Anda di halaman 1dari 23

Kriteria Peserta Pelaksanaan Asesmen

Nasional

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah
di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan,
Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih
secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti
oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6
program kesetaraan.

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa? 

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak
digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu.
Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah
melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara
untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang
diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah
pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI? 

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran.


Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta
Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di
sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari
proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami
proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi
pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional. 

Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru
dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan
kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan
hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk
pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan. 

Pada aktivitas sebelumnya, Anda sudah mempelajari bagaimana teknis  pelaksanaan


Asesmen Nasional. Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari secara khusus, bagaimana
butir-butir soal yang akan diberikan dalam Asesmen Nasional, khususnya Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM). AKM merupakan bagian dari Asesmen Nasional yang
mencakup asesmen kompetensi mendasar, yaitu literasi membaca dan asesmen kompetensi
numerasi.


Bentuk soal Asesmen Nasional AKM,  terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat dan uraian.
1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal. 
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik
lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas
VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca
dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.

AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang
perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh
siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks
beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam
stimulus soal-soal AKM.

AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan


kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum. Pusat Asesmen dan Pembelajaran
Kemdikbud menyediakan contoh soal AKM pada
laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan
menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap
satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V,
VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Selain peserta didik, AN juga
akan diikuti oleh kepala sekolah dan guru di setiap satuan pendidikan. Setiap peserta
akan mengerjakan tes AKM (literasi membaca dan literasi numerasi), survei karakter,
dan survei lingkungan belajar.
Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum
Literasi Membaca
Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kompetensi mendasar yang
diperlukan oleh semua siswa untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan
berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur
AKM, yaitu literasi membaca dan numerasi. 

Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Literasi
Membaca yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada
siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau
konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat
proses kognitif. 

Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini
dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses
kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan
informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan konteks
menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada
AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. 

Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca
silakan cek infografis berikut:
Selanjutnya, Bapak dan Ibu akan berlatih menganalisis tahap asesmen pada tingkat SMA.
Pada tingkat SMA terdapat 2 level pembelajaran, mari kita pelajari setiap level pembelajaran
yang ada pada tingkat SMA. 

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 9 dan 10, siswa akan belajar sesuai tingkat kognitif
pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 9 dan 10 akan menggunakan konten
yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan memahami teks secara literal
dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks
jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi isi wacana untuk
pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman
pribadi Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level
Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca
Teks Informasi
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 11 dan 12, sama seperti level pembelajaran 1 siswa
juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas
11 dan 12 akan menggunakan konten yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya.
Siswa akan memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan
prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam
teks dan merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang terkandung dari teks sastra atau teks
informasi untuk memahami cara pandang penulis sesuai jenjangnya. Bapak dan Ibu juga
dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi
Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Informasi

Contoh Butir Soal Asesmen Literasi


Membaca Tingkat SMA
Dari penjelasan pada aktivitas-aktivitas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa butir-butir
soal asesmen literasi AKM melibatkan proses penalaran yang tidak dapat dipersiapkan
melalui program bimbingan belajar intensif yang berfokus pada latihan-latihan soal saja.
Proses penalaran siswa justru perlu lebih banyak dikembangkan dan dipupuk melalui
strategi pembelajaran di kelas. 

Anda telah mengenali level-level perkembangan kompetensi literasi siswa SMA. Pada
aktivitas ini, Bapak dan Ibu akan berlatih membuat butir soal literasi yang akan membantu
siswa Anda untuk berlatih menggunakan kompetensi literasi untuk bernalar dalam
pembelajaran di kelas. Bagaimana langkahnya? Mari kita berlatih.
1. Pertama, pahami kompetensi literasi membaca siswa yang Anda ampu. Dari situ Anda
dapat memilih teks yang sesuai. Misalnya, dari kedua teks berikut ini manakah yang paling
sesuai dengan level yang anda ampu, Apakah teks 1, atau teks 2? Jelaskan.

Teks 1: Cegah Covid-19, Perlukah Pakai Masker saat Berada di Rumah?


Teks 2: Hujan Pertama


2. Kedua, setelah memilih teks bacaan sesuai dengan level kompetensi siswa yang Anda
ampu, pilihlah salah satu kompetensi yang ingin Anda kembangkan dan evaluasi. 
3. Ketiga, dari kompetensi literasi tersebut, cobalah membuat 3 buah soal dengan bentuk
yang berbeda-beda berdasarkan teks yang Anda pilih tadi. 

Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan atas dasar kompetensi, bukan hafalan materi


semata, memberikan kesempatan pada siswa untuk terus mengembangkan kemampuan
dasar literasinya dalam penalaran. 

 Teks Informasi (Memahami Teks)

Konsep Numerasi
Numerasi merupakan suatu kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan,
perilaku, dan disposisi yang dibutuhkan siswa untuk menggunakan matematika dalam
cakupan dan situasi yang lebih luas. Numerasi menuntut siswa untuk mengenali dan
memahami peran matematika di dunia, memiliki disposisi dan kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan nyata.

Secara umum kompetensi numerasi ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bernalar,
mengambil keputusan yang tepat, dan memecahkan masalah. Kemampuan ini dalam
penerapannya terkait dengan mata pelajaran lain yang siswa pelajari.

Pada Numerasi, konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Bilangan, Pengukuran
dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.  Kemudian, tingkat proses kognitif
menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan
masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan,
dan penalaran.  Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk
konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial
budaya, dan saintifik. 
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca
silakan cek infografis berikut:
Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi
Tingkat SMA
Pada tingkat SMA terdapat 1 level pembelajaran. Pada level pembelajarannya terdapat 3
konten yang dipelajari yakni, geometri dan pengukuran, aljabar, serta data dan
ketidakpastian.

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 10, siswa akan belajar geometri dengan memahami
dan menggunakan perbandingan trigonometri serta ,menghitung volume dan luas
permukaan. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan, relasi
dan fungsi bilangan, termasuk pola bilangan. Dan akan mempelajari data dan representasi
juga ketidakpastian dan peluang.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih
lengkap melalui link Level Pembelajaran 1 Numerasi.

Contoh Butir Asesmen Numerasi Tingkat


SMA
. Badan Geologi, Kementerian ESDM dan Mitigasi Bencana Geologi Sumatera Utara sedang
mengamati ketinggian letusan awan panas gunung  Sinabung pada hari tersebut. Puncak
gunung terlihat pada  sudut elevasi 30° sedangkan puncak letusan awan panas terlihat pada
sudut elevasi 60°.

Diketahui tinggi gunung Sinabung adalah 2.460 meter dan terjadi kesalahan dalam
mengukur sudut elevasi. Besar sudut elevasi untuk melihat tinggi erupsi seharusnya adalah
50o. Akibat kesalahan ini, maka tinggi erupsi gunung sebenarnya lebih tinggi atau
rendahkah bila dibandingkan dengan tinggi erupsi yang didapatkan dari sudut elevasi
semula? Beri alasannya!

Jawaban:
30 derajat dengan tinggi 2460 meter, yang seharusnya adalah 50 derajat. Besar sudut
sebanding dengan tinggi dengan aturan trigonometri — x = t / sin y dengan x jarak
pengamat dengan kaki gunung.
Dari penjelasan pada aktivitas-aktivitas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa butir-butir
soal asesmen numerasi AKM melibatkan proses penalaran yang tidak dapat dipersiapkan
melalui program bimbingan belajar intensif yang berfokus pada latihan-latihan soal saja.
Proses penalaran siswa justru perlu lebih banyak dikembangkan dan dipupuk melalui
strategi pembelajaran di kelas. 

Anda telah mengenali level-level perkembangan kompetensi numerasi siswa SMA. Pada
aktivitas ini, Bapak dan Ibu akan berlatih membuat butir soal numerasi yang akan
membantu siswa Anda untuk berlatih menggunakan kompetensi numerasi untuk bernalar
dalam pembelajaran di kelas. Bagaimana langkahnya? Mari kita berlatih.

1. Pertama, pahami kompetensi numerasi siswa yang Anda ampu. Dari situ Anda dapat
memilih kasus yang sesuai. Misalnya, dari kedua gambar berikut ini manakah yang paling
sesuai dengan level yang anda ampu, Apakah gambar 1, atau gambar 2? Jelaskan.


2. Kedua, setelah memilih kasus sesuai dengan level kompetensi siswa yang Anda ampu,
pilihlah salah satu kompetensi yang ingin Anda kembangkan dan evaluasi. 
3. Ketiga, dari kompetensi numerasi tersebut, cobalah membuat 3 buah soal dengan bentuk
yang berbeda-beda berdasarkan gambar yang Anda pilih tadi. 
Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan atas dasar kompetensi, bukan hafalan materi
semata, memberikan kesempatan pada siswa untuk terus mengembangkan kemampuan
dasar numerasinya dalam penalaran.
Seorang pedagang membeli pakaian dewasa seharga Rp30.000 dan pakaian anak-
anak seharga Rp10.000. Kios pedagang hanya mampu menampung tidak lebih dari 60
potong pakaian. Modal pedagang Rp1.500.000. Jika laba pakaian dewasa Rp20.000
per potong dan pakaian anak-anak Rp10.000 per potong, maka jumlah laba maksimum
yang dapat diperoleh pedagang tersebut sebesar .....

a. Rp 1.150.000

b. Rp 1.250.000

c. Rp 1.055.000

d. Rp 1.050.000

Numerasi menuntut siswa untuk mengenali dan memahami peran


matematika dalam kehidupan nyata. Secara umum kompetensi numerasi ditandai
dengan kemampuan seseorang untuk bernalar, mengambil keputusan yang tepat, dan
memecahkan masalah. Kompetensi numerasi tidak hanya cukup dikembangkan
dengan banyaknya latihan soal matematika dasar, namun juga dengan soal-soal
matematika yang menuntut siswa untuk bernalar sehingga mampu membuat keputusan
yang tepat dan memecahkan suatu permasalahan.
Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat
Penguasaan Kompetensi
Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan
hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk
memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi
literasi membaca dan numerasi. 

Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat
penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi
siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada
setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:


Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat
kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan.
Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan
memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada
suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut
ini: AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran

Menjelaskan Perbedaan Pembelajaran


Berbasis Kompetensi dengan Berbasis
Konten
Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar
sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan
tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu
pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari
pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi. 

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya
mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan
keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.

Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan


pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses
pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya
pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa
melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas
sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya.
Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu
sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan
keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin
dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa
dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan
latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait
lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah,
kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan
numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi
siswa. 

Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi
setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu
akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil.
Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi
lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih
tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap
situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru. 

Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas
sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan
tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.

Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan 
kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan
tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya. 



Merekomendasikan Strategi Pembelajaran


Berdasarkan Hasil Laporan Asesmen
Kompetensi Minimum
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku
kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif.
Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik
capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan
didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi Minimum.

Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata
pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi:
menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan
menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya
mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi
bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan
pendampingan khusus. 
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak
memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping
dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun
belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan
murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi. 
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari
teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun
beragam strategi pemanfaatan koperasi.

Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis


Kompetensi pada Mata Pelajaran
Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah memahami bahwa laporan hasil Asesmen
Nasional mengidentifikasi tingkat kompetensi literasi dan numerasi siswa dalam sebuah
satuan pendidikan ke dalam 4 kategori. Anda juga telah memahami bagaimana laporan
hasil AKM dianalisis untuk menentukan tindak lanjut dalam strategi pembelajaran yang
lebih berbasis penguasaan kompetensi, bukan berfokus pada konten saja.

Contoh praktik baik berikut ini, akan memberikan gambaran pada Bapak dan Ibu bagaimana
praktik pembelajaran yang berbasis kompetensi. Selain itu contoh berikut ini juga
memberikan gambaran bagaimana literasi dan numerasi terintegrasi dalam pembelajaran.




Segitiga Belajar: Kurikulum, Asesmen
dan Pembelajaran
Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas pembelajaran murid? Apa
keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan pengalaman
belajar murid yang berkualitas?

Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran
apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi
mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan
utama bukan lah menentukan nilai murid.

Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran
yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan
antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat
asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan
pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan
pengalaman belajar murid.

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:

Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan menggunakan


cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain mengacu pada
tantangan dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan refleksi praktik
pembelajaran.
Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas
berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk mencapai
sasaran kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran memadukan informasi
dari asesmen dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan antara paduan tersebut yang
akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang
terkait pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen
diagnosis: asesmen di awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif:
asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian
pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk menentukan level penguasaan
kompetensi oleh murid.
Pemahaman terhadap segitiga belajar akan membawa kita pada kebutuhan membaca
laporan Asesmen Kompetensi Minimum dan menggunakannya untuk perbaikan kualitas
pembelajaran. Bagaimana cara membaca dan menggunakannya?

Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi


pencapaian kompetensi peserta didik. Perubahan yang perlu saya lakukan di kelas terkait
pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah mengubah kurikulum kelas menjadi berbasis
kompetensi, menyusun silabus dari mata pelajaran dengan berorientasi pada output kompetensi
peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai