BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan. Saat ini, kurikulum yang berlaku untuk sekolah-
sekolah di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mempunyai
empat kompetensi inti yaitu: aspek spiritual untuk kompetensi isi 1; aspek
sosial untuk kompetensi isi 2; aspek pengetahuan untuk kompetensi isi 3;
dan aspek keterempilan untuk kompetensi isi 4 (Nuh 2013). Keempat
kompetensi tersebut di perlukan untuk mencapai proses pembelajaran yang
lebih baik, terutama dalam pembelajaran kimia.
Pada kurikulum 2013, pembelajaran kimia merupakan mata pelajaran
peminatan pada tingkat SMA jurusan MIPA. Pelajaran kimia merupakan
produk pengetahuan alam yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum dari
proses kerja ilmiah sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran kimia akan
dapat tercapai jika mencakup tiga aspek utama yaitu: produk, proses, dan
sikap ilmiah (Wasonowati, Redjeki et al. 2014).
Bila dilihat dari tiga aspek pembelajaran kimia tersebut, materi
pembelajaran kimia memiliki keterkaitan dengan materi-materi pembelajaran
yang lain. Seperti materi pembelajaran kimia dengan materi pembelajaran
biologi, materi pembelajaran kimia dengan materi pembelajaran fisika dan
materi pembelajaran kimia dengan materi pembelajaran matematika. Contoh
keterkaitan materi pembelajaran kimia dengan materi pembelajaran biologi
yaitu dalam ilmu kimia proses evolusi tidak dapat sepenuhnya digambarkan
secara lengkap karena kimia tidak mengandung konsep-konsep seperti
seleksi alam yang bertanggung jawab terhadap terjadinya evolusi. Hal ini
2
menjadikan Ilmu kimia sebagai dasar pada ilmu biologi karena ilmu kimia
memberikan metodologi untuk mempelajari dan memahami molekul
pembentuk sel. Contoh lainnya yaitu keterkaitan materi pembelajaran kimia
dengan materi pembelajaran fisika, dalam kecepatan reaksi, dan mekanisme
reaksi kimia. Selain itu materi kimia kuantum juga dapat membantu dalam
memahami hukum-hukum fisika (John Gribbin, 2005).
Dilihat dari keterkaitan materi pembelajaran kimia dengan materi
pembelajaran lainnya, materi pembelajaran kimia merupakan pusat ilmu
alam karena ilmu kimia menjembatani ilmu alam lainnya (Prodjosantoso).
Selain keterkaitan materi pembelajaran kimia dengan materi pembelajaran
secara umum seperti materi pembelajaran fisika, biologi dan matematika,
materi pembelajaran kimia juga terkait dengan materi pembelajaran agama
islam. Agama islam dipedomani oleh alqur’an dan hadist. Agama islam
merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu materi pembelajaran agama islam sangat perlu dikaitkan
dengan materi pembelajaran kimia. Hal ini juga sesuai dengan ketetapan
pemerintah dalam permendikbud No. 64 Tahun 2013, yaitu: a)
Menumbuhkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui pengamatan
terhadap fenomena dan prinsip kimia. b) Mengembangkan sikap ilmiah, rasa
ingin tahu, berpikir logis dan analitis, tekun, ulet, jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, dan peduli melalui kimia.c) Memahami konsep-konsep kimia
dan keterkaitannya. d) Menerapkan ilmu kimia untuk menjelaskan
fenomena yang terjadi disekitar lingkungan kehidupan. e) Menganalisis dan
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kimia serta menerapkan
pengetahuan tersebut pada berbagai bidang ilmu dan teknologi. f)
Menghadirkan kesadaran terhadap aplikasi kimia baik yang mendatangkan
manfaat maupun yang merugikan bagi individu, masyarakat dan
lingkungan, serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan
3
qur’an.; (4) sebagai upaya membatasi sains agar para peserta didik tidak
terjerumus kedalam ajaran-ajaran yang bertentangan dengan akidah dan
keimanan dalam Islam (Djudin).
Dalam hal ini modul yang dikembangkan diharapkan dapat membantu
guru menyampaikan materi-materi pembelajaran kimia secara teoritis yang
sekaligus ada keterakaitannya dengan ilmu agama untuk mengembangkan
aspek afektif pada peserta didik. Maka peneliti tertarik untuk
mengembangkan suatu bahan ajar yang berbasis al-qur’an, sesuai yang telah
dijelaskan diatas dan permasalahan yang ada di sekolah. Berdasarkan hal ini
peneliti mengangangkat judul tentang Pengembangan Modul Pembelajaran
Kimia Berbasis Unity Of Sciences Materi Minyak Bumi Kelas XI di SMA N
2 Sawah Lunto. Berdasarkan rancangan pengembangan bahan ajar tersebut,
maka objektif penelitian adalah melakukan uji validitas dan praktikalitas
terhadap produk yang dikembangkan yaitu modul pembelajaran kimia
berbasis unity of sciences.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Belum adanya modul yang berisikan keterkaitan antara ilmu sains dengan
agama.
2. Belum adanya penggunaan modul berbasis unity of science di SMA N 2
Sawahlunto
3. Sumber buku yang digunakan dalam pembelajaran tidak bervariasi.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini, maka
diperlukan batasan masalah. Oleh karena itu peneliti memfokuskan pada
pengembangan modul pembelajaran kimia berbasis unity of sciences materi
minyak bumi kelas XI SMA N 2.
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana validitas Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia
Berbasis Unity Of Sciences pada Materi Minyak Bumi Kelas XI
2. Bagaimana praktikalitas Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia
Berbasis Unity Of Sciences pada Materi Minyak Bumi Kelas XI
E. Tujuan Pengembangan
1. Untuk menghasilkan Modul pembelajaran Kimia berbasis unity of science
digunakan pada materi Minyak Bumi di SMAN 2 Sawahlunto yang valid.
2. Untuk menghasilkan Modul pembelajaran Kimia berbasis unity of science
digunakan pada materi Minyak Bumi di SMAN 2 Sawahlunto yang
praktis
F. Spesifikasi produk
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk yang spesifik yaitu
modul pembelajaran kimia berbasis unity of sciences yang dapat
digunakanpada kelas XI SMA N 2 Sawahlunto yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Modul berbasis unity of sciences yang dirancang memuat materi
pembelajaran kimia pada materi minyak bumi.
2. Modul berbasis unity of sciences dikembangkan sebagai sumber
pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam memahami materi minyak
bumi
3. Modul berbasis unity of sciences memiliki identitas yang jelas seperti
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran.
4. Indikator pembelajaran dituliskan dalam kolom sebelum presentasi materi,
agar siswa mengetahui apasaja yang akan dipelajari.
8
5. Setiap materi, soal tes dan lembar kegiatan peserta didik diberikan ayat-
ayat al-quran yang berkaitan dengan materi dan menjadi penunjang dalam
pembelajaran tentang minyak bumi tersebut.
6. Modul berbasis unity of sciences dilengkapi dengan gambar-gambar yang
terkait dengan materi minyak bumi untuk lebih memahami peserta didik.
7. Modul berbasis unity of sciences dilengkapi dengan uraian materi, lembar
kegiatan siswa dan cara mengevaluasinya serta soal tes dan kunci
jawaban.
8. Modul berbasis unity of sciences dirancang pada Microsoft publisher.
9. Bahasa dan pemilihan kata disesuaikan dengan tingkat kemampuan
peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri
G. Pentingnya Pengembangan
Adapun beberapa alasan pentingnya pengembangan Modul
Pembelajaran Kimia Berbasis Unity of science pada materi Minyak Bumi
yaitu :
1. Sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan keterbatasan penggunaan
Modul yang ada disekolah, khususnya modul berbasis unity of science
2. Bagi peneliti, dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan Modul
Pembelajaran Kimia Berbasis Unity of science pada materi minyak bumi
kelas XI yang lebih baik lagi untuk penelitian berikutnya.
H. Asumsi dan Fokus Pengembangan
1. Asumsi
Asumsi yang mendasari pengembangan Modul pembelajaran kimia
berbasis unity of sciences pada materi minyak bumi adalah sebagai berikut:
a. Modul pembelajaran kimia berbasis unity of sciences pada materi
minyak bumi dapat membantu siswa dalam memahami materi yang
dipelajari.
9
I. Definisi Operasional
Pengembangan modul adalah suatu proses mendesain sumber belajar
berupa modul untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual,dan moral dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan.
Modul berbasis unity of sciences ialah salah satu bahan ajar atau
sarana pembelajaran yang bersifat mandiri yang berintegrasikan pada al-
qur’an serta hadist sehingga peserta didik dapat belajar sesuai dengan
kecepatannya masing-masing.
Validitas adalah derajat menunjukkan sejauh mana keteapatan dan
kecermatan suatu alat ukur tes atau nontes dalam melakukan fungsi ukurannya
10
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Suatu tes dikatakan memiliki
validitas tinggi apabila alat tersebut menjalan fungsi ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Praktikalitas adalah suatu kualitas yang menunjukkan kemungkinan
dapat dijalankan suatu kegunaan umum dari suatu teknik penilaian, dengan
mendasarkan pada biaya, waktu, kemudahan dalam menyelenggarakn
membuat instrumen, dan dalam pemeriksaan atau penentuan keputusan yang
objektif sehingga keputusan tidak meragukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bahan Ajar
1. Pengertian bahan ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tujuan pembelajaran
yang dimaksud yaitu mencapai kompetensi atau sub kompetensi dengan
segala kompleksitasnya. Modul haruslah dirancang dan ditulis dengan
11
kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan
menunjang proses pembelajaran (Hernawan, Permasih et al. 2012).
2. Fungsi bahan ajar
Bahan ajar memiliki fungsi antara lain:
a. Sebagai pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.
b. Pedoman bagi tenaga pendidik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan dan dilatihkan kepada
siswanya.
c. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran
(Hernawan, Permasih et al. 2012).
2. Karakteristik modul
a. Self Instruction
14
b. Self Contained
15
d. Adaptif
ditetapkan(Rahdiyanta 2016).
a. Format
1) Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional.
Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan
ukuruan kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi,
hendaknya jarak dan perbandingan antar kolom secara proporsional.
2) Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat.
Penggunaan format kertas secara vertikal atau horizontal harus
memperhatikan tata letak dan format pengetikan.
3) Gunakan tanda-tanda yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk
menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda
dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya.
b. Organisasi
1) Tampilkan peta atau bagan yang menggambarkan cakupan materi
yang akan dibahas dalam modul.
19
Materi atau isi modul yang ditulis harus sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun. Isi modul mencakup
subtansi yang dibutuhkan untuk menguasai suatu kompetensi. Sangat
disarankan agar satu kompetensi dapat dikembangkan menjadi satu modul,
tapi dengan pertimbangan karakteristik khusus, keluasan dan kompleksitas
kompetensi, dimungkinkan satu kompetensi dikembangkan menjadi lebih
dari satu modul. Selanjutnya, satu modul disarankan terdiri dari 2-4
kegiatan pembelajaran. Apabila pada standar kompetensi yang ada pada
Kurikulum/Silabus/RPP ternyata memiliki lebih dari 4 kompetensi dasar,
maka sebaiknya dilakukan reorganisasi standar kompetensi (SK) dan
Penulisan modul dilakukan sesuai dengan RPP. Namun, apabila RPP belum
ada, maka dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Kemudahan bahan ajar digunakan oleh peserta didik dalam proses belajar.
b. Kemudahan guru dalam menyiapkan fasilitas (alat dan bahan) belajar.
c. mengelola proses pembelajaran, dan dalam mengadministrasi-kannya.
Untuk melakukan uji coba buram modul dapat diikuti langkah-langkah
berikut ini:
a. Siapkan perangkat untuk uji coba (kriteria modul yang layak dan
kuesioner kelayakan modul). Penyiapan sebaiknya dilakukan oleh tim.
b. Tentukan responden uji coba yang sesuai dengan kondisi.
c. Siapkan dan gandakan buram modul yang akan diuji cobakan sesuai
dengan jumlah responden.
d. Siapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
mengimplementasikan modul.
e. Informasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang
harus dilakukan oleh responden.
f. Lakukan uji coba sebagaimana melakukan kegiatan pembelajaran dengan
modul.
g. Kumpulkan data hasil uji coba.
h. Olah data dan simpulkan hasilnya.
Bila hasil uji coba buram modul layak, berarti modul tersebut siap
diimplemtasikan untuk kepentingan pembelajaran yang sesungguhnya, siap
dicetak dan diperbanyak. Sebaliknya, bila belum layak, maka harus dilakukan
perbaikan seperlunya, sesuai dengan masukan pada saat uji coba.
d. Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai
dengan alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan
lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan
dapat dipenuhi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan.
27
e. Penilaian
Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam
modul. Pelaksanaan penilaian mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di
dalam modul. Penilaian hasil belajar dilakukan menggunakan instrumen yang
telah dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul.
Bila hasil validasi ternyata menyatakan bahwa modul tidak valid maka
modul tersebut perlu diperbaiki sehingga menjadi valid.
28
VALIDASI MODUL
g. Jaminan Kualitas
Untuk menjamin bahwa modul yang disusun telah memenuhi
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pengembangan suatu modul,
maka selama proses pembuatannya perlu dipantau untuk meyakinkan bahwa
modul telah disusun sesuai dengan desain yang ditetapkan. Demikian pula,
modul yang dihasilkan perlu diuji apakah telah memenuhi setiap elemen mutu
yang berpengaruh terhadap kualitas suatu modul.
4. Penulisan Modul
Sebaiknya dalam pengembangan modul dipilih struktur atau kerangka yang
sederhana dan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Kerangka modul tersusun sebagai berikut:
Kata Pengantar
Daftar Isi.................................................
Peta Kedudukan Modul.............................
Glosarium................................................
I. Pendahuluan
A. Standar Kompetensi dan Kompetensi
dasar
B. Deskripsi......................................
C. Waktu..........................................
D. Prasyarat.....................................
E. Petunjuk Penggunaan Modul.......
F. Tujuan Akhir.................................
G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi
II. Pembelajaran
A. Pembelajaran 1...................................
1. Tujuan ......................................
2. Uraian Materi.............................
3. Rangkuman...............................
4. Tugas.........................................
5. Tes.............................................
6. Lembar Kerja Praktik.................
30
B. Pembelajaran 2
1. Tujuan......................................
2. Uraian Materi...........................
3. Rangkuman..............................
4. Tugas.......................................
5. Tes...........................................
6. Lembar Kerja Praktik................
III.Evaluasi
A. Tes Kognitif............................................
B. Tes Psikomotor......................................
C. Penilaian Sikap.......................................
Kunci jawaban.......................................
Daftar pustaka
31
C. Pembelajaran Kimia
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa
sebagai peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Lestari, 2017).
Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan
pengertian ilmu kimia itu sendiri. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban
atas apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan
komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat. Oleh
sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu
tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika,
dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran(Sudjana,
2015). Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak bisa dipisahkan,
yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah
(Pratama, 2017). ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan
perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-proses alamiah
maupun dalam eksperimen yang direncanakan (Nasution, 2016). Melalui
kimia, kita mengenal susunan (komposisi) zat dan penggunaan bahan-bahan
kimia, baik alamiah maupun buatan, dan mengenal proses-proses penting pada
makhluk hidup, termasuk tubuh kita sendiri.
Menurut E. Mulyasa, mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan
agar siswa memiliki kemampuansebagai berikut:a.membentuk sikap positif
terhadap kimia dan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta
mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, memupuk sikap ilmiah
yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang
32
Senyawa hidrokarbon alifatik rantai lurus biasa disebut alkana atau normal
parafin. Senyawa ini banyak terdapat dalam gas alam dan minyak bumi yang
memiliki rantai karbon pendek.
Etana Propana
37
H2C – CH2
Siklobutana
Siklopentana
Isooktana
4. Senyawa Hidrokarbon Aromatik
Contohnya :
CH3
Benzena
Toluena
(C6H6) (C6H5CH3)
1. Distilasi
39
Gas petroleum
Gasoline (bensin)
Kerosin
Disel
2. Cracking
3. Reforming
4. Polimerisasi
5. Treating
6. Blending
42
Katalis Ni
2 CO(g) + O2(g) 2 CO2(g)
Katalis Ni
2 NO2(g) N2(g) + 2 O2(g)
44
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa yang
benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi
konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk biasa digunakan untuk
instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel konsep, baik yang sifatnya
performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat konsep
diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain,
maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk
mengukur bakat (tes bakat), inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan,
emosional dan lain-lain.
c. Validitas Muka
Validitas ini menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya
melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya jika
suatu modul secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap
fenomena yang akan diukur, maka modul tersebut sudah dapat dikatakan
memenuhi syarat validitas muka, sehingga tidak perlu lagi adanya penilaian
secara mendalam.
d. Validitas Empiris/Kriteria
Validitas empiris ditentukan berdasarkan kriteria baik kriteria internal
maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu yang
menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau
tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria (Matondang 2009).
H. Praktikalitas
Kepraktisan adalah suatu kualitas yang menunjukkan kemungkinan
dapat dijalankan suatu kegunaan umum dari suatu teknik penilaian,
denganmendasarkan pada biaya, waktu, kemudahan penyusunan dan
penskoran serta penginterpretasian hasil-hasilnya. Kepraktisan juga diartikan
49
Sangat Valid dengan presentase 88%, serta hasil respon peserta didik
dikategorikan Sangat baik dengan skor 90,22%. Perbedaan penelitian ini
dengan penulis lakukan adalah modul yang dikembangkan penulis merupakan
modul berbasis unity of sciences sedangkan yang dilakukan oleh peneliti ini
merupakan modul berbasisi unity of sciences dan multi representasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Erlinawati program studi tadrsi biologi Institut
Agama Islam Negeri Batusangkar yang berjudul “Pengembangan modul
sistem reproduksi manusia berwawasan Al-quran berbantuan papan flannel Di
SMA negeri 2 Rambatan.” Berdasarkan penelitan tersebut yang sudah
dilakukan oleh pakar praktisi, maka dapat disimpulkan bahwa hasil validasi
modul tersebut memperoleh persentasi 77,84%, sementara itu hasil validasi
dari papan flannel dengan persentasi 77,24 % serta hasil kepraktisan modul
dan alat bantu modul yaitu 86,62% dan 89,68% dengan kategori alat bantu
modul sangat praktis. Perbedaan penelitian ini dengan penulis lakukan adalah
modul yang dikembangkan penulis merupakan modul berbasis unity of
sciences sedangkan yang dilakukan oleh peneliti ini merupakan modul
berwawasan alquran berbantuan papan flannel.
J. Kerangka berfikir
Upaya peningkatan pembelajaran merupakan tugas dan tanggungjawab
tenaga kependidikan, sebab gurulah yang langsung membina para siswa
disekolah melalui proses belajar mengajar. Salah satu upaya yang dimaksud
adalah penggunaan bahan ajar yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Penggunaan bahan ajar dapat mempertinggi minat dan aktivitas siswa yang
pada akhirnya siswa memahami materi pembelajaran sehingga kualitas hasil
belajar siswa pun meningkat. Modul pembelajaran merupakan merupakan
suatu program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa
sendiri secara perorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri
(self Intructional).
52
Dibutuhkan modul
Belum adanya bahan ajar
pembelajaran kimia
berupa modul khususnya
berbasis unity of
modul berbasis unity of
sciences
sciences disekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
54
A. Metode Pengembangan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis metode penelitian dan
pengembangan (Reaserch and Development). Menurut Sugiyono (2012,407),
“metode penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk menghasillkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran
kimia berupa modul melalui langkah-langkah yang sistematis untuk kemudian
diuji kelayakan dari segi materi dan media serta kemenarikannya bagi
siswa(Syahrir, 2015 ).
B. Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan model 4-D. Model
pengembangan ini disarankan oleh Thiagarajan, dan Semmel. Model
pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap pengembangan, yaitu define, design,
develop, dan disseminate (Puspita sari, 2019)
a. Tahap Pendefinisian (define)
Tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan mengenai
pengembangan produk berupa Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Unity Of
Sciences pada Materi Minyak Bumi Kelas XI. Tahap define meliputi: (a)
analisis muka belakang; (b) analisis literatur; (c) analisis tujuan pembelajaran.
b. Tahap Perancangan (design)
Tahap design bertujuan untuk menyiapkan Modul Pembelajaran Kimia
Berbasis Unity Of Sciences pada Materi Minyak Bumi Kelas XI yang sesuai
dengan KI, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran. Perancangan terdiri dari :
cover, petunjuk belajar, peta konsep, lember kegiatan, lembar kerja siswa,
lembar tes dan kunci jawaban serta glosarium.
c. Tahap Pengembangan (develop)
55
1. Validitas Isi
2. Validitas Muka
c. Tahap Praktikalitas
Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas disatu kelas XI Mipa
SMAN 2 Sawahlunto. Uji coba ini dilakukan untuk melihat
praktikalitas atau keterpakaian modul yang sudah dirancang. Modul
pembelajaran kimia berbasis unity of sciences memiliki praktikalitas
yang tingi apabila bersifat praktis dan mudah digunakan.
Adapun komponen yang diamati dapat dilihat pada table
dibawah ini
unity of sciences
2. Bentuk modul Wawancara Pedoman
pembelajaran kimia dengan guru wawancara
berbasis unity of sciences mata pelajaran dan lembar
3. Isi modul pembelajaran kimia kelas XI angket respon
kmia berbasis unity of MIPA SMA N 2
sciences Sawahlunto dan
4. Kepraktisan modul pengisian angket
pembelajaran al-quran respon oleh
siswa
Tahap Define
Tahap Design
Tahap Develop
1. Pengembangan produk
2. Validasi pengembangan Modul
Pembelajaran Kimia Berbasis Unity Of
Sciences pada Materi Minyak Bumi Kelas
XI
3. Validasi RPP
4. Validasi angket respon siswa terhadap
Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Unity
Of Sciences pada Materi Minyak Bumi
Kelas XI
5. Validasi angket respon siswa terhadap
pembelajaran
Revisi
Valid
Praktis
bahasa serta data pendapat siswa/respon siwa mengenai produk yang telah
dikembangkan.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian Modul
Pembelajaran Kimia Berbasis Unity Of Sciences pada Materi Minyak Bumi
Kelas XI yaitu:
1. Lembar Validasi
Validitas digunakan untuk mengetahui apakah Modul Pembelajaran
Kimia Berbasis Unity Of Sciences pada Materi Minyak Bumi Kelas XI
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep yang dirancang valid
atau tidak.
Lembar validasi pada penelitian ini terdiri atas:
a. Lembar Validasi angket respon siswa terhadap Modul Pembelajaran
Kimia Berbasis Unity Of Sciences pada Materi Minyak Bumi Kelas XI
untuk praktikalitas
Lembar validasi angket respon siswa berisi berisi komponen-
komponen yang telah dirumuskan, kemudian dikembangkan menjadi
beberapa pernyataan. Angket respon siswa divalidasi oleh validator,
sehingga dapat diketahui apakah Angket respon siswa yang telah
dirancang valid atau tidak.
b. Lembar validasi angket respon siswa terhadap pembelajaran
(Efektivitas)
Lembar validasi angket respon siswa berisi komponen-komponen
yang telah dirumuskan, kemudian dikembangkan menjadi beberapa
pernyataan. Angket respon siswa divalidasi oleh validator, sehingga
dapat diketahui apakah angket respon siswa yang telah dirancang valid
atau tidak.
c. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
67
Daftar Pustaka
Ali, W. and N. Aghna (2019). Pengembangan modul kimia berbasis multi level
representasi dan unity of sciences pada materi laju reaksi kelas XI di SMAN 1
Semarang, UIN Walisongo.
Sari, S. Y., N. Syahra and H. Husna (2014). "Pengembangan Handout Fisika Dasar
Berbasis Konstruktivitas Pada Materi Dinamika." Jurnal Riset Fisika
Edukasi dan Sains 1(1): 1-8.