Disusun Oleh:
Sayyid Robbi Al Hibban (12250510344)
Dosen Pengampu:
Trimono, M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sholawat serta salam tak lupa pula kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad ﷺ, yang telah membawa cahaya islam
dan menerangi dunia dengan cahaya islam.
Berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa
makalah ini dengan tepat waktu. Adapun makalah ini kami tulis guna memenuhi tugas mata
kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Makalah ini dibuat agar para
pembaca bisa mengetahui apa pembahasan berkaitan dengan tema yang akan dibahas .Tak
lupa pula, penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Trimono, M.Pd selaku dosen
pengampu yang telah membimbing kami dengan memberikan banyak masukan ilmu, waktu,
semangat, pengarahan ini.
Kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi masyarakat umum, para pembaca dan juga bagi penulis
sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita semua berada dalam keridhoan-Nya
dalam menempuh hidup ini. Aamiin
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3
C. Pemahaman Remaja Tentang Etika Pergaulan Antar Lawan Jenis Menurut Hadist.........10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergaulan antar lawan jenis merupakan topik yang sering dibicarakan dalam Islam.
Islam mengajarkan agar pergaulan antar lawan jenis dilakukan dengan etika yang baik dan
sesuai dengan ajaran Allah dan sunnah Nabi. Dalam hal ini, hadist tentang etika pergaulan
antar lawan jenis menjadi penting untuk dipahami. Hadist-hadist tersebut memberikan aturan
dan batasan dalam pergaulan antar lawan jenis agar terhindar dari perbuatan yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai agama.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah tentang Hadist Tentang Etika Pergaulan antar Lawan Jenis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tentang Hadist Tentang Etika Pergaulan antar Lawan Jenis adalah untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang aturan dan batasan dalam pergaulan antar
lawan jenis menurut Islam. Selain itu, tujuan penulisan ini juga untuk mengetahui hukum
pergaulan antar lawan jenis dalam Islam, adab-adab yang harus diperhatikan dalam pergaulan
antar lawan jenis, serta pengaruh pemahaman etika pergaulan dengan lawan jenis dalam
Islam terhadap akhlak pergaulan.
Tujuan penulisan ini juga untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
pandangan Islam terhadap pergaulan antar lawan jenis, sehingga dapat membantu umat
1
Muslim dalam menjalankan pergaulan sehari-hari dengan baik dan sesuai dengan nilai-nilai
agama. Selain itu, tujuan penulisan ini juga untuk memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang adab-adab berbicara dengan lawan jenis dalam Islam, sehingga umat Muslim dapat
terhindar dari berbagai perbuatan yang mengarah kepada larangan-larangan Allah SWT.
Tujuan penulisan ini juga untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang etika
pergaulan dalam Al-Quran dan implikasinya terhadap pembelajaran PAI di sekolah. Dengan
memahami etika pergaulan dalam Al-Quran, diharapkan siswa dapat mengaplikasikan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan menjalankan pergaulan dengan baik dan sesuai
dengan nilai-nilai agama.
Dengan demikian, tujuan penulisan tentang Hadist Tentang Etika Pergaulan antar Lawan
Jenis adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang aturan dan batasan
dalam pergaulan antar lawan jenis menurut Islam, sehingga umat Muslim dapat menjalankan
pergaulan sehari-hari dengan baik dan sesuai dengan nilai-nilai agama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Islam terhadap Pergaulan Antar Lawan Jenis
Dalam Islam, pandangan terhadap pergaulan antara lawan jenis dapat bervariasi
tergantung pada konteks dan batasan yang ditetapkan oleh agama. Secara umum, Islam
mengajarkan prinsip-prinsip etika dan adab yang diharapkan dalam interaksi antara laki-laki
dan perempuan.
Pertama, Islam mendorong para pemeluknya untuk menjaga batasan-batasan yang sesuai
dengan aturan adab dan moralitas. Ini berarti bahwa pergaulan antara laki-laki dan
perempuan harus berada dalam kerangka yang halal (boleh) dan terhindar dari segala bentuk
hubungan yang diharamkan, seperti zina (hubungan seksual di luar pernikahan).
Kedua, Islam mewajibkan para muslim untuk menjaga hijab dan kesopanan dalam
pergaulan dengan lawan jenis. Pada umumnya, Islam mendorong pemisahan dan menjaga
jarak antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram (kerabat yang diharamkan untuk
menikahi) dalam situasi yang mengundang potensi fitnah (godaan seksual atau kegairahan).
Dalam banyak tradisi Islam, seperti di beberapa masyarakat Timur Tengah, Asia Selatan, dan
Afrika Utara, ada praktik pemisahan laki-laki dan perempuan di ruang umum, seperti masjid
atau ruang pertemuan.
Ketiga, Islam menekankan perlunya menghormati lawan jenis dan menghindari perilaku
yang tidak pantas atau menyinggung. Ini mencakup penggunaan bahasa yang sopan, menjaga
ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang terkontrol, serta menghindari pergaulan yang tidak
perlu atau intim dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Namun, perlu dicatat bahwa pandangan Islam tentang pergaulan antara lawan jenis juga
memperhatikan keberagaman budaya dan konteks sosial. Cara-cara spesifik dalam
mempraktikkan prinsip-prinsip ini dapat berbeda dalam berbagai budaya Muslim di seluruh
dunia. Terkadang, pandangan dan praktik individual juga dapat bervariasi, tergantung pada
pemahaman dan interpretasi individu terhadap ajaran Islam.
Islam memandang pergaulan antar lawan jenis sebagai hal yang diperbolehkan selama
tidak melanggar syariat agama. Namun, Islam juga mengatur etika dan adab dalam pergaulan
3
antar lawan jenis agar terhindar dari perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.
Beberapa pandangan Islam tentang pergaulan antar lawan jenis antara lain:
Pergaulan antar lawan jenis harus diatur dengan sistem yang jelas dan
menghindari pergaulan yang melampaui batas agar terhindar dari perilaku
menyimpang dan bahaya perzinahan atau seks bebas
Islam membatasi pergaulan antar lawan jenis yang bukan mahram. Dilarang bagi
seorang laki-laki untuk menyentuh perempuan, memandang wajahnya, dan
sebaliknya
Dalam pergaulan antar lawan jenis, harus menjaga pandangan agar tidak
menimbulkan hawa nafsu dan tidak menimbulkan fitnah
Etika pergaulan antar lawan jenis dalam Islam mengajarkan untuk tidak
berkhalwat atau berduaan, menjaga kesopanan, tidak menimbulkan fitnah, dan isi
pembicaraan harus mengandung kebaikan
Dalam pergaulan antar lawan jenis, harus menutup aurat agar tidak menimbulkan
fitnah dan terhindar dari zina
Islam mengajarkan bahwa pergaulan antar lawan jenis harus didasarkan pada
pandangan hanya karena Allah SWT dan mengatur pola hubungan antara pria dan
wanita serta memisahkan keduanya sesuai dengan syariat yang berlaku
Dalam hadis Islam, terdapat beberapa tata cara dan hukum pergaulan antar lawan jenis
yang harus diperhatikan, antara lain:
َفَقاَل َر ُجٌل ِم َن. ِإَّياُك ْم َو الُّد خْو َل َعلَى الِّنَس اِء: َأَّن َر ُسوُل ِهللا عليه وسّلم َقاَل
اْلَحْمُو اْلَم ْو ُت: يارُسوَل ِهللا ! َأَفَر َأْيَت اْلَحْم َو ؟ قال: اَأْلْنَص اِر.
4
terangkan padaku bagaimana hukum masuk ke dalam kamar ipar perempuan.
Nabi SAW menjawab; ipar itu adalah kematian (kebinasaan).”(al bukhari 67:111:
muslim 39:8: Al lu’lu-u wal marjan 3;69-70)
Nabi tidak membenarkan kita masuk ke kamar-kamar perempuan, maka hal ini
memeberi pengertian, bahwa kita dilarang duduk-duduk berdua-duaan saja dalam
sebuah bilik dengan seorang perempuan tanpa mahramnya.
Ahli hadis tidak ada yang mengetahui nama orang anshar yang bertanya kepada
Rasul tentang hukum kerabat-kerabat si suami yang selain dari ayah dan anaknya,
masuk ke tempat istri si suami itu. Diterangkan oleh An Nawawy, bahwa yang
dimaksud dengan Hamwu disini, ialah kerabat-kerabat si suami seperti
saudaranya, anak saudaranya dan kerabat-kerabat lain yang boleh mengawini
istrinya bila ia di ceraikan atau meninggal.
Yang tidak masuk ke dalam kerabat disini ialah ayah dan anak si suami karena
mereka di anggap mahram.
Islam membatasi pergaulan antar lawan jenis yang bukan mahram. Dilarang bagi
seorang laki-laki untuk menyentuh perempuan, memandang wajahnya, dan
sebaliknya2
Sebelumnya kita harus ketahui terlebih dahulu, dalam islam perempuan atau laki-
laki terbagi menjadi dua golongan, mahram dan bukan mahram.
Mahram
2
https://mesir.muhammadiyah.id/2020/11/30/bagaimana-islam-mengatur-pergaulan-dengan-lawan-jenis/
5
Perempuan atau laki-laki mahram adalah orang yang tidak boleh kita nikahi.
Sebagian besar adalah orang yang mempunyai hubungan darah dengan kita.
Dibolehkan bagi kita untuk bermuamalah atau bergaul dengannya layaknya
sesama jenis dengan batasan-batasan tertentu dengan tetap menutup aurat.
Seperti ibu, ayah, kakak kandung, dan lain sebagainya sebagaimana yang
dijelaskan dalam quran surat An-Nisa : 23 dan quran surat An-Nur : 31
Bukan Mahram
Perempuan atau laki-laki yang bukan mahram adalah orang yang boleh kita
nikahi, dan sebagian besar adalah orang yang tidak memiliki ikatan darah
dengan kita. Islam membatasi pergaulan lawan jenis yang bukan mahram.
6
Dilarang bagi seorang laki-laki untuk menyentuh perempuan, memandang
wajahnya, berdua-duaan di tempat sepi, dan lain sebagainya. Hal ini berlaku
juga bagi perempuan. Dan hal ini yang akan menjadi pokok pembahasan kita.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa islam mengatur pergaulan lawan jenis
dan tidak diperbolehkan bagi kita untuk melakukan hal seenaknya kepada
mereka yang bukan mahram, seperti yang sudah disebutkan di atas. Tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan, kita tidak hanya bermuamalah
dengan sesama jenis atau lawan jenis yang mahram, namun terkadang kita
juga harus bermuamalah dengan mereka yang bukan mahram. Lalu,
bagaimana cara kita agar tetap bisa bergaul dengan mereka tanpa terperangkap
dosa?
Berbicara Secukupnya
Islam membolehkan kita untuk berbicara dengan lawan jenis bukan mahram di
saat ada kepentingan atau kebutuhan, seperti bertanya perihal agama apabila tidak
menemukan jawaban selain dari orang yang bukan mahram, meminjam barang
yang tidak dimiliki selain dari orang yang bukan mahram dan lain sebagainya.
Karena dahulu para sahabat perempuan bertanya kepada Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam perihal agama dan beliau tidak meingkarinya.
Menundukkan Pandangan
Di saat kita diharuskan untuk bermuamalah dengan lawan jenis bukan mahram,
islam mensyariatkan baik untuk laki-laki ataupun perempuan untuk tidak
memandang wajah dan menunudukkan pandangannya, sebagaimana yang tertulis
dalam quran surat An-Nur : 30 Allah Ta’ala berfirman,
ُقْل ِلْلُم ْؤ ِمِنيَن َيُغ ُّض وا ِم ْن َأْبَص اِر ِهْم َو َيْح َفُظوا ُفُروَج ُهْم َذ ِلَك َأْز َك ى َلُهْم ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر
ِبَم ا َيْص َنُعوَن
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’”
(QS. An-Nur [24] : 30).
7
،هذا أمر من هللا تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبصارهم عما حرم عليهم
وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم، فال ينظروا إال إلى ما أباح لهم النظر إليه
“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman
untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas
mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang
diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang
diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)
Terkhusus bagi para perempuan, karena hal ini bisa menjadi fitnah bagi laki-laki
lawan bicaranya. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman,
َفاَل َتْخ َض ْع َن ِباْلَقْو ِل َفَيْطَم َع اَّلِذ ي ِفي َقْلِبِه َم َر ٌض َو ُقْلَن َقْو اًل َم ْعُروًفا
“Maka janganlah kamu (para wanita) melembutkan suara dalam berbicara,
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah
perkataan yang baik.” [Al-Ahzab: 32]
ال تخاطب المرأة: أي، أنها تخاطب األجانب بكالم ليس فيه ترخيم:ومعنى هذا
األجانب كما تخاطب زوجها
“Makna ayat ini: Bahwa seorang wanita tidak boleh berbicara dengan laki-laki
asing (non mahram atau bukan suaminya) dengan ucapan yang lembut.
Maksudnya: Janganlah seorang wanita berbicara dengan laki-laki asing seperti
berbicara dengan suaminya.” [Tafsir Ibnu Katsir, 6/409]
Hal ini dilarang dalam hal islam sebagai bentuk hati-hati agar tidak terjerumus
dalam dosa zina. Maka solusinya adalah mengajak lawan jenis berbicara di
8
khalayak ramai sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang disebutkan diatas
atau dengan membawa orang ketiga yang menjadi mahrom kedua belah pihak,
misal, laki-laki membawa kakak perempuannya atau perempuan membawa kakak
laki-lakinya. Adapun larangan berdua – duaan antara lawan jenis tertuang dalam
hadits riwayat Ahmad,
“Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat (berdua -duaan) dengan seorang
wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka
berdua.”
Dalam pergaulan antar lawan jenis, harus menutup aurat agar tidak menimbulkan
fitnah dan terhindar dari zina.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar
Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata :
َيا َأْس َم اُء ِإَّن اْلَم ْر َأَة ِإَذ ا َبَلَغ ِت اْلَم ِح يَض َلْم َيْص ُلْح َأْن ُيَر ى ِم ْنَها ِإاَّل َهَذ ا َو َهَذ ا
Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak
dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan
telapak tangan).[HR. Abu Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di
shahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah didatangi oleh seseorang yang
menanyakan perihal aurat yang harus di tutup dan yang boleh di tampakkan, maka
beliau pun menjawab :
9
C. Pemahaman Remaja Tentang Etika Pergaulan Antar Lawan Jenis
Menurut Hadist
Pemahaman remaja tentang etika pergaulan antar lawan jenis dalam Islam dapat beragam
tergantung pada tingkat pengetahuan mereka dan pemahaman terhadap ajaran agama. Hadis,
sebagai sumber ajaran Islam selain Al-Qur'an, memberikan pedoman dan nasihat tentang
etika pergaulan antara lawan jenis. Beberapa hadis yang relevan mengenai hal ini antara lain:
"Tidak ada seorang laki-laki yang berdua-duaan dengan seorang perempuan melainkan
setan ketiga di antara mereka." (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menekankan pentingnya menjaga batasan dan menghindari situasi di mana
seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram berada sendirian bersama-sama. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya fitnah atau godaan seksual.
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia berkata yang
baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan pentingnya menggunakan bahasa yang sopan dan memilih kata-
kata yang baik dalam pergaulan dengan lawan jenis. Jika seseorang tidak dapat berkata yang
baik, maka disarankan untuk diam agar tidak menyebabkan konflik atau menciptakan situasi
yang tidak pantas.
"Wahai pemuda, siapa di antara kamu yang mampu menikah, maka nikahlah, karena itu
lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak
mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi pelindung baginya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memberikan saran kepada remaja yang mampu menikah untuk menikah agar
dapat menjaga kesucian dan mengendalikan nafsu birahi. Bagi mereka yang belum mampu
menikah, puasa dianjurkan sebagai sarana untuk menjaga diri dari godaan dan mengendalikan
dorongan seksual.
Pemahaman remaja terhadap etika pergaulan antar lawan jenis dapat diperoleh melalui
pembelajaran dan penelitian yang mendalam tentang hadis-hadis yang relevan, konsultasi
dengan ulama atau tokoh agama yang terpercaya, dan diskusi dalam komunitas Muslim yang
dapat memberikan pemahaman lebih lanjut sesuai dengan konteks dan situasi yang dihadapi
remaja saat ini.
10
D. Implementasi Nilai Agama dalam Pergaulan Remaja dengan Lawan
Jenis
Implementasi nilai agama dalam pergaulan remaja dengan lawan jenis dapat dilakukan
dengan cara-cara berikut:
Memahami dan mengamalkan etika pergaulan dengan lawan jenis yang sesuai dengan
nilai-nilai agama, seperti tidak berkhalwat atau berduaan, menjaga kesopanan, tidak
menimbulkan fitnah, dan isi pembicaraan harus mengandung kebaikan
Menjaga batas-batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan agar tidak melampaui
batas dan mengarah pada perilaku menyimpang dan bahaya perzinahan atau seks bebas
Memahami dan mengaplikasikan batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahram, seperti tidak menyentuh, memandang wajah, atau berduaan secara sendirian
Menjaga pandangan agar tidak menimbulkan hawa nafsu dan tidak menimbulkan fitnah
Menutup aurat agar tidak menimbulkan fitnah dan terhindar dari zina
Dalam melakukan pergaulan dengan lawan jenis, remaja perlu memahami dan
mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam setiap tindakan dan perilaku. Hal ini dapat
membantu remaja untuk terhindar dari perilaku menyimpang dan bahaya perzinahan atau
seks bebas, serta menjaga kesopanan dan etika pergaulan antar lawan jenis.
11
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pencarian, dapat disimpulkan bahwa etika pergaulan antar lawan jenis
dalam Islam sangat penting untuk diperhatikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam etika pergaulan antar lawan jenis dalam
Islam antara lain:
Islam membatasi pergaulan antar lawan jenis yang bukan mahram. Dilarang bagi
seorang laki-laki untuk menyentuh perempuan, memandang wajahnya, dan sebaliknya
Dalam pergaulan antar lawan jenis, harus menjaga pandangan agar tidak menimbulkan
hawa nafsu dan tidak menimbulkan fitnah
Etika pergaulan antar lawan jenis dalam Islam mengajarkan untuk tidak berkhalwat
atau berduaan, menjaga kesopanan, tidak menimbulkan fitnah, dan isi pembicaraan
harus mengandung kebaikan
Dalam pergaulan antar lawan jenis, harus menutup aurat agar tidak menimbulkan fitnah
dan terhindar dari zina
Dalam implementasinya, etika pergaulan antar lawan jenis dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama, seperti
menghormati, menghargai, dan memperlakukan dengan baik dalam pergaulan sehari-hari
dengan lawan jenis dan sesamanya
. Dengan menerapkan etika pergaulan antar lawan jenis yang sesuai dengan nilai-nilai
agama, diharapkan dapat membantu remaja untuk terhindar dari perilaku menyimpang dan
bahaya perzinahan atau seks bebas, serta menjaga kesopanan dan etika pergaulan antar lawan
jenis.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad Yusuf, Syahraini Tambak, dan Mira Syafitri. 2016. “Etika Pergaulan
Islami Santri Madrasah Aliyah (MA) di Pesantren Jabal Nur Kecamatan Kandis
Kabupaten Siak.” Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan 13 (2): 206–26.
https://doi.org/10.25299/al-hikmah:jaip.2016.vol13(2).1524.
Fawaid, Ahmad. 2016. “REINTERPRETASI HADIS TENTANG MAHRAM
(PENDEKATAN HERMENEUTIKA)” 3.
Pranoto, Agus, Aam Abdussalam, dan Fahrudin Fahrudin. 2016. “ETIKA PERGAULAN
DALAM ALQURAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN PAI
DI SEKOLAH.” TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education 3 (2): 107.
https://doi.org/10.17509/t.v3i2.4514.
Rici, M Irfan Zaki. t.t. “ETIKA PERGAULAN SUDUT PANDANG ISLAM.”
13