Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

Kedudukan Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar dalam Pendidikan

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah


Pengembangan Penilaian Pembelajaran Biologi
yang dibina oleh Dr. Murni Saptasari, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok I/ Kelas C
Choirus Zakinah 180341863014
Didik Dwi Prastyo 180341863038
Putri Fitria Sartika 180341863051
Putu Devi Cahyani 180341863020

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JANUARI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul
“Kedudukan Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar dalam Pendidikan” ini dengan
lancar dan sesuai waktu yang ditentukan. Terselesaikannya makalah ini tentu
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami ucapkan terima
kasih kepada:

1. Dr. Murni Saptasari, M.Si selaku dosen mata kuliah Pengembangan Penilaian
Pembelajaran Biologi.
2. Semua pihak yang telah membantu di dalam proses penyusunan makalah ini
Kami selaku penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi perbaikan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.

Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya


kepada siapa saja yang mencintai ilmu pengetahuan dan pendidikan. Amin Yaa
Robbal Alamin.

Malang, Januari 2019

Penulis

2i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dasar Hukum Asesmen dan Evaluasi ............................................................ 3
2.2 Perbedaan Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi ........................................... 7
2.3 Penerapan evaluasi, assesmen, dan pengukuran pada Kurikulum 2013 ...... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 27
3.2 Saran ............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28

3ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran biologi merupakan suatu sistem yang melibatkan tiga titik
(mata jangkar) yang saling berkaitan. Ketiga titik tersebut adalah tujuan
pembelajaran, pengalaman belajar, dan hasil belajar peserta didik. Tujuan
pembelajaran sangat menentukan ragam jenis asesmen yang digunakan oleh
seorang pendidik. Guru adalah ujung tombak penilaian karena RPP disusun oleh
guru dan proses pembelajaran serta penilaian dikontrol oleh guru. Asesmen yang
dilakukan oleh guru adalah penentu arah pembelajaran dan kualitas pendidikan
(Atkin, Black, & Coffey, 2001), sehingga sebaiknya asesmen yang digunakan
oleh guru adalah berdasarkan dengan keadaan sebenarnya dan dapat diperoleh
tidak hanya berdasarkan hasil tes melainkan melalui penyajian tugas-tugas serta
berbagai aktivitas tertentu yang langsung mempunyai makna pendidikan
(Pantiwati, 2016).
Asesmen mencakup dua hal yang dilakukan secara berurutan, yaitu
pengukuran dan penilaian (asesmen itu sendiri). Pengukuran adalah pengumpulan
data peserta didik menggunakan instrumen atau alat ukur yang valid. Hasil
pengukuran adalah berupa skor, sedangkan penilaian adalah menetapkan nilai
akhir dengan cara membandingkan sejumlah pengukuran dengan kriteria
ketintasan minimal (KKM). Hasil penilaian yang dilakukan nantinya dapat
digunakan sebagai bentuk evaluasi oleh guru untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran tercapai secara optimal sehingga dapat digunakan sebagai bentuk
tindak lanjut maupun perbaikan pembelajaran selanjutnya. Pengukuran, penilaian,
dan evaluasi merupakan tiga hal yang sangat penting dalam pembelajaran, oleh
karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai Kedudukan Asesmen dan
Evaluasi Hasil Belajar dalam Pendidikan serta implementasi asesmen dan evaluasi
pada Kurikulum 2013.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja yang menjadi dasar hukum asesmen dan evaluasi?
2. Bagaimana perbedaan pengukuran, asesmen, dan evaluasi
3. Bagaimana penerapan evaluasi, assesmen, dan pengukuran pada
Kurikulum 2013?

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah


Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui dasar hukum asesmen dan evaluasi.
2. Mengetahui perbedaan pengukuran, asesmen, dan evaluasi
3. Mengetahui penerapan evaluasi, assesmen, dan pengukuran pada
Kurikulum 2013.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Asesmen dan Evaluasi


1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
a. Bab 1 Pasal 1 ayat (21) dikemukakan bahwa Evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan.
b. Pasal 57 ayat (1) dan (2) Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi, Bagian
Kesatu tentang Evaluasi
1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang,
satuan, dan jenis pendidikan.
3) Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
c. Dipertegas lagi pada pasal 58 ayat (1) dan (2)
1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
2) Evaluasi hasil peserta didik, satuan pendidikan dan program
pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala,
menyeluruh, transparan dan sistematik untuk menilai pencapaian
standar nasional pendidikan.

3
d. Pasal 59 ayat (1), (2), dan (3)
1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap
pengelola, satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
2) Masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga
yang mandiri untuk melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud.
3) Ketentuan mengenai evaluasi sebagaimana dimaksud dalamayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

2. Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan (SNP)
Implikasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pada penilaian adalah perlunya
penyesuaian terhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas.
Penilaian kelas terdiri atas penilaian eksternal dan internal. Penilaian ekternal
merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan
proses pembelajaran, yaitu suatu lembaga independen, yang di antaranya
mempunyai tujuan sebagai pengendali mutu. Adapun penilaian internal adalah
penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pengajar pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Dalam Bab 1 Pasal 1 ayat (11), (17), (18), (19), (20) dikemukakan
pengertian Standar penilaian, Penilaian, Evaluasi pendidikan, Ulangan, Ujian.
Selain itu juga penilaian diatur dalam Bab IV Pasal 22 yang berisi tentang:
a. Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
b. Teknik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan
penugasan perseorangan atau kelompok. asesmen proses dan hasil
belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan
Non Tes: Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan
oleh orang yang dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas
tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada
orang tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya dan luas

4
penggunaannya dan Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi
baik secara langsung ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara.
c. Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran IPTEK pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi
individu minimal satu kali dalam satu semester.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan
nasional mencakup beberapa aspek, yaitu:
a. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah.
b. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas
penilaian hasil belajar oleh pendidik satuan pendidikan tinggi diatur
oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses kemajuan, dan perbaikan
hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Fungsinya untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran.
d. Penilaian belajar kelompok meliputi mata pelajaran agama, akhlak
mulia, kewarganegaraan dan kepribadian pengamatan terhadap
perubahan prilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan
kepribadian peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan
untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
e. Mata pelajaran IPTEK meliputi ulangan, penugasan, dan/atau bentuk
lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
f. Mata pelajaran estetika pengamatan terhadap perubahan perilaku dan
sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik
peserta didik.

5
3. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Permendikbud ini menjelaskan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,
prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Lingkup penilaian pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
dijelaskan pada Bab II pasal 2 yaitu terdiri atas: a) penilaian hasil belajar oleh
pendidik; b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c) penilaian
hasil belajar oleh pemerintah dan dijelaskan lebih detail pada pasal 3 mengenai
aspek penilaian hasil belajar peserta didik yang meliputi aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Tujuan penilaian hasil belajar dijelaskan lebih lanjut dalam Bab III pasal 4
yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik dalam mencapai Standar Kompetensi
Lulusan secara berkesinambungan untuk semua mata pelajaran dan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu.
Prinsip penilaian hasil belajar dijelaskan dalam Bab IV pasal 5 yaitu
sebagai berikut:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur;
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khususserta perbedaan latar belakang agama,
suku, budaya, adatistiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang

6
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta
didik;
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Hal ini
dijelaskan secara detail pada Bab V pasal 6 sampai pasal 8 mengenai bentuk
penilaian. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk mengukur dan
mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik, memperbaiki proses
pembelajaran dan menyusun laporan kemajuan hasil belajar (hasil belajar
harian, tengah semester, akhir semester, akhir tahun, dan/atau kenaikan kelas).
Sementara untuk penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk
ujian sekolah/madrasah. Kemudian untuk penilaian hasil belajar oleh
pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional dan/atau bentuk lain yang
diperlukan.
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan
maupun pemerintah dijelaskan lebih lanjut pada Bab VI pasal 9 sampai dengan
pasal 11. Kemudian untuk prosedur penilaian dijabarkan pada Bab VII pasal 12
sampai pasal 13 dan instrument penilaian dijabarkan pada Bab VIII pasal 14.

2.2 Perbedaan Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi


1. Pengukuran
Pengukuran (Measurement) merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem
angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka. Pernyataan tersebut diperkuat
dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki
oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan

7
formulasi yang jelas. Aturan atauformulasi tersebut harus disepakati secara
umum oleh para ahli. Dengan demikian, pengukuran dalam bidang
pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik
tertentu.Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi
karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih
ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan
ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Pada Tabel 1
diberikan contoh standar kriteria yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menyusun laporan praktikum IPA.
Menurut cangelosi (1995) pengukuran (Measurement) adalah suatu
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah
ditentukan. Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati
kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan
indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan
merasakan. Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1)
penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula
tertentu.
Measurement dapat dilakukan dengan cara tes atau non-tes. Amalia
(2003) mengungkapkan bahwa tes terdiri atas tes tertulis (paper and pencil
test) dan tes lisan. Sementara itu alat ukur non-tes terdiri atas pengumpulan
kerja siswa (portofolio), hasil karya siswa (produk), penugasan (proyek),
dan kinerja (performance).

8
Tabel 1. Contoh Acuan Standar Penilaian Laporan Praktikum Siswa
Aspek yang Skor
No Komponen/ kriteria
Dinilai Maksimal

A Sistematika 1. Judul 10
(Kelengkapan & 2. Tujuan
sistematika 3. Dasarteori
komponen- 4. Alat danBahan
komponen 5. Cara Kerja
laporan) 6. Data HasilPraktikum
7. AnalisisData
8. JawabanPertanyaan
9. Kesimpulan
10. DaftarPustaka
B Isi Laporan 1. Merumuskan judul dan 5
tujuan praktikum dengan
2. benar Menjelaskan Dasar 5
Teori dengan ringkas dan
3. jelas Menyusun alat dan 5
bahandengan spesifikasi
4. yangtepat 5

5. Menyusun langkah 10
kegiatan praktikum dengan
kalimat pasif Menyusun
data hasil praktikum secara
6. 20
sistematis dan komunikatif
dalam kolom pengamatan
7. 10
Menganalisi data secara
induktif berdasarkan
8. 10
teori/kepustakaan
Menjawab pertanyaan-
pertanyaan praktikum
9. dengan benar 5

Menyusun kesimpulan dengan


tepat berdasarkan hasil
praktikum dan hasil diskusi

Merujuk dan Menuliskan


daftar pustaka minimal
dua kepustakaan

9
2. Assesment
Menurut Firman (2000), penilaian merupakan proses penentuan
informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk
melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan tes dan non tes.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana
hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik
apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat
berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah
mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi
dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian
kompetensi atautujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. Asesmen memiliki dua
tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses (Herman, dkk., 1992). Asesmen
yang berkaitan dengan tujuan isi digunakan untuk menentukan seberapa
jauh peserta didik telah mempelajari pengetahuan dan keterampilan spesifik.
Dalam hal ini asesmen harus terfokus pada hasil belajar peserta didik.
Asesmen yang berkaitan dengan proses digunakan untuk mendiagnosis
kekuatan dan kelemahan peserta didik serta merencanakan pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Tujuan asesmen pembelajaran
pada dasarnya tergantung pada penggunaan jenis-jenis asesmen.
Ada empat jenis asesmen dalam pembelajaran, yaitu: (a) asesmen
formatif dan sumatif; (b) asesmen objektif dan subjektif; (c) asesmen acuan
normatif dan acuan patokan, dan (d) asesmen formal dan informal.

10
a. Asesmen formatif dan sumatif
Asesmen sumatif biasanya dilaksanakan di akhir pembelajaran,
dan digunakan untuk membuat keputusan tentang kenaikan kelas
peserta didik. Asesmen formatif umumnya dilaksanakan selam proses
pembelajaran berlangsung. Kegiatan asesmen formatif dapat berbentuk
pemberian balikan atas pekerjaan peserta didik, dan tidak akan
dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan kelas peserta didik. Dalam
konteks belajar, asesmen sumatif dan formatif disebut dengan asesmen
belajar.
Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen diagnostic.
Asesmen diagnostic mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta
didik untuk mengidentifikasi program belajar yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik. Asesmen mandiri oleh peserta didik
merupakan bentuk asesmen diganostik yang melibatkan peserta didik
mengakses dirinya sendiri.
b. Asesmen objektif dan subjektif
Asesmen bentuk objektif merupakan bentuk pertanyaan yang
memiliki satu jawaban yang benar. Asesmen subjektif merupakan
bentuk pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar
(atau lebih dari satu cara mengungkapkan jawaban yang benar). Ada
beberapa jenis pertanyaan berbentuk objektif dan subjektif. Jenis
pertanyaan berbentuk objektif yaitu pertanyaan yang memiliki alternatif
jawaban benar dan salah, pilihan ganda, pertanyaan menjodohkan, dan
jawaban ganda. Pertanyaan subjektif yaitu pertanyaan yang
membutuhkan jawaban luas dan ada yang berbentuk uraian.
c. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
Asesmen acuan patokan, biasanya menggunakan tes acuan
patokan, merupakan asesmen yang digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik berdasarkan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Asesmen acuan patokan membandingkan kemampuan
peserta didik dengan criteria, atau asesmen yang memfokuskan diri
pada kinerja individu yang diukur berdasarkan pada criteria atau standar

11
absolute. Asesmen acuan patokan seringkali digunakan untuk
mengukur kompetensi peserta didik. Prosedur asesmen acuan patokan
mencakup urutan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Identifikasi hasil belajar yang diharapkan.
2) Rumuskan kriteria. Jika memungkinkan, libatkan peserta didik
dalam merumuskan kriteria
3) Rencanakan kegiatan belajar yang membantu peserta didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
4) Sebelum kegiatan belajar berlangsung, komunikasikan kriteria
tersebut dan pekerjaan yang akan diakses.
5) Berikan contoh kinerja yang diinginkan.
6) Implementasikan kegiatan belajar.
7) Gunakan beberapa metode asesmen berdasarkan tugas yang
diberikan.
8) Kaji kembali data asesmen dan evaluasi masing-masing tingkat
kinerja peserta didik atau kualitas pekerjaan dengan menggunakan
kriteria.
9) Apabila diperlukan, berikan tanda huruf (misalnya A, B, C, D)
yang menunjukkan pemenuhan hasil belajar peserta didik dan
orangtua.
10) Laporkan hasil asesmen kepada peserta didik dan orangtua.
Asesmen acuan normatif, atau dikenal dengan penentuan
rangking berdasarkan kurva norml, biasanya menggunakan tes acuan
normatif, tidak digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata
lain yaitu asesmen yang distandarkan pada sekelompok individu yang
kinerjanya dinilai dalam hubungannya dengan kinerja individu lainnya.
Asesmen ini sangat efektif untuk membandingkan kemampuan peserta
didik satu dengan peserta didik lainnya. Asesmen untuk ujian masuk
sekolah biasanya emnggunakan asesmen acuan normatif, karena
asesmen ini dapat menunjukkan proporsi jumlah calon peserta didik
yang lulus datau diterima di sekolah atau di universitas , dan bukan

12
menunjukkan tingkat kemampuan calon peserta didik yang
sesungguhnya.
d. Asesmen formal dan informal
Asesmen formal biasanya diwujudkan dalam bentuk dokumen
tertulis, seperti tes tertulis. Asesmen formal diberikan skor dalam
bentuk angka atau penentuan rangking berdasarkan pada kinerja peserta
didik. Asesmen informal tidak dimaksudkan untuk menentukan
rangking akhir peserta didik. Asesmen ini biasanya dilakuan dengan
cara yang lebih terbuka, seperti kegiatan asesmen yang dilaksanakan
melalui observasi, inventori, partisipasi, evaluasi diri dan teman sebaya,
dan diskusi.

Objek Penilaian
Benjamin Bloom (1956) mengelompokkan kemampuan manusia ke
dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif.
Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan
ranah psikomotor.
a. Ranah Kognitif
Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang
tempat utama, terutama dalam tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan SMU.
Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan,
pemahanan, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
a) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat
mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya. Kata-kata operasional yang
digunakan, yaitu: mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan,
mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan
mereproduksi.
b) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami
atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan
menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c)

13
mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain:
memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan,
membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.
c) Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut
kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-
metode, prinsip prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.
Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, menghitung,
mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.
d) Analisis (analysis adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang
untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam
unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu; (a) analisis unsur, (b)
analisis hubungan, (c) analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata-
kata operasional yang umumnya digunakan antara lain: memperinci,
mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan
memisahkan.
e) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai
faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau
mekanisme. Kata operasional yang digunakan terdiri dari:
mengkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan,
mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan,
menuliskan, dan menceritakan.
f) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat
menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu
kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar
atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat
digunakan antara lain: menafsirkan, menentukan, menduga,
mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.

14
b. Ranah Afektif
Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu:
a) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi
fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan
penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata-kata
operasional yang digunakan antara lain: menanyakan, memilih,
mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, menyebutkan.
b) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena,
tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan
siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-
kata operasional yang digunakan antara lain: menjawab, membantu,
melakukan, membaca, melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan.
c) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena
atau tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional
yang digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk,
mengusulkan, mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.
d) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan
nilainilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk
suatu sistem nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain:
mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,
mempertahankan, menggeneralisasikan, dan memodifikasikan.
c. Ranah Psikomorik
Kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi
kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:
a) Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil,
melompat, menggerakkan, dan menampilkan.
b) Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.
c) Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan,
menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong,
menarik, dan menggunakan (Poerwanti E., 2001).

15
3) Jenis-Jenis Penilaian Otentik
Untuk melaksanakan penilaian otentik yang baik harus menguasai jenis-
jenis penilaian otentik, yang antara lain terdiri atas: (1) penilaian kinerja, (2)
penilaian proyek, (3) penilaian portofolio, dan (4) penilaian tertulis.
a. Asessmen Kinerja
Asesmen kinerja dapat didefinisikan sebagai bentuk penilaian yang
meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan menerapkan kompetensi
sikap, pengetahuan, ketrampilan kerjanya ke dalam berbagai tugas yang bermakna
dan melibatkan peserta didik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Peserta didik
diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam suatu aktivitas seperti
melakukan eksperimen, praktikum, penggunaan alat, dan sebagainya. Sementara
peserta didik melakukan tugas yang ditentukan, guru melakukan penyekoran
kemampuan kinerja peserta didik dengan menggunakan kriteria yang telah
ditentukan yang disebut rubrik kinerja. Dengan memanfaatkan asesmen kinerja,
guru dapat mengetahui dengan pasti apakah seorang peserta didik memiliki
keterampilan kerja yang diharapkan atau tidak.
Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas yang dilakukan peserta
didik sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang peserta didik.
Tugas kinerja menghendaki (1) penerapan konsep IPA dan informasi penunjang
penting lainnya,(2) kerja ilmiah yang penting bagi peserta didik,(3) sikap ilmiah.
Asesmen kinerja harus mencakup hasil akhir dan proses untuk mencapai hasil itu.
Apabila hanya melihat hasil akhir seperti laporan atau karya ilmiah, guru tidak
memperoleh gambaran seberapa banyak ide asli yang berasal dari peserta didik
yang dinilai.

Asesmen Kerja Laboratorium.


Contoh Asesmen Kinerja adalah sebagai berikut.
Format Pemberian Skor Pembuatan Tape Singkong
Nama peserta didik :
Kelas :

16
KD IK

2.4 1. Peserta didik mampu menyebutkan macam-macam


Mendeskripsikan bioteknologi sederhana
penerapan 2. Peserta didik mampu melakukan prosedur pembuatan
bioteknologi dalam tape dengan baik dan benar
mendukung 3. Peserta didik mampu menghasilkan produk makanan
kelangsungan hidup yang enak dan bergizi
manusia melalui
produksi pangan

Hasil Pengukuran
No Aspek yang diukur
Ya Tidak

1 Membawa bahan dengan lengkap

2 Mencuci bersih singkong yang sudah dikupas

3 Memotong singkong

4 Mengukus Singkong

Melumuri/menaburi singkong dengan ragi


5
tape

Menutupi singkong yang sudah ditaburi ragi


6
dengan daun pisang

8 Menutup singkong dengan rapat

Tekstur tape yang dihasilkan padat tetapi


9
lunak

Tape yang dihasilkan mempunyai rasa yang


10
manis dan aroma yang harum

Skor total

Skor total dihitung berdasarkan jumlah terpenuhinya kriteria penilaian atau


jumlah centang pada kolom ‘Ya’. Bila semua kriteria terpenuhi, kliping akan
memiliki skor = 10.

17
b. Penilaian Proyek (Project Assessment)
Merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud
berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain. Selama mengerjakan sebuah proyek
pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan
sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian
proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru,
yaitu:
a) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi
penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data,
dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar
cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam
bentuk poster atau tertulis.

c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta

18
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta
didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau
informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah
kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode
pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga
oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau
kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi
buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu,
guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan
pembelajaran.
d. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi penilaian otentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes
tertulis konvensional yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian
tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri atas
memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri atas pilihan
ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai
jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan
uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes
tertulis berbentuk uraian sedapat mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka
memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena
kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan,
atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan
melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang

19
sama, asalkan analisisnya benar. Tes tertulis berbentuk esai biasanya menuntut
dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban
terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang
diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat
mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks.

3. Evaluasi
Menurut Kumano (2001), evaluasi merupakan penilaian terhadap data
yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi
(1995), evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil
pengukuran. Calengosi (1995) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat
dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang
menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai
terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa (Purwanto, 2002).
Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.
Purwanto (2002) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program
dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan
pendidikan dapat dicapai.

2.3 Penerapan Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi pada Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan
Kompetensi Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh
peserta didik. Untuk mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan
sejumlah indikator sebagai acuan penilaian dan sekolah juga harus menentukan
ketuntasan belajar minimal atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk

20
memutuskan seorang peserta didik sudah tuntas atau belum. KKM
menggambarkan mutu satuan pendidikan, oleh karena itu KKM setiap tahun perlu
dievaluasi dan diharapkan secara bertahap terjadi peningkatan KKM.

1. Pengukuran dalam Kurikulum 2013


Untuk suatu usaha pengukuran banyak pertimbangan-pertimbangan yang
harus dibahas, yaitu kesahihan (validitas), keterandalan (realiabilitas) dan
kepraktisan.

 Validitas
Suatu alat pengukuran dikatakan valid jika ia benar-benar cocok untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Jadi suatu untuk mata pelajaran
tertentu dikatakan valid jika ia benar-benar cocok dengan tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan untuk dicapai dengan penyajian matapelajaran
tertentu.
 Realiabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika ia menghasilkan suatu gambaran
(hasil pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya. Ciri ini
menunjukkan bahwa alat pengukur itu tidak rusak sehingga dapat
diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sebenarnya. Jika
alat pengukurannya reliabel, pengukuran yang dilakukan berulang-ulang
dengan memakai alat yang sama terhadap obyek dan subyek yang sama
hasilnya akan tetap atau relatif sama.
 Kepraktisan
Ada tiga hal yang dianggap sebagai ciri kepraktisan alat pengukur atau
ujian
a) Penghematan : suatu ujian dikatakan praktis jika penggunaan waktu,
tenaga dan biaya relatif kecil
b) Kemudahan dalam pengadministrasian: suatu ujian dikatakan praktis
kalau mudah dalam pengadministrasiannya.
c) Kemudahan dalam penginterpretasian: suatu ujian dikatakan praktis
kalau mudah menginterprestasi hasilnya (Harun, 2007).

21
2. Penilaian dalam Kurikulum 2013
Menurut lampiran Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, tentang standar
penilaian, standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta
didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sedangkan penilian sendiri ialah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,
kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar perserta didik secara
berkesinambungan.
Penilaian peserta didik pada pendidikan dasar dan menegah mencakup 3
aspek, yaitu aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penilaian pengetahuan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan
peserta didik. Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik,
sedangkan penilaian keterampilan ialah kegiatan yang dilakukan unruk
mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan
tugas tertentu.
Salah satu ciri atau karakteristik kurikulum 2013 terkait penilaian adalah
diharuskannya guru melakukan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan
(input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta
didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga
komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas,
gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional (instructional effects) dan dampak pengiring (nurturant effects)
dari pembelajaran. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata,
bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik
(kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

22
Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik,
tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, ada beberapa kata kunci dalam
penilaian autentik, yakni 1) Penilaian input, yakni menilai kemampuan awal
siswa terkait apa yang akan dipelajari. Misalnya: pretest, apersepsi,
brainstorming; 2) penilaian proses, yakni penilaian pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Misalnya menilai kesungguhan siswa, penerimaan
siswa, kerjasama, kemampuan menyelesaikan tugas yang diberikan, penilaian
diri, penilaian antar sejawat, dan lain-lain; 3) penilaian hasil, yakni menilai
kompetensi siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Misalnya menilai
kompetensi pengetahuan siswa dengan cara tertulis, lisan atau penugasan, dan
menilai keterampilan siswa dengan cara tes praktik/unjuk kerja, portofolio, tugas
projek (Alimuddin, 2014).
Bentuki penilaian menurut Permendikbud no 23 tahun 2016 dilakukan
dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan dan/atau bentuk ain yang
diperlukan, yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui pencapaian
kompetensi peserta didik, memperbaiki proses pembelajaran, dan menyususn
laporan hasil belajar peserta didik.
1) Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta
didik sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian
pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga
berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan
membina perilaku serta budi pekerti peserta didik. Penilaian sikap dilakukan
oleh semua guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas, serta warga sekolah.
Teknik penilaian sikap dijelaskan pada skema berikut.

23
Gambar. Skema Penilaian Sikap
2) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan
peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian
ini berkaitan dengan ketercapaian KD pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian.
Guru mata pelajaran menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada saat
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada
silabus.

Gambar. Skema Penilaian Pengetahuan

3) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas

24
tertentu. Keterampilan dalam Kurikulum 2013 meliputi keterampilan abstrak
(berpikir) dan keterampilan konkret (kinestetik). Kaitannya dalam pemenuhan
kompetensi, penilaian keterampilan merupakan penilaian untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4.
Penilaian keterampilan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu.

Gambar. Skema Penilaian Pengetahuan


3. Evaluasi dalam Kurikulum 2013
Evaluasi hasil belajar merupakan salah satu jenis kegiatan evaluasi
pendidikan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran serta selalu
didahului oleh kegiatan penilaian dan pengukuran. Untuk memberikan
informasi yang akurat serta mencapai tujuan sebagaimana diharapkan,
penilaian dan pengukuran di dalam evaluasi hasil belajar harus dirancang dan
dilaksanakan sesuai dengan standar yang harus dicapai oleh peserta didik
setelah melalui pengalaman belajar (Alimuddin, 2014). Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut dijelaskan bahwa evaluasi adalah
proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian. Hasil dari
evaluasi ini adalah naik/tidak naik kelas, lulus atau tidak lulus, remedial atau
tidak remedial.

Evaluasi mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada pengukuran


dan penilaian mencakup semua komponen dalam sistem. Komponen dalam
sistem yang dimaksud yaitu sebuah sistem pendidikan, sistem kurikulum, dan

25
sistem pembelajaran. Menurut Arifin (2010) komponen dalam sistem tersebut
dapat dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi internal) tetapi juga pihak
eksternal (evaluasi eksternal), seperti konsultan mengavaluasi sesuatu program
atau kurikulum.

Dengan demikian, evaluasi pembelajaran hendaknya (a) dirancang


sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang
akan dievaluasi, alat evaluasi dan interpretasi hasil evaluasi (b) menjadi bagian
integral dari proses pembelajaran (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus
menggunakan berbagai alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif (d) diikuti
dengan tindak lanjut. Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan
prinsip keterpaduan, prinsip berorientasi kepada kecakapan hidup, prinsip
belajar aktif, prinsip kontinuitas, prinsip koherensi, prinsip keseluruhan, prinsip
paedagogis, prinsip diskriminalitas, dan prinsip akuntabilitas (Arifin, 2010).

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang disusun, kesimpulannya adalah sebagai berikut.
1. Dasar hukum asesmen dan evaluasi meliputi No. 20 tahun 2003, Peraturan
Pemerintah RI No.19 tahun 2005, dan permendikbud nomor 23tahun 2016
tentang standar penilaian
2. Pengukuran merupakan pengumpulan data peserta didik menggunakan
instrumen atau alat ukur yang valid dan hasilnya berupa skor. Penilaian
merupakan nilai akhir yang diperoleh dengan cara membandingkan sejumlah
pengukuran dengan kriteria ketintasan minimal (KKM). Selanjutnya, dari
hasil penilaian dapat dilakukan evaluasi yaitu proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana dan bagaimana tujuan pembelajaran sudah tercapai,
serta dapat digunakan sebagai tindak lanjut dan perbaikan untuk proses
pembelajaran selanjutnya.
3. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan tiga hal yang saling terkait
dan penting dalam pembelajaran. Salah satu ciri atau karakteristik kurikulum
2013 terkait penilaian adalah diharuskannya guru melakukan penilaian
autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran
(output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Atas dasar hasil penilaian dapat dilakukan evaluasi
pembelajaran.
3.2 Saran
Memahami konsep pengukuran, penilaian, dan evaluasi sangat diperlukan
oleh seorang pendidik, sebab berhasil tidaknya proses pembelajaran salah
satunya ditentukan oleh faktor guru. Ketika evaluasi pembelajaran dilakukan
dengan tepat maka dapat menjadi perbaikan untuk proses pembelajaran
selanjutnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional


Vol.1 No.1: Makasar.
Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur,Cet; II,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung :
ITB.
Depdikbud. 2014. Permendibud Nomor 104 Tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud.
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Depdikbud. 2016. Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2017. Panduan penilaian
Oleh pendidik dan satuan pendidikan: Kemendikbud.
Harun, Rahman Fathur. 2007. Penilaian dalam Pendidikan. Universitas Sumatera
Utara.
Herman, J.L. et al. 1992. A Practical Guide to Alternative Assessment. California:
The Regents of The University of California.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and
Practice. Japan: Shizuoka University.
Marzano, R.J.,et al., (1994). Assessing Student Outcomes: Performance
Assessment Using the Five dimensions of Learning Model. Alexandria:
Association for Supervision and Curriculum Development.
Nasution, S., 2007. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. 2016. Online.
http://bsnp-
indonesia.org/wpcontent/uploads/2009/09/Permendikbud_Tahun2016_No
mor023.pdf. Diakses 30 Januari 2018.

28
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendididkan Penilaian dan Evalusia Pembelajaran. 2005. Jakarta:
Lembaga Negara Indonesia.
Purwanto, N. 2002. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda
Karya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Indonesia. 2003. Jakarta: Lembaga Negara Indonesia.
Harun, Rahman Fathur. 2007. Penilaian dalam Pendidikan. Universitas Sumatera
Utara.

29

Anda mungkin juga menyukai