OLEH
KELOMPOK 6
Ainun
Friska Angriani
Sri Wulan Oktavia
Segala puji hanyalah milik ALLAH SWT, Tuhan semesta alam Yang Maha Luas Ilmu-
Nya, karena dengan Rahmat-Nya penulisan yang berjudul “PENGEMBANGAN KECAKAPAN
HIDUP (LIFE SKILL) SEORANG PENDIDIK”, ini dapat berjalan dengan lancar. Banyak pihak
yang telah memberi bantuan, dorongan dan motivasi selama proses penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dan membantu sehingga makalah ini bisa selesai dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki, sehingga dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
hasilnya masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis telah berusaha maksimal agar
mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan, diganti dengan kebaikan yang jauh
lebih besar dari Allah SWT, Amin.
Akhir kata, semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya,
dan bagi setiap pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa indikator
keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai ujian nasional
(NUN). Pandangan seperti itu tidak keliru, akan tetapi baru melihat salah satu indikator
saja. Apabila keberhasilan hanya dipandang dari indikator itu, maka pembelajaran
cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif semata, sehingga aspek afektif dan
psikomotorik agak terabaikan. Sementara itu, sejak September tahun 2001 telah bergulir
tujuan proses pembelajaran ke arah penguasaan kompetensi dasar yang bermuara pada
penguasaan kecakapan hidup (life skills ) yang dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas,
2006:22).
Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum ( General life
skills ) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus ( Specific life skills ). Menurut Malik
Fadjar (2003) kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari kecakapan personal dan
sosial, sedangkan kecakapan hidup yang bersifat spesifik terdiri dari kecakapan akademik
dan vokasional. Kecakapan hidup tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang
dicanangkan Unesco.
Empat pilar yang dicanangkan Unesco apabila diterapkan dengan baik di
sekolah-sekolah akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang
dibutuhkan siswa untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan tersebut
adalah belajar untuk mengetahui ( learning to know ), belajar untuk berbuat atau bekerja
(learning to do ), belajar untuk menjadi jati diri ( learning to be ) dan belajar untuk hidup
bermasyarakat ( learning to live together ). Empat pilar pendidikan tersebut merupakan
prinsip yang perlu dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di
sekolah-sekolah, yang ditujukan untuk menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa
sesuai dengan harapan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Untuk mencapai empat pilar pendidikan yang disertai kepemilikan bekal
kecakapan hidup ( life skills ) yang sangat dibutuhkan, seyogyanya siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran yang mempraktekkan berinteraksi dengan lingkungan fisik dan
sosial, agar siswa memahami pengetahuan yang terkait dengan lingkungan sekitarnya
(learning to know ). Proses pembelajaran tersebut bertujuan memfasilitasi siswa dalam
melakukan perbuatan atas dasar pengetahuan yang dipahaminya untuk memperkaya
pengalaman belajar ( learning to do ). Siswa diharapkan dapat membangun kepercayaan
dirinya supaya dapat menjadi jati dirinya sendiri (learning to be ); dan sekaligus juga
berinteraksi dengan berbagai individu dan kelompok yang beraneka ragam, yang akan
1
membentuk kepribadiaanya, memahami kemajemukan, dan melahirkan sikap toleran
terhadap keanekaragaman dan perbedaan yang dimiliki masing-masing individu (learning
to live together ) sesuai dengan haknya masing-masing.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa makna dari kecapakan hidup ?
2. bagaimana kecakapan hidup seorang pendidik?
3. bagaimana kecakapan hidup peserta didik?
4. bagaimana hubungan yang baik antara pendidik dan peserta didik?
5. bagaimana kecakapan hidup pada abad 21?
6. Bagaimana efek globalisasi dan teknologi dalam dunia pendidikan?
7. Bagaiamana solusi dan aplikasi terhadap kecakapan hidup pendidik dan peserta
didik?
8. Bagaimana pandangan kecakapan di Indonesia dengan pembanding pendidikan di
singapura dan jepang?
C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kecapakan hidup.
2. Untuk mengetahui kecakapan hidup seorang pendidik.
3. Untuk mengetahui kecakapan hidup peserta didik.
4. Untuk mengetahui hubungan yang baik antara pendidik dan peserta didik.
5. Untuk mengetahui kecakapan hidup pada abad 21.
6. Untuk mengetahui efek globalisasi dan teknologi dalam dunia pendidikan.
7. Untuk mengetahui solusi dan aplikasi terhadap kecakapan hidup pendidik dan
peserta didik.
8. Unntuk mengetahui pandangan kecakapan di Indonesia dengan pembanding
pendidikan di singapura dan jepang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok,
menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup
merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik
dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu
menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental,
serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik
sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan kecakapan hidup ini tidak akan lepas dari
peran guru sebagai pelaksana kurikulum, fasilitator dan motivator bagi siswa melalui
kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga siswa memiliki bekal kompetensi
untuk bekerja dan bermasyarakat dalam mengarungi kehidupan. Kurikulum sebagai
petunjuk jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mata pelajaran sebagai
kendaraan yang membawa peserta didik mencapai kompetensi tertentu dimana guru
berperan sebagai sopir untuk mengantarkan peserta didik sampai ke tujuan
pembelajaran sesuai standar kompetensi yang ditetapkan. Untuk itu kreativitas guru
dalam mengembangkan kecakapan hidup di dalam setting kelas sesuai dengan mata
pelajaran yang di ampunya.sangat di perlukan.
Pendidikan kecakapan hidup bukanlah sesuatu yang baru dan karenanya juga
bukan topik yang orisinil. Yang benar-benar baru adalah bahwa kita mulai sadar dan
berpikir bahwa relevansi antara pendidikan dengan kehidupan nyata perlu
ditingkatkan intensitas dan efektivitasnya. Hal ini berarti proses pembelajaran yang
selama ini dilakukan di sekolah sebenarnya juga telah menumbuhkan kecakapan
hidup namun ketercapaiannya masih sebatas sebagai efek pengiring (nurturant efect)
yang secara otomatis terbentuk seiring terkuasainya subtansi mata pelajaran.
Sementara itu berdasarkan konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup bahwa
aspek-aspek kecakapan hidup harus sengaja dirancang untuk ditumbuhkan dalam
kegiatan belajar. Perancangan dimulai dari penyusunan program pembelajaran,
penyusunan satuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan sistem evaluasinya.
Hal ini menuntut guru untuk melakukan reorientasi pembelajaran pada mata pelajaran
yang diampunya guna mengembangkan kecakapan hidup.
4
Kemampuan mengorientasikan pembelajaran kecakapan hidup seorang guru harus
mampu :
a. Melakukan identifikasi unsur kecakapan hidup yang dikembangkan dalam
kehidupan nyata yang dituangkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran,
b. Melakukan identifikasi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
mendukung kecakapan hidup,
c. Mengklasifikasikan dalam bentuk topik /tema dari mata pelajaran yang sesuai
dengan kecakapan hidup ,
d. Menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk mendukung pendidikan
kecakapan hidup
e. Merancang bentuk dan jenis evaluasi yang sesuai dengan kompetensi yang
telah dirumuskan .
Kecakapan Kecakapan
Personal Kesadaran
Diri
Kecakapan
Hidup
Generik Kecakapan
Berpikir
Kecakapan Rasional
Sosial
Kecakapan Kecakapan
Hidup Komunikasi
Kecakapan
Akademik Kecakapan
Kecakapan Kerjasama
Hidup
Spesifik
Kecakapan
Vokasional
5
1. Kecakapan generic
- Kecakapan Personal (Personal Skill)
Kecakapan personal (personal skill) yaitu kecakapan yang diperlukan bagi
seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh. Kecakapan ini mencakup
kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri (self awareness) dan
kecakapan berfikir (thinking skill).
a. Kecakapan kesadaran diri yaitu penghayatan sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan Warga Negara, serta
menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang
dimilikinya, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam
meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan lingkungan.
b. Kecakapan berfikir rasional (thinking skill) yaitu kecakapan yang
diperlukan dalam pengembangan potensi berfikir. Kecakapan ini
mencakup kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan
mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan
memecahkan masalah secara kreatif.
- Kecakapan Sosial (Social Skill)
Kecakapan sosial (social skill) meliputi kecakapan komunikasi dengan
empati dan kecakapan bekerja sama.
a. Kecakapan berkomunikasi yang dilakukan secara lisan maupun
tulisan. Kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan
secara lisan maupun tulisan perlu dikembangkan. Kecakapan
mendengarkan dengan empati akan membuat orang mam
6
- Kecakapan Vokasional (Vocational Skill)
Kecakapan vokasional adalah kecakapan yang dikaitkan dengan berbagai
bidang pekerjaan tertentu dalam masyarakat. Kecakapan vokasional
meliputi kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan
kecakapan vokasional khusus (occupational skill).
Abad 21 ini sangat berbeda denga abad-abad sebelumnya. Dengan ditandai oleh
dunia telekomunikasi dan informatika yang berkembang dengan cepat, abad 21 ini
menuntut setiap orang harus memiliki kecakapan hidup yang baik. Kecakapan hidup
yang membuat seseorang untuk bisa berkompetisi dalam setiap sektor kehidupan
dengan baik dan profesional.Siapa yang bisa berkompetisi dengan baik, akan menjadi
pemenangnya. Akan menjadi orang baik dan dihargai di abad 21 ini.
8
b. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)
Komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta
keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis,
angka, dan sebagainya.
Kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai
Berikut.
a) Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy).
b) Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat
berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.
c) Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan
dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
d) Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat
mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan
terkait konten dan konteks pembicaraan.
e) Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
f) Dalam Abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi
kemungkinan multi-bahasa.
d. Kolaborasi (Collaboration).
9
Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerjasama
dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-
tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan
Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran antara lain sebagai
Berikut.
a) Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok.
b) Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain.
c) Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
d) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.
10
tinggi, karena sistem e-learning biasanya dapat diakses kapan saja dan
bersifat fleksibel.
Selain itu, sistem pembelajaran ini bisa menghemat biaya
transportasi baik bagi pendidik dan peserta didik, berbeda dengan sistem
pembelajaran konvensional yang membutuhkan biaya transportasi sebagai
penunjang pendidikan. Komputer atau laptop dan jaringan internet
merupakan elemen penting yang dibutuhkan untuk mengakses sistem
pembelajaran online ini, oleh karena itu sistem pembelajaran ini masih
terbatas penggunaannya.
5. Pertukaran Pelajar
Pertukaran pelajar di dunia pendidikan sering terjadi di era
globalisasi. Pelajar dalam sebuah negara bisa memiliki kesempatan untuk
menempuh pendidikan di luar negeri atau sebaliknya. Siswa yang
berkesempatan belajar ke negara dengan pendidikan terbaik dituntut untuk
11
bisa beradaptasi dengan lingkungan baru dan bisa mengetahui serta
mengerti budaya di luar negeri, sehingga siswa diharapkan bisa memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas.
12
pengaruh luar negeri dapat masuk dengan leluasa ke sebuah negara.
Pengaruh globalisasi dalam bidang pendidikan yang dikuasai dan
digerakkan oleh negara-negara maju bisa menjadi masalah bagi
negara-negara berkembang, tidak terkecuali bagi Indonesia yang
memiliki beberapa pulau yang masuk dalam kategori pulau terbesar di
dunia.
Akibat dari arus globalisasi ini, budaya di Indonesia dikhawatirkan
akan hilang karena pudarnya rasa nasionalisme, berkurangnya sifat
kekeluargaan, serta gaya hidup masyarakat yang kebarat-baratan.
Sebagai contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang
berdandan meniru selebritis Korea maupun Amerika. Remaja ini
mengenakan pakaian yang tidak pantas dan tidak sesuai dengan
kebudayaan yang ada di Indonesia.
5. Komersialisasi Pendidikan
Dampak buruk dari globalisasi selanjutnya adalah terancamnya
kemurnian tujuan dalam pendidikan akibat dari komersialisasi
pendidikan. Saat ini banyak instansi pendidikan yang didirikan dengan
tujuan utama sebagai tempat bisnis. Sebuah lembaga pendidikan bisa
disebut sebagai komersialisasi pendidikan jika mementingkan biaya
pendaftaran dan uang gedung, tetapi kewajiban-kewajiban
pendidikannya sering diabaikan.
13
1. Mengintegrasikan pada setiap mata pelajaran. Pengimplementasian secara
integratif pendidikan kecakapan hidup melekat dan terpadu dalam program-
program kurikuler, kurikulum yang ada, dan atau mata pelajaran yang ada.
Berbagai program kurikuler dan mata pelajaran yang ada seharusnya
bermuatan atau berisi kecakapan hidup sehingga secara struktur tidak berdiri
sendiri. Pendidikan kecapan hidup sudah menjadi kebijakan seiring dengan
berlakunya standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi acuan
daerah/sekolah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ) pada masing-masing tingkat jenjang pendidikan. Oleh
sebab itu pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup ke dalam mata
pelajaran harus mengacu kepada standar-standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah terutama yang menyangkut standar isi dan standar kompetensi
yang yang menjadi acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dibawah ini disajikan analisis pengintegrasian Kecakapan Hidup dalam Muatan
wajib yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..
14
3 Bahasa Membentuk peserta
didik mampu
berkomunikasi secara
efektif sesuai denga
etika yang berlaku,
baik secara lisan
maupun tulisan
4 Matematika Mengembangkan
model logika dan
kemampuan berpikir
peserta didik
6 IPS Mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman dan
kemampuan analisis
peserta didik terhadap
kondisis sosial
masyarakat
7 Seni dan Membentuk karakter
Budaya peserta didik menjadi
manusia yang memiliki
rasa seni dan
pemahaman budaya
8 Pendidikan Membentuk karakter
Jasmani Olah peserta didik agar
Raga, dan sehat jasmani dan
Kesehatan rohani , serta
menumbuhkan rasa
sportivitas
9 Ketrampilan Membentuk peserta didik
bahasa Asing yang memiliki
dan TIK keterampilan
10 Muatan Lokal Membentuk pemahaman
terhadap potensi sesuai
dengan ciri khas di
daerah tempat tinggalnya.
11 Pengembangan Memberikan kesempatan
diri kepada peserta didik
untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan
dan minat , dan bakat.
15
Pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup pada tiap tingkatan satuan
pendidikan terdapat perbedaan penekanan hal ini berhubungan dengan tingkat
perkembangan psikologis dan fisiologis tiap jenjang pendidikan .
- Pada Jenjang TK/SD/SMP lebih menekankan kepada kecakapan hidup umum
(generic skill ), yaitu mencakup aspek kecakapan personal ( personal skill)
dan kecakapan sosial ( social skill ) dua kecakapan ini merupakan prasyarat
yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini. Kedua kecakapan ini
penekanannya kepada pembentukan akhlak sebagai dasar pembentukan nilai-
nilai dasar kebajikan ( basic goodness ), seperti ; kejujuran, kebajikan,
kepatuhan, keadilan, etos kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan , serta
kemampuan bersosialisasi.
- Untuk jenjang SMA lebih ditekankan pada kecapan akademik ( akademik skill
), yaitu kemampuan berpikir yang lebih diarahkan kepada kemampuan
bersikap ilmiah, kritis, objekti dan transparan sehingga mempunyai kecakapan
dalam hal ; menidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan suatu fenomena
tertentu merumuskan hipotesis dan melaksanakan penelitian . Kemampuan ini
perlu dimiliki pada jenjang SMA karena mereka diproyeksikan untuk
melanjutklan ke Perguruan Tinggi. Sedangkan untuk jenjang SMK penekan
kecakapan hidup ditekankan kepada kecakapan kejuruan (vokasional skill )
karena mereka dipersiapkan untuk terjun langsung dilapangan yang sesuai
dengan spesifikasi keahlian yang diajarkannya. Dari penekanan program ini
terlihat bahwa untuk jenjang SD, SMP dan SMA lebih condong kepada
penekanan kecakapan yang sifatnya soft skill yang meningkat kadarnya sesuai
dengan peningkatan jenjang pendidikan , tapi bukan berarti untuk tingkatan
ini tidak layak untuk menekuni bidang kejuruan ( vocasional ) dan yang perlu
diperhatikan mengintegrasikan aspek kecakapan hidup dalam topik materi
tidak boleh dipaksakan. Artinya jika suatu topik pelajaran hanya dapat
mengembangkan satu aspek kecakapan hidup maka hanya satu aspek tersebut
yang dikembangkan dan tidak perlu dipaksakan mengkaitkan aspek yang
lainnya, namun jika ada topik pelajaran yang dapat menumbuhkan beberapa
aspek kecakapan hidup maka pengembangan aspek kecakapan hidup perlu
16
dioptimalkan pada topik tersebut seperti yang tersaji dalam tabel pilihan
kecakapan hidup di atas. Artinya peran guru dalam mengembangkan
kecakapan hidup memiliki porsi yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilannya terutama kreativitas dalam melakukan reorientasi
pembelajaran.
17
Wajib Wajib belajar sembilan tahun Wajib belajar sembilan tahun
Belajar pendidikan dasar dan pendidikan dasar dan menengah
menengah dimulai ketika anak berlaku untuk penduduk berusia 6
berusia 7 tahun hingga 16 tahun hingga 15 tahun
tahun.
Pra- Pra-pendidikan dasar atau Pendidikan anak usia dini memang
pendidikan dinamakan dengan pendidikan tidak termasuk dalam pendidikan
usia dini diselenggarakan bagi yang diwajibkan, namun pemerintah
anak sejak lahir sampai dengan menyediakan sekolah TK atau yg
enam tahun dan bukan disebut dengan Youchien. Selain itu
merupakan prasyarat untuk juga ada Hoikuen (day care).
mengikuti pendidikan dasar. Perbedaan antara Youchien dan
Hoikuen hanya terletak pada jam
belajarnya. Youchien hanya dari
pukul 8;50-13:30, sedangkan
Hoikuen dimulai sejak pukul 07:00-
19:00. Hoikuen diperuntukkan
untuk anak-anak yang orang tuanya
bekerja dan tidak ada yang bisa
menjaganya. Oleh karena itu, salah
satu syarat mendaftarkan ke sekolah
ini adalah surat keterangan bahwa
kedua orang tua bekerja.
18
Menengah (SMA) {3 th}: 16 -18 tahun. Elit.
Sekolah ini diperuntukkan Sekolah ini diperuntukkan bagi
bagi siswa yang ingin siswa yang ingin melanjutkan ke
melanjutkan ke jenjang jenjang universitas papan atas
universitas. nasional.
2. Sekolah Menengah 2. Sekolah Tinggi Akademik Non-
Kejuruan elit,
(SMK) {3 th}: 16 -18 tahun Sekolah ini diperuntukkan bagi
dengan bidang keahlian siswa masuk universitas atau
diantaranya Teknik, Bisnis perguruan tinggi kurang
dan Manajemen, Pariwisata, bergengsi.
Tata Boga, Tata Busana, 3. SMK yang menawarkan kursus
Agribisnis, Seni Rupa, dalam perdagangan, mata
Perkapalan, Teknologi pelajaran teknis, pertanian,
Informasi dan Komunikasi, homescience, keperawatan dan
dll). Sekolah ini perikanan. Sekitar 60% dari
diperuntukkan bagi siswa lulusan mereka memasuki
yang ingin melanjutkan ke pekerjaan penuh-waktu.
dunia kerja. 4. Korespondensi Sekolah Tinggi
menawarkan berbagai bentuk
pendidikan fleksibel untuk 1,6%
dari siswa SMA biasanya bagi
mereka yang tidak mampu
menyeleasikan jenjang sekolah
tinggi karena berbagai alasan.
5. Program Evening SMA
digunakan untuk memberikan
pengajaran bagi siswa miskin
tetapi memiliki ambisius yang
tinggi untuk memperbaiki
kekurangan pendidikan mereka
19
- Gambaran pendidikan di singapura
Kurikulum pendidikan sekolah di singapura ternyata tidak jauh berbeda dari
kurikulum pendidikan di Indonesia, persamaanya seperti UN (ujian nasional)
untuk syarat melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi.
Perbedaannya hanya pada system pendidikan di Singapura sedikit
rumit,namun dari kerumitan itu singapura menjadi Negara terbaik di ASEAN
dalam bidang system pendidikannya.
20
SMP/MTs SMA
SMA/MA Persiapan menuju kuliah
5 Isi Pendidikan Pancasila Bahasa Inggris
Pendidikan Agama Matematika
Pendidikan Kewarganegaraan IPA
Bahasa Indonesia IPS
Membaca dan menulis Seni
Matematika (termasuk berhitung) Mother tongue
Pengantar SAINS dan Teknologi language1[9]
Ilmu bumi
Sejarah nasional dan sejarah umum
Kerajinan tangan dan kesenian
Pendidikan jasmani dan kesehatan
Menggambar
Bahasa inggris
6 Faktor-faktor Faktor Tujuan Fasilitas yang memadai
yang Faktor Pendidik Faktor biaya
mempengaruhi Faktor peserta didik Faktor pendidik
Pendidikan Faktor Alat Faktor Anggaran
Faktor lingkungan Masyarakat Pendidikan
Efektifitas Pendidikan di Indonesia Analisis Kurikulum
Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Standardisasi Pendidikan Di
Indonesia
Kurangnya Pemerataan Kesempatan
Pendidikan
Rendahnya Relevansi Pendidikan
Dengan Kebutuhan
21
7 Masalah- Rendahnya pemerataan kesempatan Kurang adanya hubungan
masalah belajar yang harmonis antara guru
Pendidikan Rendahnya mutu akademik dan murid
Rendahnya efisiensi internal karena
lamanya masa studi
Rendahnya efisiensi eksternal sistem
pendidikan
Terjadi kecenderungan menurunnya
akhlak dan moral
Kecerdasan emosional masih belum
mendapat perhatian yang
memadai.2[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum ( General life skills )
dan kecakapan hidup yang bersifat khusus ( Specific life skills ). Menurut Malik Fadjar
(2003) kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari kecakapan personal dan sosial,
sedangkan kecakapan hidup yang bersifat spesifik terdiri dari kecakapan akademik dan
vokasional. Kecakapan hidup tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang
dicanangkan Unesco.
Empat pilar yang dicanangkan Unesco apabila diterapkan dengan baik di sekolah-
sekolah akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa
untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan tersebut adalah belajar untuk
mengetahui ( learning to know ), belajar untuk berbuat atau bekerja (learning to do ),
belajar untuk menjadi jati diri ( learning to be ) dan belajar untuk hidup bermasyarakat (
22
learning to live together ). Empat pilar pendidikan tersebut merupakan prinsip yang perlu
dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah,
yang ditujukan untuk menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa sesuai dengan
harapan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Untuk mencapai empat pilar pendidikan yang disertai kepemilikan bekal
kecakapan hidup ( life skills ) yang sangat dibutuhkan, seyogyanya siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran yang mempraktekkan berinteraksi dengan lingkungan fisik dan
sosial, agar siswa memahami pengetahuan yang terkait dengan lingkungan sekitarnya
(learning to know ). Proses pembelajaran tersebut bertujuan memfasilitasi siswa dalam
melakukan perbuatan atas dasar pengetahuan yang dipahaminya untuk memperkaya
pengalaman belajar ( learning to do ). Siswa diharapkan dapat membangun kepercayaan
dirinya supaya dapat menjadi jati dirinya sendiri (learning to be ); dan sekaligus juga
berinteraksi dengan berbagai individu dan kelompok yang beraneka ragam, yang akan
membentuk kepribadiaanya, memahami kemajemukan, dan melahirkan sikap toleran
terhadap keanekaragaman dan perbedaan yang dimiliki masing-masing individu (learning
to live together ) sesuai dengan haknya masing-masing.
B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan
ke sistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat sekala
bidang . salah satu cara yang harus di lakukan bangsa indonesia agar tidak semakin
ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas
pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
23
Nur Shaumi,A.2015. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) dalam Pembelajaran
Sains. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. 2 (2):242-250.
Mislaini. 2007. Pendidikan dan bimbing kecakapan hidup ( life skill) peseta didik.
Jurnal Ilmiyah Pendidikan. 1 (1):25-26.
Ramli M.2018. Hakikat pendidik dan peserta didik. Tarbiyah islamiyah. 5 (1)61-65.
24