NIM : E1M017061
Teori partikel dalam kotak 1 dimensi melihat sistem fisik partikel menjadi tolak ukur sifat
kuantum. Semakin kecil partikel maka semakin menunjukkan sifat kuantumnya.
Selain itu, pada x = 0, maka potensial yang dimiliki adalah v = ∞, hal ini menggambarkan
bahwa sistem yang tidak memungkinkan partikel untuk keluar
x=0 x=L
b) Energinya bagaimana?
Tidak ada perubahan energi dan tidak ada suatu gerakan dari suatu sisitem itu membuat
lajunya berkurang atau energinya tetap.
Energi total sistem
Etot ¿ K +V
1 2
= mv + 0
2
c) Operator dalam mekanika kuantum
Mengubah besaran energi menjadi operator.
2
ђ2 d
Ê = Ĥ ¿−
2 m dx 2
2
1 2
Energi kinetik = mv diubah menjadi p agar bisa diubah menjadi operator, yang dimana
2 2m
ђ d
p=
і dx
Φ = A sin kx
Φ = A cos kx
Φ = A e ikx
Φ = A e –ikx
dφ d2 φ 2 2
=kA cos kx → 2 =−k A sin kx=−k φ
dx dx
dφ +ikx d2 φ 2 ikx
=ik A e → 2 =−k A e
dx dx
Dari funsi – fungsi diatas bisa kitapilih menjadi solusi umum dengan syarat apabila
turunannya bisa menghasilkan –k2φ dari fungsi semula.
f) Abstraksi yang dilakukan untuk menjelaskan partikel dalam kotak 1 dimensi dan syarat batas
Vx =̴
V=0
x=0 x=n
karenatidakadagesekanmedan
gravitasi
Orang fisikamelakukanabstraksipada proses
denganmenggunakanpotensialtakhinggauntukwilayah yang tidakbisa di
masukisamasekalimakadisebutdenganpotensialtakhingga.
(gelombang kontinu)
V∞ diabstraksikan untuk daerah yang tidak bisa dimasuki dengan cara apapun, dan
system yang tidak akan memungkinkan partikel keluar dari kotak tersebut maka dikatakan
potensialnya tak hingga.
x=0 x=L
Φ(x) = A sin kx
Φ(0) = 0
Φ(L) = sin kL = 0
Dimana kL adalah π ,2 π ,3 π , … … … … … … … nπ
nπ
Serta, k =
L
nπ
Sehingga diperoleh fungsi gelombang yaitu : φx= A sin
L
g) Energi partikel dalam kotak 1 Dimesi dan solusi persamaan gelombangnya setelah amplitudo
diketetahui.
Dari syarat batas , umumnya bisa diperoleh atau dibutuhkan adanya kuantitas energi
nπ
k=
L
d2 2
2
ψ=−k ψ
dx
−2 mE
2
ψ=−k 2 ψ
ħ
2mE
2
=k 2
ħ
2 mE
k=
√ ħ2
nπ 2 mE h
L
=
ħ √
2 (dikuadratkan kedua ruas) , ingat ħ=
2 π
n2 π 2 2 mE 4 π 2
=
L2 h2
n2 8 mE
= 2
L2 h
n2 h 2
En =
8 m L2
Analoginya
dp dp dp
ψ2≈ ≈ ≈
dx dA dV
Sehingga
dp
ψ 2=
dx
p=∫ ψ 2 dx
Penentuan Amplitudo
∞
Diketahui ∫ ψ∗ψ dx=1
∞
∫ A sin nπ
L
x∗A sin
nπ
L
x dx=1
0
L 2
nπ
∫
0
| A sin
L |
x dx=1
L
∫ A 2 sin2 nπ
L
x dx=1
0
L
A 2
∫ sin2 nπL x dx=1
0
L
2 nπ
Menentukan nilai ∫ sin x dx
0 L
∫ sin 2 nπ
L
x dx
0
L
1 2 nπ
=∫
0 2 (
1−cos
L
x dx )
L
1
¿
20
∫ 1−cos 2nπ
L( x dx )
L
1 2nπ
¿ ∫ dx−cos
20 L (
x dx )
L L
1 1 2 nπ
¿ ∫ dx− ∫ cos
20 20 L
x dx ( )
1
¿ ¿
2
1
¿ ¿
2
1 L 2 nπ
¿
2 [ (
( L )− (
2 nπ
sin
L
L ¿−¿ 0) )]
1 L
¿
2 [ (
( L )− (
2 nπ )]
sin 2 nπ )
1
¿
2
[ ( L )− ( 0 ) ]
1
¿ [ ( L)]
2
L
¿
2
Sehingga,
∫ sin 2 nπ
L
x dx=
L
2
0
Jadi,
L
A 2
∫ sin2 nπL x dx=1
0
L
A2 =1
2
2
A2=
L
2
A=
√ L
TUGAS TAMBAHAN
Soal Latihan
Sebuah elektron terperangkap dalam suatu daerah satu dimensi sepanjang 1 x 10-10 m.
Tentukan:
a. Berapa banyak yang energi yang harus dipasok untuk mengeksitasi elektron dari keadaan
dasar ke keadaaan eksitasi pertama?
Diketahui : L = 1 x 10-10m.
Ditanya : Berapa banyak energi untuk mengeksitasi elektron dari keadaan dasar
ke keadaaan eksitasi pertama ?
Penyelesaian :
Eksitasi dasar
n 2 h2
E 1=
8 m L2
12 (6,6 x 10−34)2
E 1=
8 x 9,11 x 10−31 1 x 10−10
(6,6 x 10−34)2
E 1=
72,88 x 10−31 x 10−10
43,56 x 10−68
E 1=
72,88 x 10−41
E1=0,59 x 10−27 eV
Eksitasi pertama
n 2 h2
E 2=
8 m L2
22 (6,6 x 10−34)2
E 2=
8 x 9,11 x 10−31 1 x 10−10
4(6,6 x 10−34 )2
E 2=
72,88 x 10−31 x 10−10
4 x 43,56 x 10−68
E 2=
72,88 x 10−31 x 10−10
174,24 x 10−68
E 2=
72,88 x 10−41
E2=2,39 x 10−27 eV
b. Pada keadaan dasar berapakan probabilitas untuk menemukan elektron dalam daerah x =
0,009 x 10-10 m hingga 0,110 x 10-10 m?
Diketahui : n=1 , π=3,14 , π=180 °
Ditanya : Probabailitas ?
Penyelesaian :
L
p=∫ ψ 2 dx
0
nπ
ψ= A sin x
L
2 nπ
ψ= sin x
L L
Sehingga
−10
0,11 x10
2 nπ
p= ∫ sin2 x dx
L 0,009 x 10 −10 L
−10
0,11 x10
2 1 2nπ
p= ∫ (1−cos x)dx
L 0,009 x 10 2−10 L
−10
0,11 x 10
2 1 2 nπ
p= × ∫ (1−cos x )dx
L 2 0,009 x10 L
−10
−10
0,11 x10
1
p= ∫ ( 1−cos 2 Lnπ x) dx
L 0,009 x 10 −10
−10
0,11 x10
1 2 nπ
p= ∫ (dx−cos x dx ¿ ) ¿
L 0,009 x 10 −10 L
−10 −10
0,11 x10 0,11 x10
1 1 2 nπ
p= ∫ dx− ∫ cos x dx
L 0,009 x 10 L 0,009 x 10
−10 L −10
1
p= ¿
L
1
( 0,11 x 10−10−0,009 x 10−10 )− L ( sin 2 nπ−10 0,11 x 10−10−sin 2 nπ−10 0,009 x 10−10)
p=
L [ 2 nπ 1 x 10 ( 1 x 10 )]
1
p= ( 0,11 x 10−10−0,009 x 10−10 )− L ( sin2 nπ 0,11−sin 2 nπ 0,009)
[ ( )]
L 2 nπ
1
p= [ ( 0,11 x 10−10−0,009 x 10−10 ) − 1 L (sin 2 nπ 0,11−sin2 nπ 0,009)
][ ]
L L 2 nπ
1
p= [ ( 0 ,101 x 10−10) − 1 (sin 2 n π 0,11−sin 2n π 0,009)
][ ]
L 2 nπ
1 1
p=
[ 1 x 10 −10
( 0 , 101 x 10−10 ) −
2 ×3,14 ][
(sin 2 π 0,11−sin 2 π 0,009) ]
0 ,101 x 10−10 1
p=
[ 1 x 10 −10
−
6,28 ][
(0,63−0,056) ]
1
p= [ 0 , 101 ] − [ 6,28
(0,574) ]
0,574
p= [ 0 , 101 ] − [ 6,28 ]
p= [ 0 , 101 ] −[ 0,091 ]
p=0,01
c. Pada keadaan eksitasi pertama, berapakah probabilitas untuk menemukan elektron antara
x = 0 hingga x = 0,25 x 10-10 m?
Diketahui : n=2 , π=3,14 , π=180 °
Ditanya : Probabilitas ?
Penyelesaian :
L
p=∫ ψ 2 dx
0
nπ
ψ= A sin x
L
2 nπ
ψ= sin x
L L
Sehingga
−10
0,25 x10
2 nπ
p= ∫ sin 2 x dx
L 0
L
−10
0,25 x10
2 1
p= ∫ ¿¿
L 0
2
−10
0,25 x10
2 1 2 nπ
p= × ∫ (1−c os x )dx
L 2 0,
L
−10
0,25 x10
1 2 nπ
p= ∫ (1−cos x )dx
L 0
L
−10
0,25 x10
1 2 nπ
p= ∫ (dx−cos x dx ¿) ¿
L 0
L
−10 −10
0,25 x10 0,25 x10
1 1 2 nπ
p= ∫ dx− ∫ cos x dx
L 0
L 0
L
1
p= ¿
L
1
( 0,25 x 10−10 )− L (sin 2 nπ−10 0,25 x 10−10−sin 2nπ−10 0)
p=
L [ 2 nπ 1 x 10 ( 1 x 10 )]
1
p= ( 0,25 x 10−10 )− L (sin2 nπ 0,25−sin 2nπ 0)
[ ( )]
L 2 nπ
1
p= [ ( 0,25 x 10−10 ) − 1 L (sin 2 nπ 0,25−sin 2 nπ 0)
][ ]
L L 2 nπ
1
p= [ ( 0 ,25 x 10−10 ) − 1 (sin 2 n π 0,25−sin 2 n π 0)
][ ]
L 2 nπ
1 1
p=
[ 1 x 10 −10
( 0 , 25 x 10−10 ) −
2×3,14 ][
(sin 2 π 0,25−sin2 π 0) ]
0 ,25 x 10−10 1
p=
[ 1 x 10 −10
−
6,28 ][
(1−0) ]
1
p= [ 0 , 25 ]− [ 6,28
(1) ]
p= [ 0 , 25 ]− [ 0,59 ]
p=|−0,34|
p=0,34