Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah karangan ilmiah tidak mungkin baik bila paragraf-paragraf penyusunnya tidak
baik. Sama halnya dengan paragraf, tidak mungkin menjadi paragraf yang baik bila kalimatkalimat penyusunnya juga tidak baik. Demikian juga dengan kalimat, tidak mungkin diperoleh
kalimat yang baik bila kata-kata penyusunnya tidak tepat dan tidak sesuai. Berkaitan dengan
paragraf, berikut ini kami akan membahas pengertian paragraf, asas-asas paragraf, syarat-syarat
paragraf, fungsi paragraf, dan teknik pengembangan paragraf..
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Paragraf?
2. Asa-asas Paragraf?
3. Syarat-syarat Paragraf?
4. Fungsi-fungsi Paraghraf?
5. Teknik pengembangan Paragraf?
1.3 Tujuan
I. Mengetahui pengertian Paragraf.
II. Mengetahui asas-asas paragraf yang baik.
III. Mengetahui Syarat-syarat Paragraf.
IV. Mengetahui fungsi-fungsi Paragraf.
V. Mengetahui teknik untuk mengembangkan Paragraf.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Paragraf
Kita sering mendengar istilah paragraf, Bahkan kita sering pula menggunakannya. Namun bila
kita ditanya apakah paragraf itu, kita akan sulit untuk memberikan jawaban yang paling tepat.
Atau kalau kita dipaksa untuk memberikan jawaban, kemungkinan kita jawaban yang muncul
akan bervariasi. Kevariasian itu terjadi, sebab kemungkinan jawaban yang muncul itu bertolak
dari suatu tinjauan yang berbeda. Paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf diserap dalam
bahasa Indoensia dari bahasa Inggris paragraph, sedangkan alinea diserap dari bahasa Belanda
dengan ejaan yang sama. Kata alenia bahasa Belanda itu sendiri berasal dari bahasa latina lenia
yang berarti mulai dari baris baru. Adapun bahasa Inggris paragraph berasal dari bahasa Yunani
para yang berarti sebelum dan grafein yang berarti menulis; menggores. Pada mulanya
paragraf atau alenia tidak dituliskan terpisah dengan mulai garis baru seperti yang kita kenal
sekarang, tetapi dituliskan menyatu dalam sebuah teks dengan menggunakan tanda sebagai ciri

awal paragraf (Sakri 1992:1).


Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Paragraf
merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang memperlihatkan kesatuan pikiran atau kalimatkalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin
terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua
buah kalimat. Bahkan sering kita temukan sebuah paragraf terdiri atas lebih dari lima buah
kalimat. Meskipun paragraf terdiri atas beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu
yang membicarakan soal lain. Seluruh paragraf memperbincangkan satu masalah atau sekurangkurangnya bertalian erat dengan masalah itu (Arifin 1988:125). Jadi, paragraf adalah bagianbagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta
merupakan satu kesatuan pikiran. Berikut ini contoh sebuah paragraf:
Berdasarkan sarananya bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan lisan. Bahasa
tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak, berupa karangan, sedangkan bahasa lisan ialah
bahasa yang diucapkan atau dituturkan, berupa pidato atau percakapan. Dalam bahasa tulis
paragraf merupakan bagian dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari
suatu tuturan.
Paragraf tersebut terdiri atas tiga kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal bahasa tulis dan
lisan. Oleh karena itu, topik paragraf itu adalah masalah bahasa. Dalam tulisan-tulisan lain kita
juga akan menjumpai topik paragraf yang lain pula. Topik-topik paragraf adalah pikiran utama di
dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama.
Pikiran utama itulah yang menjadi pokok pembicaraan. Karena itu, pikiran utama disebut juga
gagasan pokok di dalam sebuah paragraf. Dengan demikian, apa yang menjadi pokok
pembicaraan dalam sebuah paragraf itulah topik paragraf.
2.2 Asas-asas Paragraf
Dalam mengelola paragraf yang baik perlu menerapkan enam asas yang berkenaan dengan
gagasan. Keenam asas tersebut lebih menyangkut tatanan dalam menyampaikan gagasan.
Keenam asas dalam menuangkan gagasan dalam paragraf, adalah sebagai berikut:
1) Kejelasan, berarti sifat tidak samar-samar sehingga tiap butir fakta dan pendapat yang
dikemukakan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca. Karangan tersebut mudah dipahami dan
tidak mungkin disalah tafsirkan.
2) Keringkasan, berarti karangan tersebut tidak pendek atau singkat, melainkan bahwa karangan
itu tidak berboros kata, tidak berlebih-lebihan dengan ungkapan, tidak mengulang-ulang butir ide
yang sama, tidak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan.
3) Ketepatan, artinya bahwa karangan dapat menyampaikan butir-butir pengetahuan kepada
pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti maksud penulis. Ketepatan juga meliputi
ketepatan menaati tata aturan tata bahasa, ejaan, dan tanda.
4) Kesatupaduan, Artinya bahwa segala sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar,
bergayutan dan relevan dalam satu gagasan pokok atau pikiran utama karangan.
5) Pertautan, atau koherensi, asas yang menghendaki agar ada saling kait antar kalimat dalam
paragraf dan antar paragraf. Pertautan menghendaki agar jangan sampai ada kata atau frasa yang
tidak jelas rujukannya.

6) Harkat, asas yang menghendaki karangan benar-benar berbobot, kita harus menerapkan
hukum DM dalam membangun paragraf, dengan satu D dan jumlah M yang memadai, yang
lengkap. Asas harkat juga asas pengembangan yang memadai.
2.3 Syarat syarat pembentukan paragraf
2.3.1 Kesatuan Paragraf
Untuk membentuk kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pokok pikiran. Paragraf
terdiri atas beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan satu kesatuan, tidak ada satu
kalimat pun yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Bahwa semua kalimat
yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu. Jika
terdapat kalimat yang sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya.
2.3.2 Kepaduan Paragraf (koherensi)
Paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang memiliki hubungan pikiran
yang logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur
dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf yang padu, utuh, dan
kompak. Untuk memperoleh kepaduan yang baik antara kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf
harus diperhatikan persyaratan berikut:
1) Masalah kebahasaan
2) Perincian dan isi urutan alenia
Masalah kebahasaan dapat dibangun melalui koherensi yaitu:
Pengulangan kata kunci(repetisi)
Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci
yang telah disebutkan dalam kalimat pertama diulang pada kalimat kedua, ketiga, dan
seterusnya. Dengan pengulangan tersebut, paragraf menjadi padu, utuh, dan kompak. Bentuk
pengulangan dapat berupa pengulangan kata, frasa, inti yang diulang dapat diletakkan di awal,
tengah atau akhir kalimat. Hal tersebut bagian mana yang diulang.
Kata ganti
Kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat
pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya.
Kata ganti itu timbul untuk menghindari pengulangan kata tadi (yang di sebut anteseden) dalam
kalimat-kalimat berikutnya. Hal tersebut juga dapat mengurangi kejenuhan atau membangun
variasi kalimat.
Kata transisi(frasa penghubung)
Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai yang menyatakan adanya hubungan,
baik intra kalimat maupun antar kalimat. Kata-kata transisi fungsinya terletak antara kata ganti
dan repetisi. Dalam penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga
keseluruhan kalimat dapat menjadi padu, menyatu, dan utuh. Sehingga kata-kata atau frasa-frasa
transisi sebagai penghubung atau katalisator satu gagasan dengan gagasan lain yang terjalin
antarparagraf.
Contoh kata transisi dan fungsinya:

Table
Fungsi Menyatakan Hubungan Contoh kata dan frasa
a. Akibat dan hasil Akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan demikian, jadi.
b. Pertambahan Berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya,
tambahan lagi.
c. Perbandingan Dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu,
berbeda dengan itu.
d. Pertentangan Akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun
demikian.
e. Tempat Berdekatan dengan itu, di sini, di sebrang sana, tak jauh dari sana, di bawah, persis di
depan.., di sepanjang.
f. Tujuan Agar/guna, untuk maksud itu.
g. Waktu Baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai, sebelum, segerah, sesudah, sejak, ketika.
h. Singkatan Singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai simpulan, pendek kata.
Bentuk paralel
Struktur paralel (kesejajaran) yaitu bentuk-bentuk sejajar: bentuk kata yang sama, struktur
kalimat yang sama, repitisi atau pengulangan bentuk kata (kalimat) yang sama.
Kelengkapan (ketuntasan)
Kelengkapan adalah kesempurnaan. Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1. Klasifikasi yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh.
2. Ketuntasan bahasa yaitu kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan utuh. Hal ini
harus dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah,
tidak benar dan tidak valid.
Konsisten sudut pandang
Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Dalam cerita,
pengarang sering menggunakan sudut pandang aku seolah-olah menceritakan dirinya sendiri.
Selain itu, pengarang dapat menggunakan sudut pandang dia , atau ia seolah-olah menceritakan
dia. Dalam karangan-karangan ilmiah, pengarang menggunakan kata penulis. Sekali
menggunakan sudut pandang tersebut harus menggunakannya secara konsisten dan tidak boleh
berganti sejak awal sampai akhir.
Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan dalam karangan. Gagasan demi gagasan disajikan
secara runtut bagaikan air mengalir. Karangan yang runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan
mudah, dan menyenangkan pembacanya.
2.4 Fungsi Paragraf
Paragraf juga dapat dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek(singkat). Dengan
adanya paragraf, kita dapat membedakan dimana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan
kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf. Kita pun susah memusatkan
pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf, kita dapat berhenti sebentar
sehingga kita dapat memusatkan pikiran tetang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.

Selain itu, paragraf juga dapat berfungsi sebagai tanda pembukaan topik baru, atau
pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya. Paragraf juga bisa berfungsi untuk menambah halhal yang penting atau untuk merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya.
Lebih lanjut, Widjono (2007: 175) menjelaskan bahwa paragraf juga bisa berfungsi sebagai
berikut.
1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk satuan pikiran dan perasaan ke
dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan.
2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru lagi karangan yang etrdiri dari beberapa
paragraf. Ganti paragraf berarti ganti pikiran
3. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi
pembaca.
4. Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
5. Memudahkan pengendalian variabel, terutama karangan yang terdiri dari beberapa variabel.
Supaya lebih jelas, perhatikan contoh 1 berikut!
Dalam pertarungan matador yang resmi, biasanya ada enam ekor banteng yang dibunuh oleh tiga
orng laki-laki. Setiap laki-laki membunuh dua ekor banteng.banteng itu harus memenuhi syaratsyarat tertentu, yaitu: berumur 4-5 tahun, tidak cacat, dan telah mempunyai tanduk yang runcing
serta bagus. Banteng-banteng ini telah diperiksa oleh dokter hewan setempat sebelum
bertanding. Dokter hewan berhak menolak banteng yang tidak memenuhi syarat, misalnya:
masih dibawah umur, tanduk masih lemah, ada kelainan di mata, atau penyakit yang nyata
kelihatan.
Laki-laki yang bertugas membunuh mereka disebut matador. Pilihan banteng yang akan mereka
bunuh tergantung hasil undian. Setiap matador mempunyai tiga orang candrilla yang terdiri dari
lima-enam orang yang dibayar dn diperintah oleh matador. Tiga dan lima/enam orang tersebut
menolongnya dilapangan, dengan memakai mantel tanpa lengan dan atas perintahnya
menempatkan banderillas yaitu kayu yang panjangnya tiga kaki dengan ujung yang tajam dan
berbentuk garpu yang disebut peones atau banderilleos. Yang dua lagi dinamakan picadors,
mereka muncul dengan menunggang kuda di arena.
(Earnest emingway, The Bullfight)
Dari contoh diatas, dapat dilihat peralihan antara paragraf pertama dan pargraf kedua. Paragraf
pertama bercerita tentang banteng, sedangkan paragraf kedua tentang laki-laki yang bertugas
membunuh banteng (matador). Paragraf pertama dan kedua pun terlihat berhubungan erat.
Perhatikan pula contoh 2 berikut!
Tanda-tanda lalu lintas agaknya sudah dijadikan sebagai simbol(lambang) yang berlaku dimanamana dan mudah dipahami. Setiap pengendara atau masyarakat mengetahui arti dan fungsinya.
Sekarang timbul pertanyaan, apakah sebetulnya simbol itu? Dengan singkat dapat dikatakan
bahwa simbol ialah sesuatu yang pengandung arti lebih dari yang terdapat dalam fakta. Di
sekeliling kita banyak simbol-simbol yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Simbol
yang pemakaiannya begitu umum terdapat juga dalam puisi. Bahkan dalam puisi, pemakaian
simbol cukup dominan. Justru disinilah letak unsur seninya, karena simbol itu erat sekali

hubungannya dengan tujuan penyair untuk menyuarakan sesuatu secara tepat yang berkaitan erat
dengan pengimajiannya.
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa penulis menambahkan hal-hal yang penting untuk
memerinci apa yang diutarakan dalam paragraf terdahulu. Penulis menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan paragrafpertama dan memberikan contoh yang spesifik penggunaan simbol
dalam bidang lain yaitu puisi.
2.5 Teknik Pengembangan Paragraf
Dalam mengembangkan paragraf dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a) Susunlah kalimat topik dengan baik dan layak (jangan terlalu spesifik sehingga sulit
dikembangkan,jangan pula terlalu luas sehingga memerlukan penjelasan yang panjang lebar).
b) Tempatkanlah kalimat topik tersebut dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam sebuah
paragraf.
c) Dukunglah kalimat topik tersebut dengan detail-detail atau perincian-perincian yang tepat.
d) Gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di antara paragraf.
2.6 Teknik Pengembangan Paragraf
Beberapa teknik cara yang dapat dilakukan seorang penulis dalam mengembangkan paragraf
adalah:
I. Teknik Alamiah
Teknik alamiah merupakan pengembangan paragraf berdasarkan urutan ruang dan waktu.urutan
seperti ini biasa disebut dengan istilah kronologis. Adapun keruntutan penyampaian informasi
diharapkan memudahkan pemahaman pembaca.
a) urutan ruang(spasial)
Yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah
ruang.misalnya gambaran dari depan ke belakang,dari luar ke dalam,dll.
Contoh:
Bangunan itu terbagi dalam empat ruang.pada ruang pertama yang sering disebut dengan bangsal
srimanganti, terdapat dua pasang kursi kayu ukiran jepara. Ruangan ini sering digunakan adipati
sindungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah kiri bangsal srimanganti, terdapat
ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka kadipaten dan cendera mata dari
kadipaten- kadipaten lain. Ruangan ini tertutup rapat dan selalu dijaga oleh kesatria-kesatria
terpilih kadipaten ranggenah. Ruangan tempat menyimpan benda-benda pusaka dan cendera
mata ini sering disebut kundalini mesem. Agak jauh disebelah kanan ruang kundalini terdapat
sebuah ruangan yang senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini disebut ruang pamujan
karena ditempat inilah sang adipati selalu mengadakan upacara dan kebaktian .beberapa meter
dari ruang pamujan terdapat ruangan kecil dengan sebuah tempayan besar ditengahnya. Ruangan
ini sering disebut dengan ruang reresik, karena ruangan ini sering digunakan untuk
membersihkan diri sang adipati sebelum masuk ke ruang pamujan.
b) Urutan waktu(kronologis)
Yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
Contoh:
Menendang bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977, saat ia baru lulus dari stm

negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali melatihnya adalah klub halilintar. Dari sini
prestasinya terus menanjak hingga kemudian ia dapat bergabung dengan klub pelita jaya sampai
sekarang. Tahun 1984 ia pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke merdeka games di
malaysia. Waktu ia dipanggil lagi untuk turnamen di Burnei tahun 1985, ia gagal memenuhinya
karena kakinya cedera.
II. Teknik Klimaks Dan Anti Klimaks
Antiklimaks dimulai dari informasi yang memiliki gradasi tinggi (penting) menuju informasi
yang gradasinya rendah.sedangkan teknik klimaks dimulai dari hal yang gradasinya kurang
penting menuju ke hal yang gradasinya sangat penting.
a. Klimaks
Contoh:
Bentuk traktor mengalami perkembanagn dari zaman ke zaman seiring dengan kemajuan
teknologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang
dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun ikutikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model tank ini sampai sekarang masih
dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil
perusahaan carterpilar. Di samping carterpiler , ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan
traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau kalah bersaing dalam bidang
ini.produk jepang yang khas di indonesia terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya
sudah mengalami perubahan dari model-model sebelumnya.
Pikiran utama dari paragaraf diatas adalahbentuk traktor mengalami perkembangan dari zaman
ke zaman . Pikiran utama itu kemudian dirinci dengan gagasan:traktor yang dijalankan dengan
mesin uap, traktor yang memakai roda rantai, traktor buatan ford, dan traktor buatan Jepang.
Variasi dari klimaks adalah antiklimaks pengembangan dengan antiklimaks dilakukan dengan
cara menguraikan gagasan dari yang paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan
menurun ke gagasan lain yang lebih rendah.
b.
III. Teknik Umum Khusus(Deduktif) Dan Khusus Umum(Induktif)
Teknik umum khusus dimulai dari gagasan utama dan dilanjutkan dengan hal khusus sebagai
pengembanganya. Sedangkan teknik khusus umum dimulai dari hal-hal khusus yang merupakan
penjelasan, kemudian disimpulkan menjadi hal satu gagasan umum. simpulan tersebut
merupakan gagasan utama atau pokok pikiran paragraf tersebut.
Contoh:
a. Deduktif
Salah satu kedudukan bahasa indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki
sejak dicetuskannya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Kedudukan ini mungkinkan
oleh kenyataan bahwa bahasa melayu yang mendasari bahasa indonesia telah menjadi lingua
franca selama berabad-abad diseluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak
terjadinya persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa
daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.

b. Induktif
Dokumen-dokumen dan keputusan keputusan serta surat menyurat yang dikeluarkan
pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa indonesia.pidatopidato,terutama pidato kenegaraan ,ditulis dan diucapkan dengan bahasa indonesia .hanya dalam
keadaan tertentu ,demi kepentingan antar bangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis dan
diucapkan dalam bahasa asing,terutama bahasa inggris.demikian juga pemakaian bahasa
indonesia oleh masyarakat indonesia dalam upacara,peristiwa,dan kegiatan kenegaraan.dengan
kata lain,komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat berlangsung dengan
menggunakan bahasa indonesia.
IV. Teknik Perbandingan Dan Pertentangan.
Teknik ini mencoba memperjelas gagasan utama dengan jalan membandingkan dan
mempertentangan hal-hal yang dibicirakan. Dalam hal ini penulis ini menunjukkan persamaan
dan perbandingan antara dua hal. Hal-hal yang dapat dibandingkan adalah tingkat kesamaan dan
perbedaan kedua hal tersebut.dan ungkapan yang biasa digunakan seperti:(berbeda dari,
bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari), ini
dalam pertentangan.(serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan,
akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu), ini dalam perbandingan.
a. Perbandingan.
Contoh:
Seruankiri!seorang penumpang angkot untuk turun dri mobil yang ditumpanginya, misalnya di
bandung, mungkin tidak lazim di beberapa daerah lain seperti: manado, gorontalo, dan malaysia,
yang membuat para penumpang serempak menengok kekiri. Seperti halnya di bandung, di
jakarta juga menggunakan seruankiriuntuk menghentikan angkot. Akan tetapi, di manado kata
yang di serukan yaitumuka, sementara itu, seruanminggir!lazim di gunakan di daerah
lampung untuk menandakan penumpang yang akan berhenti .lain halnya dengan di padang,
meskipun penumpang yang turun lebih dari satu atau mungkin seluruh penumpangnya, kata
seruan yang di gunakansiko cieh!yang berartidi sini satu!.(mulyana,2000:259)
b. Pertentangan
Contoh:
orde 1998-2006. Atau orde politik Indonesia kinijau berbedah dariorde 1997-1998. Ini
menyebabkan kehidupan dan penegakan hokum dalam kedua priode orde itu juga berbedah
besar. Orde pemerintah Soeharto memiliki kecendrungan kuat ke arah sentralisme, otoriter, dan
represif. Kekuasaan politik dengan efisien dan efektif mengendalikan kekuasaan publik, baik
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Meski peraturan yang membolehkan campur tangan
presiden kedalam penngadilan dicabut dalam priode itu, tetapi pencabutan itu tidak dapat
menahan kekuatan politik Soeharto untul mencampuri urusan pengadilan. Sejak 1998, orde
politik disebut reformasi bertolak belakang dengan watak orde sebelumnya.
V. Teknik Analogi
Teknik ini digunakan untuk membandingkan atau menyamakan sesuatu dengan yang sudah
dikenal dengan yang kurang dikenal tersebut. Analogi juga biasa dilakukan seseorang dalam
membuat simpulan yang didasarkan atas sesuatu yang sudah ada. Akan tetapi, model berpikir

analogi ini tidak selalu benar. Untuk itu dalam karya ilmiah jarang digunakan kata-kata yang
biasa digunakan yaitu: ibaratnya, seperti, dan bagaikan.
Contoh:
Dalam persoalan poso, kita memang diingatkan bahwa penanganannya tidaklah mudah.
Ibaratnya kita diminta untuk memegang telur. Kalau terlalu keras memegangnya, telur itu akan
pecah, tetapi kalau terlalu longgar juga akan pecah karena akan terlepas dari tangan. Kita harus
menanganinya secara tepat dan harus menjadi perhatian kita bersama janganlah masalah ini
membuat kita sebagai bangsa menjadi pecah.kasihan para pahlawan dan mereka yang berharap
masa depan.(kompas,2006:6).
VI. Teknik Contoh-contoh
Teknik ini memberikan hal yang konkret yang dapat memberikan bukti atau penjelasan kepada
pembaca yang bersifat lebih umum, hal tersebut biasa disebut generalisasi. Pengambilan
simpulan secara generalisasi diperlukan contoh-contoh yang valid,sehingga dapat disimpulkan
dengan tepat(benar).kata yang biasa digunakan: seperti, misalnya, dan contohnya.
Contoh:
Selain tipe introver, sifat manusia yaitu ekstrover. Tipe ekstrover yaitu orang-orang yang
perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain, dan kepada masyarakat.orang
yang tergolong tipe ekstrover memiliki sifat-sifat tertentu contohnya berhati terbuka, lancar
dalam pergaulan, ramah tamah, penggembira,mudah memengaruhi,dan mudah dipengaruhi oleh
orang lain.(purwanto,1984:147)
VII. Teknik Sebab Akibat
Teknik sebab akibat dapat diwujudkan dengan melihat hubungan antar kalimat dalam paragraf.
Hubungan kalimat yang satu dengan yang lain dapat berbentuk sebab-akibat.sebab dapat
berfungsi sebagai kalimat utama.dan akibat sebagai kalimat penjelasnya. Dapat pula
sebaliknya,akibat sebagai kalimat utama dan dijelaskan dengan beberapa penyebab sebagai
perinciannya sehingga pembaca mudah memahami.kata yang biasa dipakai yaitu: padahal,
akibatnya, oleh karena itu, dan karena.
Contoh:
Seharusnya indonesia telah menerapkan negara kesejahteraan sejak awal kemerdekaan. Program
jamsostek baru dimulai pada 1976 sehingga indonesia tertinggal membentuk tabungan nasional.
Padahal, malaysia telah memulainya sejak 1959. Akibatnya, saat krisis melanda asia pada
1997/1998, indonesia paling sulit untuk bangkit lagi. Oleh karena itu,indonesia perlu melakukan
reformasi penyelenggaraan program jaminan sosial.
VIII. Teknik Definisi Luas
Teknik ini merupakan pemberian penjelasan tentang sesuatu dengan beberapa kalimat untuk
memperjelas definisi.kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan penjelasan tersebut ke dalam
beberapa kalimat,dan bahkan beberapa alinea.dan kata-kata yang biasa digunakan yaitu:
adalah,yaitu,ialah,merupakan.
Adalah: Biasanya digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata benda.
Yaitu: Digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata kerja atau sifat.
Ialah: Digunakan jika akan menjelaskan sinonim,

Merupakan: Jika akan mendefinisikan pengertian rupa atau wujud .


Contoh:
Apakah psikologi itu?R.S Woodworth berpendapat,psikologi adalah ilmu jiwa .sedangkan
menurut crow dan crow psikologi adalah kejiwaan manusia dalam berinteraksi dengan dunia
sekitarnya.sementara itu, santian mengemukakan bahwa psikologi merupakan perwujudan
tingkah laku manusia.
IX. Teknik Klasifikasi
Teknik ini merupakan penggunaan cara pengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas
kalimat utama. Pada mulanya penulis mengelompokkan suatu hal berdasarkan persamaannya,
Kemudian diperinci lagi lebih lanjut kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dan detail.
Pengelompokkan yang didasarkan pada persamaan biasanya dapat memberikan sebuah simpulan
yang tepat.
Contoh:
Dalam karang mengarang atau tulis menulis, dituntut beberapa kemampuan antara lain
kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau
penyajian.Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan
ejaan,pungtuasi,kosa kata, diksi, dan kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan
pengembangan ialah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan,
subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan
secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran. Paragraf juga dapat dikatakan
sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat
membedakan dimana suatu gagasan mulai dan berakhir.
2) Asas-asas Paragraf meliputi kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan,
harkat.
3) Syarat-syarat paragraf meliputi Kesatuan dan Kepaduan paragraf.
4) Teknik pengembangan paragraf meliputi Teknik alamiah, teknik kelimaks & anti klimaks,
teknik umum khusus & khusus umum, teknik perbandingan & pertentangan, teknik analogi,
teknik contoh-contoh, teknik sebab akibat, teknik definisi luas dan teknik klasifikasi.
semoga dengan kami membahas makalah ini menjadi tambah wawasan kita tentang bahasa
indonesia dan lebih cinta kepada bahasa kita sendiri.
2.2 Saran
Pada kesempatan ini kami menyarankan kepada semua pihak yang merasa mempunyai gagasan
dalam mengembangkan pendidikan di dunia tulis menulis, agar selalu menuangkan gagasanya
dalam bentuk tulisan dengan mengembangkan keilmuannya.

Daftar Pustaka
- Imam SyafiI, 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: Ikip Malang
Adjat Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB Bandung.
A. Widyamarta. 1993. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius
Dr. R. Kunanjar Rahardi & M. Hum. 2002. Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga.
Dra. Hj. Annijat. Maimunah, M. Pd. 2011. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Malang:
Uin Maliki Press.
Aleka & H. Ahmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kencana Prenada.
M. Rohmadi & Anidtiya sri Nugraheni. 20011. Belajar Bahasa Indonesia. Cakrawala Media.

Anda mungkin juga menyukai