Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBIJAKAN PENDIDIKAN GLOBAL


UJIAN NASIONAL : PERSPEKTIF GLOBAL
“National Examination : A Global Perspectives”

Dosen Pengampu :
Bpk
Ibu

Disusun oleh :
Kelompok 11
Sri Wiliah Ningtiasih (P2A621010)
Dessya Mas Ningrum (P2A62)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS JAMBI
2021
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1......................................................................................Latar Belakang

1.2.................................................................................Rumusan Masalah

1.3..................................................................................Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1....................................................................Pengertian Ujian Nasional

2.2.........................................................................Sejarah Ujian Nasional

2.3..........................................................................Tujuan Ujian Nasional

2.4.........................................................Landasan Hukum Ujian Nasional

2.5.................................................................Pelaksanaan Ujian Nasional

2.6...........................................................................Model Ujian Nasional

2.7........................................................................Dampak Ujian Nasional

2.8..................................................................Kontroversi Ujian Nasional

BAB III PENUTUP

3.1...........................................................................................Kesimpulan

3.2.....................................................................................................Saran

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu proses pendewasaan. Masyarakat

berharap melalui pendidikan menjadikan kehidupan lebih baik. Berbagai cara

dilakukan dalam proses belajar – mengajar agar mendapatkan hasil yang optimal,

mulai dari penyusunan program sampai evaluasi dan perbaikan. Ujian Akhir

Nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan Pemerintah yang

merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang

sebelumnya dihapus.

Ujian Nasional merupakan salah satu komponen penentu kelulusan siswa

pada setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Walaupun bukan lagi

merupakan satu-satunya penentu kelulusan siswa, namun nilai UN menjadi

penting untuk dikaji lebih jauh sebagai salah satu indikator penentuan kualitas

pendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil UN dalam tiga tahun terakhir

menunjukkan variasi yang sangat berbeda, baik antarbidang studi maupun antar

daerah, begitupun dengan antarsekolah. Sejak munculnya Ujian Nasioanl, dari

tahun ke tahun sampai saat ini masih menjadi permasalahan tersendiri bagi dunia

pendidikan di Indonesia. Mulai dari penetapan mata pelajaran yang diujikan, nilai

standar kelulusan sampai risiko yang harus ditanggung siswa tidak lulus.

Fenomena tentang ujian nasional yang terjadi sekarang ini, sepertinya

cukup ironis. Bagaimana tidak jika kita melihat kenyataan yang terjadi, sejak

pertama kali diberlakukannya Ujian Nasional (2003) hingga sekarang, berbagai

polemik dan kontroversi selalu saja timbul baik yang pro ataupun kontra. Setiap

pihak yang berkepentingan langsung ataupun tidak dengan Ujian Nasional saling
mengeluarkan pendapatnya masing-masing dengan berbagai argumentasi. Untuk

itu sebagai mahasiswa kita perlu mengetahui mengenai apa itu ujian nasional serta

komponen-komponennya, sebagai pembahasan berikut.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian Ujian Nasional ?

b. Bagaimana Sejarah Ujian Nasional ?

c. Apa Tujuan Ujian Nasional ?

d. Bagaima Landasan Hukum Ujian Nasional ?

e. Bagaimana Pelaksanaan Ujian Nasional ?

f. Bagaimana Model Ujian Nasional ?

g. Apa saja Dampak Ujian Nasional ?

h. Apa saja Kontroversi Ujian Nasional ?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui Pengertian Ujian Nasional

b. Mengetahui Bagaimana Sejarah Ujian Nasional

c. Mengetahui Tujuan Ujian Nasional

d. Mengetahui Landasan Hukum Ujian Nasional

e. Mengetahui Pelaksanaan Ujian Nasional

f. Mengetahui Model Ujian Nasional

g. Mengetahui Dampak Ujian Nasional

h. Mengetahui Kontroversi Ujian Nasional


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ujian Nasional

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat (19)

dijelaskan bahwa “Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau

penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.”Sedangkan pengertian ujian nasional

berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 63 ayat (1) butir c adalah “Penilaian

hasil belajar yang dilakukan oleh pemerintah”. Yang kemudian diperjelas dalam

Pasal 66 ayat (1) bahwa “Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam

pasal 63 ayat (1) butir c bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan

secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional”. Pemerintah

yang dimaksud diatas adalah pemerintah pusat, sebagaimana dijelaskan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 21 ayat (28)

bahwa “pemerintah adalah pemerintah pusat”.

Menurut H. A. R. Tilaar, Ujian Nasional adalah upaya pemerintah untuk

mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan menetapkan standarisasi

nasional pendidikan. Hasil dari Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Negara

adalah upaya pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan

pendidikan nasional. Berdasarkan pendapat tersebut tentang Ujian Nasional maka

dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah sistem evaluasi atau penilaian

standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan menetapkan


standarisasi nasional pendidikan yang bertujuan sebagai pemetaan masalah

pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.

Ujian Nasional biasa disingkat UN adalah sistem evaluasi standar

pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat

pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan,

Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor

20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan

secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara

pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang

mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai

pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut

harus dilakukan secara berkesinambungan. Proses pemantauan evaluasi tersebut

dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan pada akhirnya akan dapat

membenahi mutu pendidikan. Pembenahan mutu pendidikan dimulai dengan

penentuan standar. Yang di maksud dengan penentuan standar pendidikan adalah

penentuan nilai batas (cut off score). Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten

bila telah melewati nilai batas tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang

sudah menguasai kompetensi tertentu dengan peserta didik yang belum menguasai

kompetensi tertentu. Bila itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai

batas berfungsi untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus

disebut batas kelulusan, kegiatan penentuan batas kelulusan disebut standar

setting. Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong

peningkatan mutu pendidikan.


2.2. Sejarah Ujian Nasional

 Pada periode 1950-1960-an, ujian akhir disebut Ujian Penghabisan. Ujian

Penghabisan diadakan secara nasional dan seluruh soal dibuat Departemen

Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Seluruh soal dalam bentuk esai.

Hasil ujian tidak diperiksa di sekolah tempat ujian, tetapi di pusat rayon.

 Periode 1965-1971, semua mata pelajaran diujikan dalam hajat yang disebut

ujian negara. Bahan ujian dibuat oleh pemerintah pusat dan berlaku untuk

seluruh wilayah di Indonesia. Waktu ujian juga ditentukan oleh pemerintah

pusat.

 Periode 1972-1979, pemerintah memberi kebebasan setiap sekolah atau

sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian sendiri. Pembuatan soal dan

prosesm penilaian dilakukan masing-masing sekolah atau kelompok.

Pemerintah hanya menyusun pedoman dan panduan yang bersifat umum.

 Periode 1980-2001, mulai diselenggarakan ujian akhir nasional yang disebut

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas). Model ujian akhir ini

menggunakan dua bentuk: Ebtanas untuk mata pelajaran pokok, sedangkan

EBTA untuk mata pelajaran non-Ebtanas. Ebtanas dikoordinasi pemerintah

pusat dan EBTA dikoordinasi pemerintah provinsi. Kelulusan ditentukan

oleh kombinasi dua evaluasi tadi ditambah nilai ujian harian yang tertera di

buku rapor. Dalam Ebtanas siswa dinyatakan lulus jika nilai rata-rata

seluruh mata pelajaran yang diujikan dalam Ebtanas adalah enam, meski

terdapat satu atau beberapa mata pelajaran bernilai di bawah tiga.

 Pada 2002-2004, Ebtanas diganti dengan penilaian hasil belajar secara

nasional dan berubah menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN) sejak 2002.
Kelulusan dalam UAN 2002 ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara

individual. Dalam UAN 2003 siswa dinyatakan lulus jika memiliki nilai

minimal 3,01 pada setiap mata pelajaran dan nilai rata-ratanya minimal 6.

Soal Ujian Akhir Nasional dibuat oleh Depdiknas dan pihak sekolah tidak

bisa mengatrol nilai UAN. Para siswa yang tidak lulus UAN masih diberi

kesempatan untuk mengikuti ujian ulangan UAN selang satu minggu

sesudahnya. Jika dalam ujian ulangan UAN siswa tetap memiliki nilai

kurang dari angka tiga, maka dengan terpaksa mereka dinyatakan tidak lulus

atau hanya dinyatakan tamat sekolah. Dalam UAN 2004 kelulusan siswa

didapat berdasarkan nilai minimal pada setiap mata pelajaran 4,01. Syarat

nilai rata-rata minimal tidak diberlakukan lagi. Pada tahun ini, masih hampir

sama dengan pelaksanaan ujian nasional pada tahun sebelumnya. Hanya saja

terdapat ujian susulan bagi siswa yang tidak lulus Ujian Nasional. Kelulusan

masih ditentukan oleh nilai Ujian Nasional dan dilihat juga dari nilai rapor

siswa.

2.3. Tujuan Ujian Nasional

Tujuan Ujian Nasional menurut Kemendikbud RI adalah untuk menilai

pencapaian standar kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara

nasional. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk :

a. Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan

b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya

c. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam

upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.


d. Penentuan kelulusan dari satuan pendidikan. Tetapi mulai tahun 2016,

Ujian Nasional sudah tidak lagi menjadi penentu utama untuk kelulusan

satuan pendidikan karena kelulusan sudah dipengaruhi oleh sekolah.

2.4. Landasan Hukum Ujian Nasional

a. Landasan Konstitusional

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional: pasal 1 ayat (3), ayat (17), ayat (21); pasal

12 ayat (1) butir f, pasal 21 ayat (28), pasal 35 (terdiri dari 4 ayat), pasal

57 (terdiri dari 2 ayat), pasal 58 (terdiri dari 2 ayat), pasal 59 (terdiri

dari 3 ayat).

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Pendidikan Nasional: pasal 1 ayat (4), ayat (5), ayat

(6), ayat (11), ayat (17), ayat (18), ayat (19), ayat (20), ayat (22); pasal

2 ayat (2); pasal 63 ayat (1) butir c, pasal 66 (terdiri dari 3 ayat), pasal

67 (terdiri dari 3 ayat), pasal 68 (terdiri dari 4 butir), pasal 69 (terdiri

dari 4 ayat), pasal 70 (terdiri dari 7 ayat), pasal 71, pasal 72 (terdiri dari

2 ayat), pasal 78 butir b.

b. Landasan Operasional

Pelaksanaan ujian nasional secara khusus diatur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (yang terakhir), yaitu sebagai berikut:

1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.


2) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah.

3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang

Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

2006.

4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007

tentang Standar Penilaian Pendidikan.

5) Prosedur Operasi Standar Pelaksanaan Ujian Nasional yang ditetapkan

oleh BSNP setiap tahunnya.

2.5. Pelaksanaan Ujian Nasional

 Berbasis pena dan kertas: Jenis ujian ini dilakukan secara fisik di mana

siswa mengikuti ujian menggunakan pena dan kertas. Sebagian besar

ujian Universitas bersifat subyektif / tes terbuka dan karenanya dilakukan

dengan menggunakan mode ini.

 Berbasis Komputer: Jenis ujian ini dilakukan menggunakan komputer /

tablet perangkat seluler. Pertanyaan biasanya disajikan dari database

online dan kandidat mungkin mengikuti tes dari rumah mereka atau dari

pusat fisik yang ditunjuk.

2.6. Model Ujian Nasional

Aspek lain yang memperdebatkan reliabilitas tes berkaitan dengan

kecemasan siswa. Ketegangan dan tekanan terhadap nilai kelulusan tentu

mempengaruhi prestasi siswa dalam ujian. Prestasi yang lebih baik bisa terjadi
jika hanya siswa yang mengerjakan ujian dalam keadaan normal tanpa adanya

tekanan. Soal keadilan ujian, pemerintah Indonesia seolah mengabaikan

ketimpangan kualitas pendidikan antarprovinsi. Ujian yang dibakukan harus

mengikuti standar mutu terlebih dahulu, baik untuk perkotaan maupun perdesaan.

Namun faktanya, daerah perkotaan mungkin memiliki fasilitas yang lebih baik

dan guru yang berkualitas tinggi dibandingkan dengan sekolah di daerah pedesaan

(Dienim, 2008). Para siswa di pedesaan pasti sangat dirugikan, bukan hanya

karena mereka memiliki akses yang lebih buruk ke fasilitas pendidikan tetapi juga

mereka memiliki peluang yang lebih kecil untuk lulus ujian (Lubis, 2010). Model

ujian nasional yang ideal sekurang-kurangnya harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Menggunakan penilaian berbasis proses

Kelulusan harus ditentukan tidak hanya dengan menggunakan

ujian nasional, tetapi juga penilaian terhadap proses belajar siswa selama

masa studi 3 tahun. Mempertimbangkan laporan kemajuan siswa Kasus ini

terutama berkaitan dengan keputusan kelulusan. Menurut mahasiswa,

keputusan kelulusan juga harus mempertimbangkan laporan kemajuan

mahasiswa.

b. Mengevaluasi empat keterampilan bahasa siswa

Ada tuntutan tinggi untuk ujian nasional untuk dapat menguji

keempat keterampilan bahasa, termasuk mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis. Ujian nasional saat ini gagal menguji kemampuan

berbicara siswa.
c. Mengevaluasi penguasaan bahasa siswa saat ini (apa yang sebenarnya

mereka pelajari di kelas)

Sering terjadi bahwa apa yang diujikan dalam ujian kelulusan

bukanlah apa yang diajarkan di dalam kelas.

d. Mempertimbangkan situasi dan fasilitas pendidikan sekolah dan siswa

Siswa menyadari perbedaan antar sekolah. Ujian nasional mungkin

terlalu sulit untuk sekolah berprestasi rendah, dan mungkin terlalu mudah

untuk sekolah berprestasi tinggi. Perbedaan situasional berbasis geografis

juga terjadi antara sekolah di Jawa dan di luar Jawa. Sekolah di luar Jawa

mungkin memiliki kualitas pendidikan yang lebih rendah dan/atau fasilitas

yang lebih buruk. Oleh karena itu, perlu dibuat ujian yang sesuai dengan

situasi aktual setiap sekolah dan siswa.

e. Ujian nasional bukan satu-satunya pertimbangan

Mayoritas siswa (97%) setuju dengan penggunaan ujian nasional

sebagai sarana penilaian kelulusan. Namun, ujian nasional seharusnya

tidak menjadi satu-satunya pertimbangan. Siswa mengusulkan untuk

mempertimbangkan jenis penilaian formatif dan sumatif lainnya dalam

menentukan kelulusan, termasuk: kemajuan harian (proses pembelajaran),

penilaian guru, ujian semester, ujian praktik yang mencakup empat

keterampilan bahasa yang dipelajari.

2.7. Dampak Ujian Nasional

a. Dampak Positif Ujian Nasional

 Siswa akan bekerja lebih keras : Ujian nasional mendorong siswa

untuk bekerja lebih keras dalam upaya mencapai target kelulusan


yang dikeluarkan oleh pemerintah. Ini bertindak seperti rangsangan

untuk mendorong siswa mempelajari mata pelajaran tertentu yang

diukur dalam tes standar. Tanpa rangsangan semacam ini, upaya

mereka lebih rendah karena mereka tahu bahwa mereka akan lulus

dengan mudah tanpa melakukan upaya apa pun.

 Mencapai Tujuan Penting Studi : Karena siswa diharapkan

memiliki seperangkat kompetensi setelah lulus sekolah untuk

mempersiapkan keterampilan mereka di tempat kerja, mereka

harus memiliki daftar kompetensi yang sudah tercakup dalam ujian

nasional. Dengan diberikannya ujian tersebut diharapkan mereka

memiliki kompetensi tersebut.

b. Dampak Negatif Ujian Nasional

 Insentif : Dengan begitu banyak tekanan pada satu tes, menyontek

telah menjadi masalah besar. Guru telah menjadi bagian dari

masalah, dengan beberapa siswa mendorong untuk menyontek dan

membagikan jawaban untuk membantu mereka mendapatkan hasil

yang lebih baik. Kritikus menuduh pemerintah daerah mendorong

kecurangan karena mereka ingin menunjukkan citra mereka dengan

tingkat kelulusan yang tinggi. Selain itu, bisa sangat memalukan

ketika mengetahui siswa gagal dalam ujian. Kecurangan dianggap

sebagai hal yang lumrah dan dapat diterima secara ilegal untuk

menyelamatkan muka. Ini adalah jalan pintas untuk menjaga

gengsi sekolah. Brian A Jacob, dkk, dalam penelitiannya yang

berjudul Rotten Apples: An Investigation of the Prevalence and


Predictors of Teacher Cheating, mengungkapkan kasus serius

kecurangan guru atau administrator pada tes standar terjadi

minimal 4-5 persen ruang kelas sekolah dasar. setiap tahun. Ruang

kelas yang diuji dengan buruk tahun lalu jauh lebih mungkin untuk

curang. Ruang kelas di sekolah dengan guru yang lulus dari

lembaga sarjana yang lebih bergengsi lebih kecil kemungkinannya

untuk menyontek, sedangkan ruang kelas di sekolah dengan guru

yang lebih muda lebih mungkin untuk menyontek. (Brian, A.

Jacob, dkk: 2003)

 Meningkatkan Tingkat Kecemasan Siswa : Tingkat kecemasan

siswa meningkat seiring dengan meningkatnya passing grade.

Semakin tinggi passing grade, semakin tinggi kecemasannya.

Survei yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

sebanyak 78 persen siswa mengaku cemas memikirkan untuk

mengikuti ujian. Mereka ditanya pertanyaan yang sama dengan

menggunakan kata-kata yang berbeda, 74 persen siswa mengatakan

mereka khawatir tidak akan lulus ujian. Hasil survei tampaknya

menegaskan kritik para pendidik dan pakar bahwa ujian nasional

terlalu membebani siswa. Mengingat semakin meningkatnya

tingkat kecemasan yang terjadi di kalangan siswa, maka masuk

akal untuk mengklasifikasikan masalah ini ke dalam beberapa

kelemahan dalam Ujian Nasional.

 Meningkatkan Tingkat Putus Sekolah : Dianggap sebagai ujian

berisiko tinggi, perlu dilakukan analisis tentang dampak ujian


nasional secara nasional. Seringkali muncul opini publik bahwa

ujian nasional mendorong lebih banyak siswa untuk putus sekolah.

Cornell dalam Dongshu (2009) mengungkapkan efek psikologis

yang disebabkan oleh kegagalan HSEE19 (ujian nasional di Texas)

dapat membuat siswa putus asa untuk menyelesaikan sekolah

menengah yang mengarah pada keluar lebih awal. Martorell dalam

penelitiannya yang berjudul Apakah Ujian Kelulusan Sekolah

Menengah Penting? Pendekatan Diskontinuitas Regresi

menjelaskan bahwa efek putus asa kemungkinan disebabkan oleh

fakta bahwa siswa tidak dapat menyelesaikan sekolah jika mereka

gagal dalam ujian pada kesempatan terakhir mereka untuk

mengikutinya. Dengan kata lain, keputusasaan besar ketika yang

nyaris gagal di awal berusaha keras dalam mempersiapkan tes

remedial tetapi masih gagal.

 Tekanan Keuangan : Pendapatan finansial yang rendah mungkin

menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka putus sekolah.

Mereka yang orang tuanya berpenghasilan rendah mungkin merasa

pasrah dan minder menghadapi Ujian Nasional karena tidak bisa

mengikuti pendidikan sepulang sekolah yang memakan biaya

tinggi seperti Primagama, SSC, Ganesa dan lain sebagainya. Rasa

rendah diri semakin meningkat ketika melihat teman sekelas

mereka menghadiri program tersebut. Selain itu, pendapatan yang

rendah membuat siswa tidak dapat membeli beberapa buku yang


diperlukan untuk meningkatkan pengetahuannya, terutama yang

sedang diuji dalam Ujian Nasional.

 Mengajar untuk ujian : Mengajar untuk tes tidak membantu

siswa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka yang

sebenarnya, alih-alih pengetahuan dangkal yang tercermin melalui

tes. Ketika diatur dalam kondisi tertentu, siswa tidak dapat

menjawab soal karena mereka hanya fokus pada bagaimana

menjawab tes dengan benar dalam pengetahuan yang terbatas.

 Penilaian Kualitas Rendah : Berbicara tentang pemeriksaan,

tidak lepas dari cara penilaiannya. Menurut Hubber (2011b) dan

Killen (2005), prinsip penilaian utama adalah harus adil, valid, dan

andal. Ujian nasional Indonesia hanya mengukur satu keterampilan

yaitu kognitif. Pendidikan, kinerja siswa terdiri dari tiga aspek:

kognitif, psikomotor dan afektif (Harti, n.d.). dengan mengabaikan

dua aspek lainnya, dapat dianggap bahwa tes tersebut “tidak valid

dan tidak dapat diandalkan” karena tidak dapat mewakili

kemampuan siswa yang sebenarnya dan seolah-olah mengukur

kemampuan ujian (Athanasou, 1997).

2.8. Kontroversi Ujian Nasional di Indonesia

 Kritik

Ujian Nasional telah menjadi subyek kontroversi sejak awal.

Itu menjadi terkenal karena kebocoran kunci jawaban, kecurangan,

penipuan, dan korupsi. Beberapa berpendapat bahwa ujian itu terlalu

sulit dan menuntut siswa dan guru. Sekolah terpaksa mengalokasikan


lebih banyak waktu untuk melatih siswa, memberikan lebih banyak

beban kerja kepada guru dan siswa. Tingkat kegagalan Ujian Nasional

biasanya sangat rendah. Kritikus berpendapat bahwa hal itu tidak

memberikan gambaran yang akurat tentang kompetensi nyata siswa

Indonesia, karena masalah menyontek dan masalah lainnya.

Angka gagal Ujian Nasional 2010 untuk SMP dan SMA luar

biasa tinggi. Penjelasan yang diberikan tentang penyebab peningkatan

tingkat kegagalan yang dikaitkan dengan tanggal ujian pada bulan

Maret, memberikan sekolah lebih sedikit waktu untuk

mempersiapkan, kesulitan pertanyaan, dan peningkatan nilai batas.

Ujian Nasional remedial diadakan pada tahun 2009 dan 2010, namun

ditiadakan pada tahun berikutnya. Ada yang meminta agar Ujian

Nasional dihapuskan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

sejauh ini mempertahankan Ujian Nasional.

 Masalah penipuan dan kecurangan ujian

Kecurangan sangat merajalela, karena tekanan besar untuk

lulus ujian. Sekolah dan guru mengabaikannya, mendorongnya, atau

bahkan melakukannya. Contohnya antara lain menggunakan telepon

genggam untuk mengirimkan jawaban kepada siswa lain, memberikan

kunci jawaban, baik secara terbuka maupun diam-diam, dan

mengubah jawaban pada lembar jawaban. Kepala sekolah dan guru

telah ditangkap dalam kasus itu.

Untuk mencegah menyontek, variasi soal UN telah

ditingkatkan untuk SMP dan SMA, dari satu menjadi lima pada 2011,
dan dari lima menjadi 20 pada 2013. Langkah lain adalah

pencantuman barcode pada 2013 antara lain untuk menentukan kode

variasi soal dan untuk mengatasi menyontek. Meski begitu,

kecurangan tetap saja terjadi.

 Kekurangan dan kualitas bahan ujian

Pada tahun 2013, Ujian Nasional untuk SMA di 11 provinsi

tertunda karena kesalahan pencetakan dan pengemasan. Hal ini

disebabkan oleh peningkatan variasi pertanyaan. Sekolah dipaksa

untuk menyalin sendiri kertas soal. Beberapa menuntut Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Mohammad Nuh, untuk

mengundurkan diri.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 2013. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Hasbullah, H.M. 2015. Kebijakan Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Irianto, Yoyon Bahtiar. 2011. Kebijakan Pembaruan Pendidikan. Jakarta :

Rajawali Pers.

Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Rohman, Arief. 2012. Kebijakan Pendidikan (Analisis Dinamika Formulasi dan

Implementasi). Yogyakarta : CV Aswaja Pressindo.

https://education.stateuniversity.com/pages/2503/Testing-NATIONAL-

ACHIEVEMENT-TESTS-INTERNATIONAL.html

https://www.learningspiral.co.in/what-you-need-to-know-about-the-

examination-processes-and-systems/

Anda mungkin juga menyukai