Anda di halaman 1dari 49

Draft Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Judul Penelitian:
Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Hampang
Pada Konsep Sistem Koordinasi Melalui Model PBL berbantukan Google Form dan
Quizizz

A. PENDAHULUAN

Abad 21 sudah berjalan satu dekade lebih, dalam dunia pendidikan sudah
dirasakan adanya pergeseran dan bahkan perubahan yang bersifat mendasar pada
tataran filsafat, arah serta tujuannya. Tidak berlebihan bila dikatakan kemajuan ilmu
tersebut dipacu oleh lahirnya sains dan teknologi komputer. Dengan piranti tersebut
kemajuan sains dan teknologi terutama dalam bidang information technology
menjadi aspek utama yang mencirikan abad 21.
Untuk itulah, kurikulum 2013 Revisi yang diberlakukan sekarang tidak hanya
menghendaki pembelajaran diterapkan dengan menggunakan pendekatan ilmiah,
namun diharapkan juga dapat mewujudkan pembelajaran HOTS, literasi dan
keterampilan 4C (Critical Thinking, Creative Thinking, Collaboration dan
Communicative) yang terintegrasi dengan kemampuan menggunakan Teknologi
Informasi (Paparan Kemdikbud, 2018).
Peserta didik di Kelas XI IPA SMAN 1 Hampang sangat kesulitan dalam
memahami konsep materi Biologi yang bersifat abstrak seperti Sistem Peredaran
Darah. Berdasarkan Kurikulum 2013, konsep sistem peredaran darah merupakan
salah satu materi ajar pembelajaran biologi pada peserta didik tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) kelas XI IPA pada pokok bahasan akhir pengajaran semester
ganjil. Pada konsep ini Kompetensi Dasar sesuai dengan Permendikbud 37 Tahun
2018 yaitu Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada
sistem sirkulasi dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan fungsi yang dapat
terjadi pada sistem sirkulasi manusia.
Kurikulum 2013 sudah dilaksanakan selama kurang lebih 2 tahum, namun
pada pembelajaran Biologi dan mata pelajaran lain yang dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Hampang Kabupaten Kotabaru masih menggunakan pembelajaran klasik

1
yang berpusat pada guru (teacher centered). Meskipun terkadang pada kegiatan
belajar mengajar juga melakukan pembelajaran secara kooperatif dengan
menggunakan metode diskusi kelompok maupun memanfaatkan media berupa
charta, namun aktivitas peserta didik masih terlihat pasif dan hasil belajar peserta
didik pun hanya mencakup 50% ketuntasan klasikal.
Perbaikan pembelajaran salah satunya dapat ditempuh melalui perbaikan
metode yang digunakan guru dalam mengajar. Penggunaan metode pembelajaran
yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran
itu sendiri. Namun kenyataan di lapangan banyak dijumpai metode mengajar yang
kurang bervariasi dan belum memanfaatkan kemampuan mengajar secara maksimal.
Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan proses
belajar mengajar yang dilaksanakan menjadi tidak efektif dan kurang optimal.
Banyak model-model pembelajaran yang ditawarkan untuk menciptakan
pembelajaran yang baik kepada siswa. Salah satu model pembelajaran yang
mendorong tingkat berpikir siswa adalah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
Menurut Arends (2008) Problem Based Learning dirancang terutama untuk
membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan
menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya. Dengan menggunakan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM), aktivitas peserta didik dapat lebih
terlihat, karena peserta didik akan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
untuk mendapatkan penyelesaian atas masalah yang muncul. Selain itu, Woods
(2000) dalam Amir (2010) menyebutkan Problem Based Learning lebih dari sekedar
lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu
pemelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah,
kerja sama tim, dan berkomunikasi.
Keterampilan berpikir kritis melatih siswa untuk membuat keputusan dari
berbagai sudut pandang secara cermat, teliti, dan logis. Dengan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat mempertimbangkan pendapat orang lain serta mampu
mengungkapkan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu pembelajaran di sekolah
sebaiknya melatih siswa untuk menggali kemampuan dan keterampilan dalam
mencari, mengolah, dan menilai berbagai informasi secara kritis. Apabila siswa
sendiri yang mencari, mengolah, dan menyimpulkan atas masalah yang dipelajari
maka pengetahuan yang ia dapatkan akan lebih lama melekat di pikiran. Guru

2
sebagai fasilitator memiliki kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan inovasi model
pembelajaran diharapkan akan tercipta suasana belajar aktif, mempermudah
penguasaan materi, siswa lebih kreatif dalam proses pembelajaran, kritis dalam
menghadapi persoalan, memiliki keterampilan sosial dan mencapai hasil
pembelajaran yang lebih optimal.
Penelitian-penelitian yang menggunakan PBM telah banyak dilakukan,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Mildawati (2012) dengan menerapkan
pendekatan PBM pada pembelajaran biologi di SMA Negeri 5 Banjarmasin pada
konsep mekanisme transport, ia melaporkan hasil belajar peserta didik selama proses
pembelajaran tuntas secara baik (83,08%). Sementara itu menurut penelitian yang
dilakukan oleh Rusida (2009) dengan menerapkan PBM pada pembelajaran
matematika di SMP Negeri 14 Banjarmasin pada materi persamaan linear dua
variabel, ia juga melaporkan adanya peningkatan kemampuan peserta didik dalam
memahami materi tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan
penelitian mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Berbasis Aplikasi Android untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Hampang”.

D. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a) Bagaimana meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPA
SMAN 1 Hampang Kab. Kotabaru pada konsep sistem peredaran darah manusia
melalui PBM berbasis aplikasi android?
b) Bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMAN 1
Hampang Kab. Kotabaru pada konsep sistem peredaran darah manusia melalui PBM
berbasis aplikasi android?
c) Bagaimanairespon peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Hampang Kab. Kotabaru
terhadap pembelajaran pada konsep sistem peredaran darah manusia melalui PBM
berbasis aplikasi android?

3
d) Bagaimana aktivitas guru kelas XI IPA SMA SMAN 1 Hampang Kab. Kotabaru
dalam pengelolaan pembelajaran pada konsep sistem peredaran darah manusia
menggunakan PBM berbasis aplikasi android?

E. BATASAN MASALAH
1. Kurikulum yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Kurikulum 2013.
2. Keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan peserta didik dalam melakukan
tahapan-tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada saat pengerjaan LKPD
secara perkelompok dan soal evaluasi.
3. Hasil belajar peserta didik yang diteliti meliputi evaluasi dan penilaian LKPD.
4. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) berbasis aplikasi android yang
diprogram secara offline.

F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
a) Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPA SMAN 1
Hampang Kabupaten Kotabaru selama kegiatan belajar mengajar menggunakan
PBM berbasis aplikasi android.
b) Meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Hampang
Kabupaten Kotabaru pada konsep sistem peredaran darah manusia melalui PBM
berbasis aplikasi android.
c) Mengetahui respon peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Hampang Kabupaten
Kotabaru terhadap kegiatan belajar mengajar menggunakan PBM berbasis
aplikasi android.
d) Mengetahui aktivitas guru kelas XI IPA SMAN 1 Hampang Kabupaten Kotabaru
dalam pengelolaan pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar menggunakan
PBM berbasis aplikasi android.

G. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
a) Salah satu upaya bagi pihak sekolah dalam pengembangan pembelajaran biologi
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

4
b) Bahan masukan dan informasi bagi pihak sekolah terutama guru agar dapat
meningkatkan sistem pengajaran khususnya pengajaran biologi.
c) Motivasi dan pengalaman pembelajaran baru bagi siswa dalam proses pembelajaran.
d) Masukan bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan dalam bidang
pendidikan.
e) Bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya penelitian yang berkenaan
dengan hasil penelitian ini.

H. KAJIAN PUSTAKA
1. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Menurut Slameto (2003) dalam Hamdani (2011) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan
sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain
adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan
pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya.
Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari
segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang
aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Ini sama
halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam
dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar (Djamarah & Zain 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Suryabrata (2008) sebagai
berikut:
a)Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu:
1) Faktor-faktor nonsosial, dan
2) Faktor sosial
b) Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu:
1) Faktor-faktor fisiologis, dan
2) Faktor-faktor psikologis

5
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh dalam taraf keberhasilan belajar
siswa. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran
materi tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses dengan tujuan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

2. Keterampilan Berpikir Kritis


Tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya
cukup berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks
(complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir tingkat tinggi adalah
operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada pendekatan berpikir yang terjadi dalam
short-term memory (Sutrisno, 2010). Mengajarkan keterampilan berpikir kepada siswa
jika belum sampai pada tahap siswa dapat mengerti dan belajar menggunakannya, maka
keterampilan berpikir tidak akan banyak bermanfaat.
Berpikir kritis adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuat keputusan
rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu.
Berpikir kritis adalah proses yang persistent/terus-menerus, aktif, dan teliti. Kemampuan
berpikir kritis yang dimiliki seseorang dapat dikenali dari
indikator-indikator/karakteristik-karakteristik kemampuan berpikir kritis yang
dimilikinya (Haryani, 2011).
Indikator keterampilan berpikir kritis adalah (1) menginterpretasi yaitu
mengkategorikan dan mengklasifikasi, (2) menganalisis yaitu menguji dan
mengidentifikasi, (3) mengevaluasi yaitu mempertimbangkan dan menyimpulkan, (4)
menarik kesimpulan yaitu menyaksikan data dan menjelaskan kesimpulan, (5) penjelasan
yaitu menuliskan hasil dan menghadirkan argumen, (6) kemandirian yaitu melakukan
koreksi dan melakukan pengujian (Kowiyah, 2012).
Watson dan Glaser (Filsaime, 2008) menyatakan kompetensi di dalam berpikir
kritis direpresentasikan dengan kecakapan-kecakapan berpikir kritis tertentu. Kecakapan-
kecakapan tersebut adalah:

6
1. Inferensi yaitu kecakapan untuk membedakan antara tingkat-tingkat kebenaran dan
kepalsuan dari inferensi. Sebuah inference adalah kesimpulan yang dihasilkan oleh
seseorang observasi-observasi atau fakta-fakta tertentu.
2. Pengenalan pada asumsi-asumsi yaitu kecakapan untuk mengenal asumsi-asumsi.
Sebuah asumsi adalah sesuatu yang dianggap benar.
3. Deduksi yaitu kecakapan untuk menentukan kesimpulan-kesimpulan tertentu perlu
mengikuti informasi di dalam pernyataan-pernyataan atau premis-premis yang
diberikan.
4. Interpretasi yaitu kecakapan menimbang fakta-fakta dan menghasilkan
penggeneralisasian atau kesimpulan-kesimpulan berdasarkan pada data yang
diberikan. Interpretasi adalah kecakapan untuk menilai apakah kesimpulan secara
logis mengikuti di balik sebuah keraguan yang masuk akal dari informasi yang
diberikan ataukah tidak.
5. Evaluasi yaitu kecakapan membedakan antara argument-argumen yang kuat dan
relevan dan argument-argumen yang lemah atau tidak relevan.
Langkah pertama dari proses berpikir kritis, seseorang mengevaluasi informasi
atau data dengan alat interpretasi, analisis, evaluasi dan inference. Pada langkah kedua,
pemikir kritis menerapkan berpikir kritis dan menjelaskan bagaimana cara mencapai
kesimpulan-kesimpulan dengan menyatakan hasil-hasil, menjustifikasi prosedur-prosedur
dan mempresentasikan argument-argumennya. Akhirnya, dia menjaring proses
berpikirnya melalui pengujian diri dan koreksi diri.
Menurut Filsaime (2008) teori Bloom telah diterima luas dan diajarkan dalam
kelas-kelas kecakapan berpikir di semua bidang dari program pendidikan. Pandangan
berpikir kritis selalu mengacu pada teori Bloom, memberi para siswa praktik pada
beberapa tingkatan lebih rendah dari kecakapan-kecakapan berpikir kritis sebelum
mengarahkan mereka pada tugas-tugas yang lebih sulit dari proses-proses berpikir kritis.
Semua dari tingkatan berpikir ini adalah penting, menurut Bloom, seseorang harus
menguasai satu tingkatan atas berikutnya.
Menurut Glaser (Fisher, 2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai; (1) suatu
sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada
dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode
pemeriksaan dan penalaran yang logis; (3) semacam suatu keterampilan untuk
menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk

7
memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya
dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
Menurut Haryani (2011) berpikir kritis adalah suatu proses yang bertujuan untuk
membuat keputusan rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau
melakukan sesuatu. Berpikir kritis adalah proses yang terus-menerus, aktif, dan teliti.
Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki seseorang dapat dikenali dari indikator-
indikator/karakteristik-karakteristik kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya.
Kowiyah (2012) menyatakan bahwa indikator keterampilan berpikir kritis adalah
(1) menginterpretasi yaitu mengkategorikan dan mengklasifikasi, (2) menganalisis yaitu
menguji dan mengidentifikasi, (3) mengevaluasi yaitu mempertimbangkan dan
menyimpulkan, (4) menarik kesimpulan yaitu menyaksikan data dan menjelaskan
kesimpulan, (5) penjelasan yaitu menuliskan hasil dan menghadirkan argumen, (6)
kemandirian yaitu melakukan koreksi dan melakukan pengujian.
Menurut Zaini et al. (2013), keterampilan berpikir kritis siswa terdiri atas (1)
membandingkan, (2) menganalisis, (3) mensisntesis dan (4) menarik kesimpulan.
Keempat parameter keterampilan berpikir mempunyai nilai yang hampir sama pada
setiap materi, untuk keterampilan berpikir membandingkan,menganilisis dan menarik
kesimpulan mempunyai nilai baik, sedangkan untuk keterampilan berpikir mensintesis
mempunyai nilai sedang.

3. Hasil Belajar
Ada beberapa pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan. Pengertian hasil belajar diantaranya menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002) dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil
belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh kesiapan siswa itu sendiri untuk memulai
suatu pelajaran dengan suatu model pembelajaran, menurut Slameto (2010) kesiapan
adalah kesediaan untuk memberi respon dan bereaksi. Kesediaan ini timbul dari dalam
diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Karena kematangan berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam

8
proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil
belajarnya akan baik.
Menurut Trianto (2011) untuk mengetahui keefektifan mengajar adalah dengan
memberikan tes, sebab hasil tes dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek
proses pengajaran. Oleh karena itu, peningkatan ketuntasan hasil belajar tentu saja
dapat dijadikan indikator bahwa proses pembelajaran tersebut sudah berjalan cukup
efektif.
Menurut Slameto (2010) minat merupakan factor intern yang mempengaruhi
belajar si siswa yang ditunjukkan dengan adanya kecenderungan dan kegairahan siswa
yang tinggi atau keinginan siswa yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat besar
pengaruhnya terhadap belajar. Jika siswa terdapat siswa yang kurang berminat
terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai niat yang lebih besar.
Menurut Nana Sudjana dalam Kunandar (2013) hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang
disusun secara terencana baik tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan, sedangkan S.
Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang
belajar tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang
berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut Suprijono (2012) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku dalam setiap aspek potensi kemanusiaan. Adapun
menurut pemikiran Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Selain itu, berdasarkan pemikiran Gagne dalam hasil belajar
berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan.

9
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Senada dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono dalam Kunandar (2013) juga
menyatakan bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar.

4. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Problem Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan
informasi dalam jumlah besar kepada siswa. Problem Based Learning utamanya
dirancang untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya; mempelajari
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri (Arends, 2010).
Menurut Woods (2000) dalam Amir (2010) menyebutkan Problem Based
Learning lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan
tertentu. Ia dapat membantu pemelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya
dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi.

a. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Sebagai model pembelajaran, PBM memiliki beberapa ciri utama yang
membedakannya dari model pembelajaran yang lain. Menurut Arends (2010) para
pengembang Problem Based Learning (Cognition & Technology Group at Vanderbilt,
1990, 1996a, 1996b; Gordon et al., 2001; Krajcik et al., 2003; Slavin, Maden, Dolan,
& Wasik, 1994; Torp & Sage, 1998) mendeskripsikan bahwa model instruksional ini
memiliki karakteristik, yaitu:

10
a) Pertanyaan atau masalah perangsang, pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-
duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa
b) Fokus interdisipliner, Meskipun PBM berpusat pada pelajaran tertentu, misalnya
IPA, masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa
dapat meninjau dari berbagai mata pelajaran yang lain.
c) Investigasi autentik, PBM mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka
harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, menyusun hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi/data, melakukan percobaan,
membuat inferensi, dan merumuskan simpulan.
d) Produksi artefak dan exhibit, PBM menuntut siswa untuk menghasilkan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Karya tersebut dapat
berupa rekaman debat, laporan, model fisik, video, program komputer, surat
kepada seseorang atau instansi, atau poster. Pada tingkat yang lebih tinggi, hasil
karya di dalam PBM dapat berupa makalah, tesis, atau disertasi.
e) Kolaborasi, PBM dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan lainnya,
paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

b. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Penerapan PBM yang efektif memerlukan banyak latihan dan membuat
keputusan-keputusan tertentu pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan.
Penerapan PBM menurut Trianto (2011) sebagai berikut:
a) Tahap Perencanaan
Perencanaan di dalam PBM lebih rumit dan lebih banyak daripada perencanaan
yang dilakukan pada model pembelajaran lain. Pada tahap perencanaan ini,
terdapat tiga tugas utama yang harus dipersiapkan, yaitu penetapan tujuan,
merancang situasi masalah yang sesuai, dan organisasi sumber daya dan logistik.
b) Penetapan tujuan

11
Model pengajaran berdasarkan masalah dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan
membantu siswa menjadi pemelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya
pembelajaran berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut.
c) Merancang situasi masalah yang sesuai
Beberapa guru dalam pengajaran berdasarkan masalah lebih suka memberi
kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akann
diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah
yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan
secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten
dengan tujuan kurikulum.
d) Organisasi sumber daya dan rencana logistik
PBM sangat syarat dengan kegiatan sehingga seringkali diperlukan berbagai
macam alat dan bahan. Oleh karena itu, tugas mengorganisasikan sumber daya
dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas
perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan pembelajaran
berdasarkan masalah.
e) Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan PBM terdiri dari lima tahap utama, yaitu orientasi siswa pada
masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
serta menganalisis dam mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Kelima tahap tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.
1) Mengorientasikan siswa pada masalah autentik
Dalam mengorientasikan siswa pada masalah, guru perlu melakukannya dengan
cara-cara yang telah direncanakan dengan baik dan hati-hati, serta jelas,
sehingga siswa dapat mengidentifikasi dengan baik masalah yang diharapkan
muncul. Tahap ini seharusnya tidak berlangsung lama, lebih kurang 10 – 15
menit untuk rentang waktu pembelajaran 90 menit. Peran guru pada tahap ini
adalah menyajikan situasi masalah, mengajukan pertanyaan, memotivasi siswa
agar berpartisipasi, memberi arahan dan petunjuk.
2) Mengorganisasikan siswa untuk studi

12
Pembelajaran PBM bersifat top-down, dimulai dari masalah kompleks untuk
kemudian mempelajari keterampilan-keterampilan spesifik, sehingga siswa
seringkali membutuhkan teman yang lain untuk bekerja sama. Banyak orang
menyarankan agar dibentuk kelompok studi menggunakan prinsip-prinsip
pembentukan kelompok kooperatif, misalnya dengan pembentukan kelompok
heterogen.
3) Membimbing penyelidikan individu atau kelompok
Peran guru dalam tahap ini adalah memberikan bantuan dan dukungan agar
siswa tidak mengalami hambatan di dalam mencoba merumuskan hipotesis,
melakukan pengamatan (jika memungkinkan), mengorganisasi dan menganalisis
data atau informasi yang didapat, menarik kesimpulan berdasarkan data dan
hasil analisisnya.
4) Membimbing pembuatan hasil karya dan memamerkannya
Tahap ini merupakan ciri yang membedakan PBM dengan model pembelajaran
yang lain. Hasil karya dapat berupa laporan tertulis, rekaman video, model, atau
alat yang telah berhasil dibuat.
5) Menganalisis proses pemecahan masalah
PBM lebih dari sekadar konten (isi) pelajaran. Pada saat siswa belajar
menggunakan model PBM, mereka belajar konten dan sekaligus keterampilan
penyelidikan. Tahap ini digunakan untuk membantu siswa menganalisis proses
berpikir mereka dan menganalis tahapan penyelidikannya.
Tabel 1. Sintaks PBM
Tahap Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
Tahap 1 logistik yang dibutuhkan,
Orientasi siswa kepada masalah memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah
yang dipilihnya
Tahap 2 Guru membantu siswa
Mengorganisasi siswa untuk belajar mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan

13
masalah tersebut
Guru mendorong siswa untuk
Tahap 3 mengumpulkan informasi yang
Membimbing penyelidikan sesuai, melaksanakan eksperimen,
individual maupun kelompok untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
Tahap 4
karya yang sesuai seperti laporan,
Mengembangkan dan menyajikan
video dan model serta membantu
hasil karya
mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
Guru membantu siswa untuk
Tahap 5 melakukan refleksi atau evaluasi
Menganalisis dan mengevaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses pemecahan masalah proses-proses yang mereka
gunakan
Sumber : Arends (2015)

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Beberapa kelebihan dari Model Pembelajaran Berdsarkan Masalah menurut
Putra (2013) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan potensi intelektual siswa.
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat
langsung dalam proses penyelidikan.
3. Belajar melalui PBM bisa memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemikiran sendiri pun lebih mudah diingat.
4. Belajar dengan PBM, siswa dapat memahami konsep-konsep sains dan ide-ide
dengan baik.
5. Pengajaran menjadi terpusat pada siswa.
6. Proses pembelajaran PBM dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri
siswa.

14
Selain kelebihan, model pembelajaran berdasarkan masalah juga memiliki
beberapa kekurangan, diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran berdasarkan masalah mengandalkan suatu kesiapan
berpikir, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa
kebingungan dalam berpikir secara luas, membuat abstraksi, menemukan
hubungan antarkonsep dalam suatu mata pelajaran, atau menyusun sesuatu yang
telah diperoleh secara tertulis maupun lisan.
2. Bidang sains membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide.
3. Kurang berhasil bila jumlah siswa terlalu banyak di dalam satu kelas.
4. Sulit menerapkan metode ini karena guru dan siswa sudah terbiasa dengan
metode ceramah dan tanya jawab.

d. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran melalui Model Pembelajaran


Berdasarkan Masalah
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Trianto, 2014 pembelajaran berbasis inkuiri dilandasi oleh
teori konstruktivisme, dimana perspektif konstruktivisme mengharuskan siswa
bersikap aktif. Menurut paham konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa
harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan itu tidak sesuai.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan
didalam benaknya. Guru dapat memberi kemudahan dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ie mereka sendiri
(Trianto,2014). Oleh karena itu, teori ini menganjurkan peranan yang lebih aktif
bagi siswa dalam pembelajaran, karena penekanannya pada siswa yang aktif,
strategi kontruktivisme sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa. Di
dalam kelas yang berpusat pada siswa peran guru membantu siswa menemukan
fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah
atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas. Hal ini sesuai dengan inkuiri yang
membelajarkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya.

15
2. Teori Piaget
Menurut Nur (Trianto, 2014) menjelaskan bahwa perkembangan
kognitif sebagian besar ditemukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak
dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa
pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan
perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya,
khususnya berargumentasi dan berdiskui membantu memperjelas pemikiran
yang ada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara
aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-
pengalaman dan interaksi mereka (Trianto, 2014). Selama proses pembelajaran
siwa harus aktif dalam proses belajar, sehingga siswa memiliki pengalaman yang
dapat membelajarkan mereka menjadi individu yang lebih baik dan
menghasilkan hasil belajar yang lebih bermakna dan nyata. Penerapan dari teori
Piaget dalam pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tahapan ke 2 yakni
membuat hipotesis, dan tahapan ke 5 yakni melakukan pengamatan serta
menganalisis data dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. Dengan
demikian, kegiatan membuat hipotesis, melakukan pengamatan dan
menganalisis data dapat melatih keterampilan berpikir siswa, hal ini dapat
membantu siswa menemukan jawaban sementara dan siswa dapat menganalisis
suatu permasalahan yang telah diorientasikan sebelumnya.

3. Teori Vygotsky
Vygotsky berpendapat seperti piaget, bahwa siswa membentuk
pengetahuan sebagi hasil dari pemikiran maupun kegiatan siswa sendiri melalui
bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada
faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi,
dan simulus-respon, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan
konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan.
Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut Vygotsky,

16
bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-
tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan mereka. Menurut Nur (Trianto, 2014) Salah satu ide dari Vygotsky
ialah scaffolding, yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap
awal perkembangannya dan mengurai bantuan itu dan memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab semakin besar segera setelah
anak dapat melakukannya.

4. Teori Instruksi Bruner


Menurut Dahar (Trianto, 2014) Bruner menganggap, bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang bener-bener bermakna.
Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi
secara aktif dengan konsep dan prinsip, agar mereka dianjurkan untuk
memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen yang mengizinkan mereka
untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

5. Penelitian-Penelitian Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang Relevan


Penelitian-penelitian yang menggunakan PBM telah banyak dilakukan,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Mildawati (2012) dengan menerapkan
pendekatan PBM pada pelajaran biologi di SMA Negeri 5 Banjarmasin pada konsep
mekanisme transport, ia melaporkan hasil belajar proses selama proses pembelajaran
tuntas secara baik (83,08%). Sementara itu menurut penelitian yang dilakukan oleh
Rusida (2009) dengan menerapkan PBM pada pembelajaran matematika di SMP
Negeri 14 Banjarmasin pada materi persamaan linear dua variabel, ia juga melaporkan
adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut.
Keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model PBM ini juga dapat
dilihat dari penelitian Maryani (2008) dengan menerapkan PBM pada materi ajar alat-
alat optik dengan menerapkan metode analisis sintesis, ia melaporkan bahwa dengan
penggunaan PBM tersebut adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan persentase
rata-rata sebesar 68,82%.

17
6. Konsep Sistem Peredaran Darah dalam Kurikulum 2013
Permendiknas nomor 22, dan 23, pada kurikulum 2013 tahun 2013 bermaksud
membawa pemikiran baru dalam pengelolaan sistem pendidikan di Indonesia yang
mengarah pada berkembangnya keinginan untuk melaksanakan otonomi pengelolaan
pendidikan. Otonomi pengelolaan pendidikan ini diharapkan akan mendorong terciptanya
peningkatan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang bermuara pada upaya
peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan pada tataran paling bawah (at the bottom)
yaitu sekolah atau satuan pendidikan. Penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) dewasa ini sebagai bukti bahwa sekolah diharapkan menjadi centre of excellence
dari inovasi implementasi kebijakan pendidikan saat ini yang bukan hanya harus dikaji
sebagai wacana dalam pengelolaan pendidikan namun sebaiknya dipertimbangkan
sebagai langkah strategis ke arah peningkatan mutu pendidikan.
Pada kurikulum 2013 konsep sistem peredaran darah ini merupakan materi IPA
Biologi untuk SMA/MA kelas XI semester 1. Adapun Kompetensi Inti dan Komptensi
Dasar sebagai berikut:
A. Kompetensi Inti
1. KI-1 dan KI-2: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
2. KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
3. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan

18
B. Tabel 2. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator

3.6 Menganalisis hubungan antara 3.6.1 Menganalisis komposisi darah: sel-


struktur jaringan penyusun organ sel darah dan plasma darah
pada sistem sirkulasi dalam 3.6.2 Menganalisis penggolongan darah
kaitannya dengan bioproses dan manusia
gangguan fungsi yang dapat 3.6.3 Menganalisis tentang proses
terjadi pada sistem sirkulasi pembekuan darah
manusia 3.6.4 Menganalisis struktur dan fungsi alat
peredaran darah
3.6.5 Menganalisis mekanisme peredaran
darah
3.6.6 Mengidentifikasi kelainan dan
gangguan pada sistem peredaran
darah
3.6.7 Menjelaskan teknologi yang
berkaitan dengan kesehatan jantung
4.6 Menyajikan karya tulis tentang 4.6.1 Menyajikan karya tulis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi kelainan pada struktur dan fungsi darah,
darah, jantung, pembuluh darah jantung, pembuluh darah yang menyebabkan
yang menyebabkan gangguan gangguan sistem sirkulasi manusia serta
sistem sirkulasi manusia serta kaitannya dengan teknologi melalui studi
kaitannya dengan teknologi literatur
melalui studi literatur

7. Media Pembelajaran Aplikasi Android


Media pembelajaran berbasis aplikasi android merupakan suatu yang baru dalam
dunia pendidikan, media pembelajaran ini biasanya sudah berbentuk sebuah aplikasi
pendidikan ataupun aplikasi yang memuat materi dan bahan belajar. Produk aplikasi
tersebut dapat diunduh pada smartphone dan gadget yang bersistem operasi android,
biasanya sudah tersedia di google play ataupun play store. Pada dasarnya media
pembelajaran berbasis aplikasi android adalah suatu pruduk media pembelajaran

19
berbentuk sebuah aplikasi yang dapat diunduh atau didownload dismartphone berbasis
android.
Aplikasi android merupakan suatu media yang tergolong dalam media
pembelajaran bentuk elektronik, karena produk aplikasi android tersebut dijalankan pada
smartphone dan gadget bersistem operasi android. Yang mana smartphone dan gadget
tersebut termasuk salah satu teknologi komunikasi. Atas dasar tersebutlah media
pembelajaran berbasis aplikasi android dikatakan sebagai media elektronik.

a. Smartphone dan Gadget Sebagai Media Pembelajaran


Perkembangan teknologi sangat pesat salah satunya
perkembanganteknologi dibidang komunikasi yaitu perkembangan handphone
pintar atau yang sering dikenal dengan smartphone. Smartphone sendiri telah
digunakan di berbagai sektor kehidupan manusia dan hadirnya smartphone
tersebut dapat dirasakan di berbagai bidang salah satunya yaitu bidang pendidikan.
Penggunaan smartphone ataupun gadget mungkin merupakan sesuatu yang
baru dalam dunia pendidikan. Namun, jika dilihat penggunaan smartphone sebagai
media pembelajaran sangatlah baik, karena peserta didik akan lebih mudah
mecari-materi pelajaran yang dibutuhkan dan dapat juga memberi kesempatan dan
kebebasan kepada peserta didik untuk mengakses materi pelajaran secara luas
lebih luas yang mungkin saja materi tersebut belum pernah diajarkan oleh
pendidik. Penggunaan semartphone sebagai media pembelajaran juga akan
memberikan pengalaman yang baru bagi peserta didik dan penggunaan
smatrphone sebagai media pembelajaran akan lebih memudahkan peserta didik
dalam belajar, karena bentuknya yang simpel aksesnya yang luas sehinnga
smartpohone mudah digunakan kapan saja dan dimana saja.

b. Aplikasi Android Sebagai media pembelajaran


Penggunaan aplikasi android sebagai media pembelajaran adalah sesuatu
yang menarik dan baru dalam dunia pendidikan, aplikasi android telah memberi
warna baru dalam perkembangan media pembelajaran. Penggunaan aplikasi ini
membuat media pembelajaran semakin menarik dan beragam. Namun, penggunaan
aplikasi android sebagai media pembelajaran tidak hanya dinilai satu sisi. Aplikasi
abdroid harus mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik

20
dan harus mampu merangsang peserta didik untuk selalu mengingat apa yang sudah
dipelajari serta mempu memberi rangsangan belajar bagi peserta didik. Dengan
demikian, penggunaan aplikasi android sebagai media pembelajaran harus
memenuhi beberapa kreteria.
Sedangkan Attewell at.al (2009:2) menjelaskan teknologi yang digunakan
untuk mobile learning adalah teknologi genggam seperti personal digital assitans
(PDAs), mobile phone, smartphone, MP3 and MP4 player, multimedia pleyer
portabel yang lain, konsole game, ultramobile PC, mini notebook atau netbook,
GPS dan lain-lain.

8.Kerangka Berfikir
Gambar 1. Kerangka Berpikir

PERMASALAHAN DALAM 1. Kurikulum 2013 menuntut


PEMBELAJARAN peserta didik untuk dapat
berpikir kritis.
2. Pembelajaran masih berpusat
pada guru.
3. Peserta didik belum mampu
mengaitkan konsep IPA
dalam kehidupan nyata.
4. Pembelajaran belum
memfasilitasi peserta didik
untuk dapat berpikir kritis
5. Kemampuan berpikir kritis
peserta didik masih rendah.

TINDAKAN Model PBL

Kemampuan berpikir kritis


HASIL
meningkat

21
I. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan
kelas (PTK). PTK adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh
guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
(kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam
suatu siklus. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama (Arikunto, 2008).
Penelitian ini dibagi menjadi 2 siklus terdiri dari 2 pertemuan disetiap siklusnya.
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam PTK. Adapun ke empat
tahapan PTK tersebut, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan , dan (4)
refleksi (Arikunto,2008).

Gambar 2. Siklus Model Kemmis dan Mc Taggart


Tahapan dalam penelitian tindakan, yaitu :
a) Menyusun rancangan tindakan (Planning), dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang
apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

22
b) Pelaksanaan tindakan (Acting), penellitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
c) Pengamatan (Observasing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
d) Refleksi (Reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan.
Pada pelaksanaan pembelajaran, peneliti berkolaborasi dengan kepala sekolah sebagai
supervisor dan 2 orang guru pengajar serumpun MIPA kelas XI IPA SMA Negeri 1 Hampang
yang bertugas sebagai observer/pengamat. Konsep yang diajarkan dengan menggunakan
model PBM ialah sistem peredaran darah manusia, pada materi penggolongan darah,
transfusi darah, kelainan/penyakit pada sistem peredaran darah, dan teknologi yang berkaitan
dengan sistem peredaran darah manusia. Kegiatan penelitian tindakan kelas secara ringkas
tercantum seperti Tabel berikut.
Tabel 3. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Pertemuan Lokasi
Siklus Materi Pembelajaran
Ke- Pembelajaran
1 1 Penggolongan Darah
2 Transfusi Darah Kelas XI IPA
Dengan
2 Kelainan/penyakit pada SMA Negeri 1
1 Pembelajaran
Sistem Peredaran Darah Hampang
Berdasarkan
Teknologi yang Kabupaten
Masalah
2 Berkaitan Dengan Sistem Kotabaru
Peredaran Darah

Pada kegiatan penelitian tindakan kelas, berdasarkan Tabel diatas, dapat diketahui
bahwa pada penelitian ini hanya 4 materi pada konsep sistem peredaran darah manusia yang
menggunakan model PBM. Sementara untuk materi komponen penyusun darah pada manusia
dan alat-alat/proses peredaran darah diajarkan dengan metode cermah sesuai dengan jadwal
pelajaran.
Pembagian tugas masing-masing diatur sedemikian rupa sehingga memperlihatkan
kesatuan tindakan antara peneliti dan kolaboran, ada yang bertindak sebagai guru, pengamat,
supervisor, dan mitra. Di dalam kegiatan pembelajaran, tugas-tugas individu yang terlibat
dalam penelitian ini telah disusun.

23
Distribusi tugas-tugas dalam pelaksanaan pembelajaran dan dalam kegiatan penelitian
seperti pada Tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Tugas dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Siklu Materi Peneliti/Pengajar Supervisor/ Pengamat/Guru
s Kepala Mata Pelajaran
Sekolah MIPA
Penggolongan Noor Rahmadani, Gamel Abdul Wiwin Nurhidayah,
I Darah S.Pd Nasser, S.Pd S.Pd.Si
Transfusi darah Fathul Azkia, S.Pd
Kelainan/penyakit
pada sistem
peredaran darah
II Teknologi yang
berkaitan dengan
sistem peredaran
darah

Tabel 5. Distribusi Tugas dalam Kegiatan Penelitian


Kegiatan Peneliti Supervisor Pengamat
Menyiapkan bahan ajar X - -
Menyiapkan materi X - -
Menyusun instrumen/ soal dan
X X -
melakukan validasi soal
Menyusun kelompok
kooperatip X - -

Menetapkan indikator dan


membuat rencana X X -
pembelajaran.
Melakukan refleksi X X X

24
2. Tahap-tahap Penelitian
A. Refleksi Awal
Refleksi Awal dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Guru pengajar biologi belum pernah menggunakan PBM dalam proses pembelajaran
biologi, khususnya pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia di kelas XI IPA.
b) Peserta didik belum pernah melakukan PBM dalam pembelajaran biologi khususnya
sistem peredaran darah.
c) Aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered)
d) Hasil belajar peserta didik belum mencapai ketuntatasan klasikal

B. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Siklus I


B.1 Tahap Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Peneliti meminta kesediaan kepala sekolah sebagai supervisor dan guru mata
pelajaran serumpun (guru Fisika dan guru Kimia) sebagai observer/pengamat
dalam pelaksanaan PTK.
b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, soal pretes, soal postes dan kisi-
kisi soal untuk konsep sistem peredaran darah manusia
c) Membuat bahan ajar tentang konsep sistem peredaran darah manusia.
d) Membuat LKPD dan jawaban LKPD tentang konsep sistem peredaran darah
manusia.
e) Menentukan hasil karya/produk yang sesuai dengan materi pembelajaran.
f) Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar, format pengelolaan
pembelajaran, aktivitas siswa dan guru, dan angket respon siswa.

B.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I


Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan RPP yang telah disusun dengan
menggunakan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada sintaks PBM berikut:
Tabel 6.Langkah-langkah Kegiatan PBM
Tahap Aktivitas Guru
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan
Orientasi siswa kepada pembelajaran, menjelaskan
masalah logistik yang dibutuhkan,

25
memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang
dipilihnya
Guru membantu siswa
Tahap 2 mendefinisikan dan
Mengorganisasi siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar
belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut
Guru mendorong siswa untuk
Tahap 3
mengumpulkan informasi yang
Membimbing penyelidikan
sesuai, melaksanakan eksperimen,
individual maupun
untuk mendapatkan penjelasan dan
kelompok
pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
Tahap 4
karya yang sesuai seperti laporan,
Mengembangkan dan
video dan model serta membantu
menyajikan hasil karya
mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
Guru membantu siswa untuk
Tahap 5
melakukan refleksi atau evaluasi
Menganalisis dan
terhadap penyelidikan mereka dan
mengevaluasi proses
proses-proses yang mereka
pemecahan masalah
gunakan
(Sumber : Arends 2008)

B.3 Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus I


Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Mengobservasi aktivitas pengelolaan pembelajaran guru dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Observasi dilakukan pada setiap
pertemuan untuk mengetahui perkembangan proses pembelajaran, yang akan
dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi untuk memasuki siklus
kedua.

26
b) Penguasaan materi diperoleh dari hasil belajar dengan menggunakan instrumen
berupa pretest, postest. Seluruh data yang diperoleh dicatat dan direkam untuk
dijadikan bahan pertimbangan atau sebagai refleksi untuk memasuki siklus
berikutnya.

B.4 Refleksi Tindakan Siklus I


Menurut Arikunto (2010) refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan
adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh
guru ataupun siswa. Perenungan ini guru membayangkan kembali peristiwa yang
sudah lampau, yaitu ketika tindakan berlangsung. Hal yang sangat penting dalam
PTK adalah bahwa seluruh siswa harus dilibatkan dalam refleksi. Kegiatan refleksi
ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,
kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan.
Selain kegiatan siswa dan guru, refleksi juga dilakukan terhadap instrumen
yang digunakan dan hasil tes sebagai pertimbangan untuk memasuki Siklus II.
Pertimbangan yang dilakukan bila terdapat salah satu komponen di bawah belum
terpenuhi. Ketuntasan belajar siswa secara individu tercapai bila siswa tersebut
mendapat nilai ≥ 75. Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal akan
tercapai bila terdapat ≥ 85% siswa yang memperoleh ketuntasan individu ≥ 75.
Ketuntasan belajar siswa dilihat dari postest setiap pertemuan (Trianto, 2011).
Tahap ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat
dilakukan pengamatan. Refleksi juga merupakan upaya untuk mengkaji apa yang
telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan pelaksanaan tindakan
yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil observasi dari pengamat dan hasil evaluasi
di akhir siklus maka akan dijadikan pertimbangan memasuki siklus berikutnya.

C. Pelaksanaaan Penelitian Tindakan Kelas pada Siklus II


Tahap-tahap yang dilalui pada Siklus II sama dengan Siklus I seperti
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, pembuatan soal-soal dan jawaban
yang akan digunakan dalam pembelajaran serta penyusunan instrumen penelitian.
Hal yang membedakan Siklus I dan Siklus II hanya materinya saja. Tahapan
penelitian tindakan kelas pada Siklus II, yaitu:

27
C.1 Tahap Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Memperbaiki hal-hal yang masih kurang atau kegiatan yang terjadi di luar
perencanaan pada siklus sebelumnya.
b) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, LKPD, soal pretest dan
postest, hasil karya/produk yang sesuai, kisi-kisi soal untuk konsep sistem
peredaran darah manusia serta media yang digunakan.
c) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas
guru serta perangkat penilaian respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

C.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pelaksanaan tindakan pada Siklus II ini sama halnya dengan Siklus I. Pada
tahap ini terdapat penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa,
penyajian informasi, mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan
siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Hal yang membedakan Siklus I dan Siklus II, yaitu hanya pada
materi yang disampaikan. Pada Siklus I materi yang disampaikan adalah
penggolongan darah dan transfusi darah. Pada Siklus II materi yang disampaikan
adalah mengenai kelainan/penyakit dan teknologi yang berkaitan dengan sistem
peredaran darah.

C.3 Observasi dan Evaluasi Tindakan


Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Mengobservasi aktivitas pengelolaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Observasi dilakukan pada
setiap pertemuan untuk mengetahui perkembangan proses pembelajaran, yang
nantinya akan dijadikan acuan peningkatan aktivitas pengelolaan pembelajaran
oleh guru dan aktivitas siswa pada saat kegiatan belajar mengajar.
b) Penguasaan materi diperoleh dari hasil belajar dengan menggunakan instrument
berupa pretes dan postes. Seluruh data pada Siklus II yang diperoleh, akan
dijadikan sebagai bahan perbandingan dari hasil Siklus I, untuk mengetahui
kemajuan yang telah dicapai dan perbaikan atas hasil siklus sebelumnya.

28
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Hampang pada Tahun Ajaran 2019/2020. Jumlah seluruh siswa pada kelas tersebut
adalah 17 orang, yang terdiri dari 6 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa
perempuan.

E. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 di
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Hampang Kabupaten Kotabaru beralamat di Jalan Antuin
RT.01 Desa Hampang Kec. Hampang Kabupaten Kotabaru. Penelitian ini berlangsung
selama 4 bulan yaitu mulai bulan November sampai dengan bulan Februari.

F. Pengembangan Instrumen Penelitian


Langkah-langkah penyusunan instrumen adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan indikator berdasarkan Kompetensi Dasar sesuai Kurikulum 2013
pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia
b) Membuat kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.
c) Menyusun draf soal berdasarkan indikator pembelajaran dan kisi-kisi beserta
kunci jawaban.
d) Melakukan revisi instrumen penelitian, sehingga instrumen penelitian tersebut
layak untuk digunakan.

G. Validitas Instrumen
Instrumen penelitian memenuhi syarat sebagai alat pengumpul data apabila
instrumen tersebut valid dan reliabel (Arikunto, 2010). Uji validitas instrumen
penelitian dengan tujuan dan isi materi pembelajaran. Soal-soal tes uji diberikan
kepada siswa kelas XI IPA dari sekolah SMA Negeri 1 Kelumpang Barat karena
dianggap memiliki latar belakang pengetahuan dasar yang sama.

H. Teknik Pengumpulan Data


Hasil penelitian data kuantitatif adalah data hasil belajar yang diambil dari
pretes dan postes dan hasil penilaian LKPD. Sedangkan hasil penelitian data kualitatif
berupa data hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan
aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran.

29
I. Teknik Analisis Data
a) Analisis data keterampilan berpikir kritis yang tergolong data kualitatif dilakukan

secara deskriptif dihitung dengan cara:

Jumlah nilai minimum = 1 x 3 (kategori yang dinilai) = 3

Jumlah nilai maksimum = 4 x 3 (kategori yang dinilai) = 12

Range nilai = nilai maksimum – nilai minimum = 12 – 3 = 9

Interval Kelas = 9/4 = 2,25

Jadi skor kualitas keterampilan berpikir kritis siswa:

3 – 5,25 = Kurang baik

5,26 – 7,50 = Cukup baik

7,51 – 9,75 = Baik

9,76 – 12 = Sangat Baik

(diadaptasi dari Sujarweni & Endrayanto)

Rata-rata aspek dalam kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan

menggunakan tingkatan atau taraf dengan interval yaitu 0,1 - 1 = Kurang; 1,1 - 2

= Cukup; 2,1 - 3 = Baik; 3,1 - 4 = Sangat baik.

b) Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara
deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan
individual dengan rumusan sebagai berikut :
Jumla h skor
Ketuntasan Individual = ×100 %
Jumla h skormaksimal
Jumla h siswa yang tuntas belajar
Ketuntasan Klasikal = ×100 %
Jumla h seluru h siswa

Keterangan :
Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 75
Ketuntasan klasikal : jika ≥ 85% dari seluruh siswa yang mencapai ketuntasan
individual ≥ 75 (KKM pelajaran biologi SMA Negeri 1 Hampang)

30
c) Data kuantitatif yang diperoleh dari penilaian LKPD menggunakan kategori
yakni baik (75,5-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%). (Modifikasi
Arikunto, 1998)
d) Data kuantitatif yang diperoleh dari pretes-postes dan LKPD, telah dijelaskan
sebelumnya.

b) Indikator Keberhasilan Penelitian


Menurut Djamarah dan Zain (2010) yang menjadi petunjuk bahwa suatu
proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap terhadap bahan pelajaran
yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Arikunto (2008) penelitian dikatakan berhasil apabila memenuhi semua
komponen indikator kuantitatif dan kualitatif. Kedua indikator tersebut dapat dilihat
dari pergeseran hasil belajar Siklus I dan Siklus II.

a) Indikator kuantitatif terdiri atas:


1. Siswa mencapai ketuntasan secara individual (skor ≥ 75) dan ketuntasan secara
klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang telah
ditetapkan oleh SMA Negeri 1 Hampang sebelumnya.
2. Hasil selama proses pembelajaran tergolong baik berdasarkan Arikunto 1998.
b) Indikator kualitatif adalah apabila aktivitas siswa telah menunjukkan kenaikan dari
Siklus I sampai pada Siklus II atau dominasi beberapa aktivitas guru menunjukkan
penurunan dari Siklus I sampai ke Siklus II.

J. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan Febr. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des Jan. Feb
.

Observasi X X X
lapangan
Menyusun X
proposal
Seminar X
usulan
Menyiapkan X X
partisipan

31
Refleksi awal X
Melaksanakan X
penelitian
siklus I
Refleksi X X
tindakan
Melaksanakan X
penelitian
siklus II
Mengolah X X
data hasil
penelitian
Menulis draf X
laporan
Seminar hasil X
Menulis X X X
laporan akhir

K. DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.

Arends, Richard I. 2010. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Pustaka Pelajar,
Jakarta.

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, S.B. & A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.

Hamdani. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung

32
Kemendikbud, Litbang. 2011. Survei Internasional PISA. Diakses melalui
http://litbang_Kemendikbud.go.id/Index.php.Survei.Internasional PISAhtml. Pada
tanggal 03 September 2016.

Kemendikbud, Litbang. 2011. Survei Internasional TIMSS. Diakses melalui


http://litbang_Kemendikbud.go.id/Index.php.Survei.Internasional TIMSShtml. Pada
tanggal 03 September 2016.

Maryani, Besse, 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II E SLTPN 24 banjarmasin
Pada Materi Alat-Alat Optik Dengan Menerapkan Metode Analisis-Sintesis Melalui
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL). Banjarmasin: UNLAM. Skripsi
tidak diterbitkan.

Mildawati. 2012. Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3
Banjarbaru pada Konsep Mekanisme Transpor Melalui Pendekatan Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.Banjarmasin: UNLAM. Skripsi tidak diterbitkan.

Rusida, S.A. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Materi Sistem Persamaan
Dua Variabel Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 14 Banjarmasin Tahun Ajaran 2009/2010. Banjarmasin: UNLAM. Skripsi
tidak diterbitkan.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta

Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media


Group, Jakarta.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Lembar Keterlaksanaan dalam PBM....................................................39

33
2. Lembar Aktivitas Guru dan Siswa........................................................41
3. Lembar Observasi Kinerja Guru ..........................................................42
4. LP: Berpikir Kritis Dalam Pengamatan ...............................................43
5. LP: Kinerja Berpikir Kritis Siswa Dalam Pengamatan.........................44
6. LP: Berpikir Kritis Siswa Dalam Membuat Kesimpulan.....................46
7. LP: Berpikir Kritis Siswa Dalam Percobaan........................................47
8. LP: Kinerja Berpikir Kritis Siswa Dalam Percobaan...........................48
9. Denah SMA Negeri 1 Hampang Kab. Kotabaru Tahun Pelajaran
2019/2020.............................................................................................50

Lampiran 1

Lembar Keterlaksanaan dalam Pembelajaran PBM

No Aspek yang diamati Keterlaksanaa

34
Ya Tidak

A.      Pendahuluan

 Apersepsi dan Memotivasi siswa


 Menyampaikan tujuan pembelajaran

B.      Kegiatan Inti

 Menyajikan fenomena nyata sebagai sumber


permasalahan
 Mengidentifikasi permasalahan
 Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan
bersama siswa
I  Membimbing siswa melakukan kegiatan
 Membimbing siswa mendiskusikan hasil
kegiatan dalam kelompok
 Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan
pembelajaran
 Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep

C.      Penutup

 Membimbing siswa membuat rangkuman


 Memberikan evaluasi

II Pengelolaan Waktu
Antusiasme Kelas

III  Siswa Antusias


 Guru Antusias

Jumlah

Pedomen penskoran Berdarkan Skala Guttman

Jawaban Nilai Skor


Ya 1

35
Tidak 0
Data yang diperoleh dihitung persentasenya dihitung persentasenya dengan rumus:

P=
∑ K x 100 %
∑N
Keterangan:

P = Persentase keterlaksanaan RPP


åK = Jumlah aspek yang terlaksana
åN = jumlah keseluruhan aspek yang diamati

Persentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan kriteria sebagai berikut:

N Persentas
Kriteria
o. e
1 1%-20% Kurang sekali
2
21%-40% Kurang
.
3
41%-60% Cukup
.
4
61%-80% Kuat
.
5 81%-
Kuat sekali
. 100%
(Riduwan, 2010)

Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa


No Aktivitas Guru yang diamati Skor Presentas Keteranga
e n

36
1 Menyampaikan tujuan
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
5 Menjelaskan materi yang sulit
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam
7 menentukan konsep
8 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
9 hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
No Aktivitas Siswa yang diamati Skor
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
2 Membaca buku siswa
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
5 Menyajikan hasil pembelajaran
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
7 Menulis yang relevan dengan KBM
8 Merangkum pembelajaran
9 Mengerjakan tes evaluasi/latihan

Keterangan Kreteria Skor :    

1 Tidak Baik
2 Kurang Baik
3 Cukup Baik
4 Baik

Keterangan presentase dan pengkategorian sikap 81%-100% : sangat baik


n 61%-80% : Baik
Presentase (%) = x 100 %
N 41%-60% : Cukup
Ket : 21%-40% : Kurang Baik
n : skor yang diperoleh <20% : Sangat kurang
N : Skor maksimal
% : Tingkat presentase yang dicapa

Lembar Observasi Kinerja Guru

37
NO DESKRIPTOR SKOR
I PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1 Merumuskan tujuan pembelajaran
2 Memilih dan mengorganisasikan materi ajar sesuai dengan tujuan
3 Memilih sumber dan media sesuai dengan tujuan dan materi
4 Merumuskan scenario pembelajaran dengan jelas, rinci dan sesuai
dengan tujuan
5 Menyususn instrument penelitian dengan lengkap dan sesuai dengan
tujuan
II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
6 Mengingatkan kembali pelajaran yang lalu dan menjelaskan pentingnya
materi pembelajaran
7 Menunjukan penguasaan materi pembelajaran
8 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dengan
realitas kehidupan
9 Menyampaikan materi secara logis dan jelas (Auditori)
10 Melaksanakan pembelajaran secara sistematis
11 Mengelola waktu pembelajaran secara efektif
12 Mampu mengelola kelas
13 Melaksanakan pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok
dengan cara setiap kelompok terdiri dari siswa yang heterogen
14 Menggunakan media visual (PPT/Video/Gambar/Macromedia Flash)
15 Melaksanakan pembelajaran yang bisa menumbuhkan motivasi siswa
dalam belajar melalui presentasi hasil diskusi kelompok (kinestetik)
16 Memberikan penguatan dari hasil diskusi kelompok
17 Memberikan penghargaan kepada siswa
18 Merangsang siswa untuk bertanya
Menanggapi dengan terbuka terhadap pertanyaan dan respon siswa
19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa
20 Menggunakan bahasa lisan dan tulis dengan jelas, baik, dan benar
21 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan pembelajaran
22 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman pembelajaran dengan
melibatkan siswa
JUMLAH SKOR

Lampiran 2

38
LEMBAR PENILAIAN : BERPIKIR KRITIS DALAM MELAKUKAN
PENGAMATAN

Prosedur:
1. Lembar kerja LKPD memuat 6 butir tes:
a. Untuk tugas 1, 2, 3, menggunakan format lembar penilaian berpikir kritis saudara
diminta menilai pada kolom penilaian siswa nilai maksimum tertera di sebelah kiri
b. Untuk tugas no 4, dan 5 menggunakan rubrik yang disediakan format lembar penilaian
berpikir kritis yang berkisar antara 1 sampai 4 yang tertera.

Format Asesmen Kinerja Berpikir Kritis


Skor Asesmen
Skor Oleh Rata- Skor
Rincian Berpikir Oleh
No Maksimum siswa rata
kritis Guru
sendiri
1 Merumuskan masalah
(mengajukan 16
pertanyaan)
2 Merumuskan hipotesis
(jawaban sementara) 20

3 Mengumpulkan data
(tabel, bagan, grafik) 24

4 Menganalisis data
20

5 Merumuskan
kesimpulan 20

Skor Total
100

Untuk kategori yang diberikan menggunakan aturan/ range berikut:


Kategori baik (76-100), sedang (56-75),kurang (40-55),dan buruk (<40)
(Arikunto,2010)

LEMBAR PENILAIAN : KINERJA KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA


DALAM MELAKUKAN PENGAMATAN

39
Format Asesmen Kinerja Berpikir Kritis
Skor Asesmen
Oleh Rata- Skor
Aspek yang diamati
No siswa Oleh Guru rata
sendiri
1 Pengamatan terstruktur (dimulai
dari merumuskan masalah,
membuat hipotesis, merancang
percobaan, mengumpulkan data,
menganalisis data dan kesimpulan)
2 Pengamatan dilakukan secara tepat
dan menggunakan ukuran angka
yang sesuai
3 Jika diperlukan gambaran yang
bersifat ilmiah dibuat
4 Alat dan bahan yang digunakan
sesuai dengan pengamatan yang
dilakukan
5 Pendapat-pendapat pribadi,
kesimpulan-kesimpulan atau
inferensi di hindari ketika
melakukan pengamatan
6 Data diorganisasikan secara layak
dan rapi
Skor Total

Untuk kategori yang diberikan menggunakan aturan/ range berikut:  


4: Amat Baik; 3: Baik; 2: Cukup; 1: Kurang

40
KINERJA KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MEMBUAT
KESIMPULAN

Format Asesmen Kinerja Berpikir Kritis Membuat Kesimpulan

Skor Asesmen
Oleh Rata- Skor
Aspek yang diamati Oleh rata
No siswa
Guru
sendiri
1 Kesimpulan dibuat
dengan bahasa yang
sederhana
2 Kesimpulan dibuat
berdasarkan hasil
pengamatan
3 Inferensi dijelaskan dan
dibenarkan berdasarkan
pengetahuan utama
pengamat
Skor Total

Untuk kategori yang diberikan menggunakan aturan/ range berikut:  


4: Amat Baik; 3: Baik; 2: Cukup; 1: Kurang

41
RUBRIKS

Melakukan Ekperimen/Percobaan

Amat siswa menyediakan daftar kuantitatif (matematika)


Baik dan kualitatif (yang diberitahukan jugments)
(AB) = pengamatan, menunjukkan yang suatu usaha dalam
4
studi. Diagram dan gambar yang mengesankan
dibuat untuk melengkapi data. Membuat
kesimpulan secara hati-hati.

Baik Siswa melakukan pengamatan secara rinci dengan


(B) = 3 menggunakan pikiran yang sesuai dengan
pengamatan.Pengamatan kualitatif dan kuantitatif
dibuat dengan teliti. Siswa menunjukkan
ketrampilan didalam menggunakan alat dan
bahan. Gambar dan diagram di gambarkan secara
hati-hati dalam pengamatan. Siswa tanpa membuat
pendapat, kesimpulan, atau inferensi. Data
terorganisir dan mudah dibaca. kesimpulan dibuat
dan dibenarkan didasarkan pada pengamatan yang
telah dilakukan siswa

Cukup siswa membuat pengamatan tidak akurat dan/atau


(C) = 2 tidak sempurna. Sistem metrik tidak digunakan.
Siswa tidak menggunakan alat dan bahan dengan
baik. Menggambar atau membuat diagram.
Pengamatan siswa tanpa membuat pendapat,
kesimpulan, atau inferensi. Kesimpulan dibuat
dengan penuh pertimbangan dibenarkan didasarkan
pada pengamatan

Kurang Pekerjaan yang dilakukan kurang baik atau belum


(K) = 1 diselesaikan

42
LEMBAR PENILAIAN : BERPIKIR KRITIS DALAM MELAKUKAN
PERCOBAAN

Prosedur:
1. Lembar kerja LKPD memuat 6 butir tes:

43
a. Untuk tugas 1, 2, 3, menggunakan format lembar penilaian berpikir kritis saudara diminta
menilai pada kolom penilaian siswa nilai maksimum tertera di sebelah kiri
b. Untuk tugas no 4 menggunakan rubrik yang disediakan format lembar penilaian berpikir
kritis yang berkisar antara 1 sampai 4 yang tertera.

Format Asesmen Kinerja Berpikir Kritis

Skor Asesmen
Skor
Oleh Rata- Skor
N Rincian Berpikir Maksi
siswa Oleh Guru rata
o kritis mum
sendiri
1 Merumuskan masalah 16
(mengajukan
pertanyaan)
2 Merumuskan hipotesis 10
(jawaban sementara)
3 Merancang 20
Percobaan/pengamatan
4 Mengumpulkan data 24
(tabel, bagan, grafik)
5 Menganalisis data 20
6 Merumuskan 10
kesimpulan
Skor Total 100

LEMBAR PENILAIAN: KINERJA KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA


DALAM MELAKUKAN PERCOBAAN

44
Format Asesmen Kinerja Berpikir Kritis
Skor Asesmen
Oleh Rata- Skor
Aspek yang diamati Oleh
No siswa rata
Guru
sendiri
1 Metode dan prosedur yang
digunakan dalam
ekperimen/percobaan
sesuai urutan
2 Suatu variabel terikat yang
layak di identifikasi secara
jelas
3 Desain
ekperimen/percobaan
menggunakan angka bila
di mungkinkan
4 Ekperimen/percobaan
menggunakan control
yang sesuai
5 Setrategi yang digunakan
sesuai dengan pengukuran
dalam
eksperimen/percobaan
6 Menggunakan kosa kata,
mekanika bahasa, dan
kalimat yang sesuai
Skor Total

45
RUBRIKS

Melakukan ekperimen/percobaan
Amat Eksperimen/percobaan dilakukan dengan jelas dan
Baik lengkap, serta mudah dipahami. Data yang dapat
(AB) = digunakan untuk mengevaluasi hipotesis dan
4
memprediksi. urutan langkah-langkah yang
sempurna. Siswa menunjukkan pemahaman yang
jelas sehingga eksperimen/percobaan terkendali.
semua keselamatan dan tindakan kerja direncanakan

Baik Eksperimen/percobaan menguji prediksi. urutan


(B) = 3 langkah-langkah bisa di ikuti. Memilih variabel yang
mandiri dan variabel terikat, dan siswa merencanakan
bagaimana cara mengendalikan dan mengukur. Siswa
menggunakan alat dan bahan. Siswa menunjukkan
suatu pemahaman yang baik dalam melakukan
eksperimen/percobaan.
Cukup Rencana yang dilakukan tidak sempurna. Variabel
(C) = 2 mandiri atau variabel terikat dipilih dengan baik, dan
rencana untuk mengukur dilakukan dengan baik.
Tidak ada pemahaman yang jelas dalam eksperimen.
siswa belum menguraikan strategi untuk
memperkecil kesalahan.

Kuran Pekerjaan yang dilakukan kurang baik atau belum


g (K) =

46
1 diselesaikan

47
48
49

Anda mungkin juga menyukai