2. Dalam Asesmen Nasional pemetaan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah
dilakukan melalui….
Survei karakter
Mengukur kualitas pembelajaran dan iklim di sekolah yang menunjang pembelajaran siswa
Mengukur hasil belajar non kognitif menyangkut sikap, kebiasaan, dan nilai-nilai pancasila
Mengukur hasil belajar secara kognitif melalui kompetensi dasar literasi membaca dan
numerasi
Mengukur kemampuan akademik siswa dilihat dari nilai akhir siswa sebagai penentu kualitas
sekolah
4. Perbedaan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional adalah….
Ujian Nasional dilakukan pada siswa kelas V, VII, dan XI sedangkan Asesmen Nasional untuk
tingkat akhir
Ujian Nasional dilakukan selama 1 minggu sedangkan Asesmen Nasional dilakukan selama 4
hari
Ujian Nasional dilakukan pada semua siswa sedangkan Asesmen Nasional pada siswa sampel
Ujian Nasional dilakukan secara daring, luring, dan blended sedangkan Asesmen Nasional
dilakukan secara daring
5. Pernyataan yang tepat mengenai ragam butir soal yang digunakan dalam Asesmen Kompetensi
Minimum yaitu….
Jumlah butir soal yang diujikan pada semua setiap jenjang sama yaitu sejumlah 30 soal
Semua siswa pada setiap jenjang pendidikan akan mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan
sama
Soal asesmen terdiri atas pilihan ganda, menjodohkan, isian singkat, dan uraian
Kompetensi mendasar yang dipelajari setiap siswa berbeda sesuai dengan peminatannya
6. Dalam pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), konten dalam literasi membaca mencakup….
Mutu pendidikan diukur dari penilaian konten yang esensial pada mata pelajaran tertentu
Penentuan dan pemetaan kemampuan siswa untuk dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya
Kemampuan kognitif menjadi hal utama sehingga lebih menekankan pada penguasaan materi
Dengan Asesmen Kompetensi Minimum sekolah tidak lagi melaksanakan Ujian Sekolah (US)
Asesmen Kompetensi Minimum dilakukan juga untuk mengukur penguasaan siswa terhadap
konten
11. Dilakukan pada berapa levelkah asesmen literasi pada jenjang SMA/MA/SMK?
1 level pembelajaran
2 level pembelajaran
3 level pembelajaran
4 level pembelajaran
12. Guru Ina mengajarkan mengenai memahami dan menggunakan sifat-sifat peluang kejadian, hal ini
termasuk dalam konten numerasi yaitu….
Bilangan
Aljabar
Menemukan informasi
Memahami informasi
Menyusun inferensi
1 level pembelajaran
2 level pembelajaran
3 level pembelajaran
4 level pembelajaran
Manakah diantara materi berikut yang diujikan pada Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi pada
tingkat SMA/SMK/MA?
Menyelesaikan pertaksamaan linier satu variabel atau persamaan linier dua variabel
Menjelaskan ide pokok dan beberapa ide pendukung pada teks sastra atau teks informasi
Menilai kualitas teks informasi berdasarkan pengalaman pribadinya dalam membaca teks
Menyimpulkan perubahan, kejadian, prosedur, gagasan atau konsep di dalam teks informasi
atau teks sastra
Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan
pada teks sastra atau teks informasi
17. Pernyataan yang tepat mengenai Asesmen Kompetensi Minimum di tingkat SMA adalah….
Membuat grafik penggunaan air pribadi dan membandingkannya dengan ketersediaan air di
berbagai daerah di Indonesia
Mengestimasi pertumbuhan makhluk hidup dan menyatakan prediksi dengan membuat bagan
19. Asesmen literasi tingkat SMA terdiri atas 2 level pembelajaran. Manakah pernyataan yang tepat
mengenai level pembelajaran dan isi konten pembelajaran?
Pada level pembelajaran 1 siswa akan siswa akan mengakses dan mencari informasi,
memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal
maupun teks jamak. Menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang
terkandung dari teks sastra atau teks informasi untuk memahami cara pandang penulis.
Pada level pembelajaran 1 siswa akan memahami teks secara literal dan menyusun inferensi,
membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Menilai format penyajian dalam teks
dan merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks
terhadap pengalaman pribadi.
Pada level pembelajaran 2 siswa akan mengakses dan mencari informasi, memahami teks
secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks
jamak. Menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan,
menetapkan pilihan, dan menjustifikasikan pendapat orang lain berdasarkan isi teks.
Pada level pembelajaran 2 siswa akan siswa akan mengakses dan mencari informasi,
memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal
maupun teks jamak. Menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang
terkandung dari teks sastra atau teks informasi untuk memahami cara pandang penulis.
20. Bagaimana peran Asesmen Kompetensi Minimum tingkat SMA dapat mempengaruhi kelulusan siswa?
Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian yang nantinya akan menjadi penentu
kelulusan siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
Asesmen Nasional memetakan sekolah yang bermutu untuk mengirimkan siswa ke perguruan
tinggi
21. Salah satu ciri pembelajaran berbasis kompetensi adalah….
1), 3), 5)
2), 4), 5)
3), 5), 6)
1), 4), 6)
23. Dari hasil AKM ditemukan bahwa siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam
konteks yang lebih beragam maka siswa tersebut dapat dikategorikan dalam kelompok….
Dasar
Cakap
Mahir
24. Guru Cleo memberikan soal teks dan ditemukan siswa mampu mengintegrasikan beberapa informasi
teks pada bacaan yang berbeda maka siswa tersebut dapat dikategorikan dalam kelompok….
Dasar
Cakap
Mahir
25. Bagaimana keterkaitan antara Asesmen Kompetensi Minimum dengan standar kurikulum secara
keseluruhan?
Asesmen Kompetensi Minimum memperhatikan apa yang seharusnya diajarkan oleh guru pada
tiap kelas
Mengevaluasi dan merefleksikan isi teks dengan hal lain diluar teks maupun pengalamannya
27. Bagaimana hasil Asesmen Kompetensi Minimum (literasi dan numerasi) dapat digunakan untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas terhadap pembelajaran lain?
Memetakan pencapaian siswa dalam AKM yang dapat digunakan untuk seleksi masuk ke
jenjang sekolah yang lebih tinggi
Menyusun dan melaksanakan program pengayaan untuk mendorong prestasi belajar siswa
lebih baik lagi
Mendorong siswa untuk mendapatkan skor tinggi dan mengesampingkan pelajaran yang tidak
relevan dengan AKM
Merefleksi hasil AKM dalam pembelajaran sehingga guru-guru dapat membangun kompetensi
serta karakter siswa
30. Bagaimana keterkaitan antara pelaksanaan AKM dan tantangan pembelajaran berbasis kompetensi
yang dihadapi guru?
Pelaporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum akan memberikan standar penguasaan yang
harus dimiliki oleh siswa sehingga semua siswa akan mencapai level mahir bersamaan
Selamat! Anda telah menyelesaikan asesmen pra program. Semoga Bapak dan Ibu sudah siap untuk sama-
sama belajar.
Pada topik ini, Anda akan lebih jauh mengenal dan memahami mengenai Asesmen Nasional. Melalui
penjelasan pada fase orientasi, apa yang dapat Anda simpulkan mengenai Asesmen Nasional?
Ya, benar. Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan
program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil
belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan
iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga
instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan
Belajar.
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar literasi membaca
dan numerasi siswa.
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter
siswa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-
mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.
Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan terkait konsep dan
pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai gelisah terkait penghapusan Ujian
Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk menghindari hal itu, pemahaman yang utuh dan
menyeluruh mengenai Asesmen Nasional pun perlu terus disebarluaskan. Apakah Anda sependapat?
Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya untuk memperbaiki
kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi akurat
untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar
siswa.
1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu
ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan:
antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah,
ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu).
2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama
sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa.
3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang
efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas
Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat, bukan sekedar
nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan
sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk
mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.
Pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul terkait dengan penghapusan Ujian Nasional dan
pemberlakuan Asesmen Nasional antara lain apakah Asesmen Nasional adalah pengganti Ujian Nasional.
Timbul pula kekhawatiran mengenai persiapan siswa, guru dan sekolah menghadapi Asesmen Nasional.
Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu membandingkan beberapa hal penting mengenai
Ujian Nasional dan Asesmen Nasional terlebih dahulu.
1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama. Seperti yang telah
dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu
sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil
belajar siswa secara individu.
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, dan
pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan. Sementara UN
berlaku mulai jenjang pendidikan menengah pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan sebagaimana Ujian
Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk
mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan mutu pembelajaran setelah
mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai
salah satu syarat kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode survei dilakukan
dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah. Berbanding terbalik dengan
Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib
mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan ganda dan
uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah literasi
membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) karena
mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara
produktif di masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar
murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang
penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar yang
diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer. AN
menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT). MSAT ialah metode
penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level
kompetensinya.
Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Sebagai tanggapan atas
pemberlakuan Asesmen Nasional, berbagai respons pun muncul dari sejumlah pihak mengenai kebijakan
ini. Apakah kebijakan ini hanya sekedar penggantian nama semata? Menurut Anda, apakah Asesmen
Nasional merupakan pengganti Ujian Nasional?
Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis pelaksanaannya, cakupan
Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian Nasional. Asesmen Nasional lebih
memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif,
namun juga karakter dan iklim belajar.
Berdasarkan penjelasan pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen
Nasional dan Ujian Nasional. Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi yang
dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung selama ini. Ujian Nasional menjadi lebih
berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu dan pembelajaran yang berorientasi pada ujian.
Sasaran kompetensi yang diharapkan sebagai perbaikan mutu pendidikan sendiri seringkali terabaikan.
Selain itu, beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan
pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional.
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input dan proses
pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan dengan tujuan pendidikan
yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan
dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi
keterampilan siswa dalam menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan,
serta menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap
dilakukan melalui UN saja.
Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek siswa yang
sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif
dan berorientasi pada pengembangan kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara nasional. Hal ini
disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment of learning yang
mengukur capaian akhir, bukan sebagai sebagai assessment for learning, yang mengukur proses
pembelajaran. Hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan
siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah untuk terus
memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut, maka sesungguhnya yang
perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional adalah pemahaman mengenai tujuan dan
manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas.
Siswa, guru, orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal
persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
Berdasarkan penjelasan tersebut, Anda telah melihat perbedaan teknis pelaksanaan Asesmen Nasional
dengan Ujian Nasional? Teknis pelaksanaan mana yang menurut Anda paling mendasar? Menurut Anda,
mengapa perubahan tersebut diperlukan dalam Asesmen Nasional?
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia,
serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan
diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk
program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap
akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6 program kesetaraan.
Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk
menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap
individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi
sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem
pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen
Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah
pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.
Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI?
Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan
jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat
merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen
Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan.
Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat
dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru dan kepala
sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan
memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan.
Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian
kesetaraan.
Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan,
isian singkat dan uraian.
1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lainnya
yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama benda,
tempat, atau jawaban pasti lainnya.
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 30 butir
soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir
soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi
numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu dipelajari semua siswa
tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur
kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan
tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.
AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan kompetensi hasil
belajar yang bersifat kontinum. Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemdikbud menyediakan contoh soal
AKM pada laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm
Asesmen Literasi Membaca Tingkat SMA
Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi dalam
Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen Literasi membaca
dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang dimaksud dengan literasi membaca dan
menulis.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri,
mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis
untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di
lingkungan sosial.
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang lebih dari sekedar
mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menulis, perlu dikembangkan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di
dalam lingkungan satuan pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa
untuk dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.
Selanjutnya Bapak dan Ibu dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mengenali bagaimana
Asesmen Kompetensi Minimum literasi membaca diterapkan.
Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua
siswa untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat
dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan numerasi.
Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Literasi Membaca
yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya
asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten,
berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam
dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses
berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi
Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan
refleksi. Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan.
Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca silakan cek
infografis berikut:
Menganalisis Tahap Asesmen Literasi Membaca
Tingkat SMA
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 9 dan 10, siswa akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi
membaca hanya saja siswa pada kelas 9 dan 10 akan menggunakan konten yang terus meningkat sesuai
dengan jenjangnya. Siswa akan memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi
dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam teks dan
merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks
terhadap pengalaman pribadi Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui
link Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks
Informasi
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 11 dan 12, sama seperti level pembelajaran 1 siswa juga akan
belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 11 dan 12 akan
menggunakan konten yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan memahami teks secara
literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa
juga menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang terkandung dari
teks sastra atau teks informasi untuk memahami cara pandang penulis sesuai jenjangnya. Bapak dan Ibu
juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca
Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Informasi
Level Pembelajaran 5
( Kelas 9 & 10 )
A. Menemukan Informasi
1. Mengakses dan mencari informasi dalam teks
Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks
sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (6 Soal)
2. Mencari dan memilih informasi yang relevan
Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan
pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (4 Soal)
B. Memahami
1. Memahami teks secara literal
Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh serta elemen intrinsik lain seperti latar cerita,
kejadian-kejadian dalam cerita berdasarkan informasi rinci di dalam teks sastra yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (8 Soal)
Menyusun inferensi (kesimpulan) dan prediksi berdasarkan unsur-unsur pendukung (grafik,
gambar, tabel, dll) disertai bukti-bukti yang mendukung di dalam teks sastra atau teks informasi
yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 Soal)
Level Pembelajaran 5
( Kelas 9 & 10 )
A. Menemukan Informasi
1. Mengakses dan mencari informasi dalam teks
Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks
sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (11 Soal)
2. Mencari dan memilih informasi yang relevan
Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan
pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (3 Soal)
B. Memahami
1. Memahami teks secara literal
Menjelaskan ide pokok dan beberapa ide pendukung pada teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (4 Soal)
2. Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak
Menyimpulkan perubahan kejadian, prosedur, gagasan atau konsep di dalam teks informasi
yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (11 Soal)
Membandingkan hal-hal utama (misalnya perbedaan kejadian, prosedur, ciri-ciri benda)
dalam teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 Soal)
C. Mengevaluasi dan merefleksi
1. Menilai kualitas dan kredibilitas konten pada teks informasi tunggal maupun jamak
Menilai kualitas teks informasi berdasarkan pengalaman pribadinya dalam membaca teks
yang terus meningkat sesuai jenjangnya (misalnya mengidentifikasi asumsi/opini dari fakta). (2
Soal)
Menilai akurasi pada informasi visual atau nonvisual dalam teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (2 Soal)
2. Menilai format penyajian dalam teks
Menilai efektivitas format penyajian data (format visual, struktur perbandingan, contoh, dll)
untuk mendukung ide pokok pada teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 Soal)
Menilai dan mengidentifikasi bias pada penulisan teks informasi sesuai jenjangnya. (2 Soal)
Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik, tabel dll)
dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya.
3. Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi
teks terhadap pengalaman pribadi
Menjustifikasi pendapat orang lain berdasarkan isi teks sastra atau teks informasi sesuai jen
jangnya. (3 Soal)
Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik lain) dalam
teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
C. Mengevaluasi dan merefleksi
1. Menilai format penyajian dalam teks
Menilai tujuan penulis dalam menggunakan diksi dan kosa kata pada teks sastra sesuai
jenjangnya. (1 Soal)
Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik, tabel dll)
dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (2 Soal)
Menilai elemen intrinsik (karakterisasi, alur cerita, latar) serta autentisitas penggambaran
masyarakat pada teks sastra sesuai jenjangnya. (1 Soal)
2. Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi
teks terhadap pengalaman pribadi
Menjustifikasi pendapat orang lain berdasarkan isi teks sastra atau teks informasi sesuai jen
jangnya. (3 Soal)
Level Pembelajaran 6
( Kelas 11 & 12 )
A. Menemukan Informasi
1. Mengakses dan mencari informasi dalam teks
Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks
sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 Soal)
2. Mencari dan memilih informasi yang relevan
Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan
pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 Soal)
B. Memahami
1. Memahami teks secara literal
Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh serta elemen intrinsik lain seperti latar cerita,
kejadian-kejadian dalam cerita berdasarkan informasi rinci di dalam teks sastra yang terus
meningkat sesuai jenjangnya.
Menyusun generalisasi (kesimpulan umum) dari hasil inferensi terhadap ide-ide yang
terkandung di dalam teks sastra atau teks informasi. (5 Soal)
Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik lain) dalam
teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
C. Mengevaluasi dan merefleksi
1. Menilai format penyajian dalam teks
Mengevaluasi penggunaan diksi dan majas (metafora, analogi, personifikasi) dalam teks
sastra sesuai jenjangnya,
Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik, tabel dll)
dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (1 Soal)
Menilai dan mengkritisi elemen intrinsik (karakterisasi, alur cerita, latar) serta otentisitas
penggambaran masyarakat pada teks sastra sesuai jenjangnya.
2. Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi
teks terhadap pengalaman pribadi
Merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang terkandung dari teks sastra atau teks informasi
untuk memahami cara pandang penulis sesuai jenjangnya. (1 Soal)
Level Pembelajaran 6
( Kelas 11 & 12 )
A. Menemukan Informasi
1. Mengakses dan mencari informasi dalam teks
Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks
sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (10 Soal)
2. Mencari dan memilih informasi yang relevan
Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan
pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (6 Soal)
B. Memahami
1. Memahami teks secara literal
Menjelaskan ide pokok dan beberapa ide pendukung pada teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (3 Soal)
2. Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak
Menyimpulkan perubahan kejadian, prosedur, gagasan atau konsep di dalam teks informasi
yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (4 Soal)
C. Mengevaluasi dan merefleksi
1. Menilai kualitas dan kredibilitas konten pada teks informasi tunggal maupun jamak
Menilai kualitas teks informasi berdasarkan pengalaman pribadinya dalam membaca teks
yang terus meningkat sesuai jenjangnya (misalnya mengidentifikasi asumsi/opini dari fakta). (3
Soal)
Menilai akurasi pada informasi visual atau nonvisual dalam teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya. (6 Soal)
2. Menilai format penyajian dalam teks
Menilai efektivitas format penyajian data (format visual, struktur perbandingan, contoh, dll)
untuk mendukung ide pokok pada teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (5 Soal)
Menilai dan mengidentifikasi bias pada penulisan teks informasi sesuai jenjangnya. (2 Soal)
Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik, tabel dll)
dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya.
3. Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi
teks terhadap pengalaman pribadi
Merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang terkandung dari teks sastra atau teks informasi
untuk memahami cara pandang penulis sesuai jenjangnya.
Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum
Numerasi
Pada topik sebelumnya Bapak dan Ibu telah mempelajari Butir Soal Asesmen Literasi tingkat SMA. Pada
topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Numerasi untuk tingkat
SMA. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu
tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif.
Pada Numerasi, konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan, Pengukuran dan Geometri,
Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar. Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir
yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga level
tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran. Sedangkan konteks menunjukkan aspek
kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu
personal, sosial budaya, dan saintifik.
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca silakan cek
infografis berikut:
Pada aktivitas sebelumnya Bapak dan Ibu telah belajar menganalisis tahap asesmen numerasi tingkat SMA.
Pada topik ini, Bapak dan Ibu akan mengenal contoh-contoh butir asesmen numerasi tingkat SMA.
Pada tingkat SMA terdapat 1 level pembelajaran. Pada level pembelajarannya terdapat 3 konten yang
dipelajari yakni, geometri dan pengukuran, aljabar, serta data dan ketidakpastian.
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 10, siswa akan belajar geometri dengan memahami dan
menggunakan perbandingan trigonometri serta ,menghitung volume dan luas permukaan. Selain itu siswa
juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi bilangan, termasuk pola
bilangan. Dan akan mempelajari data dan representasi juga ketidakpastian dan peluang. Bapak dan Ibu
juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 1 Numerasi.
Pelaporan hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi siswa. Hasil AKM
dilaporkan dalam empat kelompok yang menggambarkan tingkat kompetensi yang berbeda. Urutan tingkat
kompetensi dari yang paling kurang adalah:
Dasar
Murid mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks serta membuat interpretasi
sederhana.
Cakap
Murid mampu membuat interpretasi dari informasi implisit yang ada dalam teks; mampu membuat simpulan
dari hasil integrasi beberapa informasi dalam suatu teks.
Mahir
Murid mampu mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks; mengevaluasi isi, kualitas, cara penulisan suatu
teks, dan bersikap reflektif terhadap isi teks.
Tingkat Kompetensi Numerasi
Dasar
Murid memiliki keterampilan dasar matematika: komputasi dasar dalam bentuk persamaan langsung, konsep
dasar terkait geometri dan statistika, serta menyelesaikan masalah matematika sederhana yang rutin.
Cakap
Murid mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam konteks yang lebih beragam.
Mahir
Murid mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah kompleks serta nonrutin berdasarkan konsep matematika
yang dimilikinya.
Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil
asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan
informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi.
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan
kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam
4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca
infografik berikut ini
Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi
pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian
“Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan
tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang
diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut
ini AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran
Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar sekolah, perlu
ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan tujuan Asesmen Nasional untuk
mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit
demi demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang
berbasis kompetensi.
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu
melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar
dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.
Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan,
penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari
pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan
kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi
berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga
sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk
memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai
konten materi pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak
dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang
beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis
kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar
siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan
kompetensi siswa.
tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan
proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan
kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka
dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke
level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan
bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru.
Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya,
tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru
perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.
Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan kebutuhan,
pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc
Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya.
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku kepentingan pendidikan
lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti telah disampaikan dan
ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun
pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata
pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi Minimum.
Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut
ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan
beragam contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid.
Misalnya:
1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu
membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid
perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan khusus.
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami
secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan
singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun belum
mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan
dengan fungsi dan manfaat koperasi.
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari teks
yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi
pemanfaatan koperasi.
Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat penguasaan
kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini AKM dan Implikasinya pada
Pembelajaran
Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas pembelajaran murid? Apa keterkaitan antara
asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan pengalaman belajar murid yang berkualitas?
Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran apabila banyak dari
kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi mungkin. Nilai murid menjadi
sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan utama bukan lah menentukan nilai murid.
Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang utuh.
Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan
pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran
sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3
aspek yang menentukan pengalaman belajar murid.
Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:
Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan menggunakan cara belajar dan
asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya
mengacu pada hasil asesmen dan refleksi praktik pembelajaran.
Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas berdasarkan
kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk mencapai sasaran kompetensi yang
ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari
kurikulum. Keseimbangan antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang terkait
pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis: asesmen di
awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif: asesmen sepanjang proses belajar untuk
melakukan perbaikan dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk
menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid.
Pemahaman terhadap segitiga belajar akan membawa kita pada kebutuhan membaca laporan Asesmen
Kompetensi Minimum dan menggunakannya untuk perbaikan kualitas pembelajaran. Bagaimana cara
membaca dan menggunakannya? Pelajari topik modul berikutnya.