Anda di halaman 1dari 7

JPK 6(2), 2020: 215-221

Jurnal Profesi Keguruan


https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpk

Identifikasi Kemampuan Guru Sebagai Guru Penggerak


di Karesidenan Semarang

Sugiyarta SL1; Ardhi Prabowo2; Tsabit A. Ahmad3; Aji Purwinarko4; M.B. Siroj5

Universitas Negeri Semarang1,2,3,4,5


Corresponding Author: slgik@mail.unnes.ac.id1; ardhiprabowo@mail.unnes.ac.id2

Article History
Submitted: October, 2020 Accepted: November, 2020 Published: November, 2020

Abstrak
Di awal masa kedudukan kementerian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengemukakan ide tentang Guru
Penggerak dan Merdeka Belajar. Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai LPTK menangkap ide bahwa
kedepan, mahasiswa calon guru, harus mampu menjadi Guru Penggerak yang mampu mendorong
kemerdekaan belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang mendorong guru
menjadi penggerak, serta yang menyebabkan siswa merdeka belajar. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang mengedepankan pendekatan survey lapangan, wawancara, dan pengamatan sebagai metode
pengumpulan data. Analisis data menggunakan reduksi data, triangulasi data, dan sintesa data untuk
menguatkan simpulan yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru pemimpin mampu
menggerakkan komunitas. Guru terampil memiliki kompetensi profesional yang cukup lengkap. Guru Inspirator
memiliki pengalaman dalam berbagai aktifitas pembelajaran.

Kata kunci : Guru Penggerak; Kemerdekaan Belajar; Karesidenan Semarang.

Abstract
At the beginning of the ministry's tenure, the Minister of Education and Culture put forward the idea of Driving
Teachers and Free Learning. Semarang State University (UNNES) as the LPTK captures the idea that in the
future, student teacher candidates must be able to become Driving Teachers who are able to encourage
student learning independence. This study aims to identify the elements that encourage teachers to become
movers, as well as those that cause students to learn freedom. This research is a qualitative research that puts
forward a field survey approach, interviews, and observations as data collection methods. Data analysis used
data reduction, data triangulation, and data synthesis to strengthen the conclusions obtained. The results
showed that the leader teacher was able to move the community. Skilled teachers have quite complete
professional competences. Inspirational teachers have experience in various learning activities.

Key words: Teacher Activator; Freedom of Learning; Residency of Semarang.

PENDAHULUAN
akademik serta kompetensi guru dimana per-

Kunci yang harus dimiliki oleh setiap pengajar aturan tersebut menyebutkan bahwa guru pro-

adalah kompetensi (Pantić & Wubbels, 2010). fesional harus memiliki 4 kompetensi guru pro-

Kompetensi adalah seperangkat ilmu serta fesional yaitu kompetensi pedagogik dan kom-

ketrampilan mengajar guru di dalam menja- petensi kepribadian, profesional serta kompe-

lankan tugas profesionalnya sebagai seorang tensi sosial. Dari 4 kompetensi guru profe-

guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa sional tersebut harus dimiliki oleh seorang

dicapai dengan baik (Creemers et al., 2013). guru melalui pendidikan profesi selama satu

Sementara itu, standard kompetensi yang ter- tahun.

tuang ada dalam peraturan Menteri Pendidi- 4 kompetensi guru profesional adalah:

kan Nasional mengenai standar kualifikasi (a) Kompetensi Pedagogik. Kompetensi ini
menyangkut kemampuan seorang guru dalam
© 2020, JPK, Jurnal Profesi Keguruan, LP3 UNNES p-ISSN: 2460-4399 and e-ISSN: 2528-7214.
216  Sugiyarta et al (2020). Identifikasi Kemampuan Guru Sebagai Guru Penggerak di Karesidenan

memahami karakteristik atau kemampuan dan sumber ilmu, menjadi tempat rekreasi ji-
yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara. wa, menjadi orang tua, bersikap adil dan se-
Cara yang utama yaitu dengan memahami imbang, menjadi teman yang sejati (Ates &
murid melalui perkembangan kognitif murid, Kadioglu, 2018).
merancang pembelajaran dan pelaksanaan Dari 4 kompetensi profesional dan ka-
pembelajaran serta evaluasi hasil belajar se- rakteristik guru ideal serta dengan memahami
kaligus pengembangan murid; (b) Kompeten- tujuan pembelajaran dan unsur-unsur dalam
si Kepribadian. Kompetensi kepribadian ini pembelajaran, diharapkan guru dapat me-
adalah salah satu kemampuan personal yang ningkatkan kemampuannya sebagai penga-
harus dimiliki oleh guru profesional dengan jar (Darmadi, 2016). Kemampuan sebagai pe-
cara mencerminkan kepribadian yang baik ngajar antara lain kemampuan memilih meto-
pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, de mengajar yang efektif serta mendesain
bersikap dewasa dan berwibawa serta mem- media pembelajaran yang menarik dan efisien
punyai akhlak mulia untuk menjadi sauri (Norashikin et al., 2015). Dengan memahami
teladan yang baik;(c) Kompetensi Profesi- unsur-unsur pembelajaran dan karakter
onal. Kompetensi profesional adalah salah pembelajaran juara, rumusan Guru pengge-
satu unsur yang harus dimiliki oleh guru yaitu rak dan faktor penyebabnya akan dapat di-
dengan cara menguasai materi pembelajaran ungkap berdasarkan fakta. Hasil analisis dari
secara luas dan mendalam. Yang dimaksud kegiatan memahami unsur pembelajaran
dengan pengusaan materi secara luas dan juga akan mengungkapkan karakteristik ke-
mendalam dalam hal ini termasuk pengusaan merdekaan belajar bagi siswa. Oleh sebab itu,
kemampuan akademik lainnya yang berperan kajian mengenai identifikasi kemampuan guru
sebagai pendukung profesionalisme guru. Ke- sebagai Guru penggerak dan kemerdekaan
mampuan akademik tersebut antara lain, me- belajar siswa, penting untuk dilakukan.
miliki kemampuan dalam menguasai ilmu, jen-
jang dan jenis pendidikan yang sesuai; (d)
METODOLOGI
Kompetensi Sosial. Kompetensi sosial ada-
lah salah satu kompetensi yang harus dimiliki Penelitian ini menggunakan pendekatan pene-
oleh seorang pendidik melalui cara yang baik litian kualitatif. Penelitian kualitatif dilaksana-
dalam berkomunikasi dengan murid dan selu- kan untuk membangun pengetahuan melalui
ruh tenaga kependidikan atau juga dengan pemahaman dan penemuan secara mendalam
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat (Creswell, 2013). Pendekatan kualitatif dalam
sekitar (Undang-Undang No 14. Guru Dan riset ini dimaksudkan untuk mengetahui iden-
Dosen, 2005). titas dan karakteristik Guru yang saat ini me-
Guru berkompetensi profesional diha- ngajar.
rapkan menjadi Guru yang ideal. Guru ideal Pada penelitian ini peneliti membuat
adalah guru yang bagi siswanya mampu men- suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
jadi sumber inspirasi, memberi motivasi, men- laporan terinci dari pandangan responden dan
dorong tumbuhnya berpikir positif, menjadi melakukan studi pada situasi yang alami
sumber keteladanannya, menjadi petunjuk (Ingleby, 2012; Maxwell & Reybold, 2015).
Jurnal Profesi Keguruan (JPK) Vol. 6(2), 215-221 

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi belajar; (b) Wawancara, dilakukan kepada
alamiah dan bersifatpenemuan. Dalam pene- guru yang bertugas serta para siswa secara
litian kualitatif, peneliti adalah instrument kun- langsung di Sekolah. Hasil-hasil wawancara
ci. Oleh karena itu peneliti harus memiliki be- kemudian dituangkan dalam struktur ringka-
kal teori dan wawasan yang luas jadi bisa ber- san, yang dimulai dari penjelasan ringkas
tanya, menganalisis dan mengkonstruksi ob- identitas, deskripsi situasi atau konteks, iden-
jek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian titas masalah, deskripsi data, unitisasi dan
ini lebih menekankan pada makna dan terikat ditutup dengan pemunculan tema; dan (c) Do-
nilai. kumentasi.
Penelitian ini dilakukan di karesidenan
Semarang, yang terdiri dari kota Salatiga, Ka-
HASIL DAN PEMBAHASAN
bupaten Semarang, Kabupaten Demak, Ka-
bupaten Purwodadi Grobogan, dan Kabupa- Hasil Penelitian
ten Kendal. Penelitian dilangsungkan di seko-
lah-sekolah dari mulai SD, SMP, dan SMA di Ada perubahan signifikan dalam pelaksanaan
lokasi-lokasi tersebut. Survey dilaksanakan penelitian ini. Dalam perjalanannya, pandemi
selama 2 bulan dan mengedepankan subjek- covid19 membuat desain penelitian berubah
tifitas hasil. Konfirmasi terhadap hasil dilaku- total. Aktifitas observasi langsung dalam pene-
kan kepada seluruh Guru dan pemangku ke- litian, tidak mungkin dilakukan karena tidak
bijakan di daerah tersebut. ada praktik pembelajaran di kelas. Demikian
Untuk mempermudah pelaksanaan, pe- juga, ijin observasi tidak dikeluarkan oleh ins-
nelitian ini akan dilakukan dengan tahapan titusi. Penelitian kemudian dilaksanakan seca-
sebagai berikut: Penyusunan instrument pe- ra daring, baik pengambilan data, FGD, dan
nelitian dalam bentuk FGD tim peneliti; Pe- wawancara.
ngambilan data secara empiric di SD, SMP, Dari aktifitas pengumpulan data, kuesi-
dan SMA dalam lingkup karesidenan Sema- oner telah disusun dan disebarkan ke respon-
rang; Analisis data hasil pengembilan data den secara daring. Dari angket yang disebar
empirik, dalam bentuk FGD tim peneliti; Kon- daring, sebanyak 1042 responden telah me-
firmasi data hasil analisis, dalam bentuk FGD ngisi angket. Dari responden tersebut des-
dengan MGMP Mapel; Penyusunan simpulan. kripsi hasil penelitian dapat dijelaskan temu-
Untuk pengumpulan data yang konkrit peneliti an-temuan menarik sebagai berikut.
melaksanakan beberapa teknik pe- Temuan 1. Dari ribuan responden ter-
ngumpulan data, sebagai berikut: (a) Obser- sebut, ternyata sangat sedikit yang selalu
vasi, antara lain dengan: mengamati keadaan menjadi narasumber saat ada diklat di tingkat
siswa yang sedang belajar di dalam kelas ma- sekolah. Namun ada sekitar 53,6% yang sela-
upun aktifitas di luar kelas; Mengamati guru lu mengikuti kegiatan sekolah. Dan sekitar
yang sedang mengajar, bagaimana cara me- 15% saja yang diamanati menjadi panitia
nyampaikan materi metodenya dan sebagai- (lihat Gambar 1).
nya; Mengamati lokasi penelitian dan lingku-
ngan sekolah; Mengamati siswa yang sedang
218  Sugiyarta et al (2020). Identifikasi Kemampuan Guru Sebagai Guru Penggerak di Karesidenan

(958 orang) memilih membaca buku. Cukup


sedikit yang berusaha mengembangkan kom-
petensi dirinya dengan bergabung dalam se-
buah komunitas (lihat Gambar 2).
Membangun komunitas untuk Guru se-
Gambar 1. Banyaknya Guru yang menjadi narasumber di
sekolah.
benarnya adalah hal yang sangat baik. De-
ngan komunitas, Guru dapat saling berbagi
Menjadi narasumber berarti memiliki in- informasi dari praktik baik yang sudah dilaku-
formasi yang disampaikan. Seorang yang me- kan (Grossman et al., 2001). Komunitas yang
miliki informasi dan mau berbicara di depan membangun akan mampu mendorong Guru
umum adalah orang yang mampu mengge- mencapai kompetensi sosial dan tentu saja,
rakkan orang lain (Johnson, 2003). Untuk berujung pada meningkatnya kompetensi pro-
tingkat sekolah keengganan menjadi nara- fesional.
sumber adalah hal yang lazim, karena budaya Komunitas yang seragam akan mendo-
ewuh-pakewuh yang cukup kental. Tidak ada rong Guru menjadi inspirasi bagi Guru lain-
Guru yang masih muda mau “menggurui” nya. Komunitas ini sebenarnya lebih dekat
teman sejawat yang lebih tua. Mengapa? maknanya untuk komunitas belajar, bukan
Karena dengan “menggurui” iklim kerja men- organisasi profesi. Menjadi bagian komunitas
jadi berubah. Iklim kerja yang hangat, nya- belajar memang membutuhkan kerelaan diri
man, dan menyenangkan adalah salah satu yang cukup tinggi.
syarat agar sebuah sekolah berjalan dengan Kegemaran membaca buku pendidikan
baik (Ojo et al., 2012). Hal tersebut juga untuk meningkatkan kompetensi belajar dan
terjadi untuk komunitas Guru di tingkat mengajarnya sejalan dengan aktifitas persi-
MGMP, Nasional, dan regional. Menjadi nara- apan Guru untuk mengajar. Selain membaca
sumber adalah sebuah kesempatan yang buku Guru dan buku siswa, hampir seluruh
cukup sempit untuk para Guru. Guru aktif berselancar di internet untuk me-
Temuan 2. Dalam mengembangkan nemukan ide baru dalam pembelajaran. Tidak
kompetensinya, Guru cenderung melakukan mengherankan jika kemudian Guru tidak me-
aktifitas secara individu. Sebagian besar Guru rasa kesulitan untuk menjabarkan kompetensi

Gambar 2. Deskripsi yang dilakukan Guru untuk meningkatkan kompetensi dalam proses Belajar Mengajar
Jurnal Profesi Keguruan (JPK) Vol. 6(2), 215-221 

dasar siswa menjadi indikator-indikator pem- Pembahasan


belajaran (lihat Gambar 3).
Berbagai temuan tesebut mengerucutkan ke-
pada kategorisasi Guru dari responden yang
disusun. Responden yang memberikan angket
77% masuk ke dalam kategori Guru Teram-
pil. Guru terampil artinya Guru yang mampu
membawakan pembelajaran dengan baik. Gu-
Gambar 3. Banyaknya Guru yang berselancar di internet ru terampil sangat gemar membaca dan me-
untuk menyiapkan pembelajaran.
nyiapkan pembelajarannya dengan baik. Se-
Temuan 3. Tidak banyak Guru yang cara profesional, Guru terampil sangat dekat
melakukan perjalanan atau ditugaskan untuk dengan yang diinginkan oleh pemerintah.
melakukan perjalanan yang memberi inpirasi Guru pemimpin dan guru Inspirator
bagi siswa. Guru yang menginspirasi pada kurang lebih banyaknya sama. Yang masuk
dasarnya adalah Guru yang menjadi idola ke dalam kategori Guru inspirator adalah 11%
bagi siswa (Bryson & Hand, 2007; Lamb & dari seluruh responden, sedangkan Guru pe-
Wedell, 2013). Hanya dengan disebut nama mimpin adalah 12%. Karena sering meng-
Guru, siswa sudah belajar dari Guru tersebut. adakan perjalanan, baik sebagai peserta ma-
Guru dengan karakteristik yang demikian upun narasumber, Guru inspirator sangat di-
akan mampu menjadi inspirasi dan teladan sukai peserta didik. Ia sering bercerita tentang
bagi siswanya. perjalanan, dan pengalaman menarik selama
Tidak banyaknya yang melakukan per- ia melakukan perjalanan. Bagi siswa, seorang
jalanan, baik itu menjadi peserta, maupun inspirator adalah model ideal Guru. Seorang
menjadi narasumber (lihat Gambar 4) me- inspirator akan bersikap sebagaimana teman
nunjukkan bahwa peran Guru untuk menjadi terhadap siswanya. Ia sering menjadi tempat
penggerak masih belum optimal. Menjadi keluh kesah, dan sering memberi solusi bagi
penggerak artinya menginspirasi. Menjadi ins- kesulitan siswanya. Namun sayangnya, seo-
pirasi artinya sering melakukan perjalanan. rang inspirator kerapkali dirindukan siswa, ar-
Implikasinya adalah pengalaman yang dipero- tinya, kehadirannya di ruang kelas, sering ti-
leh Guru semakin banyak dan berkembang dak ada, karena aktifitas di luar sekolah yang
(Sullo, 1999). cukup padat.
Guru pemimpin memiliki karakteristik
yang berbeda. Seorang pemimpin sering
mendapat amanat sebagai pengurus MGMP
baik di sekolah, kota/kabupaten, maupun pro-
pinsi. Dalam berbagai kesempatan, usul yang
Gambar 4. Banyaknya Guru yang menceritakan disampaikannya seringkali didengar oleh pim-
pengalamannya di kelas.
pinan dan akhirnya menjadi kebijakan. Seo-
rang Guru Pemimpin bisa menggerakkan guru
lain untuk mengikuti dirinya atau mengikuti
kebijakan. Ia seperti model bagi Guru lainnya.
220  Sugiyarta et al (2020). Identifikasi Kemampuan Guru Sebagai Guru Penggerak di Karesidenan

Kemendikbud telah meluncurkan pro-


PENUTUP
gram Pendidikan Guru Penggerak. Program
tersebut adalah program pendidikan kepe- Simpulan
mimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin
pembelajaran. Temuan dalam penelitian ini, Guru sekolah atau madrasah dapat dikate-
bahwa ada guru yang bertipe pemimpin, gorisasikan menjadi Guru Terampil, Guru Pe-
selaras dengan kebijakan pemerintah, dalam mimpin, dan Guru Inspirator. Guru Penggerak
hal ini adalah Kementerian Pendidikan dan yang diinginkan oleh pemerintah memiliki ka-
Kebudayaan. rakteristik yang serupa dan selaras dengan
Jika merunut program Guru penggerak, karakter Guru Pemimpin.
maka saat ini sebenarnya pemerintah sedang
Saran
membentuk pemimpin-pemimpin pembelaja-
ran. Artinya, seorang pemimpin pembelajaran
LPTK perlu mempertimbangkan untuk meng-
sebenarnya bisa dibentuk (Augystine-shaw,
hasilkan Guru yang berkarakteristik pemimpin
2015). Dalam program tersebut, seorang Gu-
atau inspirator.
ru dilatih dalam sebuah aktifitas yang berjalan
selama 9 bulan. Aktifitas tersebut berupa DAFTAR PUSTAKA
pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan
Pendampingan. Program guru penggerak me- Ates, H. K., & Kadioglu, S. (2018). Identifying the
Qualities of an Ideal Teacher in line with the
maksa Guru untuk berubah dan lalu peru- Opinions of Teacher Candidates. European
Journal of Educational Research, 7(1), 103–
bahan yang berjalan panjang akan mengha-
111. https://doi.org/10.12973/eu-jer.7.1.103
silkan budaya baru. Budaya tersebut kemu- Augystine-shaw, D. (2015). Leadership and
Learning : Identifying an effective design
dian menjadi sebuah kompetensi yang for mentoring new building leaders. Teacher
Leadership in Nonsupervisory Roles, 81(2),
diharapkan pemerintah. Riset ini mendeskrip-
21.
sikan lebih lanjut dan menguatkan riset sebe- Bryson, C., & Hand, L. (2007). The role of
engagement in inspiring teaching and
lumnya yang juga menggambarkan peran learning. Innovations in Education and
Teaching International, 44(4), 349–362.
Guru Penggerak dalam sebuah komunitas
https://doi.org/10.1080/14703290701602748
Guru (Prawitasari & Suharto, 2020). Creemers, B., Kyriakides, L., & Antoniou, P. (2013).
Teacher professional development for
Kelemahan dari riset ini bahwa pelak- improving quality of teaching. In Teacher
Professional Development for Improving
sanaan wawancara yang kurang optimal (dila-
Quality of Teaching.
kukan secara daring) tentu menjadi celah un- https://doi.org/10.1007/978-94-007-5207-8
Creswell, J. (2013). Qualitative, quantitative, and
tuk dilaksanakannya penelitian lebih lanjut. mixed methods approaches. In Research
design.
Hambatan seorang Guru untuk menjadi pe-
Darmadi, H. (2016). Tugas, Peran, Kompetensi,
mimpin atau menjadi inspirasi bagi orang lain, dan Tanggung Jawab Menjadi Guru
Profesional. Edukasi: Jurnal Pendidikan,
juga merupakan salah satu kajian menarik 13(2), 161–174.
Grossman, P., And, S. W., & Woolworth, S. (2001).
yang dapat dikembangkan pada riset yang
Toward a theory of teacher community.
akan datang. Teachers College Record, 103, 942-1012.
https://doi.org/10.1111/0161-4681.00140
Ingleby, E. (2012). Research methods in education.
In Professional Development in Education
(Vol. 38, Issue 3).
https://doi.org/10.1080/19415257.2011.64313
0
Jurnal Profesi Keguruan (JPK) Vol. 6(2), 215-221 

Johnson, R. (2003). The art of public speaking. In


Journal of Education, 2(1), 145–153.
Fire Engineering.
https://doi.org/10.5430/wje.v2n1p145
Lamb, M., & Wedell, M. (2013). Inspiring English Pantić, N., & Wubbels, T. (2010). Teacher
teachers: a comparative study of learner competencies as a basis for teacher
perceptions of inspirational teaching. ELT education - Views of Serbian teachers and
Reserach Papers, 13(3), 6–23. teacher educators. Teaching and Teacher
Maxwell, J. A., & Reybold, L. E. (2015). Qualitative Education, 26(3), 694–703.
Research. In International Encyclopedia of https://doi.org/10.1016/j.tate.2009.10.005
the Social & Behavioral Sciences: Second Undang-Undang no 14. Guru dan Dosen, (2005).
Edition. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-
Prawitasari, B., & Suharto, N. (2020). The Role of
097086-8.10558-6 Guru Penggerak (Organizer Teacher) in
Norashikin, A. B., Basri, R., & Fooi, F. S. (2015).
Komunitas Guru Belajar (Teacher Learning
Hubungan kepimpinan guru dengan Community). 3rd International Conference on
pencapaian akademik pelajar. International
Research of Educational Administration and
Journal of Education and Training (InjET), Management (ICREAM 2019), 86–89.
1(2), 1–11.
Sullo, R. A. (1999). The Inspiring Teacher: New
Ojo, O. O., Akintomide, A., & Ehindero, S. A.
Beginnings for the 21st Century. The Inspired
(2012). Primary School Teachers’
Classroom Series. National Education
Comfortability with Generalised Teaching in
Association Professional Library Distribution
Public Schools in Osun State, Nigeria. World
Center.

Anda mungkin juga menyukai