Anda di halaman 1dari 24

MODUL PERKULIAHAN (06)

BAHASA
INDONESIA
Berbicara Untuk Keperluan
Akademik

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


FASILKOM INFORMATIKA 08 SUDRAJAT, S.Pd;M.Pd.

Abstract Kompetensi
Setelah mempelajari bab ini, Mahasiswa mampu menjelaskan
pengertian berbicara, menganalisis
pembaca dapat memahami dan situasi pendengar, menyusun
mampu berbicara dengan baik dan bahan presentasi, berbicara dalam
benar dalam mengungkapkan seminar, dan berbicara dalam
gagasan dan pesan untuk situasi formal.
keperluan akademik.
BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK

8.1 Standar Kompetensi :


Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami dan mampu
berbicara dengan baik dan benar dalam mengungkapkan gagasan dan pesan untuk
keperluan akademik.

8.2 Kompetensi Dasar :


(1) Menjelaskan pengertian berbicara
(2) Menganalisis situasi pendengar
(3) Menyusun bahan berbicara untuk presentasi
(4) Berbicara untuk seminar
(5) Berbicara dalam situasi formal

8.3 Indikator :
(1) Mampu menjelaskan pengertian berbicara
(2) Mampu menganalisis situasi pendengar
(3) Mampu menyusun bahan berbicara untuk presentasi
(4) Mampu berbicara untuk seminar
(5) Mampu berbicara dalam situasi formal

8.4 Pengertian Berbicara


Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan. (Tarigan,2003:15). Sebagai perluasan dari batasan ini dapat
kita katakana bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible), yang memanfaatkan sejumlah otot
dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau
ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,
semantic dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap
sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
8.5 Menganalisis Situasi Pendengar
8.5.1 Menganalisa Situasi
Seringkali pembicara terlalu yakin bahwa apa yang dibicarakan sebegitu
pentingnya sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya, bagaimana latar
belakang kehidupan mereka, serta bagaimana situasi yang ada pada waktu
presentasi oralnya berlangsung. Karena kealpaannya memperhatikan hal-hal
tersebut, maksudnya tidak tercapai dan tujuannya tidak mengenai sasaran.
Untuk itu sebelum mulai berbicara, pembicara harus menganalisa situasi
yang mungkin pada waktu akan dilangsungkan presentasi oralnya. Dalam
menganalisa situasi ini, akan muncul persoalan-persoalan berikut :
a) Apa maksud hadirin semua berkumpul untuk mendengarkan uraian itu ? Apakah
pembicara menghadapi anggota-anggota perkumpulannya atau suatu massa
yang berkumpul dengan maksud tertentu ? atau apakah mereka berkumpul itu
secara kebetulan saja ?
b) Pertanyaan kedua adalah : adat kebiasaan atau tata-cara mana yang mengikat
mereka? apakah mereka senang dan berani mengajukan pertanyaan ? apakah
mereka senang pembicaraan formal atau informal ?
c) Apakah ada acara-acara yang mendahului atau mengikuti pembicaraan itu ?
bilamana berlangsung pembicaraan itu ? kalau ada acara lain yang mendahului,
acara mana yang lebih menarik perhatian ? semua unsur situasi itu dapat
dipergunakan dalam pembicaraan,dan pasti mempunyai daya tarik tersendiri
untuk memikat para pendengar.
d) Dimana pembicaraan itu akan dilangsungkan ? di alam terbuka atau dalam
sebuah gedung? Apakah pada saat itu hujan, mendung atau panas terik? Hadirin
duduk atau berdiri ? apakah suara pembicara dapat didengar dengan baik atau
tidak dalam ruangan atau gedung tersebut? Mengapa?

Bila pembicara berusaha sungguh-sungguh untuk menjawab semua pertanyaan


di atas maka ia sungguh-sungguh telah berusaha untuk menganalisa situasi yang
mungkin ada pada waktu pembicaraan akan berlangsung.
8.5.2 Menganalisa Pendengar
Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisa pendengar yang akan
dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahu, siapa pendengar yang akan hadir
dalam pertemuan tersebut. Untuk itu sebelum ia menganalisa pendengar
berdasarkan beberapa topik khusus,ia harus mulai dengan data-data umum..

a) Data-data umum
Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para hadirin adalah :
jumlah, usia, pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik atau sosial.
b) Data-data khusus
Disamping faktor umum sebagai dikemukakan di atas, pembicara harus
memperhatikan pula data khusus untuk lebih mendekatkan dirinya dengan
situasi pendengar yang sebenarnya.
Data-data khusus tersebut meliputi :
 Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan
 Minat dan keinginan pendengar
 Sikap Pendengar

8.5.3 Penyusunan Bahan Berbicara


Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a)
mengumpulkan bahan, (b) membuat kerangka karangan, dan (c) menguraikan
secara mendetail. Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa aspek tambahan
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan untuk disampaikan secara lisan.
Bila diadakan perbandingan mengenai sikap pembaca pada komposisi
tertulis dan sikap pendengar pada komposisi lisan, maka setiap pembaca biasaya
akan membaca terus selama ia masih tertarik aka isi bacaannya, atau memilih
bagian-bagian tertentu saja yang dianggapnya baik. Bila sama sekali tidak menarik
maka segera akan ditinggalkannya. Sebaliknya para hadirin bagaimanapun harus
tetap mendengar uraian lisan sampai selesai, tetapi sikap yang ada pada tiap
pendengar akan berlainan. Kecenderungan psikologis yang umum yang dapat
dicatat ialah para pendengar biasanya tertarik pada apa yang dikatakan pada awal
pembicaraan. Sesudah itu konsentrasi mereka akan menurun secara berangsur-
angsur walaupun mungkin subyeknya sebenar-benarnya semakin menarik. Baru
ketika pembicaraan akan mendekati titik akhir, minat mereka akan sedikit
meningkat kembali.
Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek
psikologis ini sebaik-baiknya. Bila ia mulai dengan ucapan-ucapan yang tidak
menarik atau mulai dengan menyampaikan topik yang tidak ada kaitan dengan
kepentingan pendengar maka sebenarnya ia sudah memadamkan perhatian
mereka sebelum berkembang. Sebab itu ia harus memulai uraiannya dengan
sesuatu yang betul-betul menarik dan merangsang. Cara ini harus diperbaharui
setiap kali dari waktu ke waktu selama menyampaikan uraiannya itu.
Teknik susunan ini sebenarnya mencoba untuk memanfaatkan
kecenderungan alamiah yang ada pada setiap manusia bahwa apa yang dikatakan
pertama kali akan menggugah hati setiap orang dan apa yang diucapkan terakhir
kali akan lebih berkesan daripada bagian-bagian lainnya. Untuk memanfaatkan
aspek psikologis tersebut pembicara dapat mempergunakan teknik berikut untuk
menyusun materinya :
 Pertama-tama, dalam bagian pengantar uraiannya, ia menyampaikan suatu
orientasi mengenai apa yang diuraikannya, serta bagaimana usaha untuk
menjelaskan tiap bagian itu. Bila pendengar telah mendapatkan gambaran
dan kesan yang baik mengenai urutan penyajiannya beserta kepentingan
materi pembicaraannya maka mereka akan lebih siap untuk mengikuti
uraian itu dengan cermat dan penuh perhatian.
 Sesudah memasuki materi uraian, tiap kali pembicara harus menonjolkan
bagian-bagian yang penting sebagai sudah dikemukakan pada awal
orientasinya. Tiap bagian yang ditonjolkan itu kemudian diikuti dengan
penjelasan, ilustrasi, atau keterangan-keterangan yang sifatnya kurang
penting karena sudah ada motivasi maka setiap pendengar ingin
mengetahui perinciannya itu. Demikian dilakukan berulang kali dengan
topik-topik penting berikutnya
 Pada akhir uraian,sekali lagi pembicara menyampaikan ikhtisar seluruh
uraiannya tadi, agar hadirin dapat memperoleh gambaran secara utuh sekali
lagi mengenai seluruh masalah yang baru saja selesai dibicarakan itu.
8.6 Berbicara untuk Presentasi
Ketrampilan berbicara di depan umum ( public speaking ) atau melakukan
presentasi (presentation) secara efektif dengan bahasa lisan (verbal) adalah
kebutuhan untuk orang-orang yang ingin sukses. Apa pun profesi atau pekerjaan
seseorang: politisi, pejabat pemerintah, manajer perusahaan, pegawai atau
karyawan, profesional, ilmuwan, pengusaha, dan guru, suatu saat pasti dituntut
untuk berbicara atau memberi presentasi di depan orang banyak dan
kemampuannya berbicara itu secara langsung maupun tidak langsung akan
membawa dampak bagi pekerjaan atau diri pribadinya. Orang yang cakap berbicara
di depan orang banyak pada umumnya mendapat respek dan penghargaan orang
banyak. Sebaliknya, orang yang tidak cakap berbicara di depan orang banyak,
sekalipun yang bersangkutan ilmuwan dan berpangkat akan kurang mendapat
penghargaan dengan posisinya.

Hal-hal perlu diperhatikan dalam berbicara di depan umum adalah :

 Bagaimana berhasil berbicara di depan umum


 Komunikasi efektif
 Mempersiapkam materi pembicaraan di depan umum
 Teknik berbicara di depan umum
 Tanggung jawab pembicara
 Lima kesalahan besar selaku pembicara

8.7 Bagaimana berhasil menjadi pembicara di depan umum


Larry King, dikutip oleh MS Hidayat memberi delapan fitur-fitur pembicara
terbaik, yaitu: Memandang suatu dari sudut baru, mengambil titik pandang yang tak
terduga dari subyek umum.

1) Memiliki cakrawala luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan


pengalaman luas di luar kehidupan mereka sehari-hari. Antusias menunjukkan
minat besar pada apa yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka dan pada
apa yang katakan pada kesempatan berbicara
2) Tidak asyik sendiri, peka, peduli, dan memperhatikan respon pendengar
3) Sangat ingin tahu, terus belajar dan menggali hal-hal baru
4) Memberi ketegasan, membuat hubungan yang kuat dengan pendengar,
berusaha menempatkan diri pada posisi pendengar untuk lebih memahami apa
yang diinginkan oleh pendengar
5) Memiliki selera humor, tidak terus-terusan serius, tetapi berusaha menciptakan
suasana lucu dan menyenangkan, bahkan kadang-kadang tidak keberatan
mengolok-olok diri sendiri
6) Memiliki gaya berbicara sendiri, memberikan gambaran bahwa gaya bicara
orang berbeda-beda, tetapi masing-masing berhasil karena suatu gaya yang
cocok untuk seorang pembicara. Yang penting, pembicara yakin bahwa dia
berbicara efektif

8.8 Komunikasi Efektif


Berbicara di depan umum ( public speaking ) pada hakikatnya adalah seni
berkomunikasi lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi yang efektif dapat
tercapai apabila maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami
dengan baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik ( feedback )
sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator
Komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal (menurut Stewat L.
Tubbs dan Sylvia Moss , seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi
Komunikasi, 1993) :
 Pengertian, adanya pengertian dari komunikan seperti yang dimaksud oleh
komunikator
 Kesenangan, adanya kesenangan yang muncul untuk komunikan dan
komunikator
 Pengaruh pada sikap, adanya pengaruh pada sikap atau tindakan komunikan
sebagai akibat pesan yang disampaikan oleh komunikator
 Terjalinnya hubungan sosial yang semakin baik sebagai dampak pesan yang
disampaikan oleh komunikator
 Adanya tindakan nyata dari komunikan sebagaimana dikehendaki
Komunikator
8.9 Merancang Materi Pembicaraan di Depan Umum
Paling tidak ada lima hal yang perlu dipersiapkan sebagai materi
pembicaraan di depan publik, yaitu :
a. Topik ( topic ) - pokok atau subjek pembicaraan, seharusnya dipilih
berdasarkan pertimbangan karena menarik minat dan perhatian (baik
pendengar maupun pembicara), dibutuhkan, atau sesuai dengan
permintaan
b. Tujuan umum ( general purpose ), tujuan khusus ( specific purpose), dan ide
sentral ( central idea ) - tujuan umum suatu pembicaraan antara lain
menyampaikan informasi, membujuk, meyakinkan, atau memberi instruksi
kepada pendengar; tujuan khusus tergantung dari tujuan umum; dan ide
sentral adalah inti dari pembicaraan, biasanya dikemas hanya dalam satu
kalimat yang mudah diserap dan diingat oleh pendengar.
c. Pendahuluan ( introduction ) - tambahan bekerja sebagai pengantar ke arah
pokok pembicaraan atau permasalahan yang akan dibahas dan sebagai
upaya mempersiapkan mental pendengar.Pada bagian tambahan ini,
rebutlah perhatian pendengar Anda dan buat mereka untuk selalau ingin
mendengar sampai kalimat terakhir dari pembicaraan Anda. Jadi, pembicara
harus dapat memberikan kesan pertama ( first impression ) yang baik
kepada pendengar.
d. Batang tubuh ( body ) - Batang tubuh pembicaraan hendaknya dibagi
menjadi dua atau tiga bagian utama yang akan menjelaskan atau
membuktikan ide sentral.
e. Kesimpulan / penutup ( conclusion ) - kesimpulan merupakan ringkasan dari
butir-butir utama dan bisa jadi merupakan seruan terkahir kepada
pendengar, meminta pendengar memperhatikan secara khusus dan
melakukan tindakan sepatutnya. Kesimpulan bukanlah rangkuman dari
semua bagian pembicaraan. Kesimpulan harus singkat, sederhana, tidak
berbelit-belit, tidak mengemukaan fakta baru, dan dikemas sedemikian
rupa sehingga menjadi pesan yang mengesankan pendengar.
8.10 Teknik berbicara di depan umum dan presentasi
Menurut beberapa pakar public speaking , seorang pembicara publik perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Pendekatan dan permulaan
Begitu Anda berdiri di depan mimbar (di depan pendengar), pergunakan
waktu sejenak dengan sangat tenang (untuk menatap sekilas semua
pendengar dan mungkin untuk menempatkan catatan / bahan), lalu untuk
menyampaikan kalimat pertama yang meyakinkan untuk diucapkan.

Ada beberapa pilihan cara memulai pembicaraan, tergantung suasana


pendengar Anda. Misalnya, bisa dengan mengajukan pertanyaan, bisa
dengan menyampaikan cerita singkat atau pengalaman, yang nanti ada
kaitan dengan materi pembicaraan, bisa dengan sebuah permainan, atau
langsung dengan mengutarakan gambaran umum tentang materi
pembicaraan.

b. Mengatasi kegugupan di depan panggung


Gugup dan demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap
pembicara di depan umum, bahkan pembicara terbaik pun pernah
mengalami gugup atau demam panggung pada saat mereka pertama kali
berbicara di depan umum. Rasa gugup dan demam panggung hanya bisa
diatasi dengan banyak-banyak berlatih.

c. Membuat ketertarikan pendengar


Unsur penting yang membuat orang tertarik mendengarkan pembicara
adalah: hal-hal baru (materi pembicaraan menarik). Pembicaraan masuk
akal; jangan pernah minta maaf pada para pendengar sebab itu tidak
menarik (jadi pandanglah bahwa pendengar menyenangi Anda dan
pembicaraan Anda); Segar, aktual, dan kadang-kadang diselingi humor.

d. Menjaga ketepatan berbicara, kejernihan, dan volume suara


Ucapkan kata-kata Anda dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup
kuat agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan
jelas. Bicara secara tepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat -
memudahkan pendengar menerima ide Anda. Suara Anda harus terdengar
mengasikkan ( expressiveness ) seperti halnya jika Anda berbicara kepada
sahabat karib Anda.
e. Memercayai kemampuan sendiri
Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang
Anda miliki untuk maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan
keahlian dan pelatihan.
Memperbanyak perbendaharaan kata-kata

Penguasaan perbendaharaan kata-kata dan pemilihan kata-kata yang tepat


akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan berbicara. Isi
pembicaraan bertambah variatif sehingga tidak membosankan.

f. Memberi tekanan dalam pembicaraan dan bersemangat (antusias)


Semua gerakan Anda - mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara - harus
Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan penuh semangat. Anda
harus selalu tampak penuh perhatian dalam mengkomunikasikan ide Anda.
Bicaralah dengan penuh energy, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara
setengah-setengah, khawatir, apalagi dengan mulut setengah terbuka.Cara
bicara yang tepat adalah dengan suara yang bulat dan penekanan yang baik.

g. Tepat waktu
Berhentilah berbicara sebelum pendengar mengharapkan Anda untuk
segera berhenti berbicara atau turun dari panggung. Tepatilah waktu yang
telah ditetapkan.

h. Memiliki kelancaran berbicara dan rasa humor


Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai, rileks,
dan tidak kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif harus ada
sedikit unsur humor, yaitu sesuatu yang lucu atau menggelikan hati
sehingga dapat menimbulkan tertawa.

i. Berbicara dengan menyenangkan dan wajar


Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit. Jika mulut Anda berbusa
atau Anda berkeringat dan Anda harus mengelapnya, gunakanlah
saputangan, itu untuk menjaga agar Anda tetap berbicara dengan
menyenangkan. Kemudian, Anda harus bersikap wajar atau tidak berlebihan
dalam menyampaikan kata-kata atau informasi. Hal yang juga penting, pada
umumnya pendengar menginginkan seseorang berbicara dengan jelas,
sederhana, dan nyata. Mereka tidak menyukai kata-kata yang tidak jelas
artinya.
j. Menggerakkan tubuh secara alami
Gerakan tubuh, apabila dilakukan dengan baik dan sesuai atau alami akan
melipatgandakan kemampuan pembicara karena lebih menarik untuk
dipandang. Gerakan tubuh adalah bahasa nonverbal. Untuk penyampaian
pikiran dan perasan tertentu, gerakan tubuh jauh berarti dari kata-kata.

k. Memakai pakaian yang sopan


Pepatah mengatakan bahwa pakaian mencerminkan kepribadian
seseorang. Pendengar akan menaruh hormat (respect) terhadap pembicara
yang memakai pakaian yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat pingang,
sepatu, dasi, dan sebagainya.

l. Penutupan dan Pengakhiran


Setelah panjang lebar menyampaikan poin-poin penting, berhenti sejenak
(pergunakan transisi yang tepat), lalu mungkin mengatakan, "sekarang saya
sampai pada kesimpulan" atau "Apakah di antara Anda (masih) ada yang
pertanyaan?", jangan lupa kata-kata terakhir "Terima kasih".Kemudian
meninggalkan mimbar dengan senyuman manis.

8.11 Tanggung Jawab Pembicara Publik


Pembicara yang sedang berbicara di depan umum memiliki sejumlah
tanggung jawab bahwa ia harus menerima sebagai seorang yang berhati-hati,
bersungguh-sungguh, adil, dan teliti. Terkait dengan ini, beberapa hal harus
diperhatikan pembicara publik, yaitu:

 Pembicara memiliki etika yang baik dengan tidak menyampaikan


kebohongan dan memutarbalikkan informasi, serta hormati pendengar
 Pembicara hendaknya menghidari mengejek atau menyudutkan kelompok
tertentu.
 Pendengar sudah memberi waktu (dan mungkin uang) untuk mendengarkan
Anda maka pembicara harus memberi apa yang dibutuhkan
pendengar. Anda harus berupaya memberikan informasi yang menakjubkan
yang akan memuaskan keingintahuan intelektual pendengar, atau Anda
mungkin akan menghibur dengan beberapa anekdot yang menyegarkan dan
mengalihkan mereka dari kerja keras sehari-hari maka semua pesan Anda
merupakan hadiah yang berguna bagi pendengar
 Pembicara yang baik akan melakukan yang terbaik.

8.12 Lima Kesalahan Besar Selaku Pembicara


Menurut Hamilton Gregory, dalam suatu survey yang dilakukan terhadap 64
pebisnis dan professional yang diminta menyebutkan kesalahan yang paling
besar yang dilakukan oleh pembicara di depan umum (public speaker) di AS,
tercatat sebagai berikut:
 Kesalahan dalam menyiapkan bahan pembicaraan yang sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pendengar
 Kekurangan dalam persiapan
 Penyampaian materi pembicaraan yang terlalu banyak
 Kesalahan dalam memelihara kontak mata (contact eye)
 Pembicaraan yang tumpul

8.13 Berbicara untuk Seminar


Seminar, Lokakarya atau Temu Tugas Seminar atau pertemuan formal
lainnya merupakan wahana pertukaran ide dan informasi dalam bidang tertentu,
yang dilakukan oleh akademisi atau profesional, saat berbagai ide ditanam dan
dipupuk, sedangkan yang lainnya dan dianggap tidak bermanfaat dipangkas atau
dibuang. Berdasarkan efektifitasnya, seminar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori, yaitu Seminar yang tak efektif dan Seminar yang efektif. Dalam Seminar
yang tak efektif, meskipun pada akhirnya pendengar memberikan penghargaan
dengan tepuk tangan gemuruh, pendengar yang sama mungkin keluar ruangan
sambil bertanya pada diri sendiri, apa yang seyogyanya dilakukan agar waktu yang
baru saja berlalu dapat dimanfaatkan lebih baik lagi. Sebaliknya, Seminar yang
efektif merupakan wahana komunikasi dua arah (timbal balik) dan bermanfaat bagi
penyaji maupun pendengarnya.

a. Seminar yang Tidak Efektif


Bercakap-cakap dengan peserta lain, membaca surat kabar atau artikel lain,
melamun, mengantuk dan bahkan tertidur, telah merupakan peristiwa umum
yang
sering terjadi dalam suatu Seminar. Tak jarang bahkan, yang “mempengaruhi”
suasana demikian adalah para peserta atau pendengar itu sendiri. Secara
keseluruhan,
sering terjadi bahwa informasi dan peraga yang disampaikan kurang menarik,
dilanjutkan dengan perioda tanya jawab yang membosankan, dan para peserta
yang
telah datang membayar dan mungkin juga untuk memperoleh nilai kredit yang
dibutuhkan, gagal membangun komunikasi yang diharapkan. Seminar demikian
tidak
bermanfaat baik bagi peserta seminar maupun penyaji itu sendiri; dan oleh
karenanya
lebih merupakan suatu “batu loncatan” daripada sebagai suatu wahana
pertukaran
informasi atau latihan ilmiah.
Menurut seorang praktisi, alasan utama terjadinya Seminar yang tak efektif
adalah karena penyaji menganggap ringan upaya-upaya yang perlu dilakukan
untukmenghasilkan Seminar yang efektif, atau dengan kata lain, penyaji kurang
mempersiapkan diri dengan baik. Untuk menjadi penyaji yang efektif, seorang
penyajiharus banyak belajar. Bahkan, upaya-upaya yang lebih luas perlu dilakukan
untukmenentukan pemilihan topik yang diminati, dan dengan alat peraga
ditambahdengan cara berbicara yang dapat menyebabkan adanya “hubungan-
komunikasi”dengan pendengarnya. Penyaji membutuhkan kemampuan meramu
teknik berbicara
dengan penyajian yang baik, termasuk penggunan alat peraga.
Berbagai faktor lain yang juga turut berperan pada Seminar yang kurang
berhasil adalah:
(i) sikap penyaji itu sendiri terhadap Seminar, misalnya hanya
menganggap sebagai sarana memperoleh nilai kredit, sehingga tidak
memerlukan persiapan dan latihan yang sungguh-sungguh. Hal ini
memprihatinkan karena keterampilan mengomunikasikan informasi
secara verbal berperan sangat penting dalam menunjang perolehan
pekerjaan dan kemajuan karier,
(ii) penyaji menilai dirinya sebagai pemikir yang bebas/mandiri,
mempersiapkan Seminar dengan pendekatan yang dapat dikatakan,
cukup dengan meniru apa yang dilakukan oleh penyaji lain, termasuk
meniru penyaji lain yang tidak siap,dan
(iii) jumlah latihan atau kesempatan yang kurang memadai, misalnya hanya
satu atau duakali Seminar, bagaimana mungkin latihan menjadi
sempurna?. Tambahan pula, waktu penyampaian Seminar yang kurang
tepat, misalnya siang atau sore hari, saat para peserta lebih
menghendaki istirahat daripada menghadiri Seminar. Sampai dengan
tahap ini, diharapkan bahwa calon penyaji telah menyadari bagaimana
menghindari Seminar yang tak menjanjikan. Namun, sebelum
mempertimbangkan berbagai petunjuk yang dapat membantu
menyiapkan dan menyampaikan Seminar yang menarik minat, penyaji
pertama-tama harus mendefinisikan apakah yang disebut Seminar
yang efektifatau berhasil. Layak untuk diingat bahwa kegagalan
mendefinisikan tujuan yang diharapkan merupakan produk pola pikir
yang kabur atau tidak jelas. Pola pikir yang tidak jelas menghasilkan
tindakan
yang tidak jelas, dan tindakan yang tidak jelas menyebabkan frustrasi
dan kadang-kadang kegagalan.

b. Seminar yang Efektif


Kata seminar berasal dari bahasa Latin seminarium, yang berarti
persemaian.
Jadi, dalam definisi operasional mungkin berarti suatu pertemuan akademis atau
profesional saat berbagai ide ditanam dan dipupuk, sedangkan yang lainnya
dipotong.
Definisi yang lebih bebas adalah seminar merupakan pertemuan untuk
pertukaran ide dalam bidang tertentu. Layak dicatat bahwa kata pertukaran
berarti memberi dan menerima secara berbalasan. Dengan kata lain, Seminar
harus member manfaat baik bagi penyaji maupun pendengarnya. Namun, hal ini
hanya akan terjadi bila peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu,
komunikasi akan sangat bergantung pada topik ilmiah penyaji dan teknik
penyajian.

c. Penyaji yang Efektif


Menjadi penyaji yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Penyaji sekali
lagi, harus memiliki tujuan dan mendefinisikan apa yang disebut penyaji yang
efektif . Sekali penyaji mengerti apa yang menjadikan seorang penyaji efektif
maka penyaji dapat berlatih dengan lebih cerdik dan efektif, dan apabila rajin
berlatih maka penyaji tersebut dapat menjadi penyaji yang efektif. Definisi-definisi
berikut diringkas dari A Syllabus of Speech Fundamentals dari Mardell Clemens
dan Anna Lloyd Neal.
Definisi-definisi ini penting, sehingga mungkin baik bila dapat dihafalkan.
Kriteria berikut ini berlaku bagi semua pembicara umum, tanpa menghiraukan
pengalaman maupun profesi mereka. Penyaji yang efektif adalah seseorang yang :
1) Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang menimbulkan
rasa
hormat.
2) Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan disampaikan,
mempunyai tujuan yang jelas dalam menyampaikan pesan, merasa
bertanggung jawab bahwa pesan dapat tersampaikan dan telah
menyelesaikan tujuan tersebut.
3) Menyadari bahwa tujuan utama penyajian tersebut adalah komunikasi ide
dan perasaan untuk memperoleh respon yang diinginkan.
4) Mampu menganalisa dan menyesuaikan dengan setiap situasi penyajian.
5) Mampu memilih topik yang jelas dan layak saji.
6) Mampu membaca dan mendengarkan berbagai perbedaan tidak
membuta menerima saran atau pun keras kepala selalu menolak
pertimbangan yang berlawanan dengan idenya.
7) Mampu menjaga fakta dan pendapat melalui penyelidikan yang rinci dan
pemikiran yang hati-hati sehingga penyajiannya, baik dalam forum
terbatas
ataupun umum, bernilai bagi pendengarnya.
8) Mampu memilih dan mengatur bahan-bahan sehingga membentuk suatu
penggabungan yang saling terkait.
9) Mampu menggunakan bahasa yang jelas, langsung, layak dan nyata.
Mampu membuat penyajiannya vital dan bebas dari unsur-unsur
pengganggu.

Kriteria ini mampu membuat penyaji mempertahankan


suasanaatau hubungan komunikatif antara penyaji dengan pendengarnya.
Rapport dapat diartikan sebagai suatu konsep kepercayaan mutualistik atau
keakraban emosional antara penyaji dan pendengarnya dan merupakan dasar
komunikasi dalam konteks kemampuan bicara dimuka umum sehingga menjadi
suatu keharusan bagi para penyaji untuk memahami konsep ini.
Bila penyaji telah dapatmembangun rapport, penyaji dapat merasakan
minat dari pendengarnya. Secarapsikologis, hal ini menjadi dorongan semangat
bagi penyaji untuk berpenampilan lebih baik. Sama halnya, pendengar juga dapat
merasakan pengetahuan, kemampuan dan antusiasme penyaji dalam
berkomunikasi atau menyampaikan informasi bagi mereka. Sebaliknya, apabila
penyaji gagal menciptakan rapport,
atau kehilangan suasana tersebut walaupun telah terciptakan, minat pendengar
berkurang dan suasana membosankan timbul. Bila atmosfir tersebut terbentuk,
penyaji sebaiknya tidak melanjutkan penyajiannya karena komunikasi telah
terputus. Jadi, singkatnya, penyaji yang efektif adalah penyaji yang mampu
membangun dan mempertahankan rapport atau suasana komunikatif dengan
pendengarnya.

 Menyiapkan Seminar
Pada umumnya, tahap pertama dalam mempersiapkan bahan untuk
Seminar adalah dengan membuat garis-garis besar (Outline) dari topik
yang akan disajikan. Disatu pihak, Outline berguna untuk penataan
informasi, tetapi dilain pihak Outline kurang menarik dan kurang
membangkitkan komunikasi, apalagi bila kurang sistimatis dan kurang
informatif. Hal ini dapat terjadi apabila pemilihan kata untuk Outline tidak
membangkitkan minat peserta Seminar. Alternatif lain adalah dengan
mengembangkan Outline yang bersifat naratif dan komunikatif. Informasi
naratif mudah dikembangkan melalui salah satu penemuan terbesar umat
manusia, yaitu kertas komputer. Yang diperlukan, awalnya mungkin hanya
4 - 5 lembar kertas yang bersambung.
Tahap pertama yang dilakukan adalah menata informasi dalam
bentuk Outline, kemudian mengembangkan liputannya dalam bentuk
kerangka konsep naratif dengan menata seluruh ide secara kronologis dan
sistematis. Apabila kerangka ini telah terbentuk, akan sangat mudah
melakukan penyuntingan [editing], penataan [reorganizing] maupun
pengembangannya [development].
Setelah alur ide tersusun,tahap berikutnya adalah menyisipkan
data/fakta/ringkasan informasi yang akandisampaikan. Apabila konsep
naratif telah dikembangkan, maka saatnya untuk berpikir alat peraga
[visual aids] yang akan digunakan untuk menggambarkaninformasi
tersebut. Alat peraga yang paling sederhana dan umum digunakan adalah
slide dan OHP transparansi; atau pada era saat ini adalah dengan langsung
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan transformator-
proyektor; dengan programnya antara lain Microsoft Power Point. Namun
demikian, dalam memilih alat bantu peraga yang akan digunakan, selain
diperlukan pemahaman mengenai kelebihan dan kelemahan masing-
masing alat peraga tersebut, serta rasional dibalik pembuatan peraga
tersebut. Prinsip ini harus digunakan dalam mengembangkan alat bantu
peraga sesuai dengan kebutuhan narasi yang akan disajikan, yang pada
intinya adalah suatu orkestra yang sinkron antara berbicara dan
berperaga.
Dalam bahasa yang lebih sederhana dan relevan dengan
kemampuan menyajikan informasi dalam seminar, dapat dikatakan bahwa
penyaji yang tak dapat mengekspresikan buah pikirannya ada dalam
kesulitan besar. Oleh karena itu, ada baiknya untuk menuliskan terlebih
dahulu seluruh informasi yang akan dikatakan dalam seminar. Hal ini akan
memaksa penyaji untuk berpikir kritis mengenai kegiatan yang dilakukan
dan akan disajikan dalam Seminar. Namun demikian, teks tulisan tersebut
bukan untuk dihafal.
Untuk memperoleh hasil terbaik, cara berbicara dalam
penyampaian materi seminar sebaiknya bebas dari keterikatan teks,
dalam arti yang dikemukakan bukan merupakan hasil hafalan yang telah
disiapkan atau dilatih sebelumnya. Kelemahan dalam penyajian ilmiah
yang dihafalkan sebelumnya adalah bahwa menghafal dan berbicara
tekstual menyebabkan sulitnya mengembangkan rapport dengan
pendengar.
Tambahan pula, apabila penyaji menghafal materi yang akan
disajikan, pada suatu saat dapat terjadi penyaji lupa dengan materi yang
akan dikatakan. Hal ini dapat menyebabkan kegugupan dan kacaunya
sistimatika penyajian. Aktor-aktor perfilman biasanya belajar sedikit
verbal yang membuat mereka dapat mengatasi situasi lupa teks.
Namun, harus diakui bahwa para penyaji seminar bukanlah aktor,
dan oleh karenanya belum tentu mampu mengatasi situasi semacam ini
akibatnya kemampuan menguasai suasana seminar mendadak hilang.
Perlu senantiasa diingat bahwa penyaji yang efektif adalah penyaji yang
memiliki pengetahuan yang dapat dihargai, dalam arti bahwa ia
menguasai materi seminar meskipun materi tersebut tidak dihafalkan.
Karena kemungkinan penyaji menjadi aktor sama besarnya dengan
kemungkinan menjadi pembaca berita ditelevisi, lebih baik kemungkinan
menjadi ahli membaca manuskrip itu diserahkan kepada ahlinya.
Merupakan kesulitan tersendiri untuk dapat menjalin kontak mata dengan
seluruh peserta seminar, entah karena intensitas cahaya yang kurang atau
sebab-sebab lainnya, yang juga menyulitkan peserta untuk
memandang wajah penyaji. Menatap dan membaca teks secara terus
menerus membuat masalah menjadi lebih kompleks, meskipun mungkin
mengasyikkan bagi penyaji, sangat membosankan bagi peserta sidang.
Secara ringkas, berbicara dihadapan peserta seminar sebaiknya dengan
pendekatan bebas, tanpa keterikatan dengan hafalan, atau bahkan
membaca materi seminar. Hal ini juga meningkatkan rasa percaya diri
penyaji sebagai pembicara. Rasa percaya diri, seperti juga penampilan
yang meyakinkan, merupakan hasil dari latihan yang terus menerus.
Penyaji harus selalu berlatih dihadapan para peserta yang kritis; tak perlu
jumlah peserta yang banyak, cukup dari reken-rekan sekerja dan bila
mungkin ditambah dengan satu atau dua orang senior yang dirasakan
mampu memberi masukan dan kritik. Latihan perlu dilakukan pada waktu-
waktu awal, sehingga masih cukup waktu untuk perubahan-perubahan
bila diperlukan, termasuk memperbaiki alat bantu peraga yang digunakan.
Latihan diperlukan, juga untuk menghilangkan demam panggung. Semakin
sering berlatih biasanya semakin meningkat rasa percaya diri. Namun,
latihan yang terlalu sering juga dapat menurunkan gairah penyaji dan
akan menyebabkan kebosanan pada penyaji yang mengakibatkan sulitnya
membangun rapport dengan peserta seminar. Sebagai kesimpulan, setiap
orang dapat menjadi penyaji yang efektif selama mereka menyadari dan
memahami arti seminar, memiliki dan mencoba memiliki karakter-
karakter penyaji yang efektif, mampu memilih atau membuat alat bantu
peraga yang sesuai dan rajin berlatih.

Tips Dalam Penyajian Seminar Untuk membantu kelancaran


seminar dan penyaji mampu menguasi “suasana seminar” perlu
diperhatikan beberapa hal pada saat penyaji berbicara dihadapan peserta
seminar, yaitu :

a. Kontak mata

b. Intonasi suara

c. Sikap penyaji
d. Penggunaan tata bahasa

e. Penggunaan catatan

f. Lama penyajian

g. Entusiasme penyaji

h. Penampilan umum → membangkitkan rasa hormat

 Materi Seminar
Materi seminar umumnya berupa Ulasan, yang biasanya diminta
untuk sesi gabungan dan hasil-hasil penelitian primer. Penyusunan materi
Ulasan setelah Judul, Penulis, Institusi Pelaksana dan Pendahuluan pada
umumnya, biasanya bersifat bebas bergantung pada topik bahasan. Untuk
materi hasil penelitian primer, biasanya lebih baku dan tersusun sebagai
berikut:
(i) Judul
(ii) Penulis
(iii) Institusi pelaksana
(iv) Pendahuluan

(v) Tujuan dan Hipotesis

(vi) Metodologi

(vii) Hasil dan Pembahasan

(viii) Kesimpulan dan Saran


 Alat Bantu Peraga [Visual Aids]
Alat bantu peraga [ABP] memiliki peranan penting dalam menentukan
keberhasilan suatu penyajian dan oleh karena itu diperlukan persiapan yang
matang serta hati-hati dalam pembuatan ABP. Alat bantu peraga dapat membantu
mencapai hasil yang diharapkan apabila :
 Mampu menjelaskan ide yang terkandung dalam materi bahasan
 Mampu menekankan topik-topik yang ingin disampaikan
 Meningkatkan minat dan perhatian peserta seminar

Alat bantu peraga yang tidak memenuhi kriteria tersebut, mungkin hanya
akan membuat peserta seminar mengalihkan perhatiannya atau bahkan tertidur.
Berbagai jenis ABP yang paling umum digunakan adalah slide dan transparansi,
karena dianggap paling murah, ketersediaan bahan mudah didapat,
pembuatannya sederhana dan praktis. Peralatan yang lebih canggih digunakan
adalah komputer dan perlengkapannya, dengan program yang khusus untuk
tujuan penyajian, misalnya MS Power Point. Namun, selain mahal, dan
membutuhkan ketrampilan dalam operasionalnya, tak semua institusi memiliki
peralatan ini, sehingga menjadi tidak praktis. Dalam pembuatan ABP sendiri perlu
diperhatikan berbagai hal seperti
(a) besar-kecilnya huruf/angka yang digunakan,
(b) tata letak kalimat/kata,
(c) table dan
(d) grafik,
(e) kombinasi warna [jika digunakan], dan juga
(f) intensitas cahaya dalam ruang seminar.

Pemilihan warna kontras antara latar belakang dengan informasi yang akan
disampaikan sangat membantu para peserta mampu membaca dengan jelas. Yang
sangat perlu diperhatikan dalam pembuatan ABP adalah agar isi ABP tersebut
dapat terbaca oleh para peserta seminar/pertemuan. Harus selalu diasumsikan
bahwa ABP tersebut disediakan bagi peserta yang duduk paling jauh dari layar
proyeksi.
Penyebab kegagalan yang paling sering terjadi dalam penyajian ABP adalah :
(a) terlalu banyaknya materi dalam satu ABP dan
(b) adanya anggapan bahwa apa yang bisa dibaca dalam bentuk cetakan
[misal buku atau makalah], juga bisa dibaca dalam
bentuk slide/tranparansi.
Artinya bahwa satu halaman makalah mudah dibaca, kemudian
ditransfer ke dalam bentuk transparansi [satu halaman penuh], yang
akibatnya peserta tak dapat membaca dengan jelas dan bahkan menjadi
segan untuk membacanya. Sebab jika yang disajikan adalah bentuk
sedemikian, lebih mudah diberikan fotokopi makalah tersebut kepada
peserta dan peserta cukup menyimak dari makalah tersebut.

Dalam seminar atau pertemuan, dapat diperkirakan bahwa penyaji telah


memiliki informasi yang akan disampaikan. Suasana yang ideal adalah apabila
terjadi umpan balik yang melibatkan penyaji, informasi yang disampaikan, dan
peserta/pendengarnya. Oleh karena itu, selain beberapa hal yang telah disebut di
atas, dalam mempersiapkan ABP harus senantiasa diingat peserta yang hadir
disana, misalnya :
 Siapa peserta, pendengarnya
 Seberapa jauh mereka mengerti topik yang akan disajikan
 Mengapa mereka hadir/mau mendengarkan topik yang disajikan
 Bagaimana supaya mereka terlibat
 Apakah mereka setuju dengan materi dan kesimpulan yang
disajikan, ataukah penyaji harus lebih meyakinkan pendengarnya
 Sejauh mana peserta atau pendengar dapat mengerti isi materi
yang disajikan
Bila penyaji dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan
tepat dan dapat menyusun penyajian sebagaimana jawaban
tersebut, maka penyaji telah berbuatcukup banyak bagi peserta
untuk menaruh perhatian pada penyajian tersebut.

Sistematika materi yang akan disajikan dapat disusun sebagai berikut. Mulai
dengan menjelaskan tujuan dan luas cakupan materi seminar. Hal ini dapat
membantu mengarahkan perhatian pendengar. Sajikan maksud atau pokok utama
dalam urutan yang bertahap dan masuk akal, kemudian ringkaskan seluruh
penyajian tersebut dalam satu kesimpulan. Kesimpulan harus memperkuat pesan
yang merupakan sesuatu yang akan diingat sampai pendengarnya pulang. Alat
bantu peraga dapat dipergunakan pada setiap tahapan ini untuk membantu
penyaji melengkapi tugasnya. Namun demikian, jika tidak cukup upaya untuk
mempersiapkan setiap ABP maka alat peraga yang diharapkan membantu bahkan
akan menjadi ABP yang menghambat.

8.14 Berbicara dalam Situasi Formal


Berbicara dalam situasi formal, tidaklah semudah yang dibayangkan orang,
walaupun secara alamiah setiap orang mampu berbicara. Namun, berbicara secara formal
atau dalam situasi resmi sering meninggalkan kegugupan sehingga gagasan yang
dikemukakan tidak teratur dan akhirnya bahasanya pun menjadi tidak teratur. Bahkan ada
yang tidak berani berbicara sama sekali.
Berbicara dalam situasi yang formal memerlukan persiapan dan menuntut
keterampilan. Kemampuan ini tidak dapat hanya dicapai begitu saja, tetapi menuntut

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
22 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
bimbingan dan latihan yang intensif. Dalam kegiatan berbicara formal, persiapan ini sangat
penting.

Hubunngan kemampuan berbicara dengan kemampuan berbahasa yang lain


a. Berbicara : komunikasi dua arah
b. Hubungan kemampuan berbicara dengan kemampuan menulis
Persiapan Pembicaraan formal
c. Memilih topik pembicaraan
d. Menentukan tujuan, bahan dan kerangka
i. Menentukan tujuan
ii. Mengumpulkan bahan
iii. Kartu informasi
iv. Menyusun kerangka

Ringkasan

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk


mengekspresikan, menyatakan serta menyampikan pikiran, gagasan dan perasaan. Tujuan
utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Untuk dapat menyampaikan pikiran secara
efektif, selayaknyalah pembicara memahami makna atau segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang ketika tampil
berbicara di depan umum untuk kepentingan apa pun, yaitu

1. Kesiapan diri
2. Kesiapan materi
3. Kesiapan hadirin

Berbagai jenis berbicara untuk kepeluan akademik seperti, berbicara untuk presentasi,
berbicara untuk seminar, dan berbicara dalam situasi formal.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
23 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Bandung : Erlangga

Arifin, E. Zaenal dan S Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta : Akapress

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores : Nusa Indah

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung : Angkasa

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
24 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai