Segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada Rasulullah SAW serta
sahabat dan keluarga beliau sekalian dengan segala kebaikan Beliau yang telah
membawa kita dari alam jahiliyah kepada alam islamiayh dan dari alam yang penuh
kebiadaban kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini
yang berjudul Implementasi Kebijakan Ujian Nasional yang ditulis dengan
segenap kemampuan yang terbatas dan sederhana mungkin.
Terima kasih yang tidak terhingga kepada Dosen Mata Kuliah Kebijakan Publik
dan seluruh pihak yang telah ikut berpatisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, saya berharap agar makalah ini dapat
dikritik yang membangun dan hasilnya dapat bermanfaat bagi kami dan orang lain.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ujian Akhir Nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan
Pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir)
yang sebelumnya dihapus. Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) dalam beberapa
tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi
kontraversi dalam banyak seminar atau perdebatan. Beberapa kali sempat terlontar
rencana atau keinginan dari beberapa pihak untuk menghapus atau meniadakan
Ujian Akhir Nasional tersebut. Tidak kurang dari Mendikbud sendiri pernah
melontarkan pernyataan akan menghapus UAN, dan pernyataan beberapa anggota
Dewan yang mengusulkan penghapusan UAN tersebut.
B. Rumusan Masalah
UN sejak awal sudah menuai kontroversi di Indonesia, sebahagian masyarakat
menganggap UN tidak tepat untuk dilaksanakan secara merata di Indonesia.
Disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana masing-masing sekolah yang
ada di seluruh Indonesia belum merata, serta tidak semua sekolah dan siswa
mendapatkan akses pendidikan yang layak dan berkualitas. Sehingga dari latar
2
belakang di atas dapat dibuat rumusan masalahnya, apakan kebijakan UN masih
tetap layak untuk dilaksanakan di Indonesia dan jika tidak solusi apa yang bisa
diberikan untuk mengganti kebijakan UN tersebut.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah UN itu sebenarnya?
2. Analisis Kebijakan UN.
3. Bagaimanakah plaksanaan UN di lapangan?
4. Apa yang terjadi jika UN dilaksanakan?
5. Apakah UN itu perlu dilaksanakan?
6. Jika UN dilaksanakan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. UAN
4
belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat
pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas.
Dari paparan di atas, yang menjadi pertanyaan apakah mutu pendidikan dapat
diukur dengan memberikan ujian akhir secara nasional di akhir tahun ajaran? Apalagi
bila dihadapkan mutu pendidikan dari aspek sikap dan perilaku siswa, apakah bisa
dilihat hanya pada saat sekejap di penghujung tahun? Mutu pendidikan pada tingkat
nasional dapat dilihat dengan berbagai cara, tetapi pelaksanaan UAN sebagaimana
yang dipraktekkan belum menjawab pertanyaan sejauh mana mutu pendidikan di
Indonesia, apakah menurun atau meningkat dari tahun sebelumnya. Bahkan
terdapat indikasi bahwa soal-soal UAN (yang dulu disebut Ebtanas) berbeda dari
tahun ke tahun, dan seandainya hal ini benar maka akibatnya tidak bisa
dibandingkannya hasil ujian antara tahun lalu dengan sekarang. Selain itu mutu
pendidikan tidak mungkin diukur dengan hanya memberikan tes pada beberapa mata
pelajaran penting saja, apalagi dilaksanakan sekali di akhir tahun pelajaran. Mutu
pendidikan terkait dengan semua mata pelajaran dan pembiasaan yang dipelajari
dan ditanamkan di sekolah, bukan hanya pengetahuan kognitif saja. UAN tidak akan
dapat menjawab pertanyaan seberapa jauh perkembangan anak didik dalam
mengenal seni, olah raga, dan menyanyi. UAN tidak akan mampu melihat mutu
pendidikan dari sisi percaya diri dan keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat dan bersikap demokratis. Dengan kata lain, UAN tidak akan mampu
menyediakan informasi yang cukup mengenai mutu pendidikan. Artinya tujuan yang
diinginkan masih terlalu jauh untuk dicapai hanya dengan penyelenggaraan UAN.
5
Selain itu pula UAN yang dilakukan hanya dengan tes akhir pada beberapa
mata pelajaran tidak mungkin memberikan informasi menyeluruh tentang
perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pendidikan. Karena tes
yang dilaksanakan di bagian akhir tahun pelajaran tidak dapat memberikan
gambaran tentang perkembangan pendidikan peserta didik, tes tersebut tidak dapat
memperhatikan proses belajar mengajar dalam keseharian karena tes tertulis tidak
dapat melihat aspek sikap, semangat dan motivasi belajar anak selain itu pula tes di
ujung tahun ajaran tidak dapat menyajikan keterampilan siswa yang sesungguhnya
dan juga hasil tes tidak dapat menggambarkan kemampuan dan keterampilan anak
selama mengikuti pelajaran. Oleh karena itu terjadi pertentangan antara tujuan yang
ingin dicapai dengan bentuk ujian yang diterapkan, karena pengukuran hasil belajar
tidak bisa diukur hanya dengan memberikan tes di akhir tahun ajaran saja.
Kedua, tujuan UAN yang lain dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 adalah
untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan
pendidikan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah. Adalah
ironis kalau UAN dipakai sebagai bentuk pertanggungjawaban penyenggaraan
pendidikan, karena pendidikan merupakan satu kesatuan terpadu antara kognitif,
afektif, dan psikomotor. Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk membentuk
manusia yang berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, cerdas, dan kreative yang
semuanya itu tidak dapat dilihat hanya dengan penyelenggaraan UAN. Dengan kata
lain, UAN belum memenuhi syarat untuk dipakai sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat.
Ketiga, jika dihubungkan dengan kurikulum, maka UAN juga tidak sejalan
dengan salah satu prinsip yang dianut dalam pengembangan kurikulum yaitu
diversifikasi kurikulum. Artinya bahwa pelaksanaan kurikulum disesuaikan dengan
situasi dan kondisi daerah masing-masing. Kondisi sekolah di Jakarta dan kota-kota
besar tidak bisa disamakan dengan kondisi sekolah-sekolah di daerah
perkampungan, apalagi di daerah terpencil. Kondisi yang jauh berbeda
mengakibatkan proses belajar mengajar juga berbeda. Sekolah di lingkungan kota
relatif lebih baik karena sarana dan prasana lebih lengkap. Tetapi di daerah-daerah
6
pelosok keberadaan sarana dan prasarana serba terbatas, bahkan kadang jumlah
guru pun kurang dan yang ada pun tidak kualified akibat ketiadaan. Kebijakan
penerapan UAN dengan standar yang sama untuk semua sekolah di Indonesia telah
melanggar prinsip tersebut dan mengakibatkan ketidakadilan bagi peserta didik yang
tentu saja hasilnya akan jauh berbeda, sedangkan kebijakan yang diambil adalah
menyamakan mereka.
Dilematis Pelaksanaan UN
Ujian Nasional sejak digulirkan pada tahun ajaran 2002/2003 tidak jarang
menjadi momok menakutkan bagi pelajar yang kawatir tidak lulus karena tidak
mendapatkan nilai yang mencukupi, sementara bagi para guru dan institusi
7
pendidikan tempat siswa menimba ilmu kekawatiran serupa terjadi, kualitas dan
profesionalitas mereka dipertaruhkan, tergantung dari banyak dan sedikitnya siswa
yang lulus dalam UN. Sehingga tidak jarang terjadi kecurangan-kecurangan dari
pelaksanaan UN di daerah-daerah baik yang dilakukan oleh siswa itu sendiri maupun
oleh para pendidik, dengan tujuan satu, mendongkrak nilai UN siswa agar
mendapatkan nilai sesuai dengan batas minimal kelulusan.
Akhir akhir ini kita diingatkan kembali dengan masalah Ujian Nasional,
karena beberapa Media baik cetak maupun Elektronik, ramai ramai memberitakan
kemenangan dari gugatan warga Negara atau Citizen Lawsuit terhadap Pemerintah,
dimana kemenangan ini mulai dari tingkat Pengadilan Negri sampai dengan
Mahkamah Agung. Ujian Nasional sesungguhnya mempunyai 2 sisi baik dan buruk,
SISI BAIK
1. Kita jadi mempunyai standard yang sama untuk kelulusan siswa, sehingga
pada akhirnya tidak ada perbedaan antara siswa di Jakarta dan kota kota
besar lainnya dengan siswa didaerah.
2. Kelulusan akan menjadi suatu hal yang membanggakan dan suatu hal yang
patut disyukuri, karena ditempuh dengan perjuangan dan pengorbanan
yang besar.
SISI BURUK
1. Siswa menjadi Depresi dan sangat tertekan karena Ujian Nasional seolah olah
tidak bisa diprediksi materi yang akan diujikan
4. Di beberapa kasus terjadi kesalahan dari sistim koreksi yang dilakukan untuk
menilai hasil ujian Nasional ini, contohnya ada kasus dimana satu sekolah
tidak lulus ujian dan selanjutnya dilakukan ujian ulang. Bagaimana Pemerintah
bisa yankin bahwa sistim penilaiannya sudah benar, seandainya saja pada
contoh kasus diatas yang mengalami kesalahan penilaian hanya 11 orang,
mungkin ujiannya tidak bisa diulang. Dan jadilah siswa yang apes tadi harus
menerima nasib ia tidak lulus ujian.
D. Evaluatif
9
2) Data hasil dari Ujian Nasional itu menjadi masukan yang baik bagi
Pemerintah untuk mengetahui peta keberhasilan pendidikan yang
dilaksanakan diseluruh Indonesia, jadi bisa tahu, mana daerah yang perlu
mendapatkan perhatian lebih, atau mana Sekolah yang perlu dievaluasi
mutu pendidikkannya.
10
Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah
mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 dan meningkat
seterusnya dari tahun ketahun. Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi
peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-
pelajaran yang akan di UN kan di sekolah dan di rumah. Keempat, aspek
ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya.
Tidak hanya pemerintah yang harus mengeluarkan dana ekstra dalam
memberikan materi tambahan kepada peserta didik, tetapi juga orang tua
siswa yang terpaksa mengalokasikan dana untuk memberikan kursus
tambahan agar anaknya mendapatkan nilai memuaskan dalam pelaksanaan
UN nantinya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal
penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat
tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan
terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ujian Nasional yang
diberlakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan tidak lain mempunyai
tujuan mulia untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang terpuruk dari
Negara lain terutama di wilayah Asia Tenggara. Meskipun akhirnya terjadi kontroversi
di tengah masyarakat dan berakibat keluarnya putusan MA, yang melarang
dilaksanakannya UN pada tahun ajaran 2009/2010.
B. Saran
Adapun beberapa hal yang dapat kami sarankan terhadap pemerintah perlu
dilakukan dalam pelaksanaan UN selanjutnya yaitu:
1. UN tetap dilaksanakan tetapi soal UN diselaraskan dengan tingkatan Akreditasi
masing-masing sekolah.
2. Membentuk kepanitiaan independen dalam pelaksanaan UN dari tingkat
pusat,sampai ke sekolah-sekolah. Bukan hanya itu, Panitia Independen juga
bertugas menjadi pengawas ruang saat berlangsungnya ujian, mengawasi dan
atau mengumpulkan lembar-lembar jawaban, sampai dengan pengawasan
dalam proses penilaian dan pengumuman hasil ujian nasional.
3. Pemerintah pusat dan daerah perlu terus menerus meningkatkan
pengalokasian anggaran di bidang pendidikan agar kualitas pendidikan
dinegeri ini semakin meningkat dan merata.
4. Para pendidik dan pemerintah daerah negeri ini perlu belajar kembali tentang
norma-norma kejujuran, sehingga tidak dengan mudah menerapkan segala
cara dalam mendongkrak nilai UN siswa.
12
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Charles O.. (1996). Pengantar Kebijakan Publik. Ed. 1. Jakarta: PT. RAJA
GRAFINDO PERSADA : JAKARTA
13