Menurutnya, UN ini berfungsi untuk menguji masalah kognitif siswa. Sementara untuk
masalah afektif dan psikomotorik dilakukan oleh pendidik atau guru sekolah yang
bersangkutan. Untuk mencapai penilaian yang optimal, ketiga hal ini harus terpenuhi dan
disimpulkan bahwa yang menentukan kelulusan peserta didik adalah sekolah. Ia juga
menjelaskan bahwa pelaksanaan UN di Indonesia sudah ada setelah proklamasi kemerdekaan.
Memang seiring berjalannya waktu, UN berganti nama beberapa kali dengan rumusan angka
penentu kelulusan yang juga ikut berubah."Dari dulu juga sudah ada, dari namanya Ujian
Negara, Ebtanas, UAN, sampai UN. Yang belakangan, penilaiannya sudah dibagi antara
sekolah dan pemerintah," tandasnya. (JAKARTA, KOMPAS.COM)
"Memang itu terbukti fasilitas antara kota dengan daerah pinggiran tidak sama.
Seharusnya fasilitas pendidikan harus sama karena ini adalah sesuai konstitusi yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga semua harus sama,” kata Marduan, Kamis
(3/5).
Belum lagi membludaknya korban bunuh diri dari para siswa yang terjadi, hal
tragis ini dikarenakan tidak mampunya siswa menahan stress yang terjadi karena malu
pada masyarakat disaat tidak lulus ujian. Seperti yang diceritakan di harian surat kabar
kompas, Wahyu Ningsih (19), siswi sebuah SMKN di Muaro Jambi tewas menelan
racun jamur tanaman dikarenakan tidak lulus pada salah satu mata pelajaran yaitu
matematika padahal ia adalah siswa peraih nilai ujian tertinggi di sekolahnya pada mata
pelajaran bahasa Indonesia. Tidak hanya terjadi di muaro jambi namun fenomena ini
terjadi juga di jawa tengah.
AN, warga Desa Purwa Hamba, Kecamatan Surodadi, Kecamatan Tegal, Jawa
Tengah ini sejak Selasa (27/06/06) kemarin, masih tergolek lemah di ruang instalasi
gawat darurat Puskesmas Surodadi akibat mengalami keracunan setelah menengak obat
pembasmi hama. Pelajar SMP Negeri ini nekad minun obat pembasmi hama setelah
dinyatakan tidak lulus dalam ujian akhir nasional beberapa waktu lalu. Tindakan
percobaan bunuh diri dilakukan korban di rumahnya Senin sore setelah dinyatakan tidak
lulus. Padahal prestasi belajarnya cukup baik.
Karakter bangsa yang digadaikan untuk memperoleh nilai yang sempurna pada
ujian nasional dan stress pada siswa yang terjadi hingga membawa korban kepada
tindakan bunuh diri dapat diatasi dengan mengubah paradigma atau pola pikir
masyarakat terhadap siswa yang gagal mengikuti ujian nasional. “Apasih salah nya
kalau tidak lulus? Kan bisa belajar dan mengulanginya di tahun depan,” pernyataan ini
seharusnya tertanam di hati masyarakat, toh hal ini sudah lama berkembang dikalangan
mahasiswa yang tidak lulus pada mata kuliahnya, dan karena sesungguhnya belajar itu
tidak ada batasan usia, bahkan UNESCO menerangkan lewat 4 pilar pendidikan yang di
canangkanya yaitu learning to know yang tersirat arti belajar sepanjang hayat.