Bahasa
Indonesia
Berbicara untuk Keperluan
Akademik
Fakultas
Program Studi
Manajemen S1
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
MK90008
Abstract
Kompetensi
Mahasiswa mampu/memahami:
berbicara.
2. Menganalisis situasi pendengar.
benar
dalam
mengungkapkan
3. Menyusun bahan berbicara untuk
gagasan dan pesan untuk keperluan
presentasi.
akademik.
4. Berbicara untuk seminar.
5. Berbicara dalam situasi formal.
6. Presentasi Ilmiah.
perasaan (Tarigan, 2003:15). Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible)
dan yang kelihatan (visible), yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Lebih
jauh
lagi,
berbicara
merupakan
suatu
bentuk
perilaku
manusia
yang
pembicara
berusaha
sungguh-sungguh
untuk
menjawab
semua
Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis pendengar yang
akan dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahu, siapa pendengar yang akan
hadir dalam pertemuan tersebut. Untuk itu sebelum ia menganalisis pendengar
berdasarkan beberapa topik khusus, Ia harus mulai dengan data-data umum.
a. Data-data umum
Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para hadirin adalah : jumlah,
usia, pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik atau sosial.
b. Data-data khusus
Di samping faktor umum sebagai dikemukakan di atas, pembicara harus
memperhatikan pula data khusus untuk lebih mendekatkan dirinya dengan situasi
pendengar yang sebenarnya. Data-data khusus tersebut meliputi:
1) Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan.
2) Minat dan keinginan pendengar.
3) Sikap Pendengar.
C. Penyusunan Bahan Berbicara
Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) mengumpulkan
bahan, (b) membuat kerangka karangan, dan (c) menguraikan secara mendetail. Dalam
bagian ini akan dikemukakan beberapa aspek tambahan yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan bahan untuk disampaikan secara lisan.
Bila diadakan perbandingan mengenai sikap pembaca pada komposisi tertulis dan
sikap pendengar pada komposisi lisan, maka setiap pembaca biasanya akan membaca
terus selama ia masih tertarik akan isi bacaannya, atau memilih bagian-bagian tertentu
saja yang dianggapnya baik. Bila sama sekali tidak menarik maka segera akan
ditinggalkannya. Sebaliknya para hadirin bagaimanapun harus tetap mendengar uraian
lisan sampai selesai, tetapi sikap yang ada pada tiap pendengar akan berlainan.
Kecenderungan psikologis yang umum yang dapat dicatat ialah para pendengar
biasanya tertarik pada apa yang dikatakan pada awal pembicaraan. Sesudah itu
konsentrasi mereka akan menurun secara berangsur-angsur walaupun mungkin
subyeknya sebenar-benarnya semakin menarik. Baru ketika pembicaraan akan
mendekati titik akhir, minat mereka akan sedikit meningkat kembali.
Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek psikologis
ini sebaik-baiknya. Bila ia mulai dengan ucapan-ucapan yang tidak menarik atau mulai
dengan menyampaikan topik yang tidak ada kaitan dengan kepentingan pendengar
maka sebenarnya ia sudah memadamkan perhatian mereka sebelum berkembang.
Sebab itu ia harus memulai uraiannya dengan sesuatu yang betul-betul menarik dan
merangsang. Cara ini harus diperbarui setiap kali dari waktu ke waktu selama
menyampaikan uraiannya itu.
201
4
201
4
Memiliki gaya berbicara sendiri, memberikan gambaran bahwa gaya bicara orang
berbeda-beda, tetapi masing-masing berhasil karena suatu gaya yang cocok
untuk seorang pembicara. Yang penting, pembicara yakin bahwa dia berbicara
efektif.
2. Komunikasi Efektif
Berbicara di depan umum (public speaking) pada hakikatnya adalah seni
berkomunikasi lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi yang efektif dapat
tercapai apabila maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami
dengan baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik (feedback)
sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.
Komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal (menurut Stewat L. Tubbs
dan Sylvia Moss, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi,
1993):
a. Pengertian, adanya pengertian dari komunikan seperti yang dimaksud oleh
komunikator.
b. Kesenangan,
adanya
kesenangan
yang
muncul
untuk
komunikan
dan
komunikator.
c. Pengaruh pada sikap, adanya pengaruh pada sikap atau tindakan komunikan
sebagai akibat pesan yang disampaikan oleh komunikator.
d. Terjalinnya hubungan sosial yang semakin baik sebagai dampak pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
e. Adanya tindakan nyata dari komunikan sebagaimana dikehendaki Komunikator
3. Merancang Materi Pembicaraan di Depan Umum
Paling tidak ada lima hal yang perlu dipersiapkan sebagai materi pembicaraan
di depan publik, yaitu:
201
4
memperhatikan
sepatutnya. Kesimpulan
secara
bukanlah
khusus
dan
rangkuman
melakukan
dari
tindakan
semua
bagian
beberapa
pakar public
speaking,
seorang
pembicara
publik
perlu
201
4
Gugup dan demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap
pembicara di depan umum, bahkan pembicara terbaik pun pernah mengalami
gugup atau demam panggung pada saat mereka pertama kali berbicara di depan
umum. Rasa gugup dan demam panggung hanya bisa diatasi dengan banyakbanyak berlatih.
c. Membuat Ketertarikan Pendengar
Unsur penting yang membuat orang tertarik mendengarkan pembicara
adalah: hal-hal baru (materi pembicaraan menarik). Pembicaraan masuk akal;
jangan pernah minta maaf pada para pendengar sebab itu tidak menarik (jadi
pandanglah bahwa pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan Anda);
Segar, aktual, dan kadang-kadang diselingi humor.
d. Menjaga Ketepatan Berbicara, Kejernihan, dan Volume Suara
Ucapkan kata-kata Anda dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup
kuat agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan jelas. Bicara
secara tepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat-memudahkan pendengar
menerima ide Anda. Suara Anda harus terdengar mengasikkan (expressiveness)
seperti halnya jika Anda berbicara kepada sahabat karib Anda.
e. Mepercayai Kemampuan Sendiri
Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang
Anda miliki untuk maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan keahlian
dan pelatihan.
f.
tampak
penuh
perhatian
dalam
mengkomunikasikan
ide
Anda.
Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara
setengah-setengah, khawatir, apalagi dengan mulut setengah terbuka. Cara
bicara yang tepat adalah dengan suara yang bulat dan penekanan yang baik.
h. Tepat waktu
Berhentilah berbicara sebelum pendengar mengharapkan Anda untuk
segera berhenti berbicara atau turun dari panggung. Tepatilah waktu yang telah
ditetapkan.
i.
201
4
Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai, rileks,
dan tidak kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif harus ada sedikit
unsur humor, yaitu sesuatu yang lucu atau menggelikan hati sehingga dapat
menimbulkan tertawa.
j.
kemampuan
pembicara
karena
lebih
menarik
untuk
mengatakan
bahwa
pakaian
mencerminkan
kepribadian
berupaya
memberikan
informasi
yang
menakjubkan
yang
akan
201
4
dengan pertemuan ilmiah membahas suatu masalah. (Depdikbud, 1996). Jadi secara
umum. Seminar sering diartikan sebagai bentuk tukar pikiran dalam musyawarah
yang direncanakan atau dipersiapkan antara dua orang atau lebih tentang topik
tertentu dengan seorang pemimpin (Tarigan, 1987:128).
Seminar sering juga disebut sebagai percakapan terpimpin (istilah yang
terdapat dalam kelompok besar). Yang perlu diingat ialah kelompok bukan hanya
merupakan penjumlahan individu yang berada dalam suatu ruangan. Setiap individu
dalam kelompok menyadari ketergantungan mereka dalam usaha mencapai tujuan
bersama. Oleh sebab itu, dalam seminar kelompok
menyadari adanya tujuan bersama itu sehingga timbul kesadaran: sikap saling
menghargai, menghormati pendapat orang lain, dan menjaga ketertiban bersama.
Setiap peserta seminar hendaknya mempunyai sikap kerjasama dan menyadari
bahwa dirinya merupakan anggota peserta seminar sehingga permusuhan yang
tidak sehat dapat dihindari. Selain itu, dalam seminar setiap peserta bebas
mengemukakan pendapat sehingga problema menjadi menarik.
Seminar formal memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (a) Unsur manusia (1)
pemimpin/moderator, regulator, dan koordinator. (2) peserta mengambil bagian
wicara/pembicara atau pemasaran, dan (3) pendengar/public/umum/audience, (b)
unsur materi: harus ada masalah/topic atau tema pembicaraan; dan (c) unsur
fasilitas: ruangan, meja kursi, alat audiovisual, papan tulis, kertas. Yang terpenting
ialah menciptakan suasana seminar. (Parera, 1984:190)
Pembicara yang efektif akan menyadari bahwa komunikasi merupakan sesuatu
yang intelektual dan emosional. Menyusun ide-ide merupakan bagian dari kegiatan
tersebut.
2. Persiapan Sebelum Berbicara di Seminar
Jika Anda mengetahui apa yang ingin disampaikan, Anda perlu untuk meperkuat
materi-materi ke dalam satu bentuk pesan yang mengandung arti. Jangan
menganggap bahwa pesan dengan sendirinya akan mampu memberikan penjelasan.
Kemampuan
pendengaran
audiensi
terhadap
informasi
tergantung
yang
10
berdasarkan topik).
Gunakan transisi untuk pindah secara halus dari satu poin ke poin lainnya.
Gunakan contoh, statistik, pendapat ahli, dan anekdot.
Susun sesuai keperluan telinga bukan untuk mata.
Gunakan kata-kata sederhana, kalimat sederhana, tanda baca, pengulangan,
h.
i.
j.
k.
l.
pendengarnya.
Namun,
hal
ini
hanya
akan
terjadi
bila
peserta
mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan sangat bergantung
pada topik ilmiah dan teknik penyajian.
5. Penyaji yang efektif
Menjadi penyaji yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Definisi-definisi berikut
ini penting, sehingga mungkin baik bila dapat dihafalkan. Kriteria berikut ini berlaku
bagi semua pembicara umum, tanpa menghiraukan pengalaman maupun profesi
mereka. Penyaji efektif adalah seorang yang:
a. Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang menimbulkan rasa
hormat.
b. Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan disampaikan, mempunyai
tujuan jelas dalam menyampaikan pesan, merasa tanggung jawab bahwa pesan
dapat disampaikan dan telah menyelesaikan tujuan tersebut.
c. Menyadari bahwa tujuan utama penyajian tersebut adalah komunikasi ide dan
perasaan untuk memperoleh respon yang diinginkan.
d. Mampu menganalisis dan menyesuaikan dengan setiap situasi penyajian.
e. Mampu memilih topik yang jelas dan layak saji.
201
4
11
f.
dipahami.
Menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan pendengar atau audiensi.
Menggunakan bahasa yang efektif.
Menggunakan istilah yang relevan dengan topik yang dibahas.
Memperhatikan informasi atau pesan yang benar dan bermanfaat bagi pendengar
atau audiensi.
G. Presentasi Ilmiah
1. Pengertian
Presentasi Ilmiah adalah penyajian karya tulis atau karya ilmiah seseorang di depan
forum undangan atau peserta. Kehadiran peserta atau undangan untuk mengikuti
penyajian tersebut secara aktif dengan lisan dalam waktu yang tersedia. Agar
presentasi itu dapat berjalan secara efektif, ada beberapa kiat yang perlu
dipertimbangkan sebagai berikut:
a. Menarik minat dan perhatian peserta,
b. Mengarahkan perhatian peserta,
c. Mempertahankan minat dan perhatian peserta,
d. Menjaga kefokusan masalah yang tetap,
e. Menjaga etika dan kode etik presentasi.
201
4
12
Dalam usaha menarik minat dan perhatian peserta, seorang penyaji dapat
menggunakan media yang menarik, baik audio maupun visual. Media yang
dimaksudkan itu antara lain adalah gambar dengan warna yang menarik, ilustrasi
yang beragam, anekdot yang ringan, serta demosntrasi sederhana. Di samping itu,
diperlukan pula suara yang cukup keras serta penampilan makalah yang
menyenangkan hati.
Perhatian peserta
dapat
diarahkan
pada
fokus pembicaraan
dengan
201
4
13
b. Penyaji dapat menghemat waktu karena penyaji tidak perlu menulis di papan tulis
c.
d.
e.
f.
g.
201
4
14
Daftar Pustaka
Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung: Erlangga.
Keraf. Gorys. 1993. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
201
4
15
201
4
16