DOSEN PENGAMPUH:
Muhammad Fath, S.Si.,M.Pd
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
SUNAIDA (171630718)
NURFIANTI (181611410)
KOLAKA
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah analisa
fisikokimia dengan judul “Spektrofotometer Serapan Atom” ini dengan lancar dan
tepat pada waktunya
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 4
A. Pengertian dan latar belakang AAS ............................................ 4
B. prinsip dasar Spektrofotometri Serapan Atom ............................ 6
C. Hukum Spektrofotometri Serapan Atom .................................... 8
D. jenis-jenis Spektrofotometri Serapan Atom ................................ 9
E. Bagian- Bagian Spectrometry SA dan fungsinya........................ 11
F. Kelebihan dan Kelemahan Metode SSA ..................................... 18
G. Gangguan-Gangguan Dalam Metode SSA ................................. 18
H. Aplikasi Spektrofotometri Serapan Atom(AAS) ........................ 19
BAB III PENUTUP ............................................................................... 23
A. Kesimpulan ................................................................................ 23
B. Saran ............................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 25
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali
dikembangkan oleh Walsh Alkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan untuk
mengetahui unsur logam renik di dalamsampel yang dianalisis. Spektrofotometri
Serapan Atom didasarkan pada penyerapan energy sinar oleh atom-atom netral
dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor / panas. Alat iniumumnya
digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk non logam jarang
sekalimengingat unsure non logam dapat terionisasi dengan adanya kalor,
sehingga setelahdipanaskan akan sukar didapat unsur yang terionisasi. Metode ini
larutan sampel diubahmenjadi bentuk aerosol didalam bagian pengkabutan
(nebulizer) pada alat AAS selanjutnyadiubah ke dalam bentuk atom-atomnya
berupa garis didalam nyala.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Latar Belakang AAS?
2. Bagaimana Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom?
3. Apa Hukum Dasar Spektrofotometri Serapan Atom?
4. Apa saja Jenis-Jenis SSA?
5. Apa saja Bagian-Bagian Spectrometry AAS dan fungsinya?
6. Bagaimana Kelebihandan dan Kelemahan Metode AAS?
7. Apa saja Gangguan-Gangguan Dalam Metode AAS?
8. Bagaimana Aplikasi Spektrofotometri Serapan Atom(AAS)?
2
C. Tujuan
1. Mengetahui apa Pengertian dan Latar Belakang AAS!
2. Mengetahui Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom!
3. Mengetahui Hukum Dasar Spektrofotometri Serapan Atom!
4. Mengetahui Apa saja Jenis-Jenis SSA!
5. Mengetahui Bagian-Bagian Spectrometry AAS dan fungsinya!
6. Mengetahui Kelebihandan dan Kelemahan Metode AAS!
7. Mengetahui Apa saja Gangguan-Gangguan Dalam Metode AAS!
8. Mengetahui Aplikasi Spektrofotometri Serapan Atom(AAS)!
BAB II PEMBAHASAN
3
A. Pengertian AAS
Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap
oleh spesi atom atau molekul analit.Salah satu bagian dari spektrometri ialah
Spektrometri Serapan Atom(SSA), Merupakan metode analisis unsur secara
kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas.Sejarah SSA berkaitan
erat dengan observasi sinar matahari.Pada tahun 1802 Wollaston menemukan
garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut
oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewste mengemukakan pandangan bahwa
garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari.
Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan
penelitian yang sistematis mengenai spektrum dari logam alkali dan alkali tanah.
Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari absorpsi dan emisisuatu
cahaya
Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan
panjanggelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia hanya akan
mengambil danmelepas suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran
SSA sendiri padatahun 1955, ketika publikasi yang ditulis oleh Walsh dan
Alkemade & Milatzmuncul.Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan
sebagaimetode analisis yang dapatdiaplikasikan secara umum Weltz, 1976).
Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai
sejaktahun 1955, yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955)
melaporkan hasil penelitiannya tentang penggunaan “hollow cathode lamp”
sebagai sumber radiasi yangdapat menghasilkan radiasi panjang gelombang
karakteristik yang sangat sesuai denganSpektrofotometri Serapan Atom. Pada
tahun yang sama Alkemade dan Milatz (1955) melaporkan bahwa beberapa jenis
nyala dapat digunakan sebagai sarana untukatomisasi sejumlah unsur. Oleh karena
itu, para ilmuwan tersebut dapat dianggap sebagai “Bapak Spektrofotometri
Serapan Atom “.
4
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali
dikembangkan olehWalsh Alkamede, dan Metals (1995).SSA ditujukan untuk
mengetahui unsur logamrenik di dalam sampel yang dianalisis.Spektrofotometri
Serapan Atom didasarkan padapenyerapan energi sinar oleh atom-atom netral
dalam keadaan gas, untuk itu diperlukankalor / panas.Alat ini umumnya
digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk nonlogam jarang sekali,
Mengingat unsurs non logam dapat terionisasi dengan adanyakalor, sehingga
setelah dipanaskan akan sukar didapat unsure yang terionisasi. Padametode ini
larutan sampel diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian
pengkabutan(nebulizer) pada alat AAS selanjutnya diubah ke dalam bentuk
atomatomnya berupagaris didalam nyala.
Metode SSA spesifikasinya tinggi yaitu unsure-unsur dapat
ditentukanmeskipun dalam campuran.Pemisahan, yang penting untuk
hampirhampir semuaanalisis basah, boleh dikatakan tidak diperlukan, menjadikan
Spektrofotometri SerapanAtom sederhana dan menarik.Kenyataan ini, ditambah
dengan kemudahan menanganiSpektrofotometri Serapan Atom modern,
menjadikan analisis rutin dapat dilakukancepat dan ekonomis oleh tenaga
laboratorium yang belum terampil.
5
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis
kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang
karena prosedurnyaselektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah,
sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb),dapat dengan mudah membuat matriks yang
sesuai dengan standar, waktu analisissangat cepat dan mudah dilakukan. AAS
pada umumnya digunakan untuk analisaunsur, spektrofotometer absorpsi atom
juga dikenal sistem single beam dan doublebeam layaknya Spektrofotometer
UVVIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yanghanya dapat menganalisis
unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsurgolongan IA dan
IIA.Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekungyang mana
penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.
6
asalkan katoda berongga yangdiperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk
mengukur logam sebanyak 61 logam.
Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang
berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api
yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke
detector melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi
yang berasaldari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor
akan menolakarah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus
bolak-balik darisumber radiasi atau sampel.Atom dari suatu unsur pada keadaan
dasar akan dikenai radiasi maka atomtersebut akan menyerap energi dan
mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi
atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan
mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula.Atom-atom
dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumbercahaya.
Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu
sesuaidengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
Sampel analisis berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner
denganbantuan gas bakar yang digabungkan bersama oksidan ( bertujuan untuk
menaikkantemperatur ) sehingga dihasilkan kabut halus. Atom-atom keadaan
dasar yangberbentuk dalam kabut dilewatkan pada sinar dan panjang gelombang
yang khas.Sinarsebagian diserap, yang disebut absorbansi dan sinar yang
diteruskan emisi.Penyerapanyang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya
atom keadaan dasar yang beradadalam nyala.Pada kurva absorpsi, terukur
besarnya sinar yang diserap, sdangkan kurvaemisi, terukur intensitas sinar yang
dipancarkan.
Sampel yang akan diselidiki ketika dihembus ke dalam nyala terjadi
peristiwa berikut secara berurutan dengan cepat : 1. Pengisatan pelarut yang
meninggalkan residu padat.
2. Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya,
yangmula-mula akan berada dalam keadaan dasar.
7
3. Atom-atom tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ketingkatan energi
lebihtinggi.
8
A = εbc Dimana:
ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-
1) b = lebar celah (cm) c = konsentrasi (M)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki
satuandan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Absorptivitas Molar pada
persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa
banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang
tertentu. Semakin besar nilai Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak
cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan
semakin besar.
Hukum Lambert-BeeR berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang
dari sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan
konsentrasipekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut
lain sebagaiakibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan
konsentrasi yangpekat tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang
lain maka nilaiAbsorptivitas Molar dari satu molekul itu akan berubah atau
terpengaruh. Secarakeseluruhan, nilai Absorbansi yang dihasilkan pun ikut
terpengaruh, sehingga secarakuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak
mencerminkan jumlah molekul yang diukur didalam larutan uji. Itulah makanya
ketika larutan sampel yang Kamu miliki konsentrasinya tinggi, Kamu harus
mengencerkannya terlebih dahulu sebelum dikukursecara spektrofotometri. Secara
umum, uji kuantitatif suatu sampel harus memberikan serapan antara 0.2 – 0.8,
atau toleransinya 0.1 – 0.9. Jika nilai serapan sampel kurangdari persyaratan
tersebut, maka Kamu tidak bisa menggunakan metode spektrofotometri untuk
mengkuantifikasinya. Atau jika nilai serapan sampel Kamulebih dari persyaratan
tersebut, maka Kamu harus mengencerkan sampel yang Kamumiliki sehingga
hasil pengencerannya memberikan serapan pada range nilai serapanyang
dipersyaratkan.
9
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
1. Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada
suhu ± 1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan
dilakukanatomisasi dengan cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala
campuran gasbakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk atomisasi
setiap unsur berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari
campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang
berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula
10
c. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
• Tidak mudah meledak bila kena panas
• Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
• Mempunyai titik didih > 100 ºC
• Mempunyai titik nyala yang tinggi
• Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
11
Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda
berongga(Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube
(EDT).Elektrodalampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan
katoda beronggadilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur murni
yang dikehendaki.
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi
dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang
biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan,
arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi.Ion-iongas yang
bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat padakatoda yang
menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yangtereksitasi
ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar denganmelepaskan
energy eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yangdilewatkan melalui
atom yang berada dalam nyala.
2. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan
burner (sistem pembakar)
a. Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir
kabut dengan ukuran partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik
larutanmelalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan
gasbahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut.
Partikelpartikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran
gasbahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang
besardialirkan melalui saluran pembuangan
12
3. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui
populasiatom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian
lagiditeruskan.Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari
radiasilainnya.Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan
olehmonokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah
mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya.Radiasi lainnya
berasaldari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga atau
logampengotor dalam lampu katoda berongga. Monokromator terdiri atas
sistem optic yaitu celah, cermin dan kisi
4. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
5. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
6. Lampu Katoda
13
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS.Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu
katodapada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang
akandiuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran
unsurCu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu : Lampu Katoda
Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus, hanya saja harganyalebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat
lampudimasukkan ke dalam soket pada AAS.Bagian yang hitam ini
merupakan bagianyang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.Lampu
katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikanenergi sehingga
unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotipditambahkan,
agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luardan
keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam
dapatmenyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan,
maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan
padatempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan
ditutupkembali.Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu
pemakaian dicatat.
7. Tabung Gas
14
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K,dan ada
juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,dengan
kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsiuntuk
pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada
didalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan
pengaturtekanan yang berada di dalam tabung
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu
dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air,untuk
pengecekkan.Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwatabung
gas bocor, dan ada gas yang keluar.Hal lainnya yang bisa dilakukanyaitu
dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dandilihat
apakah ada gelembung udara yang terbentuk.Bila ada, maka tabung
gastersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan
menggunakanminyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas
tersumbat. Gasdidalam tabung dapat keluar karena disebabkan di dalam
tabung pada bagiandasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan
mudah keluar, selaingas juga memiliki tekanan.
8. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap
bagianluar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak
berbahayabagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran
pada AAS,diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang
dihasilkan tidakberbahaya
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan
adaserangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting.
Karena bilaada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting ,
maka dapatmenyebabkan ducting tersumbat
15
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring,
karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.Ducting
berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS,dan
mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting
9. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alatini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS,
pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur
tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF,
spedo padabagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan
dikeluarkan, atauberfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang
kananmerupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara
yangakan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor
digunakansebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi kekanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup.Uap air
16
yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai
sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan
bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadibasah
dan uap air akan terserap ke lap.
10. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karenaburner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agartercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara
baik dan merata.Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang
pemantik api, dimana padalobang inilah awal dari proses pengatomisasian
nyala api. Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit,
hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah
selesaipemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau
menyedot larutansampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada
pada bagian selangyang berwarna oranye di bagian kanan burner.Sedangkan
selang yang kiri,merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam
yang akan diujimerupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan
terlebih dahuludengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang
berada di dalamlarutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi
tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna
api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasilogam
yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa
terlalubanyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang
palingbaik, dan paling panas.
11. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuatmelingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi keatas, karena
bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyalaapi pada saat
17
pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihatburuk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang jugadilengkapi
dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakanbahwa
alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan
sedangberlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan
tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol
kaki.Bilabuangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong,
tetapi disisakansedikit, agar tidak kering.
18
G. Gangguan-Gangguan Dalam Metode AAS
1. Gangguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami
reaksikimia dengan anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang
refraktori,sehingga tidak semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi
gangguan inidapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
• penggunaan suhu nyala yang lebihtinggi
• penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau
anionpengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang
ditambahkandisebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung
(Protective Agent).
2. Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam ayau asam,
atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar,
ataubila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda.Gangguan ini
dalamanalisis kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat mengganggu
dalamanalisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis
kuantitatifdapat digunakan cara analisis penambahan satandar (Standar Adisi).
3. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga
mampu melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion
positif.Pembentukan ion ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat
absorpsiakan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan
denganpenambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang
lebihelektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan
Na.Penambahan ini dapat mencapai 100-2000 ppm.
4. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari
absorpsioleh nyala api, absorpsi molekular, dan penghamburan cahaya
19
H. Aplikasi Spektrofotometri Serapan Atom(AAS)
Aplikasi yang menggunakan spektroskopi seraapan atom(SSA) ini telah banyak
digunakan untuk:
1. Menguji keberadaan logam besi dalam air.
logam Fe diuji menggunakan spektroskopi yang memakai grafit pada panjang
gelombang 248,3 nm. Logam ini diperoleh dari fraksi air-metanol. Dari hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan organik dapat
menurunkan keakuratan analisis logam.
2. Analisis kuantitatif metalloenzim terimobilisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kadar enzim hydrogen
perokside dengan menginterprestasi jumlah logam besi yang dikandung dari
enzim tersebut.
3. Menguji logam vanadium didalam tanah.
Penelitian ini menggunakan spektroskopi yang memakai grafit. Tanah yang
akan diuji direaksikan dengan berbagai asam anorganik yang merupakan proses
digesti.
4. Menganalisis elemen kelumit pada jaringan kelinci.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai elemen kelumit(besi,
tembaga, dan seng) pada jaringan kelinci yang memiliki pola makan tinggi kadar
lemak.
.
.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spektrometri serapan atom merupakan suatu metode analisis kuantitatif
yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang
diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Komponen yang terdapat pada
spektrofotometer serapan atom adalah Sumber radiasi resonansi, Atomizer,
Monokromator, Detektor, Rekorder, Lampu Katoda, Tabung Gas, Ducting,
Kompresor, Burner, Buangan padaAAS.
3.2 Saran
21
Pada kesempatan kali ini penulis menyarankan kepada semua pihak yang
merasa memiliki andil dalam pengembangan pendidikan agar supaya hal-hal
pendukung yang berbau teknologi untuk kemudahan pengembangan pendidikan
dapat lebih ditingkatkan lagi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional kita. Selain itu hendaknya semua pihak hendaknya lebih
DAFTAR PUSTAKA
Contado, Catia & Antonella Pagnoni. 2012. A new strategy for pressed powder
eye shadow analysis: Allergenic metal ion content and particle size
distribution. Science of the Total Environment. 483: 173–179
22
.http://indomedtech.blogspot.com/2013/12/atomic-
absorbtionspectrophotometry-aas.html . diakses pada tanggal 26 mei 2015
23