasarkan penjelasan tersebut, Anda telah melihat perbedaan
teknis pelaksanaan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional?
Teknis pelaksanaan mana yang menurut Anda paling mendasar?
Menurut Anda, mengapa perubahan tersebut diperlukan dalam
Asesmen Nasional?

Kriteria Peserta Pelaksanaan


Asesmen Nasional
Pada topik sebelumnya, telah dibahas tentang perbedaan AN dan
UN, sekarang mari mengidentifikasi dimana letak perbedaanya.
Apakah perbedaannya ada di dalam teknis penyelenggaraan atau
dalam pelaksanaannya? Mari, kita mencermati dan menyimak
infografis ini. 
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan
tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program
kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan,
Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas
V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk
program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh
peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4
dan tingkat 6 program kesetaraan.

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa? 

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional.


Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan
menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil
belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik.
Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem.
Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan
memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta
dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari
sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada
jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI? 

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya


perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI
dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional
dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih
berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga
digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di
setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah
mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah
dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur
dalam Asesmen Nasional. 

Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan


diikuti oleh semua guru dan kepala sekolah di setiap satuan
pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah
diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas
proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara
Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan
berfungsi sebagai ujian kesetaraan. 

Merumuskan Butir Soal


Asesmen Nasional
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SMA –
Angkatan 10  Petunjuk dan Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional  Merumuskan
Butir Soal Asesmen Nasional
COMPLETE

Pada aktivitas sebelumnya, Anda sudah mempelajari bagaimana


teknis  pelaksanaan Asesmen Nasional. Pada aktivitas ini, Anda
akan mempelajari secara khusus, bagaimana butir-butir soal yang
akan diberikan dalam Asesmen Nasional, khususnya Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM). AKM merupakan bagian dari
Asesmen Nasional yang mencakup asesmen kompetensi
mendasar, yaitu literasi membaca dan asesmen kompetensi
numerasi.


Bentuk soal Asesmen Nasional AKM,  terdiri dari pilihan ganda,
pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.

1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar


dalam satu soal. 
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu
jawaban benar dalam satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik
garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan
pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk
menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk
menjelaskan jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur
kompetensi literasi membaca dan 30 butir soal untuk mengukur
kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas VIII dan XI akan
mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi
numerasi.

AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan


menempuh soal yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu
sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu
dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh
karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur
kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi
kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam
ragam stimulus soal-soal AKM.

AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang


membentuk lintasan kompetensi hasil belajar yang bersifat
kontinum. Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemdikbud
menyediakan contoh soal AKM pada
laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm

Konsep Literasi Membaca


Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling
mendasar yang ingin dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi
Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen
Literasi membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau
kembali apa yang dimaksud dengan literasi membaca dan
menulis. 

Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk


membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan
memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan
menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan,
mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk
berpartisipasi di lingkungan sosial.

Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya,


mencakup kemampuan yang lebih dari sekedar mampu mengeja
kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menulis, perlu
dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
bermakna terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di
dalam lingkungan satuan pendidikan, kompetensi literasi yang
terus berkembang memungkinkan siswa untuk dapat
menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.

Mengenal Asesmen
Kompetensi Minimum Literasi
Membaca
Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kompetensi
mendasar yang diperlukan oleh semua siswa untuk mampu
mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada
masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur
AKM, yaitu literasi membaca dan numerasi. 

Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh
mengenai Asesmen Literasi Membaca yang berlaku untuk
Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa.
Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya
mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten,
berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif. 
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang
digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu
teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses kognitif
menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk
dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca,
level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan
integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan konteks
menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang
digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu
personal, sosial budaya, dan saintifik. 

Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian


asesmen literasi membaca silakan cek infografis berikut:
Konsep Numerasi
Numerasi termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar
yang ingin dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi Minimum.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen numerasi
dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang
dimaksud dengan numerasi.

Numerasi merupakan suatu kompetensi yang mencakup


pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan disposisi yang
dibutuhkan siswa untuk menggunakan matematika dalam
cakupan dan situasi yang lebih luas. Numerasi menuntut siswa
untuk mengenali dan memahami peran matematika di dunia,
memiliki disposisi dan kapasitas untuk menggunakan
pengetahuan dan keterampilan matematika untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan nyata.

Secara umum kompetensi numerasi ditandai dengan kemampuan


seseorang untuk bernalar, mengambil keputusan yang tepat, dan
memecahkan masalah. Kemampuan ini dalam penerapannya
terkait dengan mata pelajaran lain yang siswa pelajari

Mengenal Asesmen
Kompetensi Minimum
Numerasi
Pada topik sebelumnya, Bapak dan Ibu telah mempelajari Butir
Soal Asesmen Literasi pada Setiap Jenjang. Pada topik ini Bapak
dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen
Numerasi yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum
yang akan diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen
literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten
tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada
beberapa tingkat proses kognitif. 

Pada Numerasi, konten dibedakan menjadi empat kelompok,


yaitu: Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan
Ketidakpastian, serta Aljabar.  Kemudian, tingkat proses kognitif
menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk
dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga
level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran. 
Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi
untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan
menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. 

Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian


asesmen literasi membaca silakan cek infografis berikut:
Menganalisis Tahap Asesmen
Numerasi Tingkat SMA
Pada aktivitas sebelumnya Bapak dan Ibu telah belajar
menganalisis tahap asesmen numerasi tingkat SMA. Pada topik
ini, Bapak dan Ibu akan mengenal contoh-contoh butir asesmen
numerasi tingkat SMA.
Pada tingkat SMA terdapat 1 level pembelajaran. Pada level
pembelajarannya terdapat 3 konten yang dipelajari yakni,
geometri dan pengukuran, aljabar, serta data dan ketidakpastian.

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 10, siswa akan belajar


geometri dengan memahami dan menggunakan perbandingan
trigonometri serta ,menghitung volume dan luas permukaan.
Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan
pertidaksamaan, relasi dan fungsi bilangan, termasuk pola
bilangan. Dan akan mempelajari data dan representasi juga
ketidakpastian dan peluang.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat
penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 1
Numerasi.

Terima kasih sudah mengikuti pembelajaran hari ini, selalu ikuti


protokol kesehatan covid 19, jaga jarak, gunakan masker, selalu cuci
tangan dengan sabun pada air mengalir, dan tetap dirumah untuk
kesehatan dan keselamatan kita semua, semoga kita semua selalu
diberi kesehatan dan kebahagian, saya akhiri wasalam mualaikum wr
wb.....

Mengidentifikasi 4 Kategori
Tingkat Penguasaan Kompetensi
Anda telah sampai pada topik yang terakhir dari Bimtek Guru Belajar
Seri Asesmen Kompetensi Minimum. Pada topik-topik sebelumnya Anda
telah memahami mengenai konsep Asesmen Nasional, teknis
pelaksanaannya, AKM sebagai bagian dari AN, serta memahami contoh-
contoh butir soal AKM literasi membaca dan numerasi. Sekarang Anda
akan menggali pemahaman mengenai apa yang terjadi setelah Asesmen
Kompetensi Minimum dilaksanakan.
Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum
adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya,
Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi
mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi
membaca dan numerasi. 

Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan


dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan
kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4
tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap
kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:



Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata
pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan
berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian
“Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang
dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan
memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang
diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi
selengkapnya pada tautan berikut ini: AKM dan Implikasinya pada
Pembelajaran

Menjelaskan Perbedaan
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dengan Berbasis
Konten
Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan
kategori kompetensi dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan
perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan tujuan Asesmen
Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan
mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi
demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang berbasis
konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi. 

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan


sesuatu dengan baik, misalnya mampu melakukan tugas atau
pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal,
atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih
beragam. Misalnya memimpin organisasi.

Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan


mampu mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan konsep,
dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran.
Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah
fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran
berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai
dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas
sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan
kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran
berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit
demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep
dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk
menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar
menguasai konten materi pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada
fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan kecepatan
belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar
belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang
berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran
berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan
untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk
literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu
memetakan tahapan kompetensi siswa. 

Analisis Kategori Penguasaan


Kompetensi untuk Tindak
Lanjut Pembelajaran
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang
bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan
siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan
menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi
lebih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran
mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin
pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan
yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk
beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak
dengan cepat” berdasarkan informasi baru. 

Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana


telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki
kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan
tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori
kompetensi siswanya.

Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat


kompetensi berdasarkan  kebutuhan, pendekatan, struktur
pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan
penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan
mencermatinya. 




Merekomendasikan Strategi
Pembelajaran Berdasarkan
Hasil Laporan Asesmen
Kompetensi Minimum
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru
dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya dapat
memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti telah
disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur
secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun
pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses
pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan
didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi
Minimum.

Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat


melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan
berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi,
manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan
menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid.
Misalnya:

1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu


memahami isi bacaan, murid hanya mampu membuat
interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada
materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain
secara audio, visual dan pendampingan khusus. 
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari
teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik koperasi.
Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk
catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks
mengenai koperasi, namun belum mampu merefleksi. Murid
dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan
murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi. 
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan
merefleksi kegunaan koperasi dari teks yang diberikan oleh
guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun
beragam strategi pemanfaatan koperasi.
Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran
berdasarkan kategori tingkat penguasaan kompetensi, Anda
dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini AKM dan
Implikasinya pada Pembelajaran

Contoh Strategi Pembelajaran


Berbasis Kompetensi pada Mata
Pelajaran
Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah memahami bahwa
laporan hasil Asesmen Nasional mengidentifikasi tingkat kompetensi
literasi dan numerasi siswa dalam sebuah satuan pendidikan ke dalam 4
kategori. Anda juga telah memahami bagaimana laporan hasil AKM
dianalisis untuk menentukan tindak lanjut dalam strategi pembelajaran
yang lebih berbasis penguasaan kompetensi, bukan berfokus pada
konten saja.

Contoh praktik baik berikut ini, akan memberikan gambaran pada Bapak
dan Ibu bagaimana praktik pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Selain itu contoh berikut ini juga memberikan gambaran bagaimana
literasi dan numerasi terintegrasi dalam pembelajaran.




Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
1. Modul Belajar Literasi dan Numerasi Jenjang SD. Klik di Modul Literasi
dan Numerasi
2. Surat Kabar Guru Belajar Edisi Ke-21: Literasi untuk Belajar. Klik
di http://bit.ly/skgurubelajar021

Segitiga Belajar: Kurikulum,


Asesmen dan Pembelajaran
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SMA – Angkatan
10  Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen Kompetensi Minimum  Segitiga Belajar: Kurikulum,
Asesmen dan Pembelajaran
IN PROGRESS

Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas


pembelajaran murid? Apa keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan
pembelajaran dalam menyediakan pengalaman belajar murid yang
berkualitas?
Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai
murid. Tidak heran apabila banyak dari kita yang berusaha keras
melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi mungkin. Nilai murid
menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan
utama bukan lah menentukan nilai murid.

Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari
proses pembelajaran yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah
segitiga belajar yang mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan
pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat asesmen,
kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru
dan pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek
yang menentukan pengalaman belajar murid.

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai


berikut:

Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid


dengan menggunakan cara belajar dan asesmen tertentu.
Pengembangan kurikulum, selain mengacu pada tantangan dunia nyata,
hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan refleksi praktik
pembelajaran.
Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di
ruang kelas berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari
hasil asesmen dan untuk mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum. Pembelajaran memadukan informasi dari asesmen
dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan antara paduan tersebut
yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan
sejumlah informasi yang terkait pencapaian kondisi murid dan
penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis: asesmen di
awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif:
asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan perbaikan dan
penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk
menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid.

Anda mungkin juga menyukai