A. Simpulan
Indonesia sudah mengalami beberapa kali perombakan berkenaan
dengan sistem yang digunakan dalam bidang pendidikan. Yang
terakhir kurikulum yang digunakan dalam system pendidikan
nasional disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang secara substansi dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh tiap satuan pendidikan
dengan memasukkan pendidikan berbasis budaya lokal.
Ada yang bahagia karena berhasil lulus dan ada sekelompok kecil
yang bersedih karena tidak berhasil lulus. Yang lulus belum berarti
mereka lebih pintar daripada yang tidak lulus tidak mengindikasikan
bahwa mereka lebih bodoh.
Satu hal lagi yang dilupakan oleh pemerintah adalah bahwa tidak
semua siswa menjadi lebih rajin dalam mempersiapkan menghadapi
Ujian Nasional. Pemerintah mungkin lupa akan adanya kecerdasan
majemuk dan sifat para siswa yang memang sangat beragam.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Jawa Barat, Ginandjar
Kartasasmita, menyatakan menolak penyelenggaraan Ujian
Nasional dengan alasan Ujian Nasional mengurangi hak guru
menilai prestasi siswanya selama belajar di sekolah tersebut.
Sedangkan Sofyan Yahya, anggota dewan DPD lainnya,
menyayangkan sikap pemerintah yang bersikeras melaksanakan
Ujian Nasional meski sudah ada putusan kasasi dari Mahkamah
Agung (KOMPAS, 15 Desember 2009).
B. Saran-saran
Dari beberapa sumber yang saya baca, Ujian Nasional memang
sangat dibutuhkan karena dengan standar tersebut saya bisa
termotivasi untuk lebih giat belajar untuk mencapai hasil yang
maksimal.
Sebaiknya Ujian Nasional, tidak perlu terus dinaikkan setiap
tahunnya. Karena akan membuat peserta didik menjadi sangat
terbebani dengan nilai standarisasi itu. Upaya yang harus lebih
diperhatikan siswa dianjurkan sewaktu mengikuti kegiatan belajar
tambahan harus serius dan bersungguh-sungguh.
Ujian Nasional sangat penting karena itu merupakan barometer
atau ukuran keberhasilan peserta didik sejauh mana siswa
menyerap atau menerima materi yang disampaikan pengajar,
karena kalau peserta didik yang berhasil menerima materi tersebut
pasti lulus, tapi itu kembali pada pengajar dan yang memberi
materi tersebut.
Selain mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sebaiknya
peserta didik dibekali keterampilan, agar peserta didik bisa
mengembangkan keterampilannya setelah keluar dari sekolahnya.
Tidak harus yang mengeluarkan biaya besar-besaran untuk
mengadakan pendidikan keterampilan tersebut di sekolah.
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
Di dalam pembuatan makalah ini penulis mengambil sebuah judul “PRO KONTRA UJIAN NASIONAL DI
INDONESIA”. Dengan orientasi untuk memberikan gambaran umum dari seputar dunia pendidikan di
Indonesia itu sangat luas maka penulis batasi dengan pembatasan sebagai berikut:
1) Bagaimana pengertian Ujian Nasional ?
2) Bagaimana peran dan fungsi Ujian Nasional?
3) Bagaimana jika Ujian Nasional menjadi salah satu kebutuhan?
4) Bagaimana dampak negatif dari Ujian Nasional?
5) Bagaimana solusi dari Ujian Nasional?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama penulisan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut :
1) Untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Akhir Semester mata kuliah Teknik Penulisan Karya
Ilmiah (TPKI).
2) Untuk mencoba kemampuan penulis sendiri membuat makalah dan untuk memperoleh
pengalaman.
3) Untuk memberikan gambaran tentang Ujian Nasional di Indonesia
D. Langkah-langkah Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Langkah-langkah Penulisan (sistematika)
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ujian Nasional
B. Peran dan Fungsi Ujian Nasional
C. Ujian Nasional Salah Satu Kebutuhan
D. Dampak Negatif Ujian Nasional
E. Solusi Dari Ujian Nasional
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran-saran
A. Latar Belakang
Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar istilah “Ujian
Nasional?” Ya, Ujian Nasional (UN) tentu sudah tidak asing di telinga para
pelajar, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan. Masyarakat umumseringkali menafsirkan UN sebagai bagian
akhir dari proses panjang pada satuan pendididikan tertentu sebelum
mereka dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebihtinggi. Sebelum
melaksanakan UN, para siswa juga harus menjalani serangkaian bentuk ujian
yang nantinya hasil dari ujian-ujian tersebut dapat digunakan sebagai acuan
apakahsiswa tersebut lulus atau tidak. Penyelengaraan UN ternyata banyak
memunculkan pro dan kontra baik dilingkungan internal pendidikan maupun di
lingkungan eksternal pendidikan. Yusuf, S.E.(2008),menyatakan bahwa
evaluasi hasil belajar seperti UN tidak dapat mencapai tujuan pendidikan
nasional karena tingkah laku peserta didik dipengaruhi oleh materi yang
akandiujikan. Jika yang diujikan adalah kumpulan hapalan pengetahuan maka
mereka hanyaakan belajar materi yang diujikan dan mengabaikan berbagai
pengalaman belajar yangtidak termasuk bahan ujian.
Munculnya perbedaan pendapat mengenai UN ternyata, disadari atau
tidak,memicu kegelisahan dalam diri para peserta didik. Kegelisahan ini juga
dirasakan olehseluruh warga sekolah, mulai dari siswa, guru, staf, kepala
sekolah bahkan orang tua siswa.Pihak orang tua dan sekolah berupaya keras
agar anak dan siswanya dapat lulus UN (bahkan ada beberapa pihak yang
ekstrim menyatakan “yang penting lulus, apapuncaranya”). Para guru pun
lebih terfokus untuk mengajarkan materi-materi yang munculdalam UN agar
siswanya lulus 100% sehingga menghambat kreativitas para pengajar untuk
menyediakan pembelajaran yang kreatif bagi para peserta didik. Lantas,
apakah inigambaran pendidikan Indonesia yang ingin dicapai pada masa
awal kemerdekaanIndonesia?
1
Kita akan menilik sejenak pada tujuan pendidikan nasional yang tersirat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu “...mencerdaskan
kehidupan bangsa...”.Bangsa yang cerdas direpresentasikan melalui profil
warga negara yang cerdas. Warganegara yang cerdas merupakan pribadi
yang tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi juga mencerminkan nilai-nilai
yang terdapat dalam dasar negara Indonesia, Pancasila. Nilai-nilai yang
dimaksudkan adalah:
1. Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mencerminkan pribadi
yangmendasarkan pengetahuannya sebagai wujud pengakuannya terhadap
TuhanYang Maha Esa.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, mencerminkan pribadi
yang mampu bersikap adil dan memanusiakan manusia lainnya.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia, mencerminkan pribadi yang menunjung
tinggi persatuan bangsa diatas kepentingan pribadi.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mencerminkan pribadi yang mampu
mewujudnyatakan hikmat dan kebijaksanaan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
5. Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mencerminkan
pribadi yang
menggunakan pengetahuannya untuk kebaikan seluruh umatmanusia
terutama bangsanya.
Profil manusia Indonesia yang cerdas tentu saja perlu dikembangkan
dengan menyediakan pembelajaran yang tidak hanya menekankan aspek
kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
merekomendasikan lima pilar dasar pembelajaran yangsebaiknya diterapkan
oleh seluruh program pendidikan, yaitu:
1. Learning to know. Setiap peserta didik mempunyai kesempatan
untuk membangun sendiri pengetahuannya dengan cara
mengintegrasikan pengetahuan asli yang dimiliki dengan
pengetahuan yang berasal dari luar.Dengan demikian, peserta didik akan
berpikir kritis untuk memaknai pembelajarannya.
2. Learning to do.Peserta didik memiliki kemampuan dan kesempatan
untuk mengaplikasikan apa yang sudah ia pelajari dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak hanya mengaplikasikan tetapi juga dapat
mengembangkan teori atau konsepintelektualitasnya.
3. Learning to live together. Peserta didik menyadari bahwa dirinya
merupakan bagian dari komunitas,
masyarakat lokal maupun global dan ia mempunyai peran untuk dapat
bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia.
4.
2
Learning to be. Pembelajaran sebaiknya membuka kesempatan kepada
siapasaja untuk dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga setiap
individu dimampukan untuk belajar, mencari tahu, membangun dan
mengunakan pengetahuannya untuk mengatasi masalah-masalah yang
terjadi. Pendidikan ukan untuk memenuhi tujuan pemerintah atau
hanya sekear mencetak ilmuwan-ilmuwan.
5. Learning to transform oneself and society. Peserta didik
menyadarikebutuhannya untuk terus belajar sepanjang hayat sebagai
bentuk transformasidiri dan berkontribusi dalam masyarakat.
Dalam rangka mengevaluasi pembelajaran yang sudah dilakukan di
seluruh Indonesia dan mengacu pada tujuan pendidikan nasional, pemerintah
menyusun suatumodel evaluasi. Model evaluasi yang diterapkan saat ini,
Ujian Nasional, dikatakan sebagaisalah satu upaya pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.Makalah ini akan
memaparkan sejarah sistem ujian akhir yang pernah dan masihditerapkan di
Indonesia, bagaimana pelaksanaannya, pelaksanaan UN sebagai salah
satu bentuk mandated examination,makna dan peranan assessment dalam
proses pembelajaranserta menilik persiapan UN yang dilakukan oleh salah
satu sekolah swasta di Jakarta.
1. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah UN di Indonesia?
2. Bagaimana Pelaksanaan UN di Indonesia?
3. Apa yang dimaksud Mandated Examation?
4. Apa Saja Makna dan Peranan Assessment?
5. Bagaimana Study Kasus di Lapangan?
1. Tujuan
1. Agar Kita Mengetahui Sejarah UN di Indonesia.
2. Agar Kita Mengetahui Pelaksanaan UN di Indonesia.
3. Agar Kita Mengetahui Mandated Examation.
4.
3
5. Agar Kita Mengetahui Makna dan Peranan Assessment.
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan berlandaskan pada tujuan negara untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, pemerintah
berusaha menyediakan pendidikan yang berkualitas kepada seluruh warga
negara Indonesia. Pendidikan yang berkualitas diharapkan tersebar merata
dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, pemerintah memandang perlu
untuk menetapkan dan memantau standar pendidikan secara nasional. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah mengevaluasi penyelenggaraan
pendidikan. UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa evaluasi dilakukan sebagai bentuk akuanttabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Evaluasi tersebut dilakukan oleh lembaga mandiri
secara berkala, menyeluruh, transparan dan sistemik untuk menilai
pencapaian standar nasional pendidikan.
4
Tahun 1980-2000 diberlakukan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional
(EBTANAS). Sistem ini diterapkan untuk meningkatkan dan mengendalikan
mutu pendidikan serta memperoleh indikator (nilai) yang bermakna “seragam”
agar dapat menjadi bahan perbandingan antar sekolah. Dalam
menyelenggarakan, Ebtanas disarankan
mempunyai banyak kelemahan baik dari segi akademis maupun teknis
penyelenggaraan. Kelemahan-kelemahanyang dijumpai, antara lain: (a)
ketidak mampuan mengukur pencapaian prestasiakademik secara
komprehensif, (b) pengujian dilakukan secara temporal dandalam waktu yang
singkat, (c) proses pembelajaran tereduksi dan hanya berorientasi pada
Ebtanas dan (d) Ebtanas hanya mampu mengumpulkan informasi terkait
dengan kemampuan kognitif saja.
4. Tahun 2001-2004. Mengingat kelemahan-kelemahan yang muncul akibat
Ebtanas, pada periode ini sistem ujian akhir diganti dengan Ujian Akhir
Nasional (UAN). Perbedaan yang menonjol antara Ebtanas dengan UAN
yang ada pada cara menentukan
kelulusan siswa. Dalam Ebtanas, kelulusan siswaditentukan oleh kombinasi
antara nilai semester I, nilai semester II dan nilai Ebtanas murni. Sedangkan
dalam UAN, kelulusan siswa ditentukan oleh nilaimata pelajaran secara
individual.
5. Tahun 2005-sekarang. Untuk mendorong tercapainya wajib belajar yang
bermutu, pemerintah menyelenggarakan ujian nasional untuk tingkat
SMP danSMA atau sederajat. Sedangkan untuk tingkat SD atau sederajat
Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) baru diterapkan pada
tahun 2008 dankini nama yang digunakan adalah UN.
B. Pelaksanaan UN di Indonesia
UN dilaksanakan satu tahun sekali menjelang akhir tahun ajaran.
Untuk tingkat SMA dan SMP, UN diselenggarakan sekitar bulan April
sedangkan untuk tingkat SD diselenggarakan sekitar bulan Mei. UN
merupakan salah satu komponen yang menentukankelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri No.59 tahun
2011, peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah:
1. menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
2. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran yang terdiri atas kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok
mata pelajaran estetika; kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan.
3. lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
danteknologi.
4. lulus UN.
5
Kriteria kelulusan UN sendiri sempat mengalami beberapa kali
perubahan. Nilai UN merupakan salah satu komponen dalam perhitungan
nilai akhir (NA) selain nilaisekolah (NS). Berdasarkan peraturan menteri di
atas, pada tahun ajaran 2011/2012, peraturan NA ditetapkan oleh satuan
pendidikan dalam rapat dewan guru (untuk SD dansederajat) atau
dikembangkan oleh Badan Sertifikasi Nasional Pendidikan (BSNP)
danditetapkan oleh menteri (untuk SMP, SMA dan sederajat). NA merupakan
gabungan 40 % NS dari mata pelajaran yang diuji nasionalkan dan 60%
nilai UN. Sedangkan peserta didik SMP atau SMA dan sederajat dinyatakan
lulus UN jika nilai rata-rata dari semua NAminimal 5,5 dan nilai setiap mata
pelajaran minimal 4,0. Standar kelulusan ini sempatdikritisi oleh pakar
pendidikan, Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd. Beliau mengemukakan bahwa
dalam penetapan nilai ujian nasional rata-rata daerah harus dipertimbangkan
karena jika kita mengacu pada standar mutu internasional, faktor keadilan
(dalam hal ini nilai rata-rata daerah) harus dipertimbangkan.
Informasi mengenai hasil UN kemudian digunakan sebagai umpan
balik bagi semua stakeholders untuk memperbaiki pembelajaran dan mutu
pendidikan secara berkelanjutan.
Sedangkan bagi sekolah, data hasil UN disajikan dalam statistik deskriptif gun
a mengklasifikasikan kemampuan sekolah. Berikut ini adalah tabel klasifikasi
sekolah berdasarkan hasil UN yang disajikan oleh Tim Balitbang
Kemendiknas (2010).
No Kriteria Hasil UN
1 Baik Sekali (A) Rerata nilai UN>7,50
2 Baik (B) 6,50<Rerata nilai UN ≤
7,50
3 Sedang (C) 5,50 < Rerata nilai UN ≤
6,50
4 Kurang (D) 4,50 < Rerata nilai UN ≤
5,50
5 Kurang sekali (E) Rerata nilai UN ≤ 4,50
Sebuah opini yang ditulis oleh Yusuf, I. dalam kompas.com (2008)
memberikan pendapat
bahwa keberhasilan pendidikan yang ditunjukkan oleh angka statistik keberha
silan UN sebenarnya semu. Ada dua hal penting terkait pelaksanaan UN,
yaitu persentase yaitu persentase dan target kelulusan yang
akan dicapai sekolah seharusnya berjalan beriringan dengan kejujuran dalam
pelaksanaannya. kedua hal tersebut nampaknya sulit untuk berjalan
beriringan mengingat masih banyak keterbatasan sarana-prasarana dan sum
ber daya manusia di berbagai daerah. Aplikasinya, sekolah cenderung
memilih target kelulusanyang tinggi atau 100% dibandingkan
memperjuangkan nilai kejujuran karena padakenyataannya, kualitas (prestise)
sebuah sekolah dilihat dari seberapa tinggi tingkatkelulusan sekolah tersebut.
Di tengah berbagai polemik yang muncul terkait penyelenggaraan
UN, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Muhammad Nuh) menyatakan
bahwa pemerintah akan tetap melaksanakan UN yang baik dan kredibel.
Terdapat empat kunci keberhasilan UN yang baik dan kredibel, yaitu:
1. UN dijamin kerahasiaan dan keamanannya. Jika berkas bocor atau hilang
maka kredibilitas UN dipertaruhkan.
2. Distribusi tepat waktu, tepat jumlah dan tepat bahan yang diujikan.
3.
6
Kelancaran pelaksanaan UN dengan cara meminimalisir terjadinya kesalahan,
seperti kesalahan soal.
4. Sistem evaluasi harus dipastikan agar nilai rapor bisa menjamin bahwa
nilaitersebut mencerminkan kemampuan peserta didik yang bersangkutan.
Jika keempat poin tersebut dilakukan maka fungsi pelaksanaan UN
dapat terwujud. Fungsi tersebut adalah untuk mengukur dan menilai
pencapaian kompetensi lulusan dalam mata pelajaran tertentu, untuk
memetakan mutu pendidikan Indonesia pada tingkat dasar dan menengah,
dan untuk memotivasi pihak-pihak terkait untuk bekerja lebih baik guna
mencapai hasil ujian yang baik.
C. Mandated Examination
Tidak hanya Indonesia, negara-negara di belahan dunia lainnya
jugamenyelenggarakan UN pada tingkat sekolah dasar dan (sebagian)
menengah. UNmerupakan salah satu bentuk mandated examination (ujian
yang diamanatkan atau di bawah pengawasan) yang didesain untuk
menggambarkan tingkat pencapaian keseluruhansistem pendidikan, bukan
pencapaian individu tertentu. Menurut Miller
(2009), mandated examination memiliki beberapa kegunaan, yaitu:
1. Hasil ujian dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan pendidikan untuk
mendeteksi kelemahan yang dimiliki.
2. Sebagai alat untuk melakukan perubahan dalam bidang pendidikan.
3. kondisi terkini dan kemajuan peserta didik serta kualitas sekolah.
4. Memberikan hasil ujian yang akuntabel guna memotivasi guru dan
pesertadidik untuk berusaha lebih baik.
Meskipun memiliki banyak kegunaan, tidak sedikit pula pihak-pihak
yang mengkritik pelaksanaan ujian negara. Kritik yang muncul menyebutkan
bahwa ujian dapat menimbulkan kecemasan, mengganggu konsep diri
peserta didik, mengkotak-kotakkan peserta didik dan seringkali peserta didik
membuat “ramalan” sendiri atas hasil ujian yang akan diterimanya. Kritik ini
seharusnya ditujukan kepada para pengguna hasil ujian, bukan kepada ujian
itu sendiri karena ujian dimaksudkan untuk membantu peserta
didik meningkatkan dan mengembangkan pembelajarannya.
Motivasi pelaksanaan ujian negara memang tidak selalu tersampaikan
dengan jelas.
Namun demikian, pelaksanaan ujian di beberapa negara memuat beberapa m
otivasi(Kellaghan dan Greaney, 2001).
1. Untuk meningkatkan standar pendidikan (beberapa negara menganggap
standar
pendidikan mereka perlu ditingkatkan untuk menjawab kebutuhan lapanganke
rja).
2. Untuk mempertahankan standar pendidikan yang sudah dimiliki.
3. Untuk memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
mengambilkeputusan terkait dengan alokasi sumber daya pembelajaran
untuk sistem pendidikan secara umum, sekolah-
sekolah yang memiliki karakteristik khususdan sekolah berprestasi.
4.
7
Untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk
menetapkanakuntabilitas prestasi belajar peserta didik.
5. Ujian negara dilakukan sebagai bagian dalam gerakan modernisasi,
(mungkin)di bawah pengaruh pemberi modal, yang tidak terlalu
memperhatikankesinambungan dan tidak memahami bagaimana
memanfaatkan informasi yangdiperoleh.
6. Untuk mengubah keseimbangan pengawasan dalam sistem pendidikan.
7. Untuk mengimbangi lemahnya praktek penilaian atau evaluasi yang
dilakukan oleh para guru.
Terlepas dari motivasi apapun yang menyertai di balik
penyelenggaraannya, ujian dapat menjadi cara ampuh untuk mempengaruhi
kualitas guru mengajar dan peserta didik belajar di sekolah. Selain lebih
murah, cara ini juga dianggap lebih mudah karena bisa di instruksikan oleh
pihak luar sekolah (contohnya pemerintah). Hasil ujian yang dapatdilihat dan
diwartakan secara rutin oleh media juga menjadi salah satu alasan
penerapanujian negara. Ebel (1980) juga menyebutkan beberapa
konsekuensi yang mungkin muncul jika ujian tidak dilakukan, yaitu:
1. Dorongan dan penghargaan atas usaha seseorang untuk belajar akan
menjadi lebih sulit.
2. Kesuksesan program pendidikan kurang dapat dinyatakan sebagai tujuan
dan pencapaian kurang dapat dibuktikan.
3. Keputusan-keputusan penting terkait dengan masalah kurikulum dan
metodetidak diambil berdasarkan bukti-bukti yang kuat melainkan lebih
berdasarkan pada perkiraan dan cenderung plin-plan.
4. Kesempatan menempuh pendidikan tidak berdasarkan bakat dan
prestasinamun lebih berdasarkan keturunan dan pengaruh yang dimiliki.
5. Hambatan kelas sosial kurang dapat ditembus.
Kebijakan dan praktek ujian nasional diharapkan dapat merangsang
perubahan di internal sekolah, sektor-sektor dalam dunia pendidikan maupun
di bidang ideologi dan politik.
Persiapan dan prosedur internal sekolah terkait ujian nasional jelas merupaka
n target utama perubahan sistem ujian, salah satunya adalah kurikulum. Yang
dimaksudkan dengan perubahan kurikulum bukan hanya kurikulum resmi
yang menggambarkan apa yang seharusnya diajarkan oleh para pengajar
tetapi juga kurikulum yang benar-benar dilakukan; apa yang benar-benar
diajarkan oleh para pengajar dan apa yang benar-benar dikuasai oleh peserta
didik. Perubahan dalam sistem ujian seringkali sengaja didesainuntuk
mempengaruhi materi pembelajaran, upaya atau bahkan metode
pembelajaran danterutama untuk mempengaruhi usaha yang dilakukan
peserta didik.
8
Selain itu, adanya tuntutan akuntabilitas juga mendorong pemerintah
dan pejabat
pendidikan mencari dan mengimplementasikan berbagai cara untuk mempero
leh data faktual mengenai “produk” atau “hasil” dari institusi pendidikan atau
sekolah dengan cara mengevaluasi peserta didik sekaligus mengevaluasi
kualitas sekolah. Jika pemerintahmasih memandang ujian sebagai cara jitu
untuk mengevaluasi mutu pendidikan nasional maka sistem ujian perlu
diubah. Perubahan tidak hanya pada metode pengumpulan data tetapi juga
mengembangkan kriteria evaluasi yang sesuai dengan keberagaman
populasisekolah dan perlunya mengubah standar prestasi bagi populasi
sekolah secara keseluruhan.
9
Penilaian dirancang dengan baik sehingga kemampuan yang dinilai,
materi penilaian, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian diketahui
dengan jelas.
2. Penilaian hendaknya menjadi bagian integral dari proses pembelajaran
sehingga senantiasa dilaksanakan setiap saat dan berkesinambungan.
3. Penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan bersifat
komprehensif (aspek kognitif, afektif dan psikomotorik) sehingga hasil yang
diperoleh lebih objektif dan benar-benar menggambarkan prestasi dan
kemampuan pesertadidik.
4. Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut. Hasil penilaian hendaknya
dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun program
pembelajaran,memperbaiki kelemahan-kelemahan pembelajaran dan
membimbing siswa yangmasih kesulitan.
E. Studi Kasus
Pelaksanaan UN memang dapat menjadi dilema bagi sekolah-sekolah
tertentu di Indonesia, misalnya sekolah-sekolah swasta berstandar
internasional. Sekolah-sekolah tersebut biasanya menggunakan kerangka
kurikulum yang bersifat concept-based learning yang relatif berbeda dengan
kurikulum nasional yang umumnya masih bersifat content-based learning dan
berujung pada UN. Meskipun terdapat perbedaan, sekolah-sekolah tersebut
tetap harus mengikuti UN karena merupakan bagian dalam sistem pendidikan
Indonesia dan UN sudah menjadi kebijakan Kemendikbud.
Salah satu contoh sekolah tersebut adalah Sekolah Pilar Indonesia
(SPI) yang berlokasi
di kawasan Cibubur, Jakarta. SPI merupakan sekolah swasta berstandar inter
nasional yang menggunakan kerangka kurikulum internasional, yaitu
kurikulum IB ( international
baccaleureate ) program Primary Years Programme untuk usia 3-12
tahun(TK-SD). PYP berfokus pada perkembangan holistik peserta didik
sebagai seorang inquirer baik di dalam maupun di luar kelas. PYP
merupakan kerangka pembelajaran yangmenekankan pada metode inquiry,
terdiri atas enam tema global (transdisciplinary themes) yang dieksplorasi
dengan pengetahuan dan keterampilan dari enam bidang yang
berbeda.Kerangka kurikulum IB-PYP sangatlah fleksibel sehingga masing-
masing sekolah dapatmengadaptasi program tersebut sesuai kebutuhan lokal
maupun nasional.
Adanya perbedaan antara kurikulum yang diaplikasikan di sekolah
dengankurikulum SD pada umumnya, sekolah harus memikirkan strategi
untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti UN. Strategi-
strategi tersebut telah dilakukan sejak tahun ajaran2008/2009 dan dianggap
sebagai cara terbaik untuk mengatasi dilema yang dihadapi sertaterbukti
mampu meluluskan 100% peserta didiknya dengan jujur.
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Ujian Nasional merupakan suatu bentuk evaluasi (assessment )
sebagai pertanggung jawaban penyelenggara pendidikan kepada
semua stakeholders.
2. Assessment merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran
yang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik dan dapat menjadi
umpan balik untuk pengembangan pembelajaran.
3. Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur dan menilai kompetensi
peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
4. Evaluasi yang sedang dan akan dikembangkan harus
mempertimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik ke dalam
sistem ujian yang diselenggarakan.
5. Ujian Nasional menjadi cara terbaik yang dimiliki pemerintah saat ini
untuk mengevaluasi program pendidikan dan meningkatkan kualitas
pendidikan karenadianggap lebih murah dan lebih mudah serta dapat
memberikan data faktual yangdapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
membuat kebijakan.
1. Saran
Pro dan Kontra dalam kurikulum itu hal yang biasa karna pada
dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memajukan pendidikan di
indonesia agar lebih baik lagi. Antara pendidik dan peserta didik harus saling
bekerja sama dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
Selamat Pagi, salam sejahtera untuk kita semua yang hadir pada hari…
bertempat di… dalam kegiatan debat Bahasa Indonesia dengan MOSI:….
Debat hari ini terdiri dari tiga tim yaitu tim Afirmasi, Oposisi, dan tim Netral
Sebelum pelaksanaan debat dimulai, saya akan membacakan tata tertib
debat sebagai berikut.
Perkenalan
Setiap tim memperkenalkan diri selama 1 menit. Penyampaian pernyataan
topik Setiap tim menyampaikan argumentasinya terhadap pernyataan topik
selama 5 menit, dimulai dari Tim Pendukung, dilanjutkan oleh Tim
Penyanggah, dan Tim Netral. Penyampaian pernyataan topik dilakukan oleh
Pembicara 2 masing-masing tim. Debat 9 menit pertama mengomentari
argumentasi Tim Penyanggah dan Tim Netral selama 3 menit, demikian
seterusnya. Tugas ini dilakukan oleh Pembicara 2. Simpulan Setiap tim
memberikan ungkapan penutup terhadap pernyataan topik sesuai dengan
posisinya selama 1 menit. Tugas ini dilakukan oleh Pembicara 3. Selanjutnya,
saya persilakan kepada juru bicara setiap tim untuk memperkenalkan diri,
perkenalan untuk setiap tim adalah 1 menit waktu dimulai dari tim afirmasi.
#Perkenalan selanjutnya adalah dari tim netral, kami persilakan tim netral
memperkenalkan diri. Waktu dimulai dari sekarang! (waktu 1 menit)
(Keterangan: kegiatan perkenalan selesai, waktu 3 menit) Debat Bahasa
Indonesia dengan MOSI … telah dimulai kami persilakan untuk tim afirmasi
menyatakan pernyataan topik dalam waktu 5 menit, Pembicara I dari Tim
Afirmasi kami persilakan. Waktu dimulai dari sekarang ! (Pernyataan
penyampaian topik Tim Afirmasi selama 5 menit) Demikian tadi pernyataan
penyampaian topik dari Tim Afirmasi, selanjutnya kami persilakan Pembicara
I dari Tim Oposisi untuk menyampaikan topik selama 5 menit. Waktu dimulai
dari sekarang ! (Pernyataan penyampaian topik Tim Oposisi selama 5 menit)
Selanjutnya kami persilakan Tim Netral untuk menyampaikan topik, kepada
Pembicara I kami persilakan. Waktu dimulai dari sekarang ! (Pernyataan
penyampaian topik Tim Netral selama 5 menit) Penyampaian pernyataan
topik dari setiap tim telah dipresentasikan masing-masing tim, selanjutnya
dalam waktu 9 menit pertama setiap tim dipersilakan mengomentari
argumentasi tim lain selama 3 menit Pernyataan topik dari Tim Afirmasi
selama 3 menit dipersilakan. Pernyataan topik dari Tim Oposisi selama 3
menit dipersilakan. Pernyataan topik dari Tim Netral selama 3 menit
dipersilakan. Ketiga pernyataan topik telah disampaikan masing-masing tim,
selanjutnya selama 5 menit berikutnya diberikan hak bicara selama 1 menit,
dan diberikan 5 kali kesempatan memencet bel atau meniup peluit waktu 5
menit adalah hak bicara, yang diperebutkan oleh tiap tim debat. Waktu
dimulai dari sekarang!
#Hak bicara kami berikan pada tim…selama 1 menit waktu telah berakhir
#Hak bicara kami berikan pada tim…selama 1 menit waktu telah berakhir
#Hak bicara kami berikan pada tim…selama 1 menit waktu telah berakhir
#Hak bicara kami berikan pada tim…selama 1 menit waktu telah berakhir
#Hak bicara kami berikan pada tim…selama 1 menit waktu telah berakhir
(Keterangan: hak bicara digunakan untuk memberikan komentar, sanggahan,
atau pertanyaan, bukan celaan. Hak bicara ini diperbutkan oleh masing-
masing tim. Bagi yang memencet bel terlebih dahulu akan mendapatkan
kesempatan lebih awal menggunakan hak bicara 1 menit) Baiklah, 5 menit
telah berlalu, selanjutnya adalah penutup debat. Kepada Pembicara 3 untuk
menutup debat terhadap pernyataan topik dari masing-masing tim. Kami
persilakan dari Tim Afirmasi untuk memberikan ungkapan penutup selama 1
menit. Waktu dimulai dari sekarang ! (Waktu 1 menit) Selanjutnya Tim Oposisi
kami persilakan untuk menutup debat waktu dimulai dari sekarang! (Waktu 1
menit) Sebagai penutup debat, kami persilakan pembicara 3 dari Tim Netral
untuk menutup debat. Waktu dimulai dari sekarang ! Debat Bahasa Indonesia
dengan MOSI … telah selesai. Terima kasih atas perhatian Anda dan salam
sukses untuk kita semua. Aamiin.
LEBIH SEDIKIT