PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
SHERIN APRILIA
NIM. 1630110018
B. Identifikasi Masalah............................................................................................7
C. Batasan Masalah..................................................................................................8
D. Rumusan Masalah...............................................................................................8
E. Tujuan Penelitian.................................................................................................8
G. Pentingnya Pengembangan...............................................................................10
I. Defenisi Operasional..........................................................................................11
B. Bahan Ajar.........................................................................................................14
C. Pendekatan Konstruktivisme.............................................................................20
A. Metode Pengembangan.....................................................................................41
B. Model Pengembangan.......................................................................................41
C. Prosedur Pengembangan...................................................................................41
E. Jenis Data...........................................................................................................50
F. Instrument Penelitian.........................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu kebutuhan sekaligus kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh setiap peserta didik adalah belajar dan mencari ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan oleh seseorang
guna untuk meningkatkan kualitas tingkah laku, seperti peningkatan
pengetahuan, keterampilan, pola pikir peserta didik dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, proses belajar ini merupakan hasil interaksi antara seorang
peserta didik dengan lingkungannya. Di dalam suatu pendidikan, proses
belajar dapat juga diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor yang terjadi di dalam diri peserta didik. Untuk
mewujudkan tujuan dari belajar tersebut, maka diperlukan tindak lanjut dari
proses belajar ini yang disebut dengan pembelajaran (Minarni, Malik et al.
2019).
Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar yang dirancang, dilaksanakan dan
dievaluasi secara sistematis sehingga tujuan dari belajar tersebut tercapai
secara optimal. Secara khusus proses pembelajaran yang dimaksud dalam hal
ini yaitu pada mata pelajaran kimia. Kimia merupakan salah satu mata
pelajaran penting yang wajib dipelajari oleh peserta didik yang menempuh
pendidikannya di sekolah menengah atas. Hal ini dikarenakan kimia
merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
tentang materi serta perubahan materi dan energi yang menyertainya (Dewi,
Selamat et al. 2019). Selain menjadi mata pelajaran wajib bagi peserta didik
di sekolah menengah atas untuk jurusan MIPA, kimia juga menjadi mata
pelajaran peminatan bagi peserta didik yang mengambil jurusan IPS. Di
samping itu, kimia juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan
pada ujian nasional.
Melihat arti penting akan pembelajaran kimia disekolah, maka
diharapkan agar semua peserta didik memiliki rasa ketertarikan yang tinggi
dalam menguasai dan memahami materi serta konsep-konsep yang terdapat
dalam pembelajaran kimia dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-
hari. Pada saat sekarang ini, pembelajaran kimia seringkali dituntut untuk
berorientasi pada pembangunan karakter peserta didik agar pembelajaran
tersebut menjadi lebih bermakna. Pembelajaran kimia dengan menghafal,
mencatat, dan latihan soal sudah tidak relevan lagi bagi peserta didik jika
tidak diimbangi dengan usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif peserta didik. Dalam proses pembelajaran kimia terdapat banyak
komponen yang terlibat dan harus disiapkan oleh pendidik, yang salah satu
diantaranya adalah bahan ajar. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan
yang digunakan untuk membantu guru/ dosen/ instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan kata lain bahan ajar merupakan
seperangkat sarana atau alat yang berisikan materi pembelajaran, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan
menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dengan segala
kompleksitasnya. Bahan yang dimaksud tersebut bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis (Minarni, Malik et al. 2019).
Bahan ajar yang paling banyak digunakan di sekolah-sekolah saat ini
adalah buku teks dan modul. Modul diartikan sebagai bahan ajar yang disusun
secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan
dapat dimengerti oleh siswa. Modul berperan sebagai bahan ajar yang dapat
membantu siswa untuk belajar secara mandiri maupun konvensional (Kinasih,
Sunarno et al. 2018). Apabila dilihat dari segi manfaatnya, penggunaan modul
ini bermanfaat sebagai sumber belajar yang dapat dimiliki oleh siswa. Selain
itu modul juga memiliki manfaat dalam hal penjelasan materi, dimana modul
ini memuat penjelasan yang sederhana mengenai suatu materi pembelajaran
sehingga peserta didik dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri
dirumah. Adapun jenis modul yang terdapat di sekolah-sekolah pada
umumnya yaitu berupa modul cetak (Dewi, Sunarno et al. 2018).
3
mungkin agar siswa tersebut dapat memahami materi Larutan Asam dan Basa
serta proses praktikum yang akan dilaksanakan.
Untuk mengembangkan modul elektronik kimia dengan materi
Larutan Asam dan Basa ini, maka diperlukan sebuah pendekatan
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
siswa sehingga konsep-konsep dari materi pembelajaran ini dapat dipahami
secara menyeluruh oleh siswa tersebut. Ada banyak jenis-jenis pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di suatu sekolah, salah satunya yaitu pendekatan
konstruktivisme. Pendektan konstruktivisme adalah salah satu pendekatan
pembelajaran yang digunakan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang
menerangkan bagaimana pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik itu
disusun dalam pemikiran peserta didik itu sendiri. Pengetahuan tersebut akan
dikembangkan secara aktif oleh peserta didik itu sendiri dan tidak diterima
secara pasif dari orang lain. Dengan kata lain pada pendekatan
konstruktivisme ini menginginkan adanya peran aktif peserta didik dalam
proses pembelajaran dengan cara peserta didik tersebut merekayasa,
memprakarsai dan mengkonstruk aktivitas belajarnya sendiri. Pendekatan ini
menekankan kepada pentingnya peran peserta didik dalam membangun
sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan peran aktifnya dalam belajar
(Monica 2015). Adapun kelebihan dari pendekatan konstruktivisme, yaitu
pendekatan ini dapat membantu peserta didik dalam membangun sendiri
pengetahuannya melalui masalah-masalah yang berkaitan dengan materi
pelajaran supaya rasa keingintahuannya menjadi tinggi. Sehingganya sistem
pembelajaran tidak lagi berfokus kepada guru (teacher centered learnig).
Ditinjau dari penjelasan tersebut, maka penggunaan modul elektronik
kimia berbasis pendekatan konstruktivisme di SMA N 1 Sumatera Barat
diharapkan dapat membantu memudahkan proses pembelajaran kimia di
sekolah tersebut. Dimana modul elektronik kimia berbasis pendekatan
konstruktivisme akan dilengkapi dengan uraian materi tentang Larutan Asam
7
dan Basa, contoh soal, latihan soal serta tutorial praktikum yang akan
dikerjakan oleh peserta didik guna untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman konsep peserta didik terkait dengan materi tersebut. Selain itu,
modul elektronik kimia berbasis pendekatan konstruktivisme ini juga dapat
mengurangi permasalahan peserta didik di SMA N 1 Sumatera Barat yang
cenderung malas membaca modul cetak atau buku teks kimia yang ada
disekolah. Dengan kata lain, modul elektronik kimia berbasis pendekatan
konstruktivisme ini juga dapat menyeimbangi perkembangan zaman dan
tuntutan pemerintah dalam bidang pendidikan untuk menyelenggarakan
kurikulum 2013 dengan baik di SMA N 1 Sumatera Barat.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengembangan modul elektronik kimia berbasis
pendekatan konstruktivisme, dengan tujuan modul elektronik kimia berbasis
konstruktivisme ini berfungsi sebagai alternatif untuk mempermudah proses
pembelajaran di SMA N 1 Sumatera Barat. Untuk itu dilakukanlah penelitian
dengan judul Pengembangan Modul Elektronik Kimia Berbasis Pendekatan
Konstruktivisme Untuk Kelas XI di SMA N 1 Sumatera Barat..
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka
peneliti mengidentifikasi masalah terkait penelitian ini sebagai berikut:
1. Belum adanya bahan ajar yang sederhana dan mudah diakses dimanapun.
2. Belum adanya bahan ajar yang bersifat interaktif dalam proses
pembelajaran.
3. Belum adanya pendekatan pembelajaran berbasis konstruktivisme di
sekolah tersebut.
4. Peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran kimia.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta batasan masalah yang telah
diuraikan tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini berupa:
1. Bagaimanakah validitas modul elektronik kimia berbasis pendekatan
konstruktivisme untuk XI SMA N 1 Sumatera Barat yang telah
dikembangkan?
2. Bagaimanakah praktikalitas modul elektronik kimia berbasis pendekatan
konstruktivisme untuk kelas XI SMA N 1 Sumatera Barat yang telah
dikembangkan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui validitas modul elektronik kimia berbasis pendekatan
konstruktivisme untuk kelas XI SMA N 1 Sumatera Barat.
2. Untuk mengetahui praktikalitas modul elektronik kimia berbasis
pendekatan konstruktivisme untuk kelas XI SMA N 1 Sumatera Barat.
h. Materi pokok
1) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi dan tujuan
pembelajaran
2) Lembaran Kegiatan Siswa
3) Lembaran Kerja
4) Kunci Lembaran Kerja
5) Lembar Lembaran Evaluasi
6) Kunci Lembaran Evaluasi
7) Lembaran Pengayaan
8) Sumber bacaan
2. Modul ini disajikan dalam bentuk modul elektronik kimia berbasis
pendekatan konstruktivisme.
3. Modul ini menampilkan peta konsep yang berisi poin-poin pembelajaran
guna untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
4. Pada materi pokok dirancang dengan menggunakan langkah-langkah
pendekatan konstruktivisme, sebagai berikut:
a. Tahap apersepsi, yaitu disajikan suatu permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa di bimbing untuk
menemukan sendiri konsep dari pembelajaran tersebut. Permasalahan
ini ditampilkan dalam bentuk video atau animasi dengan beberapa
pertanyaan.
b. Tahap eksplorasi, yaitu materi disajikan secara lengkap sebagai
pedoman untuk memecahkan permasalahan pada fase start tadi.
c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep, yaitu disajikan sebuah
lembaran diskusi di dalam modul tersebut dengan tujuan agar peserta
didik dapat mendikusikan dan menjelaskan konsep yang terkait
dengan materi pembelajaran.
d. Tahap pengembangan dan aplikasi, yaitu disajikan beberapa latihan
soal guna untuk mengasah otak dan kemampuan siswa dalam
menguasai pembelajaran tersebut.
5. Modul ini dilengkapi dengan latihan soal-soal dan kegiatan siswa.
10
G. Pentingnya Pengembangan
1. Bagi peneliti yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
sebagai calon pendidik, serta untuk menjawab permasalahan yang peneliti
hadapi di lapangan.
2. Bagi peserta didik yaitu speserta didik dapat menggunakan modul
elektronik kimia berbasis konstruktivisme ini sebagai pedoman untuk
meningkatkan pemahamannya dalam belajar dan sebagai motivasi dalam
mengembangkan kompetensi diri, pengetahuan dan keterampilan yang
mereka miliki.
3. Bagi guru yaitu sebagai inovasi dalam meningkatkan mutu serta kualitas
pembelajaran khususnya pelajaran kimia agar tujuan pembelajaran
tersebut dapat tercapai dengan optimal.
4. Bagi sekolah yaitu sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran kimia.
I. Defenisi Operasional
1. Pengembangan adalah penyempurnaan yang menghasilkan suatu produk
tertentu, yang peneliti maksud disini adalah menghasilkan produk berupa
modul elektronik pembelajaran kimia.
2. Modul Elektronik merupakan suatu bahan belajar yang disajikan secara
mandiri dengan susunan yang sistematis, yang berupa unit terkecil dan
berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan format elektronik
(Nikita, Lesmono et al. 2018).
3. Pendekatan Konstruktivisme merupakan pendektan dalam proses
pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa itu disusun dalam pemikiran siswa tersebut (Monica 2015).
4. Pengembangan Modul Elektronik Kimia Berbasis Pendekatan
Konstruktivisme adalah proses menghasilkan bahan ajar kimia yang
dirancang dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan
konstruktivisme dengan memanfaatkan komputer yang tujuannya untuk
memudahkan siswa belajar melalui audio visualnya sehingga siswa
tersebut mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dalam
pembelajarn kimia.
12
5. Validitas adalah suatu kriteria dalam menilai kualitas suatu alat dan
prosedur pengukuran. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data
yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti.
6. Praktikalitas adalah tingkat kemudahan suatu tes baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, mengolah, menafsirkan maupun
mengadministrasikan data hasil penelitian.
7. Larutan Asam dan Basa merupakan bagian dari materi dalam pelajaran
kimia SMA khususnya kelas XI dengan karakteristik materi berupa
konsep-konsep yang ada dalam fakta kehidupan sehari-hari yang bersifat
makroskopis, mikroskopis dan simbolik(Lestari 2019).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
13
14
Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan
sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran
kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi
komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang
melibatkan keterampilan dan penalaran. Disamping itu, ilmu kimia jua
mempelajari tentang bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang
dialami materi dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang
direncanakan. Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran
yang sulit bagi sebagian siswa SMA/MA. Kesulitan ilmu kimia ini terkait
dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri. Dimana sebagian besar ilmu kimia
bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu bahan ajar yang lebih
mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak tersebut.
B. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah bahan yang sduah secara aktual dirancang secara
sadar dan sistematis untuk pencapaian kompetensi siswa secara utuh dalam
kegiatan pembelajaran (Prastowo, 2012:32). Secara garis besar, bahan ajar
merupakan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari oleh
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Di dalam sautu bahan ajar terdapat komponen yang terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, dan prosedur), keterampilan dan sikap (nilai).
sedangkan Abdul majid mengatakan bahwa bahan ajar atau materi kurikulum
(curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami
oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum (Majid, 2007: 174). Maka
dari itu dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan salah satu sumber
belajar yang komponennya memuat materi-materi pelajaran dengan tujuan
untuk memudahkan siswa dalam belajar.
Menurut para ahli terdapat beberapa kategori untuk mengelompokkan
jenis-jenis bahan ajar tersebut, yang diantaranya yaitu sebagai berikut:
(Prastowo, 2012:39-43)
15
elektronik. Dimana modul elektronik ini akan dibuat dalam bentuk softfile
yang didalamnya terdapat materi pelajaran kimia dilengkapi dengan audio dan
video pelaksanaan praktikum dengan menggunakan media komputer sebagai
alat untuk mengoperasikannya.
C. Modul Elektronik
1. Pengertian Modul Elektronik
Modul elektronik merupakan suatu bentuk penyajian bahan
belajar mandiri bagi siswa yang disusun secara sistematis ke dalam
bentuk unit pembelajaran terkecil yang berguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu yang disajikan ke dalam format elektronik, dimana
didalam modul ini terdapat animasi, audio, navigasi yang membuat siswa
lebih interaktif dengan program. Media elektronik yang dapat diakses
oleh siswa mempunyaimanfaat dan karakteristikyang berbeda-beda. Jika
ditinjau dari manfaatnya media elektronik sendiri dapat menjadikan
prosespembelajaran lebih menarik, interaktif, dapat dilakukan kapan
dandimana saja serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa
(Nurmayanti, Bakri et al. 2015).
D. Pendekatan Konstruktivisme
1. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
a. Asam
Menurut Arrhenius, larutan bersifat asam jika senyawa
tersebut melepaskanion hidronium (H3O+) saat dilarutkan dalam air.
Sebagai contohnya, asam asetat (CH3COOH) yang dilarutkan dalam
air melepaskan ion hidronium seperti reaksi berikut.
CH3COOH(aq)+ H2O(l)→H3O+(aq)+ CH3COO–(aq)
Untuk memudahkan dalam pembahasan, biasanya digunakan
H+ sebagai kependekan dari ion hidronium (H3O+) dan penghilangan
molekul air yang melarutkan senyawa tersebut sehingga reaksi di atas
dapat ditulis seperti di bawah ini.
CH3COOH(aq)→H+(aq) + CH3COO-(aq)
Berdasarkan teori Arrhenius, yang menyebabkan asam suatu
larutan adalah ion H+ yang dihasilkan saat proses ionisasi. Jumlah ion
H+ dari ionisasi 1 mol asam disebut valensi asam, sedangkan
anionnya disebut sebagai ion sisa asam (Purba, 2012: 180).
b. Basa
Menurut Arrhenius, basa merupakan senyawa yang dapat
melepas ion hidroksida (OH-) Jika dilarutkan dalam air. Sebagai
contohnya adalah larutan Natrium Hidroksida berikut:
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)
Arrhenius menyimpulkan bahwa ion OH- yang dihasilkan
saat proses ionisasi merupakan penyebab basa suatu larutan. Jumlah
ion OH- dari ionisasi 1 mol basa disebut sebagai valensi basa (Purba,
2012: 181).
32
b. Menghitung pH Laruran
Konsentrasi ion H+ seringkali memiliki nilai yang sangat
kecil sehingga seorang ilmuan kimia di Denmark yang bernama
Sorensen mengemukakan untuk penulisan tingkat keasaman suatu
larutan ditulis dengan pH agar menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai
pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+. Adapun rumus
mencari pH suatu larutan yaitu (Purba, 2012: 182):
pH = -log [H+]
c. Menghitung pOH
Untuk mencari pOH suatu larutan basa, caranya sama dengan
mencari pH larutan asam. Analog dengan pH, konsentrasi ion OH -
dapat ditulis dengan pOH sehingga diperoleh persamaan berikut
(Purba, 2012: 182):
pOH = -log [OH-]
d. Kesetimbangan Air
Air sumur memiliki pH = 7 atau bersifat netral. Air murni
33
mengandung ion dalam jumlah yang kecil sekali. Hal ini diebabkan
terjadinya reaksi asam dan basa sesama molekul air dan membentuk
kesetimbangan berikut:
H2O(l) H+(aq) + OH-(aq)
Menurut hukum kesetimbangan, maka Kc = [H+] [OH-] / [H2O]
Karena derajat ionisasi air sangat kecil, maka jumlah air yang
terion dapat diabaikan sehingga konsentrasi air yang tidak terion
dapat dianggap konstan. Dengan persamaan sebagai berikut:
Kc [H2O] = [H+] [OH-]
Kc [H2O] = Kw
Sehingga dapat ditulis: Kw = [H+] [OH-]. Kw adalah konstanta ionisasi
air pada suhu kamar (250 C) dan mempunyai nilai 10-14, sehingga
dalam air murni terdapat ion-ion dengan konsentrasi berikut (Purba,
2012:183 - 184):
10-14 = [H+] [OH-]
[H+] = [OH-] = 10-7
pH = - log 10-7 = 7
a. Asam Kuat
HCl, HBr, HNO3, dan H2SO4 adalah asam kuat dan tergolong
elektrolit kuat sehingga akan mengalami ionisasi sempurna dan reaksi
ionnya berkesudahan, tidak bolak-balik. Secara umum, apabila suatu
asam kuat dilarutkan dalam air, maka reaksi yang terjadi adalah reaksi
ionisasi dari asam kuat tersebut dan dituliskan sebagai berikut.
HnA(aq)→ nH+(aq) + An-(aq)
aM (n.a) M aM
Dengan:
a = konsentrasi asam
M = molaritas larutan
n = jumlah ion H+ yang dihasilkan dari proses ionisasi asam
Sebagai contoh adalah reaksi ionisasi asam klorida berikut.
HCl(aq)→H+(aq) + Cl-(aq)
pH larutan asam klorida di atas dapat ditentukan apabila
konsentrasi asamnya diketahui. Secara umum, untuk asam kuat,
konsentrasi H+ dapat dihitung dengan rumus berikut.
[H+] = M × valensi asam
dengan M = konsentrasi larutan asam. Asam yang mengion sempurna
35
b. Basa Kuat
NaOH, KOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, dan Ba(OH)2 merupakan
basa kuat dan termasuk dalam elektolit kuat sehingga jika dilarutkan
dalam air akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionnya. Sama halnya
dengan asam kuat, reaksi ini adalah reaksi berkesudahan. Salah satu
contohnya adalah reaksi ionisasi NaOH berikut.
NaOH(aq)→Na+(aq) + OH-(aq)
pH = 14 - (-log [OH-])
c. Asam Lemah
Golongan elektrolit lemah adalah zat yang memiliki derajat
disosiasi antara 0 < ɑ <1 dan apabila dilarutkan dalam air hanya
terurai sebagian. Salah satu contoh asam lemah adalah CH 3COOH.
Asam lemah hanya mengalami ionisasi sebagian. Sehingga dalam
pelarutan asam lemah terjadi kesetimbangan reaksi antara ion yang
dihasilkan asam dengan molekul asam yang terlarut dalam air, jadi
bukan reaksi berkesudahan. Dalam reaksi kesetimbangan akan
diperoleh tetapan kesetimbangan apabila reaksi sudah setimbang.
Dengan kata lain, konsentrasi reaktan sudah berkurang ketika
mengalami reaksi. Banyaknya konsentrasi yang bereaksi/mengion
sangat tergantung pada derajat ionisasi (α), dan dirumuskan sebagai
berikut (Purba, 2012: 190):
jumlah zat yang megion
α=
jumlah mula−mula zat yang dilarutkan
maka
d. Basa Lemah
Basa lemah yaitu suatu basa yang jika dilarutkan dalam air
hanya akan terurai sebagian saja. Karena hanya sedikit yang terurai,
maka dalam pelarutan basa lemah terjadi kesetimbangan reaksi antara
ion OH- yang dihasilkan basa dengan molekul basa yang terlarut
dalam air. Menghitung basa lemah pada prinsipnya sama dengan
menghitung asam lemah.
37
A. Metode Pengembangan
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang dikemukakan
sebelumnya, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
pengembangan atau research and development (R&D). Menurut Borg and
Gall (1989) dalam [ CITATION Ari11 \p 127 \l 1033 ]“research and development is
a powerfull strategy for improving practice. It is a process used to develop
andvalidate educational product”. Metode penelitian dan pengembangan atau
research and development adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
[ CITATION Sug12 \p 407 \l 1033 ] . Dalam hal ini dikembangkan Modul elektronik
Kimia berbasis Pendekatan Konstruktivisme di SMA N 1 Sumatera Barat
pada materi Larutan Asam dan Basa.
B. Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model pengembangan 4-D, yaitu terdiri dari tahap defenisi (define), rancangan
(design), pengembangan (develop) dan desiminasi (disseminate) [ CITATION
Sug12 \p 407 \l 1033 ]. Pada penelitian ini tahap disseminate tidak dilakukan.
C. Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian ini berdasarkan model Borg and Gall yang telah
dimodifikasi dan kemudian dikembangkan Modul elektronik Kimia berbasis
Pendekatan Konstruktivisme di SMA N 1 Sumatera Barat untuk materi
Larutan Asam dan Basa yang dijabarkan secara rinci dalam uraian berikut:
1. Tahap Pendefenisian (define)
Tahap ini dilakukan dan melihat kondisi awal di lapangan dan menetukan
syarat-syarat modul elektronik yang akan dirancang. Pada tahap ini
peneliti melakukan empat langkah, yaitu melakukan wawancara dengan
guru Kimia, menganalisis silabus pelajaran kimia kelas XI SMA,
41
42
COVER
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
LEMBARAN KERJA
SUMBER BACAAN
46
Metode Instrumen
No. Aspek Validasi
Pengumpulan Data Penelitian
1 Tujuan Pembelajaran
2 Kesesuaian Format
Diskusi dengan ahli Lembar
Modul Elektronik
3 Karakteristik pendidikan Kimia Validasi
4 Kesesuaian Bahasa
5 Bentuk Fisik
(Sumber: Arsyad, 2000:175-176)
47
b. Tahap Praktikalitas
Tahap pelaksanaan dilakukan untuk melihat kepraktisan modul
elektronik Kimia berbasis Konstruktivisme yang dikembangkan.
No Metode Instrumen
Aspek Praktikalitas
. Pengumpulan Data Penelitian
1 Pelaksanaan pembelajaran Observasi kelas Lembar
observasi
2 Kemudahan dalam Angket Lembar
penggunaan modul Angket
elektronik Kimia berbasis Respon
Konstruktivisme
Keterbacaan
Bahasa
Penampilan modul
elektronik Kimia
Isi/ materi
48
pembelajaran
(sumber: Trianto, 2009:170)
Tahap Define
Wawancara dengan guru Kimia
Analisis silabus pembelajaran Kimia kelas XI
Analisis E-Book, buku teks dan modul cetak
Analisa siswa
Review literatur tentang modul elektronik
Tahap Design
49
Merancang prototipe modul ektronik Kimia berbasis Konstruktivisme
Merancang lembar validasi modul elektronik Kimia berbasis konstruktivisme,
lembar angket respon, lembar observasi dan lembar pedoman wawancara
Tahap Develop
Melakukan pengembangan terhadap modul elektronik Kimia berbasis
Konstruktivisme dan divalidasi oleh para pakar
Valid Revisi
Praktis Revisi
Tidak
Ya
Ya
Tidak
50
E. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Data
kuntitatif yaitu data yang didapatkan dari hasil validasi modul elektronik
Kimia berbasis Pendekatan Konstruktivisme yang dilakukan oleh validator,
data praktikalitas dari guru dan peserta didik yang didapatkan dari hasil
observasi dan evaluasi peserta didik melalui lembar angket praktikalitas
modul elektronik Kimia berbasis Pendekatan Konstruktivisme. Sedangkan
data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan guru
Kimia, hasil analisis silabus, hasil analisis bahan ajar, hasil mereview literatur
tentang modul maupun LKS dan e-book yang ada di internet, serta saran dan
masukan dari validator, saran dan masukan dari hasil validitas dan saran dari
hasil praktikalitas dari modul elektronik Kimia berbasis Pendekatan
Konstruktivisme yang telah dikembangkan.
F. Instrument Penelitian
Unruk melihat data validitas dan praktikalitas penggunaan modul
elektronik Kimia berbasis Pendekatan Konstruktivisme sebelum digunakan,
setiap instrumen dikonsultasikan kepada pakar/ahli Kimia agar memperoleh
data yang valid. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Lembar validasi
Lembar validasi berisi item-item yang mengungkap validitas isi
dari modul elektronik Kimia yang telah dirancang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Kesesuaian komponen-komponen pada modul elektronik
Kimia dengan unsur-unsur pengembangan yang telah ditentukan.
51
2. Lembar Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan melakukan pengamatan
langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan. Lembar observasi digunakan untuk melihat praktikalitas
modul elektronik Kimia berbasis Konstruktivisme dalam pembelajaran
Kimia. Lembar observasi berisikan pertanyaan tentang keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan modul elektronik Kimia berbasis
Pendekatan Konstruktivisme. Observer memberikan penilaian dari hasil
pengamatan yang dilakukan ketika pembelajaran dengan menggunakan
modul elektronik Kimia berbasis Konstruktivisme.
3. Angket
Angket yang disusun untuk meminta tanggapan tentang penilaian
praktikalitas modul elektronik Kimia berbasis Pendekatan
Konstruktivisme.
4. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara memuat secara garis besar hal yang
ditanayakan kepada guru Kimia. Untuk melihat praktikalitas sebelum
digunakan, setiap instrumen dikonsultasikan kepada pakar/ahli agar
memperoleh data yang valid.
(%) Kategori
0-20 Tidak valid
21-40 Kurang valid
41-60 Cukup valid
61-80 Valid
81-100 Sangat valid
(Sumber: Riduwan, 2010: 89)
2. Lembar observasi
Data hasil observasi terhadap praktikalitas modul elektronik
Kimia berbasis Pendekatan Konstruktivisme diolah dengan teknik
deskriptif.
3. Angket
Data hasil tanggapan siswa melalui angket yang terkumpul,
kemudian ditabulasi. Hasil tabulasi dicari persentasenya, dengan rumus:
Ʃjumlah skor per item
P= x 100 %
skor maksimal
(%) Kategori
0-20 Tidak praktis
21-40 Kurang praktis
41-60 Cukup praktis
61-80 Praktis
81-100 Sangat praktis
(Sumber: Riduwan, 2010: 89)
4. Hasil wawancara
Teknik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data hasil
53
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, F. M. C., W. Sunarno and S. Sarwanto (2018). "Pengembangan Modul Fisika Berbasis
Masalah pada Materi Termodinamika Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains SIiswa
Kelas XI SMA/MA." INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA 7(1): 1-12.
Dewi, I. G. P., I. N. Selamat and I. N. Suardana (2019). "Studi Komparasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Tipe Numbered Heads Together Terhadap
Hasil Belajar Kimia pada Topik Struktur Atom." Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia 2(2): 50-58.
Kinasih, A., W. Sunarno and S. Sukarmin (2018). "PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DENGAN
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LISTRIK DINAMIS UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA." INKUIRI: Jurnal
Pendidikan IPA 7(1): 29-38.
Lestari, D. I. (2019). "ANALISIS KETERLAKSANAAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN
MULTIMEDIA PEMBELAJARAN LARUTAN ASAM BASA TERHADAP KETERAMPILAN MEMECAHKAN
MASALAH." Konfigurasi: Jurnal Pendidikan Kimia dan Terapan 3(1): 1-7.
Minarni, M., A. Malik and F. Fuldiaratman (2019). "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DALAM
BENTUK MEDIA KOMIK DENGAN 3D PAGE FLIP PADA MATERI IKATAN KIMIA." Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia 13(1).
Minarni, M., A. Malik and F. Fuldiaratman (2019). "Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk
Media Komik dengan 3D Page Flip pada Materi Ikatan Kimia." Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia
13(1): 2.
Monica, A. (2015). "Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas X SMA NEGERI MEGANG SAKTI TAHUN PELAJARAN 2015/2016."
Nikita, P. M., A. D. Lesmono and A. Harijanto (2018). "PENGEMBANGAN E-MODUL MATERI
FLUIDA DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI."
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA 7(2): 175-180.
Nurmayanti, F., F. Bakri and E. Budi (2015). "Pengembangan Modul Elektronik Fisika dengan
Strategi PDEODE pada Pokok Bahasan Teori Kinetik Gas untuk Siswa Kelas XI SMA." Prosiding
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015: 337.
Sunarmiati, S. and R. T. Padmaningrum (2016). "PENGEMBANGAN “ELECTRONIC MODULE OF
CHEMISTRY” MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA." Jurnal Pembelajaran Kimia 5(3).
Ummah, R., E. Suarsini and S. R. Lestari (2018). Analisis Kebutuhan Pengembangan E-Modul
Berbasis penelitian Uji Antimikroba pada Matakuliah Mikrobiologi. Seminar Nasional Pendidikan
IPA 2017.
55