Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN

BERBASIS SAINTIFIK PADA MATERI ASAM


BASA KELAS XI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

RAMA HIMAWAN ABROR


E1M017061

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam melakukan penelitian


Program Sarjana (S-1) Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelajaran kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang


mempelajari tentang fenomena yang berkaitan dengan kehidupan sehari -
hari. Tujuan pembelajaran kimia adalah agar peserta didik mampu menguasai
konsep – konsep ilmiah yang bersifat abstrak sehingga sekolah sebagai
lembaga pendidikan yang dikelola secara professional diharapkan mampu
menyelenggarakan pendidikan yang merangsang dan mendorong siswa untuk
secara aktif mengembangkan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal
untuk menghadapi perkembangan zaman agar dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari – hari (Artini, 2020).

Pada awal tahun 2020 proses pembelajaran di Indonesia mengalami


perubahan yang signifikan, dari pembelajaran konvensional menjadi daring
(dalam jaringan). Perubahan yang terjadi dapat dilihat secara garis besar dari
segi waktu, metode pembelajaran dan sebagainya. Hal ini dikarenakan
adanya wabah penyakit yang muncul di Indonesia bahkan dunia. Wabah
tersebut adalah Corona Viruses Disease yang sering disebut COVID-19.
Dampak yang diakibatkan oleh COVID-19 tidak hanya dirasakan di
Indonesia bahkan hampir seluruh dunia. Banyak sektor yang terkena dampak
dari COVID-19 ini, tidak terkecuali sektor pendidikan di Indonesia yang
mengalami perubahan besar dari pembelajaran tatap muka menjadi daring.
Akibat dampak COVID-19 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengeluarkan surat edaran no 4 tahun 2020 yang memutuskan
bahwa proses pembelajaran dilaksanakan secara daring atau biasa disebut
belajar dari rumah (Kemendikbud, 2020).

Disamping itu kondisi pandemi yang terjadi saat ini mengharuskan


siswa melakukan pembelajaran secara daring. Kebijakan ini harus diterima
oleh berbagai pihak untuk memutus tali penyebaran COVID-19. Proses
pembelajaran secara daring ini menyebabkan dampak yang sangat besar
bagi berbagai kalangan pendidikan yang harus melaksanakan pembelajaran
jarak jauh dengan berbagai keterbatasan. Keberhasilan pembelajaran secara
daring tergantung berbagai aspek, contohnya kesiapan siswa, kesiapan
sekolah, dan kesiapan guru. Sedangkan proses pembelajaran secara daring
sangat asing dikalangan siswa serta tidak semua guru mahir melakukan
teknologi internet untuk melakukan pembelajaran utamanya diberbagai
pelosok daerah. Proses pembelajaran secara daring ini kadang membuat
siswa malas dan putus asa karena, jaringan internet yang kurang maksimal
pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa tidak dapat
memahami materi dengan maksimal sehingga hasil belajar yang didapat
kurang maksimal (Puspa, 2021).

Salah satu pembelajaran yang juga harus dilaksanakan secara daring


adalah pembelajaran kimia. Ilmu kimia sendiri dapat diartikan sebagai ilmu
yang berbasis pada teori dan eksperimen. Ilmu kimia diperoleh dan
dikembangkan melalui kegiatan eksperimen yang mencari jawaban –
jawaban dari gejala – gejala alam. oleh sebab itu, dalam penilaian dan
pembelajaran ilmu kimia harus dilihat dari karakteristik ilmu kimia sebagai
produk dan proses (Junaidi, 2018). Kimia merupakan experimental science
dan salah satu dari ilmu pengetahuan yang termasuk rumpun IPA. Kimia
juga memiliki karakteristik yang sama dengan IPA, yakni kimia merupakan
kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, serta prinsip yang dilengkapi
dengan suatu proses penemuan. Ilmu kimia tidak dapat dipelajari hanya
melalui membaca, menulis atau mendengarkan saja. Oleh karena itu
pembelajaran kimia membutuhkan suatu metode eksperimen yang
merupakan suatu proses penemuan dan penguasaan prosedur atau metode
ilmiah. Dengan demikian siswa medapatkan kesempatan untuk menemukan
sendiri fakta yang diperlukan untuk meningkatkan penguasaan dan
pemahamannya terhadap materi kimia yang dipelajarinya (Jahro, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru kimia SMAN 1


Masbagik, kendala dalam mengajar materi kimia termasuk di dalamnya
materi asam basa adalah karena sebagian besar siswa menganggap
pembelajaran kimia itu sulit dan bersifat abstrak jika hanya dijelaskan di
kelas maupun secara daring terlebih materi asam basa ini. Menurut Ulya
(2018) ilmu kimia dipandang ilmu yang sulit dimengerti dan sulit untuk
dipahami. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam
mempelajari ilmu kimia dalam hal ini materi asam basa adalah kurangnya
minat dan perhatian siswa terhadap ilmu kimia yag dianggap kurang
menarik serta terbatasnya pemahaman konsep siswa yang mendalam
terhadap materi asam basa karena materi yang bersifat abstrak dan hal
tersebut dapat diatasi dengan mengkaitkan konsep – konsep asam basa
dengan kehidupan sehari – hari. Selain itu, diperlukan strategi dan metode
pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dengan cara
melakukan hal – hal baru. Dengan demikian diharapkan siswa mendapatkan
pemahaman dan hasil belajar yang tidak hanya bersifat sementara saja,
melainkan bersifat permanen, karena siswa mendapatkan pengalaman dalam
belajar.

Materi asam basa ini tidak hanya dibutuhkan model pembelajaran


yang tepat tetapi juga dibutuhkan media yang menarik dan dapat menguasai
materi asam basa dalam kehidupan sehari – hari. Solusi yang dapat
digunakan untuk hal tersebut adalah pembelajaran harus dikemas dalam
sebuah media dan model pembelajaran yang juga dapat membuat siswa
lebih aktif dalam pembelajaran kimia. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pengembangan bahan ajar seperti modul pembelajaran, agar para siswa
mempunyai pengalaman belajar baru dan semangat belajar yang luar biasa
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini bertujuan agar dapat
dimanfaatkan untuk membantu proses pembelajaran mandiri dari rumah
dalam memahami konsep asam basa. Disamping itu, modul juga dapat
digunakan oleh siswa diluar jam sekolah dengan tingkat kecepatan
pemahaman masing-masing siswa.

Pengembangan modul ini bertujuan untuk meningkatkan hasil


belajar siswa pada pembelajaran kimia khususnya materi asam basa.
Pengembangan modul ini menggunakan model pembelajaran saintifik.
Menurut Musfiqon (2015) model pendekatan saintifik merupakan model
yang berdasarkan pada teknik merumuskan masalah berupa pertanyaan dan
menjawabnya dengan melakukan observasi dan percobaan. Model ini juga
merupakan suatu model pembelajaran yang tidak hanya fokus pada
pengembangan kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi atau
eksperimen, namun bagaimana melakukan pengembangan pengetahuan dan
keterampilan berfikir sehingga mendapatkan kreatifitas dalam berinovasi
dan berkarya, sehingga siswa dapat merespon dirinya sendiri untuk
melakukan keterampilan dalam memecahkan masalah untuk memilih dan
mengembangkan solusi dari permasalahan yang dihadapi agar mendapatkan
hasil belajar yang lebih baik. Menurut Fauziah (2013) mengemukakan
bahwa model pembelajaran berbasis saintifik ini memiliki cakupan beberapa
poin penting dalam pelaksanaannya yaitu mengamati, menanya, mencoba,
mengolah menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan. Model ini juga
sangat efektif digunakan untuk membantu siswa untuk memecahkan suatu
masalah sehingga para siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif
mengembangkan modul pembelajaran berbasis saintifik pada materi asam
basa untuk siswa SMA kelas XI yang belum pernah diterapkan dalam
pembelajaran kimia di SMAN 1 MASBAGIK.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang di uraikan


sebelumnya, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah validitas dari modul pembelajaran berbasis


saintifik pada materi asam basa untuk siswa SMA kelas XI ?

2. Bagaimanakah kepraktisan modul pembelajaran berbasis saintifik


pada materi asam basa untuk siswa SMA kelas XI ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas dan


kepraktisan modul pembelajaran berbasis saintifik pada materi asam basa
untuk siswa SMA kelas XI.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Dengan dikembangkannya modul pembelajaran berbasis saintifik pada


materi asam basa dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan modul ini sebagai referensi agar lebih


inovatif dalam mengajar dan menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan dan bermakna dalam pembelajaran kimia.

3. Bagi Pihak Sekolah


Pihak sekolah mendapatkan masukan dan tambahan informasi dalam
rangka mengoptimalkan kreatifitas kinerja guru dan potensi siswa
dalam pembelajaran kimia.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan pada penelitian ini, peneliti endapatkan wawasan yang


lebih luas dan pengalaman langsung dalam pengembangan modul
pembelajaran kimia berbasis saintifik untuk siswa SMA kelas XI.

1.5 Batasan Masalah

Untuk menghindari luasnya lingkup penelitian ini, maka peneliti


memberikan Batasan masalah yaitu :

1. Dibatasi hanya pada pengembangan modul pembelajaran berbasis


saintifik.

2. Pokok bahasan yang diajarkan yaitu asam basa KD 3.10.

3. mengukur kevalidan dan kepraktisan modul yang dikembangkan.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang dibuat peneliti


untuk mempermudah memahami suatu variabel dengan cara membrikan
arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Ada
beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian ini antara lain
sebagai berikut.

1. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan


teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan
melalui pendidikan dan Latihan.
2. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang mengandung aktivitas yang
bertujuan untuk mempermudah siswa untuk mencapai seperangkat
tujuan pembelajaran.

3. Saintifik adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan kaidah


keilmuan dengan merumuskan masalah dan menemukan jawabannya
dengan serangkaian aktifitas pengumpulan data melalui observasi,
kesperimen, dan pengolahan data.

4. Tingkat validitas modul pembelajaran yang dimaksud yaitu kevalidan


modul pembelajaran untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran
yang nantinya akan dinilai dengan lembar validasi oleh tiga orang
validator ahli.

5. Tingkat kepraktisan modul pembelajaran yang dimaksud dalam


penelitian ini adalah kemudahan pemakaian modul pembelajaran
dalam kegiatan pembelajaran yang dinilai dengan menggunakan
angket respon mahasiswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modul Pembelajaran

Modul merupakan seperangkat bahan ajar yang mengandung


aktivitas yang bertujuan untuk mempermudah siswa mencapai seperangkat
tujuan pembelajaran. Sebuah modul disajikan dengan sistematis dengan
Bahasa yang mudah diterima siswa dengan tingkat pengetahuan dan
usianya sehingga modul dapat menjelaskan maksud dari pembelajaran dan
siswa dapat melakukan pembelajaran secara mandiri tanpa seorang
guru/fasilitator (Yuniati, 2018). Menurut Daryanto (2013), bahwa modul
adalah bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis yang
didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana
untuk membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran secara spesifik.
Modul merupakan bahan ajar yang dirancang berdasarkan kurikulum dan
dikemas dalam satuan yang lebih kecil agar memungkinkan untuk
dipelajari secara mandiri dalam waktu tertentu sesuai kemampuan dari
peserta pembelajaran. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa modul merupakan media pembelajaran mandiri yang didalamnya
dilengkapi dengan petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran secara
mandiri. Modul memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran di sekolah baik secara dana, waktu, fasilitas
maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

Modul yang baik memiliki 5 karakteristik, yaitu self instruction, self


contained, stand alone, adaptive, dan user friendly. Self instruction artinya
modul dapat digunakan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Self
contained artinya modul mencantumkan keseluruhan materi pembelajaran
yang dibutuhkan. Stand alone artinya modul tidak bergantung dari media
pembelajaran lain atau diartikan modul merupakan media pembelajaran
yang berdiri sendiri. Adaptive artinya modul harus dapat beradaptasi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. User friendly
artinya modul mudah untuk digunakan karena mengunakan Bahasa yang
sederhana dan istilah yang umum digunakan sehingga mudah dimengerti
(Setiyadi, 2017).

Menurut Prastowo (2012), modul merupakan salah satu jenis bahan


ajar yang disusun secara sistematis dengan Bahasa sederhana yang mudah
dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka,
agar peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan guru atau pendidik
sebagai fasilitator. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa modul adalah suatu paket program pembelajaran yang memuat satu
konsep dari bahan pembelajaran yang merupakan salah satu usaha
penyelenggaraan pembelajaran individu yang memungkinkan siswa
menguasai bahan ajar secara bertahap secara mandiri untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang optimal.

2.2 Model Pembelajaran

Modul pembelajaran menurut Ngalimun (2014) adalah suatu


perencanaan yang dapat digunakan untuk mendesain pola – pola dalam
mengajar tatap muka di dalam kelas dan menentukan perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku – buku, media, dan kurikulum.
Menurut sahidu (2016) model pembelajaran merupakan suatu pola untuk
menyusun sebuah kurikulum dan memberi petunjuk kepada guru di dalam
kelas. Beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola dalam pelaksanaan
pembelajaran yang berfungsi sebagai kerangka konseptual untik
mengorganisasikan proses belajar secara sistematis guna untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut.

Dalam proses belajar mengajar, ada banyak model pembelajaran


yang dapat digunakan untuk melangsungkan proses mengajar. Suatu
model pembelajaran tidak dapat dikatakan lebih baik dari model – model
pembalajaran lainnya. Selain itu penentuan model pembelajaran yang
tepat dalam proses belajar mengajar dapat menentukan tingkat
keberhasilan dari suatu pembelajaran yang dilakukan. Setiap guru dituntut
dapat menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk proses belajar
para siswa (Sudana, 2017). Menurut Fauziah (2013) guru memiliki
pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang digunakan.
Pemilihan model pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum dan
perkembangan ilmu dan teknologi guna mencapai tujuan pembelajaran
dari setiap sub materi. Kurikulum 2013 yang berlaku saat ini menekankan
pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu pendekatan
ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik) meliputi mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan menyimpulkan dan mencipta untuk
semua mata pelajaran.

2.3 Model Pembelajaran Berbasis Sainfitik

2.3.1 Pengertian model pembelajaran berbasis saintifik

Model pembelajaran berbasis saintifik merupakan pembelajaran


yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana guru bertugas
untuk memberikan koreksi terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan
oleh siswa dan memberikan pengarahan terhadap proses belajar yang
dilakukan siswa, sedangkan siswa berperan dalam proses belajar langsung
baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan
prinsip selama kegiatan pembelajaran (Nurul, 2013).

Sunaryo (2014) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis


saintifik mampu meningkatkan kreatifitas dan kemampuan berfikir kritis
siswa. Berfikir kritis dan kreatif merupakan kemampuan berfikir siswa
yang sangat penting untuk dikembangkan, dimana guru dituntut untuk
mampu merealisasikan dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis
dan kreatif siswa. Model pembelajaran berbasis saintifik dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif siswa dikarenakan
pada pembelajaran berbais saintifik siswa diberikan masalah yang
berhubungan dengan permasalahan dalam kehidupan, pembelajaran ini
membuat siswa belajar menginvestigasi, inkuiri, dan melakukan
pemecahan masalah secara mandiri, dimana siswa membangun konsep
dan prinsip dari suatu materi dengan kemampuannya sendiri yang
mengintegrasikan pengetahuan dan kemampuan yang sudah dipahami
sebelumnya. Selain itu, model pembelajaran ini membuat siswa memiliki
kesempatan untuk menemukan konsep dan ide – ide mereka sendiri dalam
memecahkan masalah serta menuntut siswa aktif dalam proses
pembelajaran sehingga menunjang siswa untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis dan kreatif siswa (Yani, 2018).

2.3.2 Karakteristik model pembelajaran saintifik

Menurut Fauziah (2013) karakteristik pembelajaran berbasis saintifik


adalah sebegai berikut :

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang


dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon peserta didik , dan interaksi edukatif


guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur
berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,


analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir


hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional
dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat


dipertanggung jawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,


namun menarik sistem penyajiannya.

2.3.3 Tahap – Tahap Pembelajaran Berbasis Saintifik

Menurut (Setiyadi, 2017) model pembelajaran berbasis saintifik


memiliki 5 tahapan. Tahap – tahap ini merupakan aktifitas berpola yang
bertujuan agar hasil pembelajaran dengan berbasis saintifik dapat
terwujud. Tahap – tahap model pembelajaran berbasis saintifik adalah
sebagai berikut :

a. Mengamati : dalam kegiatan ini guru memberikan objek


pengamatan berupa gambar, video dan lain – lain. Tahap ini
sangatpenting untuk menumbuhkan rasa keingintahuan

b. menanya : guru mengajukan beberapa pertanyaan yang


bertujuan untuk memancing ke aktifan dari siswa, karena siswa
tidak mudah memberikan pertanyaan apabila tidak dihadapkan
dengan sesuatu yang menarik.

c. mencoba (mengumpulkan informasi) : guru memberikan LKS


yang digunakan untuk mengumpulkan data secara mandiri
untuk dapat megembangkan pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan dalam melakukan observasi.

d. mengasosiasi : siswa diharapkan mampu megolah data – data


yang telah didapatkan dari proses mengumpulkan informasi.
e. mengkomunikasikan : siswa diminta untuk menyampaikan hasil
yang didapat setelah pengolahan data dan guru bertugas untuk
mengkoreksi kebenaran dari hasil yang didapatkan siswa.

2.4 Materi Konsep Asam Basa

Larutan asam dan basa merupakan contoh dari larutan elektrolit.


Svante Arrhenius memperkenalkan pemikiran tentang senyawa yang
terurai menjadi bagian-bagian ion-ion dalam larutan. Kekuatan asam
dalam larutan aqua (air) tergantung pada konsentrasi ion-ion hidrogen di
dalamnya. Menurut Arrhenius, asam sebagai zat yang mengion dalam air
menghasilkan H+ , sedangkan basa sebagai zat yang mengion dalam air
menghasilkan ion OH-. Jadi pembawa sifat asam adalah ion H+ , sedangkan
pembawa sifat basa adalah ion OH- . Asam Arrhenius dirumuskan sebagai
HxZ yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut:

HxZ xH+ + Zx-

Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x yang dalam air


terurai sebagai berikut (Utami et al., 2009).

M(OH)x Mx+ + OH-

Larutan asam dan basa dibagi atas asam-basa kuat dan


asam-basa lemah. Perbedaan kekuatan asam-basa dipengaruhi oleh
banyak sedikitnya ion-ion pembawa sifat asam dan ion-ion pembawa
sifat basa saat mengalami ionisasi. Kekuatan asam dipengaruhi oleh
banyaknya ion-ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa asam dalam
larutannya. Sedangkan kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya
ion-ion OH- yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya
(Utami et al., 2009).

Asam memiliki rasa masam, misalnya pada cuka (asam


asetat) dan lemon yang mengandung asam sitrat. Asam dapat
menyebabkan perubahan warna pada 28 zat warna tumbuhan serta
mengubah kertas lakmus dari biru menjadi merah. Sedangkan basa,
memiliki rasa pahit, terasa licin, dan dapat menyebabkan perubahan
warna pada zat tumbuhan dan membirukan kertas lakmus merah
(Petrucci, 1992).

2.6 Kerangka Berfikir

Kurikulum 2013 berisikan pembelajaran yang berpusat pada


siswa sehingga dibutuhkan bahan ajar dengan model pembelajaran
yang dapat memicu peserta didik untuk dapat aktif dalam
pembelajaran. Pemilihan model dan media pembelajaran yang sesuai
dengan keadaan kelas berfungsi sebagai penunjang dalam kegiatan
pembelajaran, akan tetapi masih kurang dimanfaatkan dengan
optimal sehingga siswa mudah merasa bosan ketika pembelajaran
berlangsung. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa menjadi relatif
rendah.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi


permasalahan tersebut adalah dengan mengkombinasikan media,
model, dan metode pembelajaran agar suasana dalam kelas menjadi
lebih efektif, kondusif, dan bermakna. Salah satu strategi yang dapat
megatasi permasalahan pembelajaran kimia pada materi asam basa
adalah dengan mengembangkan modul pembelajaran berbasis
saintifik. Modul pembelajaran dengan model berbasis saintifik ini
memiliki beberapa tahap dalam proses pembelajaran sehingga siswa
merasa lebih tertantang dan tidak mudah bosan karena berbagai
tahap yang haris dilalui dalam proses pembelajaran. Modul dengan
model ini dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam mencari
sendiri pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. Pendekatan ini cocok digunakan dalam pembelajaran
kimia salah satunya pada materi asam basa. Pembelajaran dengan
modul pembelajaran berbasis saintifik sangat baik diterapkan untuk
melatih siswa dalam menemukan konsep melalui pengerjaan soal,
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berfikir, mencari,
menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah
dipelajari. Model ini menekankan pada keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan
aktivitas pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat
memperoleh pembelajaran yang bermakna. Dengan demikian,
pegembangan modul berbasis saintifik diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 1 MASBAGIK.

Pembelajaran di rumah

Kecenderungan guru Peserta didik menganggap kimia


menggunakan metode sebagai mata pelajaran yang sulit dan
pembelajaran ceramah membosankan

Pengembangkan modul
pembelajaran berbasis saintifik

Mandiri Menarik

Meningkatkan hasil belajar siswa

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada smester genap tahun ajaran


2021/2022 dengan dimulai tahap persiapan pada bulan november
bertempat di SMA Negeri 1 Masbagik yang berlokasi di Jalan Raya
Masbagik Selatan, Masbagik, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research


and Development (R&D) yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2018).
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4-D
(four D models) yang dikemukakan oleh Thiagarajan. Model
pengembangan 4-D terdiri atas empat tahap utama, yaitu: (1) Define
(pendefinisian); (2) Design (perancangan); (3) Develop
(pengembangan); (4) Disseminate (penyebaran). Adapun dalam
penelitian ini desain 4-D yang digunakan sampai dengan tahap
Develop (pengembangan). Penelitian ini akan mengembangkan modul
pembelajaran berbasis Saintifik. Pengembangan modul pembelajaran
pada penelitian ini meliputi: produk modul dan instrumen penilaian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi


yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tetentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu 155
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Masbagik.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteritik yang
dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus
refresentatif (mewakili) (Sugiyono, 2018). Teknik sampling yang
dilakukan menggunakan rumus slovin dan menggunakan nilai e = 0,2
untuk mendapatkan sampel dalam jumlah kecil dengan rumus sebagai
berikut :

N
n= 2
1+ N (e)

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan sampel dengan ketentuan sebagai berikut :

Nilai e = 0,1 = 10% untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 = 20% untuk populasi dalam jumlah kecil

Berdasarkan perhitungan maka jumlah sampel dalam penelitian ini


yaitu sebanyak 22 orang siswa.

3.4 Rancangan Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan sesuai dengan desain


penelitian model pengembangan 4-D yang dilakukan yaitu pendefinisian
(Define), perancangan (Design), dan pengembangan (Develop). Agar
memudahkan proses penelitian, maka disusun alur pengembangan dan
penelitian yang memuat tahapan pengembangan penelitian seperti pada
Gambar 3.1..

Define
Analisis awal Analisis Analisis Perumusan
kegiatan kemampuan materi tujuan
pembelajaran siswa pembelajaran

Design

Perancangan dan
penyusunan perangkat Develop
pembelajaran, diantaranya:
Pembuatan
1. Modul
produk
2. Instrumen tes

Validasi oleh
ahli

Revisi produk

Uji coba terbatas


kepraktisan

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 4D yang Dilaksanakan

3.4.1 Tahap Define (Pendefinisian)


Tahap define ini merupakan tahap pendefinisian atau
penetapan syarat-syarat dari kegiatan pembelajaran. Tahap ini tersusun
dari berbagai analisis yang akan di lakukan. Analisis yang di lakukan ini
digunakan untuk menetapkan tujuan maupun pembatasan bahan
pembelajaran. Tahap define pada penelitian ini ada empat langkah pokok
yaitu :
1. Analisis awal kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SMAN 1
Masbagik untuk menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran kimia di SMA meliputi permasalahan lapangan sehingga
dibutuhkan pengembangan modul pembelajaran.

2. Analisis materi secara garis besar dari Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan Kurikulum 2013 yang
akan digunakan dalam mengembangkan modul pembelajaran.

3. Perumusan tujuan pembelajaran.


3.4.2 Tahap Design (Perancangan)
Pada tahap ini peneliti menyusun modul pembelajaran kimia
berbasis saintifik materi asam basa yang akan dikembangkan
menggunakan microsoft word terdiri dari modul dan instrumen tes.

3.4.3 Tahap Develop (pengembangan)


Pada tahap development (pengembangan) yang dilakukan
adalah mengembangkan modul pembelajaran kimia berbasis saintifik pada
materi asam basa yang telah dirancang. Pada tahap design sebagian besar
modul telah disusun, namun perlu adanya perbaikan demi tercapainya
bahan ajar yang optimum. Adapun langkah-langkah dalam tahapan ini
adalah: (a) menyusun modul awal, (b) menelaah modul awal, (c)
melakukan validasi, (d) merevisi hasil validasi, (e) melakukan uji coba
terbatas, (f) menganalisis dan merevisi hasil uji coba terbatas, dan (g)
menghasilkan produk berupa modul. Dalam penelitian ini, tahap
development yang dimaksud yaitu:

a. Uji Validitas

Uji Validitas adalah tahapan untuk memvalidasi atau


menguji validitas modul pembelajaran yang dihasilkan (prototype
1). Uji validasi dilakukan oleh ahli yang dalam hal ini adalah dua
orang dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP Universitas
Mataram dan salah satu guru mata pelajaran Kimia SMAN 1
Masbagik. Tahapan uji validasi dilakukan melalui penilaian pada
lembar atau angket validasi untuk menilai aspek kegrafikan,
kelayakan isi atau materi, penyajian, dan kebahasaan berdasarkan
standar oleh BSNP serta aspek kepraktisan modul. Hasil uji
validasi digunakan sebagai saran dan landasan untuk merevisi
modul praktikum. Setelah modul praktikum direvisi maka
diperoleh modul pembelajaran prototype 2.

Tahapan ini terdapat kegiatan yang dilakukan, diantaranya:


1. Pembuatan produk berupa modul pembelajaran yang akan
dikembangkan.
2. Validasi modul pembelajaran dan angket motivasi belajar oleh
validator ahli untuk menentukan apakah produk yang dibuat valid atau
tidak.
3. Revisi modul pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi oleh validator
ahli.
2. Uji coba terbatas modul pembelajaran meliputi; modul dan instrumen
tes dilakukan pada siswa SMAN 1 Masbagik untuk mengetahui
kekurangan dari modul pembelajaran yang dibuat.
3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian pengembangan ini
instrumen penelitian yang akan digunakan adalah lembar validasi
modul untuk mendapatkan data penilaian modul pembelajaran oleh
validator ahli dan angket respon siswa terhadap modul pembelajaran.
Lembar validasi dan angket respon yang digunakan untuk
memperbaiki modul yang sudah dikembangkan oleh peneliti.

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

Data akan diperoleh dari lembar validasi instrumen perangkat


pembelajaran berupa modul pembelajaran berbasis saintifik serta
instrumen pengambilan data berupa angket soal moivasi belajar siswa
yang telah divalidasi oleh dosen ahli pendidikan kimia FKIP
UNRAM dan guru kimia SMA sebagai validator praktisi. Dan untuk
pengumpulan data juga dari angket respon uji coba terbatas terhadap
modul pembelajaran kimia berbasis saintifik

3.7 Tehnik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis menggunakan analisis statistik


deskriptif. Data penelitian dapat dianalisis sebagai berikut:
3.7.1 Analisis Data Validasi Ahli
Data hasil validasi ahli untuk masing-masing modul dianalisis
dengan mempertimbangkan masukan, komentar, dan saran-saran dari
validator. Hasil analisis tersebut disajikan sebagai pedoman untuk
merevisi modul. Untuk mengetahui kesepakatan ini dapat digunakan
indeks validitas, diantaranya dengan indeks yang diusulkan oleh
Aiken. Indeks Aiken V merupakan indeks kesepakatan validator
terhadap kesesuaian butir (sesuai tidaknya butir) dengan indikator
yang ingin diukur dengan butir tersebut. Indeks validitas nilai yang
diusulkan Aiken dirumuskan sebagai berikut (Retnawati, 2016):
∑S
V=
n(c−1)

Keterangan:
V = indeks kesepakatan validator mengenai validitas butir,
s = skor yang ditetapkan setiap validator dikurangi skor terendah
dalam kategori yang dipakai (s = r - I◦, dengan r = skor kategori
pilihan validator dan I◦ = skor terendah penskoran),
n = banyaknya validator,
c = banyaknya kategori yang dipilih validator.

Tabel 3.3 Kategori indeks Aiken

NO Rentang Indeks Kategori Kategori


NO
1 V ≤ 0,4 Kurang valid Kurang
Valid
2 0,4 < V ≤ 0,8 Valid Valid

0,4 < V ≤ 0,8


3 0,8 < V ≤ 1 Sangat valid Sangat
Valid
0,8 < V ≤ 1

3.7.2 Analisis Respon Siswa (Kepraktisan)


Penilaian produk berdasarkan angket yang telah diisi oleh
siswa dianalisis untuk mengetahui tingkat kepraktisan dari produk
yang dikembangkan. Suatu produk dikatakan praktis jika siswa dapat
menggunakan modul pembelajaran dengan mudah. Kepraktisan dapat
diukur dengan skala likert yang dimodifikasi Riduwan (2017) dengan
alternatif jawaban yaitu 1 = sangat tidak sesuai, 2 = tidak sesuai, 3 =
cukup sesuai, 4 = sesuai, dan 5 = sangat sesuai. Analisis angket
kepraktisan dapat dihitung dengan rumus ;
f
p= x 100 %
N
Keterangan:
p = Nilai Akhir
f = Perolehan Skor
N = Skor Maksimum
Setelah nilai kepraktisan diperoleh, dilakukan pengelompokkan yang
sesuai dengan kriteria pada tabel 3.2 dibawah ini (Riduwan dalam
Zakirman dan Hidayati, 2017):
Tabel 3.2 Kategori Kepraktisan
No Nilai Kriteria Kriteria
NO Nilai
1 1 80% < x≤ 100% Sangat praktis Sangat
Praktis
2 2 60% < x≤ 80% Praktis Praktis
60% < x≤ 80%
3 3 40% < x≤ 60% Cukup praktis Cukup
Praktis
40% < x≤ 60%
4 4 20% < x≤ 40% Kurang praktisKurang
20% Praktis
< x≤ 40%
5 5 0% < x≤ 20% 0% Tidak praktis Tidak
< x≤ 20% Praktis
DAFTAR PUSTAKA

Artini, Ni Putu Juni, and I. Komang Wisnu Budi Wijaya. Strategi


Pengembangan Literasi Kimia Bagi Siswa SMP. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Citra Bakti 7.2 (2020): 100-108.

Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya.

Djamarah, Saiful, B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dr. Lis Siti Jahro dan Susilawati. 2016. Analisis Penerapan Metode
Praktikum Pada Pembelajaran Ilmu Kimia Di Sekolah Menengah
Atas. Medan : Universitas Negeri Medan.

Fauziah Resti, Ade Gafar Abdullah, dan Dadang Lukman Hakim. 2013.
Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal INVOTEC. 9(2) : 165-178.

Junaidi, E., Saprizal, H., dan Syarifa, WAI. 2018. Kajian Pelaksanan
Praktikum Kimia Di Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten
Lombok Barat. Jurnal Pijar Mipa. 13(1): 24-31.

Kemdikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4


Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam
Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19).
Jakarta: Kemdikbud, 2020.
Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik.
Sidoardjo : Nizamia Learning Center.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.

Nurul, H. 2013. Pengertian dan Langkah-Langkah Saintifik.


https://www.nurulhidayah.net/789-pengertian-dan-langkah-
pembelajaran-saintifik.html#!prettyphoto diakses tanggal 19.
November 2013.

Petrucci, R. (1992). Kimia Dasar : Prinsip Dan Terapan Modern Jilid 2.

Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.


Jakarta : Diva.

Retnawati, Heri, 2016. Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian.


Yogyakarta: Parama Publishing.

Riduwan, 2017. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Dan


Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sahidu, H. W. 2016. Program Pembelajaran Fisika (P3F). Mataram:


FKIP Unram.

Sa’diyah, Nilam Puspa dan Brillian Rosy. 2021. Pengaruh Pembelajaran


Daring Terhadap Hasil Belajar Pada Masa Pandemi COVID-19.
Jurnal Ilmiah MEA ( Manajemen, Ekonomi, dan Akutansi ). 5(2) :
552-559.

Setiyadi, Muhammad Wahyu, Ismail, Dan Hamsu Abdul Gani. 2017.


Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Pendekatan
Saintifik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Journal Of
Education Science And Technology. 3(2) : 102-112.
Sudana, I. Putu Ari, and I. Gede Astra Wesnawa. 2017. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 1.(1) : 1-8.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kualitatif,


Kuantitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian dan Pengembangan (Reserch and


Development). Bandung: Alfabeta.

Sunaryo, Yoni. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk


Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Dan Kreatif Matimatika
Siswa SMA Di kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan Dan
Keguruan. 1(2) : 41-49.

Ulya, Haritsah, Ratu Betta Rubidyani, dan Tasviri Efkar. 2018.


Pengembangan Modul Kimia Berbasis Problem Solving Pada
Materi Asam Basa Arrhenius. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Kimia. 7(1) : 129 – 141.

Utami, B., Agung, N., Mahardiani, L., Yamtinah, S., & Mulyani, B.
(2009). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Yani, Ahmad, Dkk. 2018. Efektivitas Pendekatan Saintifik Dengan Media


Booklet Higher Order Thinking Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa Sma Di Kabupaten Wajo. Jurnal Biology Science and
Education 7.(1) : 1-12.

Yuniati, Suci, and Arnida Sari. 2018. Pengembangan Modul Matematika


Terintegrasi Nilai-Nilai Keislaman melalui Pendekatan Realistic
Mathematics Education di Propinsi Riau.  Jurnal Analisa 4.(1) : 1-9.
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai