Anda di halaman 1dari 6

RESUME

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK)


PROGRAM GURU BELAJAR SERI ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
GURU BELAJAR SERI ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM

A. MATERI POKOK

1. KONSEP ASESMEN NASIONAL

a. Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional


Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan
upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional
dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-
mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
1) Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a)
perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di
dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok
sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar
daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu)
2) Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi
tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa.
3) Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial
sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini
diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk
memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan
manfaat, bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan
bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan
secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja
sekolah maupun daerah.

b. Membandingkan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional


Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:

1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama. Seperti
yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan
untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional
bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu.
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta
program kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah
pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan sebagaimana
Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal
ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan
mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk
mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode survei
dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah.
Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus dimana
semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan
ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah
literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang
diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Sementara Ujian
Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran
tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang penting dan
kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar
yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer. AN
menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT).
MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa dapat
melakukan tes sesuai level kompetensinya.

2. TEKNIS PELAKSANAAN ASESMEN NASIONAL


a. Kreteria Peserta Pelaksana Asesmen Nasional

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan
menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan
pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan
XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen
Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2,
tingkat 4 dan tingkat 6 program kesetaraan.

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional
tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang
individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik.
Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional
merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan
secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen
Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di
setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan


pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang
menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika
mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan
untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas
V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah
dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen
Nasional.
b. Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional

1. Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.
2. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
3. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
4. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik
lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
5. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
6. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.

AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar
yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu
seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan
konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam
ragam stimulus soal-soal AKM.

3. ASESMEN LITERASI MEMBACA


Literasi membaca adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan,
mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah,
mengembangkan kapasitas individu, sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat
berkontribusi secara produktif di masyarakat. Mendikbud menekankan, literasi di sini bukan
hanya kemampuan membaca. "Literasi di sini bukan hanya kemampuan membaca tetapi
kemampuan menganalisis suatu bacaan dan memahami konsep di balik tulisan tersebut.
Sedangkan kompetensi numerasi berarti kemampuan menganalisis menggunakan angka,"
papar Nadiem.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini
dibedakan dalam 2 kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses
kogitif menunjukkan proses berfikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan
informasi, interpretasi dan integrase serta evaluasi dan refeksi. Sedangkan konteks
menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada
AKM dibedakan menjadi 3, yaitu personal, social budaya dan saintifik

4. ASESMEN NUMERASI

Numerasi merupakan kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagi jenis konteks yang
relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia. Literasi numerasi adalah
pengetahuan dan kecakapan untuk:
 menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks
kehidupan sehari-hari.
 menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan,
dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan
mengambil keputusan.

Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan


konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari misalnya
di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara.
Termasuk kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di
sekeliling kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan
cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan
kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang
dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.

5. TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL ASESMEN KOMPETENSI

a. Analisis Kategori Penguasaan Kompetensi untuk Tindak Lanjut Pembelajaran


Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan
tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih
tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih
fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan
pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke
level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk
beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat”
berdasarkan informasi baru. Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi,
sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan
pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu
menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.

b. Merekomendasikan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan Asesmen


Kompetensi Minimum
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku
kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara
komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak
mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil
AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata
pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen
Kompetensi Minimum.

c. Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi pada Mata Pelajaran


Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah memahami bahwa laporan hasil
Asesmen Nasional mengidentifikasi tingkat kompetensi literasi dan numerasi siswa
dalam sebuah satuan pendidikan ke dalam 4 kategori. Anda juga telah memahami
bagaimana laporan hasil AKM dianalisis untuk menentukan tindak lanjut dalam strategi
pembelajaran yang lebih berbasis penguasaan kompetensi, bukan berfokus pada konten
saja.

B. PENUNJANG
1. ASESMEN PRA DAN PASCA PROGRAM
Asesmen pasca Program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum Ini
adalah tahap akhir dari program, yaitu asesmen pasca program. Anda akan menjawab
serangkaian soal yang terdiri atas 30 soal pilihan ganda dan membandingkannya dengan
hasil pencapaian Anda pada tahap asesmen pra program. Jika pencapaian Anda masih
dibawah 70%, Anda diberi kesempatan 2 (dua) kali untuk mengulang kembali asesmen
pasca program ini. Jika diperlukan, Anda juga dapat mengulangi kembali materi dalam
topik-topik bimtek, sesuai kebutuhan Anda.

Anda mungkin juga menyukai