Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah

Public Speaking & Personal Skill

Oleh:

Anindya Allisya 0802516019


Firdha Naura Tenri Awaru 0802516072
Irdani Hawari Muhammad 0802516090
Niqita Rizki Islami Nento 0802516149

Disusun untuk Melengkapi Nilai Tugas

PEMINATAN STRATEGIC MARKETING PUBLIC RELATIONS


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
JAKARTA
2019
LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN PIDATO

A. Meneliti Masalah
1. Penentuan maksud Pidato
Pidato merupakan salah satu bentuk kegiatan berbicara yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap ada acara, baik acara formal maupun informal selalu ada
kegiatan berpidato, dari pidato sambutan sampai pada pidato ilmiah. Keterampilan
berpidato tidak begitu saja dapat dimiliki oleh seseorang. Tetapi memerlukan latihan yang
cukup, kecuali bagi mereka yang memang memiliki bakat dan keahlian khusus.
Dalam hal ini langkah-langkah persiapan pidato adalah mutlak dan penting. Persiapan
tersebut meliputi 2 syarat pokok, yaitu :

a. Kesehatan. Kesehatan badan, tentu meliputi jasmani dan rohani. Orang yang ingin
menjadi orator dan yang ingin berpidato harus memperhatikan kesehatannya
b. Kesiapan ilmu. Kesiapan ilmu meiputi Bahasa dan pengetahuan yang lain.
Menurut Hadinegoro (2003:1) pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-
kata yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak, dengan maksud agar para
pendengar dapat mengetahui, memahami, menerima serta diharapkan bersedia
melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan kepada mereka (hadinegoro, 2003:1).
Fungsi pidato antara lain :
a. Memberikan informasi (to inform)
b. Menghibur (to entertain)
c. Membujuk (to persuade)
d. Menarik perhatian (to interest)
e. Meyakinkan (to convince)
f. Memreringatkan (to warn)
g. Membentuk kesan (to impress)
h. Memberikan intruksi (to instruct)
i. Membangun semangat (to arouse)
j. Menggerakkan massa (to more)
k. Dan lain-lain
2. Menganalisis pendengar dan suasana
Menganalisis pendengar adalah objek kita dalam berpidato, tetapi juga merupakan
subjek yang harus menafsirkan gagasan-gagasan yang kita sampaikan. Maka wajar kita
mengenal tentang apa dan siapa mereka. Dengan mengenal siapa mereka kita akan mudah
dan lancar untuk berkomunikasi dengan mereka, sehingga mudah juga bagi mereka untuk
menerima apa yang kita maksudkan dalam pidato. Kesalahan dalam menganalisis audience
akan berpengaruh besar saat kita berpidato nantinya. Perasaan yang harus kita perhatikan
bukan kemampuan kita pribadi (apakah kita kesulitan dalam memahami materi, apakah
kita terlalu mudah dalam membuat pidato dsb), namun kemampuan mereka, penonton.
Inilah yang susah. Karena itu, untuk mengenal lebih dekat mereka, kita harus mengenal
hal-hal umum dan hal-hal yang khusus dari mereka. Hal umum meliputi:
a. Jumlah. Kita harus mengetahui berapa jumlah audiens agar kita sebagai komunikator
tahu apa yang akan dilakukan. Upayakan sebagai “public speaker” kita berbicara lebih
jelas dan merasakan apa yang mereka rasakan. Namun kita perlu memperhatikan
jumlah audiens agar sebanding dengan besar dan luasnya gedung.
b. Usia. Kita harus mengetahui usia audiens yang akan mendengar kita agar bisa
menyesuaikan komunikasi dengan usia audiens. Karena usia setiap audiens memiliki
keterbatasan masing-masing. Oleh karena itu kita harus sudah menyiapkan dan
merencanakan bagaimana sikap kita kepada audiens.
c. Jenis kelamin. Bila kita berhadapan dengan ibu-ibu, berbicaralah tidak langsung pada
hal-hal yang rumit. Sehingga nampak diwajah mereka bahwa kita diterima
dilingkungannya. Lain halnya dengan kaum pria, berbicaralah langsung pada pokok
permasalahan.
d. Pekerjaan. Pekerjaan setiap audiens juga perlu kita kenal, agar tidak ada kesalah
pahaman topik yang akan dibicarakan.
e. Pendidikan. Bedakan berhadapan dengan para ilmuan dengan murit SMU.
f. Agama. Sebagai public speaker, lebih awal mengetahui siapa saja audiens agar kita
tahu perlu diberi “salam” atau cukup “disapa”.
g. Adat dan Budaya. Dinegara kita yang beragam adat dan budaya, tegur sapa kepada
public lebih diutamakan. Bukan berbicara langsung kepada masalah.
3. Memilih dan menyempitkan topik
Thompson (dalam Rachmat, 1999: 20-23) mengemukakan susunan sumber topic yang
dapat dipakai dalam persiapan pidato, yaitu :
a. Pengalaman pribadi. Contoh : wawancara dengan tokoh
b. Hobby dan keterampilan. Contoh : cara melakukan sesuatu
c. Pengalaman pekerjaan atau profesi. Contoh : pekerjaan tambahan, profesi keluarga
d. Pelajaran kuliah atau sekolah. Contoh : hasil-hasil penelitian
e. Pendapat Pribadi. Contoh : hasil pengamatan pribadi
f. Peristiwa hangat dan pembicaraan public. contoh : berita radio dan televise maupun
media sosial
g. Masalah abadi. Contoh : agama, pendidikan, problem pribadi
h. Kilasan biografi. Contoh : orang-orang terkenal
i. Kejadian khusus. Contoh : perayaan atau peringatan
j. Minat khalayak. Contoh : pekerjaan, hobby

Topik-topik tersebut dapat dipilih sesuai dengan tujuan pidato yang akan disampaikan.
Untuk mendapat topik yang baik dalam pidato, ada beberapa kriteria atau pedoman yang
harus diperhatikan dalam memilihnya. Berikut ini ditemukan beberapa kriteria yang dapat
diacu dalam pemilihan topic tersebut.

a. Topic harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda


b. Topic yang pling baik adalah topic yang memberikan kemungkinan anda lebih tahu
daripada khalayak. Anda lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar.
c. Topic harus menarik minat anda
d. Topik yang paling enak dibicarakan adalah topic yang paling anda senangi dan
menyentuh perasaan anda.
e. Topic harus menarik minat pendengar
f. Topic harus sesuai dengan pengetahuan pendengar
g. Topic harus terang ruang lingkup dan pembatasannya
h. Topic harus sesuai dengan waktu dan situasi
i. Topic harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain
Sementara itu, Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S (1991:57) mengungkapkan bahwa
dalam hal penentuan pokok atau topic pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato,
perlu memperhatikan hal-hal berikut:

a. Topik yang dipilih hendaknya serba sedikit sudah diketahui dan memungkinkan untuk
melengkapinya
b. Persoalan yang disampaikan hendaknya menarik perhatian bagi pembicara sendiri
c. Persoalan yang disampaikan hendaknya juga menarik perhatian pendengar
d. Tingkat kesulitan persoalan yang akan dibahas hendaknya disesuaikan dengan tingkat
kemampuan pendengar
e. Persoalan yang disampaikan hendaknya dapat diselesaikan dalam waktu yang
disediakan.

B. Mengumpulkan Bahan
4. Mengumpulkan Bahan
Persiapan selanjutnya ialah mencari materi atau materi dari pidato. Persiapan ini
dilakukan apabila pokok pembicaraan dalam pidato teiah diperoleh. Pembicara sanggup
mengumpulkan materi yang sesuai dengan pokak masalah yang akan disampaikan melalui
banyak cara, di antaranya yaitu:
a. Dengan membaca buku surat kabar, Internet, majalah dan sumber-sumber lainnya
yang sesuai dengan pokok masalah yang akan dibicarakan dalam pidato. Langkah ini
dilakukan apabila masalah banyak bekerjasama dengan teori-teori dalam buku, atau
naskah yang banyak dibicarakan di media massa
b. Dengan mewawancarai atau bertanya pada orang yang mengetahui atau lebih
mengetahui atau mempunyai pengalaman wacana pokok masalah yang akan
dibicarakan. Misalnya apabila pokok materi yang akan dibicarakan dalam pidato
bekerjasama dengan teori-teori, maka pembicara sanggup bertanya kepada para pakar
atau profesor yang sangat menguasai wacana masalah yang ditanyakan. Tetapi pada
umumnya cara ini jarang dilakukan alasannya pada dikala ini para pembicara ialah
orang-orang yang benar-benar menguasai materi yang dibicarakan dalam pidato. Atau
panitia suatu program pada umumnya sudah mengundang pembicara yang benar-
benar menguasai materi yangakan dibicarakan.
c. Dengan mengingat-ingat pengalamannya sendiri. Cara mencari materi ibarat inilah
yang gampang untuk dilakukan, pembicara hanya perlu mengingat-ngingat
pengalaman apa yang pernah diaiami sehubungan dengan materi naskah pidato.

5. Membuat Kerangka (outline)


Penyusunan naskah pidato ini bergantung pada teknik pidato yang akan dilakukan.
Apabila pidato dilakukan dengan membaca naskah pembicara tidak perlu menyusun
kerangka materi pidato. Yang diharapkan hanyalah menguraikan bahan-bahan yang telah
di sanggup secara jelas, tetapi harus tetap memperhatikan urutan dari materi yang akan
disampaikan semoga pendengar bisa atau sanggup memahaminya.
Sedangkan jikalau pembicara ingin menghafalkan materi pidato, sebaiknya bahan-
bahan yang didapat diuraikan secara ringkas dan terperinci serta gampang untuk
dihafalkan. Tetapi meskipun materi disusun secara singkat, masih harus tetap
memperhatikan kejelasan materi yang akan disampaikan. Jika pembicara ingin
memberikan pidatonya secara spontanitas. Pembicara hanya perlu membaca bahan-bahan
yang diharapkan sehingga pada dikala pembicara memberikan pidatonya tidak akan terjadi
penyimpangan dari materi yang telah ditetapkan. Pembicara yang ingin menyusun
kerangka materi pidato cukup hanya menulis secara garis besar bahan-bahan yang telah
diperoleh secara berurutan. Sedangkan untuk pengembangan materi, pembicara sanggup
melakukannya secara spontanitas. Tetapi meskipun demikian, pembicara juga perlu
membaca bahan-bahan yang telah dikumpulkan guna memperluas materi yang akan
disampaikan nanti pada dikala berpidato.

6. Menguraikan Isi Secara Terperinci


Bagian isi adalah bagian inti dari suatu pidato. Pada bagian ini, paparan dari pembicara
menduduki persentase yang paling banyak. Pembicara akan menguraikan secara rinci dan
panjang lebar inti materi yang akan disampaikan kepada hadirin. Agar isi pidato dapat
dengan mudah ditangkap isinya oleh pendengar, pembicara dapat menggunakan
penanda, “pertama…. , ” “kedua …..”, ketiga …..” dan seterusnya. Penanda-penanda
seperti itu juga akan memudahkan penulis dalam menyusun gagasan teks pidato.

C. Latihan Oral
7. Berlatih dengan Suara Nyaring

Dalam berpidato, suara yang nyaring sangat dibutuhkan. Kita tidak boleh membaca
dengan suara seperti berbisik apalagi membaca dalam hati. Setiap kata dan huruf harus
dilafalkan dengan jelas. Selain itu, Artikulasi juga harus jelas. Lafal adalah cara
seseorang atau sekelompok orang mengucapkan bunyi bahasa. Jika huruf /f/, /p/, dan /v/
dan vokal (a, i, u,e, o) sudah jelas artikulasinya, maka kata pun pasti terdengar jelas. Hal
ini dilakukan agar pendengar bisa menyimak dengan baik dan mengerti gagasan yang kita
sampaikan. Selain itu, vokal dan intonasi pada hal ini sangat berpengaruh, agar
pendengar tidak bosan. Kita harus bisa mengolah vokal dengan baik, agar pidato yang
disampaikan memiliki daya tarik tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai