Anda di halaman 1dari 35

yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan

Belajar.

1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar


literasi membaca dan numerasi siswa. 
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang
mencerminkan karakter siswa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan
proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.
4. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan
mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem
pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di
satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar
kelompok berdasarkan atribut tertentu). 
5. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi
tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa. 
6. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah
sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan
dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber
daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:

1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama.


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk
mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional bertujuan
untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu. 
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program
kesetaraan. Sementara UN pada Sekolah Dasar tidak diwajibkan, tetapi lebih mengarah
pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan
sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas
5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut
perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan
sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat
kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode
survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap
sekolah. Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus
dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar
pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional
adalah literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum
yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Sementara
Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata
pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang
penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret
kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran. 
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis
komputer. AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive
Testing  (MSAT). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana
setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya.
Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI? 

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan


pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang
menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika
mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan
untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid
kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga
sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam
Asesmen Nasional. 

Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua
guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru,
dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses
dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum
untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan. 

Pada aktivitas sebelumnya, Anda sudah mempelajari bagaimana teknis  pelaksanaan


Asesmen Nasional. Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari secara khusus, bagaimana
butir-butir soal yang akan diberikan dalam Asesmen Nasional, khususnya Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM). AKM merupakan bagian dari Asesmen Nasional yang
mencakup asesmen kompetensi mendasar, yaitu literasi membaca dan asesmen
kompetensi numerasi.
entuk soal Asesmen Nasional AKM,  terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat dan uraian.

1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal. 
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam
satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik
ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan
nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan
jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa
kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.

AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi
mendasar yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh
karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama.
Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan
tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.

AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan


kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum. Pusat Asesmen dan Pembelajaran
Kemdikbud menyediakan contoh soal AKM pada
laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm

Materi belajar pada topik ini sudah Anda lewati. Petunjuk, teknis pelaksanaan, kriteria
peserta dan merumuskan butir soal AN telah Anda pahami. Sebelum melangkah ke topik
selanjutnya, silahkan mengikuti kuis Pelaksanaan Asesmen Nasional untuk mengukur
pemahaman belajar Anda pada topik ini. Berikut terdapat  beberapa pernyataan benar
atau salah. Pilihlah pernyataan yang benar.

Jika Anda mendapat hasil yang kurang maksimal, Anda dapat kembali mempelajari
materi pada topik ini. Kemudian, Anda diberi kesempatan untuk mengulang kuis ini.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis,
mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis,
menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan
pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang
lebih dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan
menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna
terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan
pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk
dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.

Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kompetensi mendasar yang


diperlukan oleh semua siswa untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan
berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur
AKM, yaitu literasi membaca dan numerasi. 

Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen
Literasi Membaca yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan
diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya
mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada
beberapa tingkat proses kognitif. 

Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini
dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat
proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah
menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan
konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan.
Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. 

Selanjutnya Bapak dan Ibu akan berlatih  menganalisis tahap asesmen pada tingkat SD. 

Pada tingkat SD terdapat 3 level pembelajaran, mari kita pelajari setiap level
pembelajaran yang ada pada tingkat SD. 

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 1 dan 2, siswa akan menemukan informasi
dengan cara mengakses dan mencari informasi dalam teks. Selain itu siswa akan
memahami teks secara literal, kemudian menyusun inferensi, membuat koneksi dan
prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga akan mengevaluasi dan
merefleksi dengan menilai format penyajian dalam teks. Bapak dan Ibu juga dapat
melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link
Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi
Membaca Teks Informasi
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 3 dan 4, sama seperti level pembelajaran 1 siswa
juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada
kelas 3 dan 4 akan menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan
mengevaluasi menilai format penyajian dalam teks, selain itu siswa juga merefleksi isi
wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks
terhadap pengalaman pribadi.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih
lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level
Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Informasi
Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 5 dan 6, sama seperti level pembelajaran 2 siswa
juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada
kelas 5 dan 6 akan menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya. Bapak dan Ibu
juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 3
Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 3 Literasi Membaca Teks Informasi

Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah belajar menganalisis tahap asesmen
literasi membaca pada tingkat SD. Pada topik ini, Bapak dan Ibu akan mengenal contoh-
contoh butir asesmen literasi membaca teks fiksi dan juga teks informasi tingkat SD. 

Melalui teks tersebut, Bapak dan Ibu dapat mengukur beberapa kompetensi yang
dilatihkan. Kompetensi apa saja yang diukur menggunakan teks fiksi untuk level ini? 

1. Menemukan informasi tersurat pada teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. 
Contoh soalnya:

Hewan apa yang Sukma dan Trisna tangkap?

A Kupu-kupu

B Capung

C Belalang
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:
Contoh-Contoh Butir Soal Kompetensi Level 1
2. Mengidentifikasi kejadian yang dihadapi tokoh cerita pada teks sastra sesuai
jenjangnya 

Contoh soalnya:

Pernyataan Ben

Sukma dan Trisna mendapat tugas sains dari Ibu Guru untuk mengamati serangga.

Trisna mengatakan bahwa salah satu contoh serangga adalah capung.

Mereka pergi ke taman yang terdapat banyak capung.


Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:

Contoh-Contoh Soal Kompetensi Level 2


3. Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh pada teks sastra sesuai jenjangnya

Contoh soalnya:

Bagaimana perasaan Sukma dan Trisna setelah menyelesaikan tugas dari Bu guru?

Ketik jawabanmu!

Gembira
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:

Contoh-contoh soal kompetensi 3 Level 1


4. Membandingkan hal-hal utama dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai
jenjangnya

Contoh soalnya:
Klik pada pilihan jawaban yang tepat!
Apa kegiatan Sukma dan Trisna sebelum pergi ke lapangan untuk mencari serangga?
A Berencana untuk menangkap capung.

B Membuat jaring laba-laba.

C Pergi ke halaman sekolah.


Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:

Contoh-contoh soal kompetensi 4 Level 1


5. Menilai kesesuaian antara ilustrasi dengan isi teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya

Contoh soalnya:

Perhatikan Gambar!

Gambar 1.

Gambar 2.
Gambar 3.

Pada gambar nomor berapa Sukma dan Trisna berhasil menangkap capung?

A Gambar nomor 1.
B Gambar nomor 2.

C Gambar nomor 3.
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:

Contoh-contoh soal kompetensi 5 Level 1


Level Pembelajaran 1 Teks Informasi untuk kelas 1 dan 2.
Anda dapat melihat salah satu contoh teks informasi untuk pembelajaran level 1 kelas 1
dan 2.

1. Menemukan informasi tersurat pada teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya.
Mela mempunyai teman baru di kelasnya
Namanya Arini
Mela ingin mengajak Arini  bermain sepeda di taman kota
Sayangnya, Arini belum tahu letak taman kota
Kemudian, Mela membuat sebuah denah untuk Arini
Klik pada satu pilihan jawaban!

Menurut denah tersebut, di mana letak taman kota?

A Di samping rumah Mela

B Di seberang masjid

C Di seberang toko buku


Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:

Contoh-contoh butir soal kompetensi 1 level 1


2. Mengidentifikasi topik atau fokus pembahasan pada teks informasi yang sesuai
jenjangnya.

Klik pada beberapa pilihan jawaban!

Menurut kamu, mana judul yang paling cocok untuk tulisan itu?

Denah Menuju Taman Kota

Mencari Taman Kota

Denah Kota Kita


Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:

Contoh-contoh butir soal kompetensi 2 level 1


3. Menyimpulkan kejadian pada teks informasi sesuai jenjangnya.

Mela mempunyai teman baru di kelasnya. Namanya Arini.


Mela ingin mengajak Arini 
bermain sepeda di taman kota.
Sayangnya, Arini belum tahu letak taman kota.
Mela membuat sebuah denah untuk Arini.
Ketik jawabanmu!

Mengapa Mela membuat denah untuk Arini?

Untuk memberitahu Arini letak taman kota.


Dari penjelasan pada aktivitas-aktivitas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa butir-
butir soal asesmen literasi AKM melibatkan proses penalaran yang tidak dapat
dipersiapkan melalui program bimbingan belajar intensif yang berfokus pada latihan-
latihan soal saja. Proses penalaran siswa justru perlu lebih banyak dikembangkan dan
dipupuk melalui strategi pembelajaran di kelas. 

Anda telah mengenali level-level perkembangan kompetensi siswa SD. Pada aktivitas ini,
Bapak dan Ibu akan berlatih membuat butir soal literasi yang akan membantu siswa
Anda untuk berlatih menggunakan kompetensi literasi untuk bernalar dalam
pembelajaran di kelas. Bagaimana langkahnya? Mari kita berlatih.
1. Pertama, pahami kompetensi literasi membaca siswa yang Anda ampu. Dari situ
Anda dapat memilih teks yang sesuai. Misalnya, dari ketiga teks berikut ini manakah
yang paling sesuai dengan level yang anda ampu, Apakah teks 1, teks 2 atau teks 3?
Jelaskan.
Konsep Numerasi
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 2  Asesmen Numerasi
Tingkat SD  Konsep Numerasi

IN PROGRESS

Numerasi termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi
dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai
asesmen numerasi dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang
dimaksud dengan numerasi.

Numerasi merupakan suatu kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan,


perilaku, dan disposisi yang dibutuhkan siswa untuk menggunakan matematika dalam
cakupan dan situasi yang lebih luas. Numerasi menuntut siswa untuk mengenali dan
memahami peran matematika di dunia, memiliki disposisi dan kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan nyata.

Secara umum kompetensi numerasi ditandai dengan kemampuan seseorang untuk


bernalar, mengambil keputusan yang tepat, dan memecahkan masalah. Kemampuan ini
dalam penerapannya terkait dengan mata pelajaran lain yang siswa pelajari.

Pada Numerasi, konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Bilangan,


Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.  Kemudian, tingkat
proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah
pemahaman, penerapan, dan penalaran.  Sedangkan konteks menunjukkan aspek
kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan
menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. 
Selanjutnya, Bapak dan Ibu akan berlatih menganalisis tahap asesmen pada tingkat SD.

Pada jenjang SD/MI terdapat 3 level pembelajaran. Pada level 1 terdapat 3 konten yang
dipelajari yakni, bilangan, geometri dan pengukuran serta aljabar. Sedangkan pada level
2-3 terdapat 4 konten yakni, bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar, dan data dan
ketidak pastian.

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 2, siswa akan belajar merepresentasi,


mengurutkan dan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Siswa akan
mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari
persamaan dan pertidaksamaan bilangan serta relasi dan fungsi bilangan.  Bapak dan Ibu
juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.

Level Pembelajaran 1 Numerasi


Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 4, siswa akan belajar merepresentasi,
mengurutkan dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan
bilangan bulat ataupun desimal. Siswa akan mengenal bangun geometri dan
pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan
bilangan, relasi dan fungsi bilangan, juga rasio dan proporsi. Pada level ini siswa juga
akan mempelajari data dengan representasinya serta ketidakpastian dan peluang.  Bapak
dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.

Level Pembelajaran 2 Numerasi.


Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 6, siswa akan belajar merepresentasi,
mengurutkan dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan
bilangan bulat ataupun desimal. Siswa akan mengenal bangun geometri dan
pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan
bilangan, relasi dan fungsi bilangan, juga rasio dan proporsi. Pada level ini siswa juga
akan mempelajari data dengan representasinya.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat
penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.

Level Pembelajaran 3 Numerasi.


Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat
Penguasaan Kompetensi
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 2  Tindak Lanjut Laporan
Hasil Asesmen Kompetensi Minimum  Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat Penguasaan Kompetensi

IN PROGRESS

Anda telah sampai pada topik yang terakhir dari Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum. Pada topik-topik sebelumnya Anda telah memahami mengenai
konsep Asesmen Nasional, teknis pelaksanaannya, AKM sebagai bagian dari AN, serta
memahami contoh-contoh butir soal AKM literasi membaca dan numerasi. Sekarang
Anda akan menggali pemahaman mengenai apa yang terjadi setelah Asesmen
Kompetensi Minimum dilaksanakan.

Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap


Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum
dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa,
berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 

Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat
tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan
numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan
kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:
Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat
kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan.
Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan
memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada
suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut
ini: AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran
Silakan melanjutkan ke aktivitas berikutnya. Jangan lupa tandai selesai lalu lanjutkan.
Menjelaskan Perbedaan Pembelajaran
Berbasis Kompetensi dengan Berbasis
Konten
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 2  Tindak Lanjut Laporan
Hasil Asesmen Kompetensi Minimum  Menjelaskan Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan
Berbasis Konten

IN PROGRESS

Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi


dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan
dengan tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan
mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu
berubah dari pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis
kompetensi. 

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik,


misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga
mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal,
atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin
organisasi.

Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan


pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses
pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah
fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi,
siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya
hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan
kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini
membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan
pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk
menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi
pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa
dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan
latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat
terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain
adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk
literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan
kompetensi siswa. 
Analisis Kategori Penguasaan
Kompetensi untuk Tindak Lanjut
Pembelajaran
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 2  Tindak Lanjut Laporan
Hasil Asesmen Kompetensi Minimum  Analisis Kategori Penguasaan Kompetensi untuk Tindak Lanjut
Pembelajaran

IN PROGRESS

Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi
setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi,
tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan
terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya.
Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level
penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk
beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat”
berdasarkan informasi baru. 

Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada


aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum
menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori
kompetensi siswanya.

Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan 
kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan
tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012).  
Merekomendasikan Strategi
Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan
Asesmen Kompetensi Minimum
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 2  Tindak Lanjut Laporan
Hasil Asesmen Kompetensi Minimum  Merekomendasikan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan
Asesmen Kompetensi Minimum

IN PROGRESS

Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku
kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara
komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak
mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil
AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata
pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi
Minimum.

Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata
pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi:
menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan
menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:

1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan,
murid hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu
pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual
dan pendampingan khusus. 
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak
memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar
pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai
koperasi, namun belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi
kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi. 
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan
koperasi dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran
berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi.
Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat
penguasaan kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini AKM
dan Implikasinya pada Pembelajaran

Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis


Kompetensi pada Mata Pelajaran
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 2  Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen
Kompetensi Minimum  Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi pada Mata Pelajaran

IN PROGRESS

Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah memahami bahwa laporan hasil
Asesmen Nasional mengidentifikasi tingkat kompetensi literasi dan numerasi siswa
dalam sebuah satuan pendidikan ke dalam 4 kategori. Anda juga telah memahami
bagaimana laporan hasil AKM dianalisis untuk menentukan tindak lanjut dalam strategi
pembelajaran yang lebih berbasis penguasaan kompetensi, bukan berfokus pada konten
saja.

Contoh praktik baik berikut ini, akan memberikan gambaran pada Bapak dan Ibu
bagaimana praktik pembelajaran yang berbasis kompetensi. Selain itu contoh berikut ini
juga memberikan gambaran bagaimana literasi dan numerasi terintegrasi dalam
pembelajaran mata pelajaran.
egitiga Belajar: Kurikulum, Asesmen dan
Pembelajaran
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 2  Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen
Kompetensi Minimum  Segitiga Belajar: Kurikulum, Asesmen dan Pembelajaran

IN PROGRESS

Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas pembelajaran murid? Apa
keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan
pengalaman belajar murid yang berkualitas?
Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran
apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita
setinggi mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang
pertama dan utama bukan lah menentukan nilai murid.

Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses
pembelajaran yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang
mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu
kita tidak melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri
sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang
menentukan pengalaman belajar murid.

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:

Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan


menggunakan cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain
mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan
refleksi praktik pembelajaran.
Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas
berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk
mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran
memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan
antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi
yang terkait pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu.
Asesmen diagnosis: asesmen di awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen
formatif: asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian
pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk menentukan level penguasaan
kompetensi oleh murid.
Pemahaman terhadap segitiga belajar akan membawa kita pada kebutuhan membaca
laporan Asesmen Kompetensi Minimum dan menggunakannya untuk perbaikan kualitas
pembelajaran. Bagaimana cara membaca dan menggunakannya? Pelajari topik modul
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai