OLEH:
YUSUF NIM I2K021041
PROGRAM STUDI S2 MAP UNRAM
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci utama bagi suatu negara untuk unggul dalam
persaingan global. Pendidikan dianggap sebagai bidang yang paling strategis untuk
mewujudkan kesejahteraan nasional. Sejak periode ke dua kepemimpinan Bapak Presiden
Joko Widodo telah menitikberatkan pada peningkatan Sumber Daya Manusia. Tentunya,
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) akan sangat ditentukan oleh sebuah sistem
pendidikan yang baik, berkualitas dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mewujudkan SDM yang cerdas dan berkarakter merupakan prasyarat terbentuknya
peradaban bangsa yang tinggi. Sebaliknya, SDM yang rendah akan menghasilkan
peradaban yang kurang baik.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul memiliki kompetensi dan keterampilan
yang mumpuni akan mampu bersaing di tingkat regional, nasional dan global, untuk
mewujudkan itu semua harus dimulai dari pendidikan. Kualitas pendidikan Indonesia
masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga, meskipun demikian
bukan berarti Pendidikan di negara kita tidak baik, namun secara berkelanjutan dan
berkesinambungan melakukan adaptasi dan perubahan ekstrim mengikuti perubahan dunia.
Saat ini, pemerintah sedang gencar untuk mengurangi kesenjangan antar daerah.
Istilah daerah terpencil akan ditiadakan. Semua sekolah akan difasilitasi pemerintah pusat
maupun daerah. Bahkan dengan adanya sistem zonasi beberapa tahun terakhir ini, tidak
akan ada lagi yang namanya “sekolah favorit”. Semua sekolah negeri memiliki hak dan
3
kewajiban yang sama. Jika beberapa tahun yang lalu peserta didik berbondong-bondong
untuk memilih sekolah yang menurut mereka unggul prestasi. Sekarang tidak bisa semudah
itu lagi. Misalnya saja di jenjang sekolah dasar. Penerimaan peserta didik sudah
dilaksanakan secara offline/online. Penerimaan peserta didik dilakukan dengan
mempertimbangkan zonasi dan usia. Tidak ada syarat yang mewajibkan calon peserta didik
tersebut harus berasal dari Taman Kanak-Kanak. Begitu pula dengan sistem penerimaan
peserta didik di SMP. Zonasi menjadi pertimbangan utama. Bukan nilai ujian maupun usia
peserta didik. Hal ini mendorong sekolah negeri untuk sama-sama memperhatikan kualitas
sekolah demi memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Dengan sistem ini, semua
siswa yang mendaftar dipastikan dapat bersekolah dekat dengan tempat tinggal mereka.
Apalagi dengan adanya dana BOS (Biaya Operasional Sekolah), sekolah tidak
diperkenankan menarik iuran dari wali murid. Kalaupun dana alokasi yang diberikan oleh
sekolah masing kurang, maka yang berhak meminta kekurangan dana kepada wali murid
adalah “komite sekolah” bukan “guru”.
Dari paparan di atas, banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah,
perubahan kurikulum dilakukan setiap 10 tahun sekali, namun tidak disertai dengan
peningkatan kapasitas guru secara serentak di seluruh wilayah Indonesia sehingga
kurikulum tidak dapat dijalankan dengan baik justru yang terjadi pemahaman guru antar
wilayah terjadi ketimpangan. Wilayah Indonesia sangat luas, negara kepulauan dengan
ribuan potensi. Namun jika tidak dikelola dengan baik, maka negara akan gagal
membangun sistem pendidikan untuk menyatukan segala perbedaan.
4
Untuk membangun sistem pendidikan yang kuat dan berkualitas, maka dibutuhkan
sistem pendidikan yang terpadu, terstruktur dan berkelanjutan. Saat ini, kualitas pendidikan
Indonesia belum mengalami perubahan yang signifikan jika diukur dengan menggunakan
penilaian nasional maupun internasional. Mengapa penilaian yang menjadi acuan kualitas
pendidikan suatu negara, karena kualitas perencanaan, kualitas pelaksanaan tentunya akan
dinilai dengan kualitas penilaian, dalam hal ini penilaian internasional menggunakan
penilaian PISA. Oleh karena itu, penulis akan mencoba memberikan analisa terkait
kualitas pendidikan Indonesia dari sudut pandang penilaian PISA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil penilaian PISA terhadap kualitas pendidikan Indonesia?
2. Peringkat ke berapa pendidikan Indonesia berdasarkan hasil penilaian PISA?
3. Bagaimana analisis hasil penilaian PISA terhadap kualitas Pendidikan Indonesia?
4. Bagaimana tindak lanjut hasil penilaian hasil PISA?
5. Upaya apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hasil penilaian PISA?
C. TUJUAN
Untuk membahas permasalahan di atas maka penulis akan menguraikan tujuan dari
penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui gambaran hasil penilaian PISA terhadap kualitas pendidikan
Indonesia?
2. Untuk mengetahui pada peringkat ke berapa pendidikan Indonesia berdasarkan
hasil penilaian PISA?
3. Untuk mengetahui kajian literature mengenai analisis hasil penilaian PISA terhadap
kualitas Pendidikan Indonesia?
4. Untuk mengetahui upaya tindak lanjut hasil penilaian hasil PISA?
5. Untuk mengetahui upaya apa yang harus segera dilakukan untuk memperbaiki hasil
penilaian PISA?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil penilaian PISA untuk Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2018
Tahun Materi yang Skor Rata- Skor Rata-rata Peringkat Jumlah
dinilai rata Internasional Indonesia Negara
Indonesia Peserta
2000 Membaca 371 500 39
Matematika 367 500 39 41
Sains 393 500 38
2003 Membaca 382 500 39
Matematika 360 500 38 40
Sains 395 500 38
2006 Membaca 393 500 48
Matematika 396 500 50 56
Sains 393 500 50
2009 Membaca 402 500 57
Matematika 371 500 61 65
Sains 383 500 60
2012 Membaca 396 500 62
Matematika 375 500 64 65
Sains 382 500 64
2015 Membaca 397 500 61
Matematika 386 500 63 69
Sains 403 500 62
2018 Membaca 371 500 74
Matematika 379 500 73 79
Sains 396 500 71
*diambil dan diolah dari hasil laporan PISA
Berdasarkan tabel hasil PISA terlihat bahwa peringkat Indonesia dalam
PISA selalu berada di posisi bawah, dan hasil konstan ini sejak pertama di
lakukan PISA yaitu tahun 2000 hingga saat ini penilaian PISA tahun 2018.
Laporan PISA tahun 2018 diambil dari penilaian 600.000 anak berusia 15 tahun di 79
negara partisipan PISA baik berpenghasilan tinggi maupun menengah, dengan
membandingkan kemampuan membaca, matematika dan kinerja sains dari setiap siswa
di semua Negara yang menjadi objek dari PISA.
11
Indonesia pada tahun 2018 berada di peringkat ke 74 dari 79 negara
partisipan PISA pada kategori kemampuan membaca, pada kategori kemampuan
matematika Indonesia berada pada peringkat ke 73 dari 79 negara partisipan
PISA, sedangkan pada kategori kemampuan sains Indonesia berada di peringkat ke 71
dari 79 negara partisipan PISA. Indonesia pada tahun 2015 berada di peringkat
ke 61 dari 69 negara partisipan PISA pada kategori kemampuan membaca, pada
kategori kemampuan matematika Indonesia berada pada peringkat ke 63 dari 69
negara partisipan PISA, sedangkan pada kategori kemampuan sains Indonesia berada
di peringkat ke 62 dari 69 negara partisipan PISA. Indonesia pada tahun 2012 berada
di peringkat ke 62 dari 65 negara partisipan PISA pada kategori kemampuan
membaca, pada kategori kemampuan matematika Indonesia berada pada peringkat
ke 64 dari 65 negara partisipan PISA, sedangkan pada kategori kemampuan sains
Indonesia berada di peringkat ke 64 dari 65 negara partisipan PISA. Indonesia pada
tahun 2009 berada di peringkat ke 57 dari 65 negara partisipan PISA pada kategori
kemampuan membaca, pada kategori kemampuan matematika Indonesia berada pada
peringkat ke 61 dari 65 negara partisipan PISA, sedangkan pada kategori kemampuan
sains Indonesia berada di peringkat ke 60 dari 65 negara partisipan PISA. Indonesia
pada tahun 2006 berada di peringkat ke 48 dari 56 negara partisipan PISA pada
kategori kemampuan membaca, pada kategori kemampuan matematika Indonesia
berada pada peringkat ke 50 dari 56 negara partisipan PISA, sedangkan pada kategori
kemampuan sains Indonesia berada di peringkat ke 50 dari 56 negara partisipan PISA.
Indonesia pada tahun 2003 berada di peringkat ke 39 dari 40 negara partisipan PISA
pada kategori kemampuan membaca, pada kategori kemampuan matematika Indonesia
berada pada peringkat ke 38 dari 40 negara partisipan PISA, sedangkan pada
kategori kemampuan sains Indonesia berada di peringkat ke 38 dari 40 negara
partisipan PISA.
Sedangkan pada pertama kali dilakukan penilaian PISA dan Indonesia
langsung menjadi partisipan yaitu pada tahun 2000 Indonesia berada di peringkat ke
39 dari 41 negara partisipan PISA pada kategori kemampuan membaca, pada kategori
kemampuan matematika Indonesia berada pada peringkat ke 39 dari 41 negara
12
partisipan PISA, sedangkan pada kategori kemampuan sains Indonesia berada di
peringkat ke 38 dari 41 negara partisipan PISA.
2.6 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil PISA Indonesia pada
tahun 2018 berada di peringkat ke 74 dari 79 negara partisipan. Hasil ini tidak jauh
berbeda dengan Hasil penilaian PISA pada tahun-tahun sebelumnya yaitu
pemeringkatan Indonesia selalu berada di 10 besar terbawah. Perbaikan terhadap hasil
PISA akan sangat efektif jika dilakukan dengan cara pemerataan akses dan perbaikan
kualitas Pendidikan anak usia dini (PAUD) karena beberapa data dan fakta PAUD saat
ini yaitu 80% potensi kecerdasan manusia tumbuh pada usia anak 8 tahun sehingga
dapat beberapa penyebutan anak usia dini disebut dengan golden age (usia emas),
temuan penelitian yang mendukung bahwa aspek yang dinilai oleh the programme for
international student assessment yaitu literasi membaca (bahasa), literasi
matematika dan literasi sains adalah aspek perkembangan bahasa dan aspek
perkembangan kognitif yang diberi stimulus secara konsen dan sistematis di
lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini. Diharapkan pengambil kebijakan
pendidikan melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk melakukan
perluasan terhadap akses pendidikan anak usia dini dan melakukan perbaikan pada
kualitas terhadap layanan pendidikan anak usia dini yang ada. Selanjutnya
diharapkan Lembaga PAUD dapat melakukan perbaikan pada layanan stimulasi
perkembangan anak melalui peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan dan penggunaan metode serta media pembelajaran yang relevan
dengan tujuan pembelajaran di PAUD.
DAFTAR PUSTAKA
18
Aditomo, Anindito dan Felicia, N. (2019). Ketimpangan Mutu dan Akses
Pendidikan di Indonesia: Potret Berdasarkan Survei PISA 2015. Kilas Pendidikan, 17,
1–8.
Charmila, N., Zulkardi, Z., & Darmawijaya, D. (2016). Pengembangan soal matematika
model PISA menggunakan Konteks Jambi. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, 20(2), 198-207.
Hapsari, M. N., Ilhami, B. S., & Agustina, Y. (2019). Dekak-Dekak Geometri, Media
Pembelajaran Untuk Mengenalkan Bentuk Geometri Pada Anak Kelompok A. Jurnal
Golden Age, 3(01), 30-36.
Hasyim, S. L. (2018). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif Islam,. Jurnal Lentera:
Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan Teknologi, 1(2), 212–221.
Hewi, L. (2020). Komersialisasi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Kota Kendari.
Smart PAUD, 3(1), 1–9.
Ibrahim, D. S. M., Ashwa Sulasikin, A., & Hidayatullah, M. (2019). Bahan Ajar
Berhitung Cepat Dengan Aplikasi Game Adobe Flash Untuk Pembelajaran
Matematika Di Sekolah Dasar. Jurnal DIDIKA: Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar,
5(2), 86-93.
Imaduddin, M. (2017, May). Mendesain Ulang Pembelajaran Sains Anak Usia Dini
Yang Konstruktif Melalui Steam Project-Based Learning Yang Bernuansa
Islami. In Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars (No. Seri 2,
pp. 950-958).
Permendikbud Nomor 137 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini,1 (2014).
19
Maryatun, I. B. (2016). Peran Pendidik PAUD dalam Membangun Karakter Anak. Jurnal
Pendidikan Anak, 5(1), 747–752.
Ramdhani, S., Yuliastri, N. A., Sari, S. D., & Hasriah, S. (2019). Penanaman Nilai-Nilai
Karakter melalui Kegiatan Storytelling dengan Menggunakan Cerita Rakyat Sasak
pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 153.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i1.108
Sari, Y. (2012). Peningkatan Kemampuan Sains Anak Usia Dini Melalui Metode
Demonstrasi Di Taman Kanak-Kanak Tri Bina Payakumbuh. Jurnal Ilmiah Pesona
PAUD, 1(5).
Suyadi dan Ulfah, M. (2013). Konsep Dasar PAUD. Remaja Rosdakarya. Wardhani, D.
K. (2017). Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran
Matematika Yang Menyenangkan Bagi Anak Usia Dini. Jurnal PAUDAgapedia, 1(2),
153-159.
Yuliani Nurani, S. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Cetakan Kelima. 1–
40.
20