Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Bahasa
Indonesia
Berbicara untuk Keperluan
Akademik
Fakultas

Program Studi

Ekonomi dan Bisnis

Manajemen S1

Tatap Muka

07

Kode MK

Disusun Oleh

MK90008

Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Abstract

Kompetensi

Setelah mempelajari materi bab ini,

Mahasiswa mampu/memahami:

mahasiswa dapat memahami dan 1. Menjelaskan pengertian


mampu berbicara dengan baik dan

berbicara.
2. Menganalisis situasi pendengar.
benar
dalam
mengungkapkan
3. Menyusun bahan berbicara untuk
gagasan dan pesan untuk keperluan
presentasi.
akademik.
4. Berbicara untuk seminar.
5. Berbicara dalam situasi formal.
6. Presentasi Ilmiah.

Berbicara untuk Keperluan Akademik


A. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan

perasaan (Tarigan, 2003:15). Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible)
dan yang kelihatan (visible), yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Lebih

jauh

lagi,

berbicara

merupakan

suatu

bentuk

perilaku

manusia

yang

memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik


sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang
paling penting bagi kontrol sosial.
B. Menganalisis Situasi Pendengar
1. Menganalisis Situasi
Seringkali pembicara terlalu yakin bahwa apa yang dibicarakan begitu
pentingnya sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya, bagaimana latar
belakang kehidupan mereka, serta bagaimana situasi yang ada pada waktu
presentasi oralnya berlangsung. Karena kealpaannya memperhatikan hal-hal
tersebut, maksudnya tidak tercapai dan tujuannya tidak mengenai sasaran.
Untuk itu sebelum mulai berbicara, pembicara harus menganalisis situasi yang
mungkin pada waktu akan dilangsungkan presentasi oralnya. Dalam menganalisis
situasi ini, akan muncul persoalan-persoalan berikut:
a. Apa maksud hadirin semua berkumpul untuk mendengarkan uraian itu? Apakah
pembicara menghadapi anggota-anggota perkumpulannya atau suatu massa
yang berkumpul dengan maksud tertentu? atau Apakah mereka berkumpul itu
secara kebetulan saja?
b. Pertanyaan kedua adalah: Adat kebiasaan atau tata-cara mana yang mengikat
mereka? Apakah mereka senang dan berani mengajukan pertanyaan? Apakah
mereka senang pembicaraan formal atau informal?
c. Apakah ada acara-acara yang mendahului atau mengikuti pembicaraan itu?
bilamana berlangsung pembicaraan itu? Kalau ada acara lain yang mendahului,
acara mana yang lebih menarik perhatian? Semua unsur situasi itu dapat
dipergunakan dalam pembicaraan, dan pasti mempunyai daya tarik tersendiri
untuk memikat para pendengar.
d. Di mana pembicaraan itu akan dilangsungkan? Di alam terbuka atau dalam
sebuah gedung? Apakah pada saat itu hujan, mendung atau panas terik? Hadirin
duduk atau berdiri? Apakah suara pembicara dapat didengar dengan baik atau
tidak dalam ruangan atau gedung tersebut? Mengapa?
Bila

pembicara

berusaha

sungguh-sungguh

untuk

menjawab

semua

pertanyaan di atas maka ia sungguh-sungguh telah berusaha untuk menganalisis


situasi yang mungkin ada pada waktu pembicaraan akan berlangsung.
2. Menganalisis Pendengar
201
4

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis pendengar yang
akan dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahu, siapa pendengar yang akan
hadir dalam pertemuan tersebut. Untuk itu sebelum ia menganalisis pendengar
berdasarkan beberapa topik khusus, Ia harus mulai dengan data-data umum.
a. Data-data umum
Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para hadirin adalah : jumlah,
usia, pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik atau sosial.
b. Data-data khusus
Di samping faktor umum sebagai dikemukakan di atas, pembicara harus
memperhatikan pula data khusus untuk lebih mendekatkan dirinya dengan situasi
pendengar yang sebenarnya. Data-data khusus tersebut meliputi:
1) Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan.
2) Minat dan keinginan pendengar.
3) Sikap Pendengar.
C. Penyusunan Bahan Berbicara
Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) mengumpulkan
bahan, (b) membuat kerangka karangan, dan (c) menguraikan secara mendetail. Dalam
bagian ini akan dikemukakan beberapa aspek tambahan yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan bahan untuk disampaikan secara lisan.
Bila diadakan perbandingan mengenai sikap pembaca pada komposisi tertulis dan
sikap pendengar pada komposisi lisan, maka setiap pembaca biasanya akan membaca
terus selama ia masih tertarik akan isi bacaannya, atau memilih bagian-bagian tertentu
saja yang dianggapnya baik. Bila sama sekali tidak menarik maka segera akan
ditinggalkannya. Sebaliknya para hadirin bagaimanapun harus tetap mendengar uraian
lisan sampai selesai, tetapi sikap yang ada pada tiap pendengar akan berlainan.
Kecenderungan psikologis yang umum yang dapat dicatat ialah para pendengar
biasanya tertarik pada apa yang dikatakan pada awal pembicaraan. Sesudah itu
konsentrasi mereka akan menurun secara berangsur-angsur walaupun mungkin
subyeknya sebenar-benarnya semakin menarik. Baru ketika pembicaraan akan
mendekati titik akhir, minat mereka akan sedikit meningkat kembali.
Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek psikologis
ini sebaik-baiknya. Bila ia mulai dengan ucapan-ucapan yang tidak menarik atau mulai
dengan menyampaikan topik yang tidak ada kaitan dengan kepentingan pendengar
maka sebenarnya ia sudah memadamkan perhatian mereka sebelum berkembang.
Sebab itu ia harus memulai uraiannya dengan sesuatu yang betul-betul menarik dan
merangsang. Cara ini harus diperbarui setiap kali dari waktu ke waktu selama
menyampaikan uraiannya itu.
201
4

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Teknik susunan ini sebenarnya mencoba untuk memanfaatkan kecenderungan


alamiah yang ada pada setiap manusia bahwa apa yang dikatakan pertama kali akan
menggugah hati setiap orang dan apa yang diucapkan terakhir kali akan lebih berkesan
daripada bagian-bagian lainnya. Untuk memanfaatkan aspek psikologis tersebut
pembicara dapat mempergunakan teknik berikut untuk menyusun materinya:
Pertama-tama, dalam bagian pengantar uraiannya, ia menyampaikan suatu
orientasi mengenai apa yang diuraikannya, serta bagaimana usaha untuk menjelaskan
tiap bagian itu. Bila pendengar telah mendapatkan gambaran dan kesan yang baik
mengenai urutan penyajiannya beserta kepentingan materi pembicaraannya maka
mereka akan lebih siap untuk mengikuti uraian itu dengan cermat dan penuh perhatian.
Sesudah memasuki materi uraian, tiap kali pembicara harus menonjolkan bagianbagian yang penting sebagai sudah dikemukakan pada awal orientasinya. Tiap bagian
yang ditonjolkan itu kemudian diikuti dengan penjelasan, ilustrasi, atau keteranganketerangan yang sifatnya kurang penting karena sudah ada motivasi maka setiap
pendengar ingin mengetahui perinciannya itu. Demikian dilakukan berulang kali dengan
topik-topik penting berikutnya
Pada akhir uraian,sekali lagi pembicara menyampaikan ikhtisar seluruh uraiannya
tadi, agar hadirin dapat memperoleh gambaran secara utuh sekali lagi mengenai seluruh
masalah yang baru saja selesai dibicarakan itu.

D. Berbicara untuk Presentasi


Keterampilan berbicara di depan umum (public speaking) atau melakukan
presentasi (presentation) secara efektif dengan bahasa lisan (verbal) adalah kebutuhan
untuk orang-orang yang ingin sukses. Apapun profesi atau pekerjaan seseorang: politisi,
pejabat pemerintah, manajer perusahaan, pegawai atau karyawan, profesional, ilmuwan,
pengusaha, dan guru, suatu saat pasti dituntut untuk berbicara atau memberi presentasi
di depan orang banyak dan kemampuannya berbicara itu secara langsung maupun tidak
langsung akan membawa dampak bagi pekerjaan atau diri pribadinya. Orang yang
cakap berbicara di depan orang banyak pada umumnya mendapat respek dan
penghargaan orang banyak. Sebaliknya, orang yang tidak cakap berbicara di depan
orang banyak, sekalipun yang bersangkutan ilmuwan dan berpangkat akan kurang
mendapat penghargaan dengan posisinya.
Hal-hal perlu diperhatikan dalam berbicara di depan umum adalah: Bagaimana
berhasil berbicara di depan umum, komunikasi efektif, mempersiapkam materi
pembicaraan di depan umum, teknik berbicara di depan umum, tanggung jawab
pembicara, lima kesalahan besar selaku pembicara.
1. Bagaimana berhasil menjadi pembicara di depan umum

201
4

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Larry King, dikutip oleh MS Hidayat memberi delapan fitur-fitur pembicara


terbaik, yaitu: Memandang suatu dari sudut baru, mengambil titik pandang yang tak
terduga dari subjek umum.
a. Memiliki cakrawala luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan pengalaman
luas di luar kehidupan mereka sehari-hari. Antusias menunjukkan minat besar
pada apa yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka dan pada apa yang
katakan pada kesempatan berbicara.
b. Tidak asyik sendiri, peka, peduli, dan memperhatikan respon pendengar.
c. Sangat ingin tahu, terus belajar dan menggali hal-hal baru.
d. Memberi ketegasan, membuat hubungan yang kuat dengan pendengar,
berusaha menempatkan diri pada posisi pendengar untuk lebih memahami apa
yang diinginkan oleh pendengar.
e. Memiliki selera humor, tidak terus-terusan serius, tetapi berusaha menciptakan
suasana lucu dan menyenangkan, bahkan kadang-kadang tidak keberatan
mengolok-olok diri sendiri.
f.

Memiliki gaya berbicara sendiri, memberikan gambaran bahwa gaya bicara orang
berbeda-beda, tetapi masing-masing berhasil karena suatu gaya yang cocok
untuk seorang pembicara. Yang penting, pembicara yakin bahwa dia berbicara
efektif.

2. Komunikasi Efektif
Berbicara di depan umum (public speaking) pada hakikatnya adalah seni
berkomunikasi lisan secara efektif di depan umum. Komunikasi yang efektif dapat
tercapai apabila maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami
dengan baik oleh komunikan, dan komunikan memberikan umpan balik (feedback)
sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.
Komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal (menurut Stewat L. Tubbs
dan Sylvia Moss, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi,
1993):
a. Pengertian, adanya pengertian dari komunikan seperti yang dimaksud oleh
komunikator.
b. Kesenangan,

adanya

kesenangan

yang

muncul

untuk

komunikan

dan

komunikator.
c. Pengaruh pada sikap, adanya pengaruh pada sikap atau tindakan komunikan
sebagai akibat pesan yang disampaikan oleh komunikator.
d. Terjalinnya hubungan sosial yang semakin baik sebagai dampak pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
e. Adanya tindakan nyata dari komunikan sebagaimana dikehendaki Komunikator
3. Merancang Materi Pembicaraan di Depan Umum
Paling tidak ada lima hal yang perlu dipersiapkan sebagai materi pembicaraan
di depan publik, yaitu:
201
4

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

a. Topik (topik), pokok atau subjek pembicaraan, seharusnya dipilih berdasarkan


pertimbangan karena menarik minat dan perhatian (baik pendengar maupun
pembicara), dibutuhkan, atau sesuai dengan permintaan
b. Tujuan umum (general purpose), tujuan khusus (specific purpose), dan ide
sentral (central idea) tujuan umum suatu pembicaraan antara lain menyampaikan
informasi, membujuk, meyakinkan, atau memberi instruksi kepada pendengar;
tujuan khusus tergantung dari tujuan umum; dan ide sentral adalah inti dari
pembicaraan, biasanya dikemas hanya dalam satu kalimat yang mudah diserap
dan diingat oleh pendengar.
c. Pendahuluan (introduction) tambahan bekerja sebagai pengantar kearah pokok
pembicaraan atau permasalahan yang akan dibahas dan sebagai upaya
mempersiapkan mental pendengar. Pada bagian tambahan ini, rebutlah
perhatian pendengar Anda dan buat mereka untuk selalau ingin mendengar
sampai kalimat terakhir dari pembicaraan Anda. Jadi, pembicara harus dapat
memberikan kesan pertama (first impression) yang baik kepada pendengar.
d. Batang tubuh (body), Batang tubuh pembicaraan hendaknya dibagi menjadi dua
atau tiga bagian utama yang akan menjelaskan atau membuktikan ide sentral.
e. Kesimpulan/penutup (conclusion), kesimpulan merupakan ringkasan dari butirbutir utama dan bisa jadi merupakan seruan terkahir kepada pendengar, meminta
pendengar

memperhatikan

sepatutnya. Kesimpulan

secara

bukanlah

khusus

dan

rangkuman

melakukan
dari

tindakan

semua

bagian

pembicaraan. Kesimpulan harus singkat, sederhana, tidak berbelit-belit, tidak


mengemukaan fakta baru, dan dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi
pesan yang mengesankan pendengar.
4. Teknik Berbicara di Depan Umum dan Presentasi
Menurut

beberapa

pakar public

speaking,

seorang

pembicara

publik

perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini:


a. Pendekatan dan Permulaan
Begitu Anda berdiri di depan mimbar (di depan pendengar), pergunakan
waktu sejenak dengan sangat tenang (untuk menatap sekilas semua pendengar
dan mungkin untuk menempatkan catatan/bahan), lalu untuk menyampaikan
kalimat pertama yang meyakinkan untuk diucapkan. Ada beberapa pilihan cara
memulai pembicaraan, tergantung suasana pendengar Anda. Misalnya, bisa
dengan mengajukan pertanyaan, bisa dengan menyampaikan cerita singkat atau
pengalaman, yang nanti ada kaitan dengan materi pembicaraan, bisa dengan
sebuah permainan, atau langsung dengan mengutarakan gambaran umum
tentang materi pembicaraan.
b. Mengatasi Kegugupan di Depan Panggung

201
4

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Gugup dan demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap
pembicara di depan umum, bahkan pembicara terbaik pun pernah mengalami
gugup atau demam panggung pada saat mereka pertama kali berbicara di depan
umum. Rasa gugup dan demam panggung hanya bisa diatasi dengan banyakbanyak berlatih.
c. Membuat Ketertarikan Pendengar
Unsur penting yang membuat orang tertarik mendengarkan pembicara
adalah: hal-hal baru (materi pembicaraan menarik). Pembicaraan masuk akal;
jangan pernah minta maaf pada para pendengar sebab itu tidak menarik (jadi
pandanglah bahwa pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan Anda);
Segar, aktual, dan kadang-kadang diselingi humor.
d. Menjaga Ketepatan Berbicara, Kejernihan, dan Volume Suara
Ucapkan kata-kata Anda dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup
kuat agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan jelas. Bicara
secara tepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat-memudahkan pendengar
menerima ide Anda. Suara Anda harus terdengar mengasikkan (expressiveness)
seperti halnya jika Anda berbicara kepada sahabat karib Anda.
e. Mepercayai Kemampuan Sendiri
Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang
Anda miliki untuk maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan keahlian
dan pelatihan.
f.

Memperbanyak Perbendaharaan Kata-Kata


Penguasaan perbendaharaan kata-kata dan pemilihan kata-kata yang tepat
akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan berbicara. Isi pembicaraan bertambah variatif sehingga tidak membosankan.

g. Memberi Tekanan Dalam Pembicaraan dan Bersemangat (Antusias)


Semua gerakan Anda: mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara harus
Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan penuh semangat. Anda harus
selalu

tampak

penuh

perhatian

dalam

mengkomunikasikan

ide

Anda.

Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara
setengah-setengah, khawatir, apalagi dengan mulut setengah terbuka. Cara
bicara yang tepat adalah dengan suara yang bulat dan penekanan yang baik.
h. Tepat waktu
Berhentilah berbicara sebelum pendengar mengharapkan Anda untuk
segera berhenti berbicara atau turun dari panggung. Tepatilah waktu yang telah
ditetapkan.
i.
201
4

Memiliki Kelancaran Berbicara dan Rasa Humor


Bahasa Indonesia Modul 7
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai, rileks,
dan tidak kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif harus ada sedikit
unsur humor, yaitu sesuatu yang lucu atau menggelikan hati sehingga dapat
menimbulkan tertawa.
j.

Berbicara Dengan Menyenangkan dan Wajar


Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit. Jika mulut Anda berbusa
atau Anda berkeringat dan Anda harus mengelapnya, gunakanlah saputangan,
itu untuk menjaga agar Anda tetap berbicara dengan menyenangkan. Kemudian,
Anda harus bersikap wajar atau tidak berlebihan dalam menyampaikan kata-kata
atau informasi. Hal yang juga penting, pada umumnya pendengar menginginkan
seseorang berbicara dengan jelas, sederhana, dan nyata. Mereka tidak
menyukai kata-kata yang tidak jelas artinya.

k. Menggerakkan Tubuh Secara Alami


Gerakan tubuh, apabila dilakukan dengan baik dan sesuai atau alami akan
melipatgandakan

kemampuan

pembicara

karena

lebih

menarik

untuk

dipandang. Gerakan tubuh adalah bahasa nonverbal. Untuk penyampaian pikiran


dan perasan tertentu, gerakan tubuh jauh berarti dari kata-kata.
l.

Memakai Pakaian yang Sopan


Pepatah

mengatakan

bahwa

pakaian

mencerminkan

kepribadian

seseorang. Pendengar akan menaruh hormat (respect) terhadap pembicara yang


memakai pakaian yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat pingang, sepatu,
dasi, dan sebagainya.
m. Penutupan dan Pengakhiran
Setelah panjang lebar menyampaikan poin-poin penting, berhenti sejenak
(pergunakan transisi yang tepat), lalu mungkin mengatakan, "sekarang saya
sampai pada kesimpulan" atau "Apakah di antara Anda (masih) ada yang
pertanyaan?", jangan lupa kata-kata terakhir "Terima kasih". Kemudian
meninggalkan mimbar dengan senyuman manis.
5. Tanggung Jawab Pembicara Publik
Pembicara yang sedang berbicara di depan umum memiliki sejumlah tanggung
jawab bahwa ia harus menerima sebagai seorang yang berhati-hati, bersungguhsungguh, adil, dan teliti. Terkait dengan ini, beberapa hal harus diperhatikan
pembicara publik, yaitu:
a. Pembicara memiliki etika yang baik dengan tidak menyampaikan kebohongan
dan memutarbalikkan informasi, serta menghormati pendengar.
b. Pembicara hendaknya menghidari mengejek atau menyudutkan kelompok
tertentu.
201
4

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

c. Pendengar sudah memberi waktu (dan mungkin uang) untuk mendengarkan


Anda maka pembicara harus memberi apa yang dibutuhkan pendengar. Anda
harus

berupaya

memberikan

informasi

yang

menakjubkan

yang

akan

memuaskan keingintahuan intelektual pendengar, atau Anda mungkin akan


menghibur dengan beberapa anekdot yang menyegarkan dan mengalihkan
mereka dari kerja keras sehari-hari maka semua pesan Anda merupakan hadiah
yang berguna bagi pendengar
d. Pembicara yang baik akan melakukan yang terbaik.
6. Lima Kesalahan Besar Selaku Pembicara
Menurut Hamilton Gregory, dalam suatu survey yang dilakukan terhadap 64
pebisnis dan professional yang diminta menyebutkan kesalahan yang paling besar
yang dilakukan oleh pembicara di depan umum (public speaking) di Amerika Serikat,
tercatat sebagai berikut:
a. Kesalahan dalam menyiapkan bahan pembicaraan yang sesuai dengan
b.
c.
d.
e.

kebutuhan dan keinginan pendengar.


Kekurangan dalam persiapan.
Penyampaian materi pembicaraan yang terlalu banyak.
Kesalahan dalam memelihara kontak mata (contact eye).
Pembicaraan yang tumpul.

E. Berbicara untuk Seminar


1. Pengertian
Berbicara untuk keperluan seminar adalah satu bentuk wicara yang melibatkan
banyak pendengar atau audiensi. Secara garis besar, kegiatan berbicara dapat
dibagi dua atau dua pilihan yaitu pertama berbicara di depan umum pada
masyarakat (public speaking) atau berbicara individual dan kedua berbicara pada
konferensi (conference speakning) atau berbicara kelompok yang meliputi: (1)
Seminar kelompok baik formal maupun tidak formal; (2) prosedur parlementer; dan
(3) debat. (Tarigan, 1986: 22-23).
Dalam subbab ini membahas mengenai salah satu dari kegiatan ilmiah yang
berwujud seminar kelompok ilmiah atau formal misalnya seminar, simposium,
lokakarya, dan panel. Seminar merupakan satu bentuk tukar pikiran, satu bentuk
pembicaraan secara teratur, dan terarah. Seminar dapat pula diartikan suatu proses
tutur dalam bentuk yang diawali dengan penyampaian materi oleh si pembicara dan
dilanjutkan dengan isi tanya jawab. Selain itu seminar dapat dimaknai sebagai salah
satu cara untuk memecahklan suatu masalah atau topik yang sedang hangat
dibicarakan dalam suatu masa atau waktu (Tarigan, 1986: 36). Secara khusus,
seminar dapat dimaknai sebagai pembicaraan antara pembicara dengan peserta
(pendengar) dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau
keputusan bersama mengenai suatu masalah. Selain itu, seminar dapat dimaknai

201
4

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

dengan pertemuan ilmiah membahas suatu masalah. (Depdikbud, 1996). Jadi secara
umum. Seminar sering diartikan sebagai bentuk tukar pikiran dalam musyawarah
yang direncanakan atau dipersiapkan antara dua orang atau lebih tentang topik
tertentu dengan seorang pemimpin (Tarigan, 1987:128).
Seminar sering juga disebut sebagai percakapan terpimpin (istilah yang
terdapat dalam kelompok besar). Yang perlu diingat ialah kelompok bukan hanya
merupakan penjumlahan individu yang berada dalam suatu ruangan. Setiap individu
dalam kelompok menyadari ketergantungan mereka dalam usaha mencapai tujuan
bersama. Oleh sebab itu, dalam seminar kelompok

setiap individu hendaknya

menyadari adanya tujuan bersama itu sehingga timbul kesadaran: sikap saling
menghargai, menghormati pendapat orang lain, dan menjaga ketertiban bersama.
Setiap peserta seminar hendaknya mempunyai sikap kerjasama dan menyadari
bahwa dirinya merupakan anggota peserta seminar sehingga permusuhan yang
tidak sehat dapat dihindari. Selain itu, dalam seminar setiap peserta bebas
mengemukakan pendapat sehingga problema menjadi menarik.
Seminar formal memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (a) Unsur manusia (1)
pemimpin/moderator, regulator, dan koordinator. (2) peserta mengambil bagian
wicara/pembicara atau pemasaran, dan (3) pendengar/public/umum/audience, (b)
unsur materi: harus ada masalah/topic atau tema pembicaraan; dan (c) unsur
fasilitas: ruangan, meja kursi, alat audiovisual, papan tulis, kertas. Yang terpenting
ialah menciptakan suasana seminar. (Parera, 1984:190)
Pembicara yang efektif akan menyadari bahwa komunikasi merupakan sesuatu
yang intelektual dan emosional. Menyusun ide-ide merupakan bagian dari kegiatan
tersebut.
2. Persiapan Sebelum Berbicara di Seminar
Jika Anda mengetahui apa yang ingin disampaikan, Anda perlu untuk meperkuat
materi-materi ke dalam satu bentuk pesan yang mengandung arti. Jangan
menganggap bahwa pesan dengan sendirinya akan mampu memberikan penjelasan.
Kemampuan

pendengaran

audiensi

terhadap

informasi

tergantung

yang

disampaikan melalui cara-cara yang berbeda tergantung pada tingkat pengetahuan


dan presentasi yang disampaikan.
Audiensi dituntut untuk memiliki beberapa pertanyaan dasar yang perlu dijawab
berdasarkan permasalahan yang dibahas yaitu:
a. Mengapa audiensi harus memperhatikan pembicara padahal mereka dapat
melakukan hal-hal yang lebih menarik.
b. Ketika audiensi mendengarkan presentasi, mengapa mereka harus peduli
dengan permasalahan tersebut?
c. Audiensi sependapat dengan signifikansi topik, tetapi terhadap ide-ide tersebut?
d. Jika audiensi telah merasa yakin, apa yang diinginkan oleh pembicara dari
mereka?
201
4

10

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

3. Susun Presentasi Secara Jelas


a. Prioritaskan topik dan alokasikan waktu secara cerpat.
b. Fokuskan hanya pada 3,5 poin utama.
c. Miliki pola pemikiran yang baik (contoh: masalah/solusi. kronologis, sebab akibat,
d.
e.
f.
g.

berdasarkan topik).
Gunakan transisi untuk pindah secara halus dari satu poin ke poin lainnya.
Gunakan contoh, statistik, pendapat ahli, dan anekdot.
Susun sesuai keperluan telinga bukan untuk mata.
Gunakan kata-kata sederhana, kalimat sederhana, tanda baca, pengulangan,

h.
i.
j.
k.

gambar, dan bahasa pribadi (Anda dan Saya)


Buat satu kesimpulan yang efektif
Simpulkan, susun gambar akhir, dan persiapkan penutup
Jangan akhiri dengan susuatu yang lemah, jangan gunakan frasa-frasa usang.
Jangan hanya menghasilkan data atau hasil kesimpulan semata dan

l.

membiarkan audiensi membuat kesimpulan sendiri.


Anda telah memilki waktu yang lebih banyak untuk mengolah informasi
dibandingkan dengan audiensi; bagi pandangan dan pemahaman Anda dengan
audiensi dan sampaikan kepada mereka apa yang telah Anda simpulkan dari

pekerjaan yang yang telah Anda lakukan.


m. Bicara secara spontan, seperti dialog dan antusias.
n. Gunakan frasa-frsa kunci yang terdapat dalam catatan Anda sehingga tidak perlu
membaca. Gunakan LCD/infokus/laptop, daripada catatan.
4. Seminar yang efektif
Seminar merupakan pertemuan untuk pertukaran ide dalam bidang tertentu. Layak
dicatat bahwa pertukaran ide berarti memberi dan menerima secara berbalasan.
Dengan dengan kata lain, Seminar harus memberi manfaat baik bagi penyaji
maupun

pendengarnya.

Namun,

hal

ini

hanya

akan

terjadi

bila

peserta

mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan sangat bergantung
pada topik ilmiah dan teknik penyajian.
5. Penyaji yang efektif
Menjadi penyaji yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Definisi-definisi berikut
ini penting, sehingga mungkin baik bila dapat dihafalkan. Kriteria berikut ini berlaku
bagi semua pembicara umum, tanpa menghiraukan pengalaman maupun profesi
mereka. Penyaji efektif adalah seorang yang:
a. Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang menimbulkan rasa
hormat.
b. Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan disampaikan, mempunyai
tujuan jelas dalam menyampaikan pesan, merasa tanggung jawab bahwa pesan
dapat disampaikan dan telah menyelesaikan tujuan tersebut.
c. Menyadari bahwa tujuan utama penyajian tersebut adalah komunikasi ide dan
perasaan untuk memperoleh respon yang diinginkan.
d. Mampu menganalisis dan menyesuaikan dengan setiap situasi penyajian.
e. Mampu memilih topik yang jelas dan layak saji.

201
4

11

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

f.

Mampu membaca dan mendengarkan berbagai perbedaaan tidak membuta


menerima saran ataapun keras kepala selalu menolak pertimbangan yang

berlawanan dengan idenya.


g. Mampu menjaga fakta dan pendapat melalui penyelidikan yang rinci dan
pemikiran yang hati-hati sehingga penyajian, baik dalam forum terbatas maupun
umum, bernilai bagi pendengarnya.
h. Mampu memilih dan mengatur bahan-bahan sehingga membenuk suatu
i.

penggabungan yang saling terkait.


Mampu menggunakan bahasa yang jelas, langsung, layak dan nyata.

F. Berbicara dalam Situasi Formal


Berbicara dalam situasi formal, tidaklah semudah yang dibayangkan orang,
walaupun secara alamiah setiap orang mampu berbicara. Namun, berbicara secara
formal atau dalam situasi resmi sering meninggalkan kegugupan sehingga gagasan
yang dikemukakan tidak teratur dan akhirnya bahasanya pun menjadi tidak teratur.
Bahkan ada yang tidak berani berbicara sama sekali. Berbicara dalam situasi yang
formal memerlukan persiapan dan menuntut keterampilan. Kemampuan ini tidak dapat
hanya dicapai begitu saja, tetapi menuntut bimbingan dan latihan yang intensif. Dalam
kegiatan berbicara formal, persiapan ini sangat penting.
Aspek-aspek penggunaan bahasa ketika berbicara dalam situasi formal:
1. Menggunakan bahasa baku (standard), maksudnya bahasa yang digunakan harus
sesuai dengan bahasa yang telah umum dipakai orang (audiensi).
2. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan
audiensi, maksudnya seorang pembicara harus membedakan siapa teman bicara
atau audiensi sehingga bahasa yang digunakan pun disesuaikan agar mudah
3.
4.
5.
6.

dipahami.
Menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan pendengar atau audiensi.
Menggunakan bahasa yang efektif.
Menggunakan istilah yang relevan dengan topik yang dibahas.
Memperhatikan informasi atau pesan yang benar dan bermanfaat bagi pendengar
atau audiensi.

G. Presentasi Ilmiah
1. Pengertian
Presentasi Ilmiah adalah penyajian karya tulis atau karya ilmiah seseorang di depan
forum undangan atau peserta. Kehadiran peserta atau undangan untuk mengikuti
penyajian tersebut secara aktif dengan lisan dalam waktu yang tersedia. Agar
presentasi itu dapat berjalan secara efektif, ada beberapa kiat yang perlu
dipertimbangkan sebagai berikut:
a. Menarik minat dan perhatian peserta,
b. Mengarahkan perhatian peserta,
c. Mempertahankan minat dan perhatian peserta,
d. Menjaga kefokusan masalah yang tetap,
e. Menjaga etika dan kode etik presentasi.
201
4

12

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Dalam usaha menarik minat dan perhatian peserta, seorang penyaji dapat
menggunakan media yang menarik, baik audio maupun visual. Media yang
dimaksudkan itu antara lain adalah gambar dengan warna yang menarik, ilustrasi
yang beragam, anekdot yang ringan, serta demosntrasi sederhana. Di samping itu,
diperlukan pula suara yang cukup keras serta penampilan makalah yang
menyenangkan hati.
Perhatian peserta

dapat

diarahkan

pada

fokus pembicaraan

dengan

memanfaatkan latar belakang peserta. Dalam hal ini, penyaji memperkenalkan


secara resmi siapa saja yang hadir menjadi peserta seminar atau presentasi itu.
Usaha untuk mempertahankan minat peserta untuk terus berada dalam ruang
diskusi antara lain adalah bahwa penyaji selalu menjaga agar suara tidak monoton
dan berusaha agar suara selalu jelas terdengar. Dalam hal ini, penggunaan
multimedia sangat membantu kita dalam presentasi.
Kefokusan masalah dapat dijaga dengan cara mempertahankan alur
presentasi. Penyaji secara terus terang menyatakan fokus pembicaraan dan menaati
bahan yang telah disiapkan. Penyaji memberikan penjelasan secara singkat dan
padat tentang isi sajian dengan mengemukakan butir-butir permasalahan. Etika
dalam pelaksanaan presentasi sangat penting. Hal ini dapat terwujud dengan tidak
menyinggung perasaan orang lain.
2. Tata Tertib dan Etika Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah merupakan wahana bagi ilmuwan dan akademi dari berbagai
disiplin ilmu untuk saling bertukar pendapat atau informasi sebagai hasil penelitian.
Dalam forum itu diperlukan berbagai unsur. Unsur yang harus ada dalam presentasi
ilmiah itu adalah:
a. Penyaji/pemakalah, berfungsi sebagai orang yang menyampaikan isi makalah,
b. Pemandu/moderator, berfungsi sebagai pengatur jalannya presentasi atau
diskusi, termasuk penentu waktu yang disediakan untuk presentasi itu.
c. Pencatat/notulis berfungsi sebagai orang yang menghimpun segala komentar,
saran, dan pertanyaan dalam buku yang dijadikan dokumen bagi presentasi itu.
d. Peserta berkewajiban menyimak presentasi itu dan memberi tanggapan yang
baik.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hal etika adalah kejujuran. Setiap orang
wajib bersikap terbuka dalam segala hal yang menyangkut informasi yang disajikan.
Jika data itu diambil dari suatu sumber, penyaji harus mengaku secara terbuka
bahwa data itu diambil dari sumber tersebut.
3. Penyajian Bahan Presentasi
Dalam hal teknologi informasi sekarang ini, presentasi ilmiah agar lebih efektif
menggunakan, multimedia, alasannya adalah:
a. Presentasi akan menjadi menarik karena penyaji dapat membuat berbagai
variasi yang menarik, termasuk membuat animasi.

201
4

13

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

b. Penyaji dapat menghemat waktu karena penyaji tidak perlu menulis di papan tulis
c.
d.
e.
f.
g.

atau menulis di kertas.


Penyaji dapat mengoreksi bahan sewaktu-waktu jika hal itu diperlukan.
Penyaji dapat memberikan penekanan pada butir yang dikehendaki.
Penyaji dapat menyalin atau mengopi file presentasi jika memerlukannya.
Penyaji dapat membawa bahan dalam flasdisk.
Bahan presentasi dapat sangat ringan, yang sekaligus membantu peserta
menangkap esensi bahan yang dibahas.
Agar manfaat multimedia dapat dinikmati, presentasi multimedeia perlu

disiapkan dengan baik. Dalam menyiapkan presentasi multimedia, langkah-langkah


yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tentukan butir-butir terpenting dari bahan yang dibahas. Penyebutan butir-butir
presentasi hendaknya tidak terlalu singkat, tetapi tidak boleh terlalu elaborative
karena elaborasi akan disajikan secara lisan oleh penyaji.
b. Atur butir-butir tersebut agar alur penyajian runtut.
c. Ungkapkan kerangka pikir makalah yang akan disajikan dalam diagram atau
bagan untuk menunjukan alur penalaran.
d. Tuliskan semua dalam bingkai powerpoint dengan ukuran huruf atau ukuran
gambar yang memadai.
e. Pilih rancangan slide yang cocok termasuk kekontrasan warna dan animasi.
f. Lakukan uji coba tayangan untuk memastikan bahwa semua bahan yang
disajikan dalam slide dapat terbaca oleh peserta dalam ruangan yang tersedia.
Cetak bahan untuk pegangan dalam penyajian.
4. Pelaksanaan Presentasi
Kegiatan presentasi ilmiah pada intinya adalah mengkomunikasikan bahan ilmiah
kepada peserta forum ilmiah. Dalam hal ini, berlaku beberapa prinsip komunikasi
sebagai berikut.
a. Mengurangi ganggunan komunikasi secara antisipasif.
1) Memastikan kecukupan pencahayaan dan ruang gerak.
2) Memperhatikan tingkat kapasitas peserta ketika memilih bahasa dan media.
3) Menghindari kemungkinan multitafsir ungkapan yang dipilih.
4) Berpikir positif tentang peserta.
5) Membuat peserta nyaman, merasa berterima, dihormati, dan dihargai.
6) Mempertimbangkan budaya peserta.
7) Bersikap terbuka terhadap sikap dan pendapat orang lain yang berbeda.
8) Memastikan bahwa pakaian yang akan dipakai tepat pilihan dari segi situasi
formal dalam budaya yang ada.
b. Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi.
1) Penyaji memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh semua peserta.
2) Penyaji memastikan bahwa penyaji dapat melihat semua peserta.
3) Penyaji berusaha untuk menjadi penyimak atau pendengar yang baik.
4) Penyaji memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya, cari klarifikasi,
dan lain-lain.
5) Penyaji mendorong peserta untuk aktif terlibat dalam presentasi.
6) Penyaji merespon peserta pada kebutuhan peserta tersebut.
7) Penyaji menggunakan media yang menarik dan efektif.

201
4

14

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka
Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung: Erlangga.
Keraf. Gorys. 1993. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

201
4

15

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

201
4

16

Bahasa Indonesia Modul 7


Supriyadi, S.Pd., M.Pd.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai