Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN KIMIA


Pengembangan Kecakapan Hidup (Life Skill) Seorang Pendidik

OLEH
KELOMPOK 6
Ainun
Friska Angriani
Sri Wulan Oktavia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik ALLAH SWT, Tuhan semesta alam Yang Maha Luas Ilmu-
Nya, karena dengan Rahmat-Nya penulisan yang berjudul “PENGEMBANGAN KECAKAPAN
HIDUP (LIFE SKILL) SEORANG PENDIDIK”, ini dapat berjalan dengan lancar. Banyak pihak
yang telah memberi bantuan, dorongan dan motivasi selama proses penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dan membantu sehingga makalah ini bisa selesai dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki, sehingga dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
hasilnya masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis telah berusaha maksimal agar
mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan, diganti dengan kebaikan yang jauh
lebih besar dari Allah SWT, Amin.
Akhir kata, semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya,
dan bagi setiap pembaca pada umumnya.

Kolaka, 27 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Makna Kecakapan Hidup ..................................................................................................... 3
B. Kecakapan Hidup Seorang pendidik .................................................................................... 4
C. Kecakapan Hidup peserta didik ........................................................................................... 5
D. Hubungan yang Baik antara Pendidik dan Peserta Didik .................................................... 7
E. Kecakapan Hidup Abad 21 .................................................................................................. 8
F. Efek globalisasi dan teknologi dalam dunia pendidikan.................................................... 10
G. Implementasi terhadap Kecakapan Hidup Seorang Pendidik dan Peserta Didik ............. 13
H. Pandangan Kecakapan di Indonesia dengan Pembanding Pendidikan di Singapuran dan
Jepang. ....................................................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 22
B. Saran .................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa indikator
keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai ujian nasional
(NUN). Pandangan seperti itu tidak keliru, akan tetapi baru melihat salah satu indikator
saja. Apabila keberhasilan hanya dipandang dari indikator itu, maka pembelajaran
cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif semata, sehingga aspek afektif dan
psikomotorik agak terabaikan. Sementara itu, sejak September tahun 2001 telah bergulir
tujuan proses pembelajaran ke arah penguasaan kompetensi dasar yang bermuara pada
penguasaan kecakapan hidup (life skills ) yang dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas,
2006:22).
Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum ( General life
skills ) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus ( Specific life skills ). Menurut Malik
Fadjar (2003) kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari kecakapan personal dan
sosial, sedangkan kecakapan hidup yang bersifat spesifik terdiri dari kecakapan akademik
dan vokasional. Kecakapan hidup tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang
dicanangkan Unesco.
Empat pilar yang dicanangkan Unesco apabila diterapkan dengan baik di
sekolah-sekolah akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang
dibutuhkan siswa untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan tersebut
adalah belajar untuk mengetahui ( learning to know ), belajar untuk berbuat atau bekerja
(learning to do ), belajar untuk menjadi jati diri ( learning to be ) dan belajar untuk hidup
bermasyarakat ( learning to live together ). Empat pilar pendidikan tersebut merupakan
prinsip yang perlu dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di
sekolah-sekolah, yang ditujukan untuk menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa
sesuai dengan harapan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Untuk mencapai empat pilar pendidikan yang disertai kepemilikan bekal
kecakapan hidup ( life skills ) yang sangat dibutuhkan, seyogyanya siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran yang mempraktekkan berinteraksi dengan lingkungan fisik dan
sosial, agar siswa memahami pengetahuan yang terkait dengan lingkungan sekitarnya
(learning to know ). Proses pembelajaran tersebut bertujuan memfasilitasi siswa dalam
melakukan perbuatan atas dasar pengetahuan yang dipahaminya untuk memperkaya
pengalaman belajar ( learning to do ). Siswa diharapkan dapat membangun kepercayaan
dirinya supaya dapat menjadi jati dirinya sendiri (learning to be ); dan sekaligus juga
berinteraksi dengan berbagai individu dan kelompok yang beraneka ragam, yang akan

1
membentuk kepribadiaanya, memahami kemajemukan, dan melahirkan sikap toleran
terhadap keanekaragaman dan perbedaan yang dimiliki masing-masing individu (learning
to live together ) sesuai dengan haknya masing-masing.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa makna dari kecapakan hidup ?
2. bagaimana kecakapan hidup seorang pendidik?
3. bagaimana kecakapan hidup peserta didik?
4. bagaimana hubungan yang baik antara pendidik dan peserta didik?
5. bagaimana kecakapan hidup pada abad 21?
6. Bagaimana efek globalisasi dan teknologi dalam dunia pendidikan?
7. Bagaiamana solusi dan aplikasi terhadap kecakapan hidup pendidik dan peserta
didik?
8. Bagaimana pandangan kecakapan di Indonesia dengan pembanding pendidikan di
singapura dan jepang?

C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kecapakan hidup.
2. Untuk mengetahui kecakapan hidup seorang pendidik.
3. Untuk mengetahui kecakapan hidup peserta didik.
4. Untuk mengetahui hubungan yang baik antara pendidik dan peserta didik.
5. Untuk mengetahui kecakapan hidup pada abad 21.
6. Untuk mengetahui efek globalisasi dan teknologi dalam dunia pendidikan.
7. Untuk mengetahui solusi dan aplikasi terhadap kecakapan hidup pendidik dan
peserta didik.
8. Unntuk mengetahui pandangan kecakapan di Indonesia dengan pembanding
pendidikan di singapura dan jepang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Kecakapan Hidup


Konsep kecakapan hidup ( life skill ) dirumuskan secara beragam, sesuai dengan
landasan filosofis penyusunnya. Salah satu konsep dikemukakan oleh Nelson-Jones
(1995: 419) menyebutkan bahwa secara netral kecakapan hidup merupakan urutan
pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang spesifik. Secara
konseptual, kecakapan hidup adalah urutan pilihan yang memperkuat kehidupan
psikologis yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang spesifik.
Sumber lain memaknai kecakapan hidup sebagai pengetahuan yang luas dan
interaksi kecakapan yang diperkirakan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia
dewasa untuk dapat hidup secara mandiri (Brolin dalam Goodship, 2002). Atau
kecakapan hidup merupakan pedoman pribadi untuk tubuh manusia yang membantu
anak belajar bagaimana menjaga kesehatan tubuh, tumbuh sebagai individu, bekerja
dengan baik, membuat keputusan logis, menjaga mereka sendiri ketika diperlukan
dan menggapai tujuan hidup (Kent Davis, 2000).
Kecakapan hidup juga dimaknai sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang
untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Atas dasar batasan-batasan
tersebutpendidikan berorientasi kecakapan hidup diartikan sebagai pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh
seseorang untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya
(Depdiknas., 2002).
WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau
kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
secara lebih efektif.
Barrie Hopson dan Scally (1981 dalam Ihat, 2007) mengemukakan bahwa
kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan
berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik
secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu
Kecakapan hidup yaitu kecakapan untuk melakukan adaptasi dan perilaku positif
yang memungkinkan individu untuk melakukan reaksi secara efektif dalam
menghadapi kebutuhan dan tantangan sehari-hari (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan,
2007).
Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu interaksi dari
berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri.
Pengertian kecakapan hidup memiliki kemampuan dasar pendukung secara
fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan serta

3
memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok,
menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup
merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik
dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu
menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental,
serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik
sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.

B. Kecakapan Hidup Seorang pendidik

Untuk mencapai tujuan pendidikan kecakapan hidup ini tidak akan lepas dari
peran guru sebagai pelaksana kurikulum, fasilitator dan motivator bagi siswa melalui
kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga siswa memiliki bekal kompetensi
untuk bekerja dan bermasyarakat dalam mengarungi kehidupan. Kurikulum sebagai
petunjuk jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mata pelajaran sebagai
kendaraan yang membawa peserta didik mencapai kompetensi tertentu dimana guru
berperan sebagai sopir untuk mengantarkan peserta didik sampai ke tujuan
pembelajaran sesuai standar kompetensi yang ditetapkan. Untuk itu kreativitas guru
dalam mengembangkan kecakapan hidup di dalam setting kelas sesuai dengan mata
pelajaran yang di ampunya.sangat di perlukan.
Pendidikan kecakapan hidup bukanlah sesuatu yang baru dan karenanya juga
bukan topik yang orisinil. Yang benar-benar baru adalah bahwa kita mulai sadar dan
berpikir bahwa relevansi antara pendidikan dengan kehidupan nyata perlu
ditingkatkan intensitas dan efektivitasnya. Hal ini berarti proses pembelajaran yang
selama ini dilakukan di sekolah sebenarnya juga telah menumbuhkan kecakapan
hidup namun ketercapaiannya masih sebatas sebagai efek pengiring (nurturant efect)
yang secara otomatis terbentuk seiring terkuasainya subtansi mata pelajaran.
Sementara itu berdasarkan konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup bahwa
aspek-aspek kecakapan hidup harus sengaja dirancang untuk ditumbuhkan dalam
kegiatan belajar. Perancangan dimulai dari penyusunan program pembelajaran,
penyusunan satuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan sistem evaluasinya.
Hal ini menuntut guru untuk melakukan reorientasi pembelajaran pada mata pelajaran
yang diampunya guna mengembangkan kecakapan hidup.

4
Kemampuan mengorientasikan pembelajaran kecakapan hidup seorang guru harus
mampu :
a. Melakukan identifikasi unsur kecakapan hidup yang dikembangkan dalam
kehidupan nyata yang dituangkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran,
b. Melakukan identifikasi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
mendukung kecakapan hidup,
c. Mengklasifikasikan dalam bentuk topik /tema dari mata pelajaran yang sesuai
dengan kecakapan hidup ,
d. Menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk mendukung pendidikan
kecakapan hidup
e. Merancang bentuk dan jenis evaluasi yang sesuai dengan kompetensi yang
telah dirumuskan .

C. Kecakapan Hidup peserta didik


Kecakapan hidup di kelompokkan menjadi dua yaitu kecakapan hidup yang
bersifat generik yang mencakup kecakapan personal dan kecakapan social, sedangkan
kecakapan hidup yang bersifat khusus mencakup kecakapan akademik dan kecakapan
vokasional.

Kecakapan Kecakapan
Personal Kesadaran
Diri
Kecakapan
Hidup
Generik Kecakapan
Berpikir
Kecakapan Rasional
Sosial

Kecakapan Kecakapan
Hidup Komunikasi

Kecakapan
Akademik Kecakapan
Kecakapan Kerjasama
Hidup
Spesifik

Kecakapan
Vokasional

5
1. Kecakapan generic
- Kecakapan Personal (Personal Skill)
Kecakapan personal (personal skill) yaitu kecakapan yang diperlukan bagi
seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh. Kecakapan ini mencakup
kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri (self awareness) dan
kecakapan berfikir (thinking skill).
a. Kecakapan kesadaran diri yaitu penghayatan sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan Warga Negara, serta
menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang
dimilikinya, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam
meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan lingkungan.
b. Kecakapan berfikir rasional (thinking skill) yaitu kecakapan yang
diperlukan dalam pengembangan potensi berfikir. Kecakapan ini
mencakup kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan
mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan
memecahkan masalah secara kreatif.
- Kecakapan Sosial (Social Skill)
Kecakapan sosial (social skill) meliputi kecakapan komunikasi dengan
empati dan kecakapan bekerja sama.
a. Kecakapan berkomunikasi yang dilakukan secara lisan maupun
tulisan. Kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan
secara lisan maupun tulisan perlu dikembangkan. Kecakapan
mendengarkan dengan empati akan membuat orang mam

b. pu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan bicara


merasa diperhatikan dan dihargai.

c. Maksud kecakapan bekerja sama adalah adanya saling pengertian


dan saling membantu antar sesama untuk mencapai tujuan yang
baik, karena itu merupakan kebutuhan yang tidak bisa dielakkan
sepanjang hidup manusia.

2. Kecakapan hidup khusus

- Kecakapan Akademik (Academic Skill)

Pada dasarnya, kecakapan akademik atau kemampuan intelektual atau


kemampuan berpikir ilmiah merupakan pengembangan dari kecakapan
berpikir secara umum tapi mengarah pada kegiatan yang bersifat
keilmuan. Kecakapan akademik ini meliputi kecakapan mengidentifikasi
variabel, menjelaskan hubungan suatu fenomena tertentu, merumuskan
hipotesis, merancang dan melaksanakan penelitian. Diperlukan sikap
ilmiah, kritis, obyektif da transparan untuk membangun kecakapan-
kecakapan tersebut.

6
- Kecakapan Vokasional (Vocational Skill)
Kecakapan vokasional adalah kecakapan yang dikaitkan dengan berbagai
bidang pekerjaan tertentu dalam masyarakat. Kecakapan vokasional
meliputi kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan
kecakapan vokasional khusus (occupational skill).

 Kecakapan vokasional dasar berkaitan dengan bagaimana peserta didik


menggunakan alat sederhana, seperti obeng, palu dan lain sebagainya.
 Kecakapan vokasional khusus hanya diperlukan bagi mereka yang akan
menekuni pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, seperti pekerja
montir, apoteker, tukang, dan sebagainya.

D. Hubungan yang Baik antara Pendidik dan Peserta Didik


Tugas utama pendidik adalah berusaha mengembangkan segenap potensi
siswanya secara optimal, agar mereka dapat mandiri dan berkembang menjadi
manusia manusia yang cerdas, secara fisik, intelektual, social, emosional, moral dan
spiritual. Dalam konteks tugas, hubungan antara keduanya adalah hubungan
professional yang diikat oleh Kode Etik.

Kode Etik Pendidik Indonesia :

1. Pendidik berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
2. Pendidik membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.
3. Pendidik mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
4. Pendidik menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
5. Pendidik secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah
yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi
peserta didik.
6. Pendidik menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
7. Pendidik berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8. Pendidik secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya,
termasuk kemampuannya untuk berkarya.
7
9. Pendidik menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
10. Pendidik bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
11. Pendidik berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12. Pendidik terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
13. Pendidik membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan
gangguan kesehatan, dan keamanan.
14. pendidik tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
15. pendidik tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
16. Pendidik tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

E. Kecakapan Hidup Abad 21

Abad 21 ini sangat berbeda denga abad-abad sebelumnya. Dengan ditandai oleh
dunia telekomunikasi dan informatika yang berkembang dengan cepat, abad 21 ini
menuntut setiap orang harus memiliki kecakapan hidup yang baik. Kecakapan hidup
yang membuat seseorang untuk bisa berkompetisi dalam setiap sektor kehidupan
dengan baik dan profesional.Siapa yang bisa berkompetisi dengan baik, akan menjadi
pemenangnya. Akan menjadi orang baik dan dihargai di abad 21 ini.

Ada beberapa kecakapan hidup abad 21 yaitu:


a. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and
Problem Solving Skill)
Berpikir kritis bersifat mandiri, berdisiplin diri, dimonitor diri,
memperbaiki proses berpikir sendiri. Hal itu dipandang sebagai aset penting
terstandar dari cara kerja dan cara berpikir dalam praktik. Hal itu memerlukan
komunikasi efektif dan pemecahan masalah dan juga komitmen untuk mengatasi
sikap egosentris dan sosiosentris bawaan (Paul and Elder, 2006:xviii ).Berpikir
kritis menurut Beyer (1985) adalah: 1) menentukan kredibilitas suatu sumber, 2)
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, 3) membedakan fakta
dari penilaian, 4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak
terucapkan, 5) mengidentifikasi bias yang ada, 6) mengidentifikasi sudut pandang,
dan 7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

8
b. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)
Komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta
keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis,
angka, dan sebagainya.
Kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai
Berikut.
a) Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy).
b) Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat
berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.
c) Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan
dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
d) Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat
mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan
terkait konten dan konteks pembicaraan.
e) Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
f) Dalam Abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi
kemungkinan multi-bahasa.

c. Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Innovation)


Creativity is “the achievement of something remarkable and new,
something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way .
the kinds of things that people do that change the world.” Guilford (1976)
mengemukakan kreatifitas adalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang
produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral.
Beberapa kecakapan terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran antara lain sebagai berikut.
a) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.
b) Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
c) Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
d) Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan
berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun
dalam persoalan kontekstual.
e) Menggunakan kegagalan sebagai wahana PEMBELAJARAN.
f) Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki.
g) Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan.

d. Kolaborasi (Collaboration).

9
Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerjasama
dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-
tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan
Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran antara lain sebagai
Berikut.
a) Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok.
b) Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain.
c) Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
d) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.

F. Efek globalisasi dan teknologi dalam dunia pendidikan


Globalisasi sering dikaitkan dengan kemajuan teknologi dan informasi yang
tiada batas, namun sebenarnya globalisasi berhubungan dengan berbagai bidang
kehidupan. Akibat dari arus globalisasi ini sekat-sekat sebuah negara dengan negara
lain menjadi memudar karena kemudahan yang diperoleh dalam berinteraksi di
berbagai bidang. Globalisasi ibarat memiliki dua mata pisau karena memiliki dampak
positif sekaligus dampak negatif. Kita sebagai manusia yang hidup di era globalisasi
harus bijak dalam menyikapinya, karena kita akan terkena dampak negatif jika terlena
dalam arus globalisasi ini.
Globalisasi memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi berbagai bidang
kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Globalisasi memberi dampak positif
bagi bidang pendidikan sekaligus memberi dampak negatif yang perlu diwaspadai.
Lalu apa saja dampak pada bidang pendidikan yang ditimbulkan oleh globalisasi?
Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan merupakan wadah bagi anak-anak untuk
mengembangkan potensi diri, baik mengembangkan kecerdasan emosional maupun
keahlian teknis. Pendidikan merupakan kunci bagi perkembangan suatu bangsa,
karena dengan pendidikan generasi di suatu negara bisa terdidik dan terlatih dengan
baik. Berikut ini akan dibahas secara detail mengenai dampak positif dan dampak
negatif globalisasi bagi bidang pendidikan.

Dampak Positif Globalisasi dan teknologibagi Pendidikan


Berikut ini adalah beberapa poin positif yang ditimbulkan dari adanya
globalisasi dan teknologi di dunia pendidikan:
1. Sistem Belajar Mengajar yang Tidak Selalu Tatap Muka
Dampak positif pertama di bidang pendidikan yang disebabkan
oleh arus globalisasi adalah sistem pembelajaran secara online atau biasa
disebut e-learning. Sistem pembelajaran ini tidak mengharuskan pendidik
dan peserta didik untuk saling bertatap muka secara langsung. Tentu hal
ini bisa menjadi opsi bagi peserta didik yang mempunyai kesibukan yang

10
tinggi, karena sistem e-learning biasanya dapat diakses kapan saja dan
bersifat fleksibel.
Selain itu, sistem pembelajaran ini bisa menghemat biaya
transportasi baik bagi pendidik dan peserta didik, berbeda dengan sistem
pembelajaran konvensional yang membutuhkan biaya transportasi sebagai
penunjang pendidikan. Komputer atau laptop dan jaringan internet
merupakan elemen penting yang dibutuhkan untuk mengakses sistem
pembelajaran online ini, oleh karena itu sistem pembelajaran ini masih
terbatas penggunaannya.

2. Kemudahan dalam Mengakses Informasi Pendidikan


Dampak positif globalisasi selanjutnya dalam bidang pendidikan
adalah mudahnya mengakses informasi pendidikan. Internet memberi
kemudahan bagi pendidik dan peserta didik untuk mengakses materi
belajar, katakanlah hadirnya situs-situs yang menyediakan buku dalam
bentuk digital yang dapat diunduh dan dijadikan referensi dalam proses
belajar mengajar. Buku-buku elektronik atau e-book ini bisa diunduh dan
langsung dibaca tanpa harus mencetaknya terlebih dahulu, sehingga bisa
menghemat pemakaian kertas.

3. Meningkatnya Kualitas Pendidik


Kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan secara
langsung bisa meningkatkan kualitas dari tenaga pendidik. Kemudahan di
era globalisasi ini seyogyanya harus dimanfaatkan secara maksimal oleh
guru, karena saat ini guru bisa leluasa melihat trend pembelajaran di
dunia, serta mencari referensi-referensi dari negara termaju di dunia yang
berguna dalam proses belajar mengajar. Dengan memaksimalkan
teknologi dan informasi di era globalisasi, kualitas pengajar akan terus
meningkat.

4. Meningkatnya Kualitas Pendidikan


Akibat dari pesatnya arus globalisasi, metode pembelajaran yang
awalnya bersifat sederhana kini berubah menjadi metode pendidikan
berbasis teknologi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih ternyata
memberi dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai
contoh, pada zaman dahulu seorang guru harus menulis di papan tulis
dengan menggunakan kapur. Kini dengan adanya teknologi, guru bisa
memanfaatkan komputer dan internet untuk menggabungkan tulisan,
gambar, suara, video bahkan film untuk mempermudah dalam
penyampaian ilmu, termasuk dalam pengajaran ilmu klimatologi.

5. Pertukaran Pelajar
Pertukaran pelajar di dunia pendidikan sering terjadi di era
globalisasi. Pelajar dalam sebuah negara bisa memiliki kesempatan untuk
menempuh pendidikan di luar negeri atau sebaliknya. Siswa yang
berkesempatan belajar ke negara dengan pendidikan terbaik dituntut untuk

11
bisa beradaptasi dengan lingkungan baru dan bisa mengetahui serta
mengerti budaya di luar negeri, sehingga siswa diharapkan bisa memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas.

6. Mendorong Siswa untuk Menciptakan Karya Inovatif


Perkembangan IPTEK pada era globalisasi bagi sebuah instansi
pendidikan seyogyanya bisa dimanfaatkan untuk mendorong siswa-
siswanya agar bisa menciptakan suatu karya yang inovatif. Sistem
pembelajaran tradisional yang hanya bersifat satu arah agaknya dapat
menghambat perkembangan siswa, oleh karena itu diperlukan metode
pembelajaran baru seperti metode student oriented yang nantinya bisa
merangsang daya pikir siswa dan juga meningkatkan keaktifan siswa
dalam belajar.

Dampak Negatif Globalisasi bagi Pendidikan


Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh
globalisasi bagi dunia pendidikan:
1. Menurunnya Kualitas Moral Siswa
Dampak buruk dari adanya globalisasi bagi dunia pendidikan
adalah menurunnya kualitas moral para siswa. Informasi di internet
yang dapat diakses secara leluasa sangat rawan dalam mempengaruhi
moral siswa, sebagai contoh situs-situs yang berbau pornografi, serta
adanya foto dan video yang tidak pantas sangat mudah diakses dan
merajalela di media sosial tanpa adanya filterisasi. Adanya konten-
konten yang tidak baik tersebut bisa mempengaruhi perilaku siswa
baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, agar
moral siswa tidak semakin rusak diperlukan kontrol dan perhatian dari
orang tua siswa, guru dan negara.

2. Meningkatnya Kesenjangan Sosial


Dampak buruk selanjutnya adalah meningkatnya kesenjangan
sosial di masyarakat. Metode pendidikan berbasis teknologi bisa
menjadi kesempatan bagi sebuah negara untuk meningkatkan
pendidikannya, namun nyatanya kemajuan teknologi dan informasi di
dunia pendidikan perlu dibarengi dengan kesiapan mental dan modal
yang tentunya tidak sedikit. Di beberapa negara di dunia
khususnya negara berkembang, perkembangan teknologi hanya bisa
dinikmati sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, sementara sekolah
yang berada di wilayah pedalaman terus tertinggal karena sulitnya
akses dan kurangnya modal. Akibatnya kesenjangan sosial di bidang
pendidikan tidak dapat dibendung lagi.

3. Tergerusnya Kebudayaan Lokal


Arus globalisasi yang sangat pesat juga bisa menggerus
kebudayaan lokal di sebuah negara. Perkembangan teknologi
memungkinkan kontak budaya terjadi melalui media massa, akibatnya

12
pengaruh luar negeri dapat masuk dengan leluasa ke sebuah negara.
Pengaruh globalisasi dalam bidang pendidikan yang dikuasai dan
digerakkan oleh negara-negara maju bisa menjadi masalah bagi
negara-negara berkembang, tidak terkecuali bagi Indonesia yang
memiliki beberapa pulau yang masuk dalam kategori pulau terbesar di
dunia.
Akibat dari arus globalisasi ini, budaya di Indonesia dikhawatirkan
akan hilang karena pudarnya rasa nasionalisme, berkurangnya sifat
kekeluargaan, serta gaya hidup masyarakat yang kebarat-baratan.
Sebagai contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang
berdandan meniru selebritis Korea maupun Amerika. Remaja ini
mengenakan pakaian yang tidak pantas dan tidak sesuai dengan
kebudayaan yang ada di Indonesia.

4. Munculnya Tradisi Serba Cepat dan Instan


Dampak buruk globalisasi selanjutnya dalam dunia pendidikan
adalah munculnya tradisi serba cepat dan instan. Penyikapan arus
globalisasi yang tidak tepat bisa menjadikan pendidikan kehilangan
orientasi idealnya yaitu proses pembelajaran. Orientasi pendidikan
yang awalnya menekankan pada proses telah berubah ke ranah
pencapain hasil. Akibatnya banyak orang yang hanya menekankan
pada hasil akhir ketika menempuh sebuah pendidikan, bahkan kini
makin marak adanya jual beli ijazah palsu karena banyak orang yang
ingin cepat mendapatkan keuntungan secara cepat dan instan. Tentu
hal ini bisa menjadi masalah yang besar dan merugikan negara jika
tidak segera ditangani dengan cepat. Globalisasi di dunia pendidikan
perlu disikapi dengan bijak agar nantinya tidak salah arah.

5. Komersialisasi Pendidikan
Dampak buruk dari globalisasi selanjutnya adalah terancamnya
kemurnian tujuan dalam pendidikan akibat dari komersialisasi
pendidikan. Saat ini banyak instansi pendidikan yang didirikan dengan
tujuan utama sebagai tempat bisnis. Sebuah lembaga pendidikan bisa
disebut sebagai komersialisasi pendidikan jika mementingkan biaya
pendaftaran dan uang gedung, tetapi kewajiban-kewajiban
pendidikannya sering diabaikan.

G. Implementasi terhadap Kecakapan Hidup Seorang Pendidik dan Peserta Didik

Seperti halnya pengimplementasian pembelajaran berbasis lainnya, pembelajaran


berbasis kecapakan hidup ini diimplementasikan melalui model ;

13
1. Mengintegrasikan pada setiap mata pelajaran. Pengimplementasian secara
integratif pendidikan kecakapan hidup melekat dan terpadu dalam program-
program kurikuler, kurikulum yang ada, dan atau mata pelajaran yang ada.
Berbagai program kurikuler dan mata pelajaran yang ada seharusnya
bermuatan atau berisi kecakapan hidup sehingga secara struktur tidak berdiri
sendiri. Pendidikan kecapan hidup sudah menjadi kebijakan seiring dengan
berlakunya standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi acuan
daerah/sekolah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ) pada masing-masing tingkat jenjang pendidikan. Oleh
sebab itu pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup ke dalam mata
pelajaran harus mengacu kepada standar-standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah terutama yang menyangkut standar isi dan standar kompetensi
yang yang menjadi acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dibawah ini disajikan analisis pengintegrasian Kecakapan Hidup dalam Muatan
wajib yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..

Pengembangan Kecakapan Hidup


Kecakap Kecakap Kecakap Kecak
Mata an an a a
No Tujuan Pendidikan
Pelajaran Persoan Sosial pan pan
al Akadem Vocasi
ik onal
1 Pendidikan Membentuk peserta
Agama didik menjadi manusia
beriman
2 PKN Membentuk peserta
didik menjadi warga
negara yang memiliki
wawasan dan rasa
kebersamaan cinta
tanah air serta bersikap
dan berprilaku
demokratis

14
3 Bahasa Membentuk peserta
didik mampu
berkomunikasi secara
efektif sesuai denga
etika yang berlaku,
baik secara lisan
maupun tulisan
4 Matematika Mengembangkan
model logika dan
kemampuan berpikir
peserta didik
6 IPS Mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman dan
kemampuan analisis
peserta didik terhadap
kondisis sosial
masyarakat
7 Seni dan Membentuk karakter
Budaya peserta didik menjadi
manusia yang memiliki
rasa seni dan
pemahaman budaya
8 Pendidikan Membentuk karakter
Jasmani Olah peserta didik agar
Raga, dan sehat jasmani dan
Kesehatan rohani , serta
menumbuhkan rasa
sportivitas
9 Ketrampilan Membentuk peserta didik
bahasa Asing yang memiliki
dan TIK keterampilan
10 Muatan Lokal Membentuk pemahaman
terhadap potensi sesuai
dengan ciri khas di
daerah tempat tinggalnya.
11 Pengembangan Memberikan kesempatan
diri kepada peserta didik
untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan
dan minat , dan bakat.

Sumber Depdiknas 2008

15
Pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup pada tiap tingkatan satuan
pendidikan terdapat perbedaan penekanan hal ini berhubungan dengan tingkat
perkembangan psikologis dan fisiologis tiap jenjang pendidikan .
- Pada Jenjang TK/SD/SMP lebih menekankan kepada kecakapan hidup umum
(generic skill ), yaitu mencakup aspek kecakapan personal ( personal skill)
dan kecakapan sosial ( social skill ) dua kecakapan ini merupakan prasyarat
yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini. Kedua kecakapan ini
penekanannya kepada pembentukan akhlak sebagai dasar pembentukan nilai-
nilai dasar kebajikan ( basic goodness ), seperti ; kejujuran, kebajikan,
kepatuhan, keadilan, etos kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan , serta
kemampuan bersosialisasi.
- Untuk jenjang SMA lebih ditekankan pada kecapan akademik ( akademik skill
), yaitu kemampuan berpikir yang lebih diarahkan kepada kemampuan
bersikap ilmiah, kritis, objekti dan transparan sehingga mempunyai kecakapan
dalam hal ; menidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan suatu fenomena
tertentu merumuskan hipotesis dan melaksanakan penelitian . Kemampuan ini
perlu dimiliki pada jenjang SMA karena mereka diproyeksikan untuk
melanjutklan ke Perguruan Tinggi. Sedangkan untuk jenjang SMK penekan
kecakapan hidup ditekankan kepada kecakapan kejuruan (vokasional skill )
karena mereka dipersiapkan untuk terjun langsung dilapangan yang sesuai
dengan spesifikasi keahlian yang diajarkannya. Dari penekanan program ini
terlihat bahwa untuk jenjang SD, SMP dan SMA lebih condong kepada
penekanan kecakapan yang sifatnya soft skill yang meningkat kadarnya sesuai
dengan peningkatan jenjang pendidikan , tapi bukan berarti untuk tingkatan
ini tidak layak untuk menekuni bidang kejuruan ( vocasional ) dan yang perlu
diperhatikan mengintegrasikan aspek kecakapan hidup dalam topik materi
tidak boleh dipaksakan. Artinya jika suatu topik pelajaran hanya dapat
mengembangkan satu aspek kecakapan hidup maka hanya satu aspek tersebut
yang dikembangkan dan tidak perlu dipaksakan mengkaitkan aspek yang
lainnya, namun jika ada topik pelajaran yang dapat menumbuhkan beberapa
aspek kecakapan hidup maka pengembangan aspek kecakapan hidup perlu

16
dioptimalkan pada topik tersebut seperti yang tersaji dalam tabel pilihan
kecakapan hidup di atas. Artinya peran guru dalam mengembangkan
kecakapan hidup memiliki porsi yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilannya terutama kreativitas dalam melakukan reorientasi
pembelajaran.

H. Pandangan Kecakapan di Indonesia dengan Pembanding Pendidikan di Singapuran


dan Jepang.
- Gambaran pendidikan Jepang.
Masyarakat Jepang merupakan masyarakat ynNg maju dan berkembang
pesat di berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, teknologi, politik,
pendidikan, kesenian, olah raga dan komunikasi massa. Kemajuan Jepang
yang begitu pesat membuat Jepang sering dijadikan salah satu studi
perbandingan. Salah satu hasil studi perbandingan adalah yang dilakukan oleh
Amerika Serikat (William K. Cummings, Erward R Beauchamp) dan Jepang
(Shago Ichikawa, Victor N. Kobayashi, Morkazt Ushiogi) menunjukkan hasil
studi perbandingan di bidang pendidikan (Dimyati,1988) sebagai berikut :
a. Masyarakat Jepang memiliki tradisi kuat yang berupa keinginan luar
biasa untuk belajar dengan kebudayaan lain, memilih dan
mengadaptasinya untuk mengembangkan kebudayaan sendiri.
b. Masyarakat Jepang berpendapat bahwa hanya dengan belajar , orang
dapat memperbaiki kehidupan individual maupun masyarakat.Guru-
guru Jepang memiliki tanggung jawab yang besar dan mendalam
terhadap keberhasilan belajar siswa. Sistem social pendidikan Jepang
selalu beriklim mendorong kerja keras terhadap 3 faktor kunci
keberhasilan murid, guru dan orang tua. Adanya peranan orang tua
untuk memelihara kualitas pendidikan anaknya dengan mendorong
keberhasilan anaknya memasuki sekolah yang baik.
c. Kewajiban belajar, sistem ujian, standard nasional yang uniform
menghasilkan kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik.
d. Waktu belajar di sekolah Jepang sejumlah 240 hari tiap tahun, jika
dibandingkan dengan Amerika Serikat sejumlah 180 hari per tahun.
e. Sekolah Jepang mendidik tentang pentingnya Self Discipline , etik kerja
keras.
f. Masyarakat Jepang memanfaatkan media massa untuk meningkatkan
budaya belajar masyarakat. Media massa berupa buku teks, surat kabar,
majalah, radio, televisi digunakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan sekolah dan pendidikan sosial.

Perbandingan jenjang pendidikan antara Indonesia dan jepang.


Aspek Indonesia Jepang

17
Wajib Wajib belajar sembilan tahun Wajib belajar sembilan tahun
Belajar pendidikan dasar dan pendidikan dasar dan menengah
menengah dimulai ketika anak berlaku untuk penduduk berusia 6
berusia 7 tahun hingga 16 tahun hingga 15 tahun
tahun.
Pra- Pra-pendidikan dasar atau Pendidikan anak usia dini memang
pendidikan dinamakan dengan pendidikan tidak termasuk dalam pendidikan
usia dini diselenggarakan bagi yang diwajibkan, namun pemerintah
anak sejak lahir sampai dengan menyediakan sekolah TK atau yg
enam tahun dan bukan disebut dengan Youchien. Selain itu
merupakan prasyarat untuk juga ada Hoikuen (day care).
mengikuti pendidikan dasar. Perbedaan antara Youchien dan
Hoikuen hanya terletak pada jam
belajarnya. Youchien hanya dari
pukul 8;50-13:30, sedangkan
Hoikuen dimulai sejak pukul 07:00-
19:00. Hoikuen diperuntukkan
untuk anak-anak yang orang tuanya
bekerja dan tidak ada yang bisa
menjaganya. Oleh karena itu, salah
satu syarat mendaftarkan ke sekolah
ini adalah surat keterangan bahwa
kedua orang tua bekerja.

Pendidikan 1. Sekolah Dasar (SD) {6 th} : Compulsory Education


Dasar 7-12 tahun 1. Sekolah Dasar (SD) {6 th} : 7-12
2. Sekolah Menengah Pertama tahun
(SMP) {3 th} : 13 – 15 2. Sekolah Menengah Pertama
tahun (SMP) {3 th} : 13 – 15 tahun

Pendidikan 1. Sekolah Menengah Atas 1. Sekolah Menengah Akademis

18
Menengah (SMA) {3 th}: 16 -18 tahun. Elit.
Sekolah ini diperuntukkan Sekolah ini diperuntukkan bagi
bagi siswa yang ingin siswa yang ingin melanjutkan ke
melanjutkan ke jenjang jenjang universitas papan atas
universitas. nasional.
2. Sekolah Menengah 2. Sekolah Tinggi Akademik Non-
Kejuruan elit,
(SMK) {3 th}: 16 -18 tahun Sekolah ini diperuntukkan bagi
dengan bidang keahlian siswa masuk universitas atau
diantaranya Teknik, Bisnis perguruan tinggi kurang
dan Manajemen, Pariwisata, bergengsi.
Tata Boga, Tata Busana, 3. SMK yang menawarkan kursus
Agribisnis, Seni Rupa, dalam perdagangan, mata
Perkapalan, Teknologi pelajaran teknis, pertanian,
Informasi dan Komunikasi, homescience, keperawatan dan
dll). Sekolah ini perikanan. Sekitar 60% dari
diperuntukkan bagi siswa lulusan mereka memasuki
yang ingin melanjutkan ke pekerjaan penuh-waktu.
dunia kerja. 4. Korespondensi Sekolah Tinggi
menawarkan berbagai bentuk
pendidikan fleksibel untuk 1,6%
dari siswa SMA biasanya bagi
mereka yang tidak mampu
menyeleasikan jenjang sekolah
tinggi karena berbagai alasan.
5. Program Evening SMA
digunakan untuk memberikan
pengajaran bagi siswa miskin
tetapi memiliki ambisius yang
tinggi untuk memperbaiki
kekurangan pendidikan mereka

19
- Gambaran pendidikan di singapura
Kurikulum pendidikan sekolah di singapura ternyata tidak jauh berbeda dari
kurikulum pendidikan di Indonesia, persamaanya seperti UN (ujian nasional)
untuk syarat melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi.
Perbedaannya hanya pada system pendidikan di Singapura sedikit
rumit,namun dari kerumitan itu singapura menjadi Negara terbaik di ASEAN
dalam bidang system pendidikannya.

Perbandingan system pendidikan antara Indonesia dengan Singapura.

No. Aspek Sistem pendidikan di Indonesia Sistem pendidikan di


Singapura
1 Dasar UUD 1945 Dan Pancasila Pemikiran bahwa setiap
siswa memiliki bakat dan
minat yang unik
2 Tujuan Meningkatkan ketaqwaan, Membentuk masyarakat
kecerdasan, keterampilan dan Singapura yang berbudaya
budipekerti luhur, rasa cinta tanah air tinggi dalam hal etika,
(patriotisme), memupuk sikap disiplin dan prilaku sosial
membangun diri sendiri serta sehari-hari, serta
bersama-sama bertanggung jawab mengembangkan kreatifitas
membangun masyarakatnya anak didik khususnya
dibidang teknologi
informasi
3 Fungsi Mengembangkan kemampuan serta -
meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam
rangka upaya mewujudkan tujuan
nasional
4 Jenjang PAUD TK
TK SD
SD/MI SMP

20
SMP/MTs SMA
SMA/MA Persiapan menuju kuliah
5 Isi Pendidikan Pancasila Bahasa Inggris
Pendidikan Agama Matematika
Pendidikan Kewarganegaraan IPA
Bahasa Indonesia IPS
Membaca dan menulis Seni
Matematika (termasuk berhitung) Mother tongue
Pengantar SAINS dan Teknologi language1[9]
Ilmu bumi
Sejarah nasional dan sejarah umum
Kerajinan tangan dan kesenian
Pendidikan jasmani dan kesehatan
Menggambar
Bahasa inggris
6 Faktor-faktor Faktor Tujuan Fasilitas yang memadai
yang Faktor Pendidik Faktor biaya
mempengaruhi Faktor peserta didik Faktor pendidik
Pendidikan Faktor Alat Faktor Anggaran
Faktor lingkungan Masyarakat Pendidikan
Efektifitas Pendidikan di Indonesia Analisis Kurikulum
Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Standardisasi Pendidikan Di
Indonesia
Kurangnya Pemerataan Kesempatan
Pendidikan
Rendahnya Relevansi Pendidikan
Dengan Kebutuhan

21
7 Masalah- Rendahnya pemerataan kesempatan Kurang adanya hubungan
masalah belajar yang harmonis antara guru
Pendidikan Rendahnya mutu akademik dan murid
Rendahnya efisiensi internal karena
lamanya masa studi
Rendahnya efisiensi eksternal sistem
pendidikan
Terjadi kecenderungan menurunnya
akhlak dan moral
Kecerdasan emosional masih belum
mendapat perhatian yang
memadai.2[10]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum ( General life skills )
dan kecakapan hidup yang bersifat khusus ( Specific life skills ). Menurut Malik Fadjar
(2003) kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari kecakapan personal dan sosial,
sedangkan kecakapan hidup yang bersifat spesifik terdiri dari kecakapan akademik dan
vokasional. Kecakapan hidup tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang
dicanangkan Unesco.
Empat pilar yang dicanangkan Unesco apabila diterapkan dengan baik di sekolah-
sekolah akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa
untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan tersebut adalah belajar untuk
mengetahui ( learning to know ), belajar untuk berbuat atau bekerja (learning to do ),
belajar untuk menjadi jati diri ( learning to be ) dan belajar untuk hidup bermasyarakat (

22
learning to live together ). Empat pilar pendidikan tersebut merupakan prinsip yang perlu
dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah,
yang ditujukan untuk menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa sesuai dengan
harapan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Untuk mencapai empat pilar pendidikan yang disertai kepemilikan bekal
kecakapan hidup ( life skills ) yang sangat dibutuhkan, seyogyanya siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran yang mempraktekkan berinteraksi dengan lingkungan fisik dan
sosial, agar siswa memahami pengetahuan yang terkait dengan lingkungan sekitarnya
(learning to know ). Proses pembelajaran tersebut bertujuan memfasilitasi siswa dalam
melakukan perbuatan atas dasar pengetahuan yang dipahaminya untuk memperkaya
pengalaman belajar ( learning to do ). Siswa diharapkan dapat membangun kepercayaan
dirinya supaya dapat menjadi jati dirinya sendiri (learning to be ); dan sekaligus juga
berinteraksi dengan berbagai individu dan kelompok yang beraneka ragam, yang akan
membentuk kepribadiaanya, memahami kemajemukan, dan melahirkan sikap toleran
terhadap keanekaragaman dan perbedaan yang dimiliki masing-masing individu (learning
to live together ) sesuai dengan haknya masing-masing.

B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan
ke sistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat sekala
bidang . salah satu cara yang harus di lakukan bangsa indonesia agar tidak semakin
ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas
pendidikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2002). Konsep Pendidikan Berorentasi Kecakapan Hidup. Jakarta:


Depdiknas.

Malik Fadjar, A. (2003). Pendidikan Kecakapan Hidup Sebagai Upaya Memajukan


Kehidupan Bangsa. Jakarta: Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia.

Mamat Supriatna, dkk. (2005). Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup di


Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Satori, D. 2002. Implementasi Life Skill dalam Konteks Pendidikan di Sekolah.


Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Badan Penelitian dan Pengembangan,
Departemen Pendidikan Nasional. Januari 2002 Tahun Ke-8 No. 034 ISSN 0215-
2673. Halaman 25-37.

23
Nur Shaumi,A.2015. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) dalam Pembelajaran
Sains. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. 2 (2):242-250.

Mislaini. 2007. Pendidikan dan bimbing kecakapan hidup ( life skill) peseta didik.
Jurnal Ilmiyah Pendidikan. 1 (1):25-26.

Ramli M.2018. Hakikat pendidik dan peserta didik. Tarbiyah islamiyah. 5 (1)61-65.

Lestari.S.2018. Peran Teknologi dalam pendidikan di Era Globalisasi. Jurnal


Pendidikan Agama Islam. 2 (2): 97-99.

Devita Sari,S.2017. Perbandingan system pendidikan di Indonesia dan jepang.


Prosiding seminar nasional tahunan fakultas ilmu social universitas negeri medan.1
(1). 181-186.

24

Anda mungkin juga menyukai