Anda di halaman 1dari 14

METODOLOGI PENELITIAN

Nama-Nama Kelompok :

1. Miracle Lendo (20506002)

2. Christiana P.A Runtuwene (20506010)

3. Monique J.A Lendo (20506004)

 Metode Deskriptif

1) Judul : Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada Materi
Termokimia

2) Rumusan Masalah :

 Apa yang dimaksud dengan Problem Based Learning ?


 Bagaimana cara untuk bisa meningkatkan hasil belajar pada siswa ?
 Apa yang dimaksud dengan termokimia?
 Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan hasil belajar siswa ?

3) a.Teori dari Judulnya

Kriteria model pembelajaran PBLyang mengusung konsep penemuan melalui penyajian


masalah yang kemudian dipecahkan sendiri oleh peserta didik dirasa sesuai untuk diterapkan pada
pembelajaran (Hendriana, 2018; HS et al., 2019).Model PBLmerupakan sebuah model pembelajaran
yang menyediakan pengalaman autentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi
pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata
secara alamiah (Al-Fikry et al., 2018; Safithri et al., 2021).

Keberhasilan model pembelajaran PBLdalam meningkatkan hasil belajar kimia pada pokok
bahasan termokimia, tentu terjadi akan adanya faktor yang memengaruhi. Faktor ini terbagi
menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi tingkat keinginan peserta
didik untuk berhasil dalam pembelajaran, tingkat dorongan belajar, dan keinginan mewujudkan cita-
cita. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi adanya reward, tingkat kondusif dalam kegiatan belajar,
serta adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (Febrina & Airlanda, 2020; Utama & Kristin,
2020).

b. Rumasan Hipotesis

Apakah Penggunakan Pembelajaran Problem Based Learning Berpengaruh?

H0 : Pembelajaran Problem Based Learning Berpengaruh

H1 : Pembelajaran Problem Based Learning Tidak Berpengaruh


Apakah berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa ?

H0 : Tidak ada pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa

H1 : Ada pengaruh untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa

Apakah ada hubungan anatara materi pembelajaran termokimia dengan hasil belajar siswa ?

H0 : Tidak ada hubungan anatara materi pembelajaran termokimia dengan hasil belajar siswa

H1 : Ada hubungan anatara materi pembelajaran termokimia dengan hasil belajar siswa

4) Definisi Oprasional Variabel

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) pada materi Termokia dengan peserta didik aktif dan pendidik
memfasilitasi.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah nilai karakter peserta didik yang diukur dengan angket
dan prestasi belajar kimia peserta didik yang diukur berdasarkan hasil belajar kimia peserta didik.
3. Variabel Kendali
Variabel yang dikendalikan pada penelitian ini adalah pengetahuan awal peserta didik yang
berupa nilai prestasi belajar peserta didik yang diperoleh dari tes awal sebelum dilaksanakan
proses pembelajaran.

5) Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, angket, tes hasil belajar, dan hasil
wawancara guru dan siswa.

6) Analisis Dan Intepretasi

Hasil analisis dan interpretassi Data ini ditunjukkan dari hasil yang diperoleh pada prasiklus nilai rata-
rata 76,54 dengan ketuntasan belajarnya 71,43%, pada siklus I mencapai nilai rata-rata 80,77
dengan ketuntasan belajar88,57%,dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 84,49 dengan
ketuntasan belajar100%. Maka, model pembelajaranProblemBased Learning dapat meningkatkan
hasilbelajar kimia pada pokok bahasan Termokimia. Selain itu, model ProblemBased Learning
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, keaktifan, kreativitas,dan
keterampilanmemecahkan masalah.

 Metode korelasi

1) Judul : Hubungan Pemahaman Konsep Perbandingan Dengan Hasil Belajar Kimia Materi Stoikiometri

2) Rumusan Masalah :
 Apa Pengertian Konsep Perbandingan Dan Hasil Belajar Siswa ?
 Apa hubungan Konsep Perbandingan Dan Hasil Belajar Siswa ?
 Bagaimana pengaruh perbandingan dengan hasil belajar siswa ?
 Apa yang dimaksud dengan Stoikiometri serta pengaruh dalam hasil belajar siswa ?

3) a.Teori Dari Judulnya

Menurut Nawawi yang dikutip K. Brahim (2007 : 39) hasil belajar diartikan sebagai
tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu. Setelah proses belajar
berakhir, dapat dilakukan evaluasi hasil belajar yang kemudian hasil evaluasinya dinyatakan dalam
angka atau skor untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang
sudah disampaikan.

Kata Stoikiometriberasal dari bahasa Yunani yaitustoichieon yang berarti unsur, dan kata
metronyang berarti mengukur (Utami, 2009:63). Secara umum stoikiometrimerupakan bidang dalam
ilmu kimia yang membahas tentang cara perhitungan dan pengukuran atau hubungan kuantitatif
antara zat–zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometrimembahas perbandingan zat–zat yang
digunakan dalam reaksi dengan zat–zat yang dihasilkan dari reaksi tersebut dalam sebuah persamaan
reaksi.

b.Rumusan Hipotesis

Apakah ada hubungan Konsep Perbandingan Dan Hasil Belajar Siswa

H0 : Tidak ada hubungan antara Konsep Perbandingan Dan Hasil Belajar Siswa

H1 : Ada hubungan antara Konsep Perbandingan Dan Hasil Belajar Siswa

Apakah ada pengaruh perbandingan dengan hasil belajar siswa

H0 : Tidak ada pengaruh perbandingan dengan hasil belajar siswa

H1 : Ada pengaruh perbandingan dengan hasil belajar siswa ?

Apakah Stoikiometri berpengaruh dalam hasil belajar siswa ?

H0 : Tidak ada pengaruh antara stoikiometri dalam hasil belajar siswa

H1 : Ada pengaruh antara stoikiometri dalam hasil belajar siswa

4) Definisi Oprasional Variabel

Variabel merupakan suatu sifat, nilai, atau atribut dari orang maupun kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti sebagai objek yang akan dipelajari (Sugiyono, 2017).
Variabel yang dipelajari pada penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa pada materi stoikiometri
berbasis conditional knowledge, yaitu kompetensi siswa dalam memahami konsep stoikiometri dan
melakukan prosedur secara tepat dan sesuai berdasarkan kondisi serta situasi yang diberikan. Variabel ini
tergolong sebagai variabel kontinum ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tata urutan berdasarkan
tingkatannya, seperti: sangat baik, baik, cukup, rendah, dan sangat rendah (Winarno.M.E., 2013).

5) Instrumen Penelitian

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik ini
menghendaki adanya kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan kelompok-
kelompok yang ada pada populasi (Narbuko dan Ahmadi, 2012:117). Sampel dipilih secara acak,
diperoleh 32 peserta didik dari kelas XI MIA 1.

Dua jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data hasil belajar matematika konsep
perbandingan sebagai variabel bebas (X) dan data hasil belajar kimia materi stoikiometrisebagai
variabel terikat (Y). Hasil belajar matematika sebagai variabel bebas (X) diukur menggunkan tes
berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 25 soal yang valid dengan 5 option jawaban (a, b, c, d,
e). Hasil belajar kimia materi stoikiometrisebagai variabel terikat (Y) diukur menggunakan tes
berbentuk pilihan ganda dengan jumlah 23 soal yang valid (5 pilihan jawaban). Skor penilaian untuk
setiap soal yaitu jawaban benar skor 1 dan jawaban salah skor 0.

6) Analisis Dan Intepretasi

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling, dengan
menggunakan instrumen bentuk tes objektif. Uji hipotesis dilakukan dengan uji korelasi product
moment, diperoleh rxy = 0,863 dan rtabel= 0,349, sehingga rxy> rtabel, dapat disimpulakn H0 ditolak
dan H1diterima yang berarti terdapat hubungan antara pemahaman konsep perbandingan dengan
hasil belajar kimia materi stoikiometri. Uji taraf signifikansi dilakukan dengan uji–t, diperoleh
tobs= 9,342, ttabel= 1,697 sehingga tobs> ttabel, dapat disimpulkan H0ditolak dan H1diterima.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara pemahaman konsep
perbandingan dengan hasil belajar kimia materi stoikiometri.

 Metode Regresi

1) Judul : Pengaruh Sikap Pada Mata Pelajaran Kimia dan Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar Kimia

2) Rumusan Masalah :

 Apa pengaruh Sikap Pada Mata Pelajaran Kimia ?


 Bagaimana Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar Kimia ?

3) a.Teori Dari Judulnya :

Menurut Krech dalam Edi Prajitno, dkk (2002: 225), sikap merupakan suatu system yang terdiri
dari komponen kognitif, perasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap merupakan tingkat perasaan
positif maupun negatif yang ditujukan ke objek-objek psikologi.

Menurut Anas Sudijono (2008: 27), sikap merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala
atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Dengan demikian sikap merupakan tingkah laku atau
perbuatan akibat reaksi seseorang terhadap orang lain atau benda tertentu.
Menurut Ngalim Purwanto (2007: 141), sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang.
Dalam pengertian ini sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu
terhadap suatu obyek atau situasi yang dihadapi sehingga sikap dapat bersifat positif dan ada pula yang
bersifat negatif.

Weitten dan Lloyd dalam wahyudin (2007) bahwa “setiap orang memiliki konsep diri yang
berkaitan dengan fisik, sosial, emosional dan intelektual.” Menurut Elizabeth Hurlock (2001: 58), konsep
diri adalah “gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya”. Lebih lanjut Leonetti (1980), membagi
konsep diri tersebut dalam dua bagian yaitu percaya diri (self confidence) dan harga diri (self esteem).
Percaya diri adalah kepercayaan sesorang dalam kesanggupannya untuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan, dan harga diri adalah bagaimana baiknya seseorang menginginkan dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri peserta didik mencakup factor keadaan fisik dan penilaian
orang lain mengenai fisik individu; faktor keluarga termasuk pengasuhan orang tua, pengalaman perilaku
kekerasan, sikap saudara, dan status social ekonomi; dan faktor lingkungan sekolah.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan pandangan, perasaan,
penilaian yang dimiliki seseorang mengenai diri sendiri yang diperoleh dari proses pengamatan terhadap
diri sendiri maupun menurut persepsi orang lain.

b. Rumusan Hipotesis

Apakah ada pengaruh Sikap Pada Mata Pelajaran Kimia

H0 : Tidak ada pengaruh Sikap Pada Mata Pelajaran Kimia

H1 : Ada pengaruh Sikap Pada Mata Pelajaran Kimia

Apakah ada Hubungan Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar Kimia

H0 : Tidak ada Hubungan Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar Kimia

H1 : Ada Hubungan Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar Kimia

4) Definisi Oprasional Variabel

Variabel merupakan suatu sifat, nilai, atau atribut dari orang maupun kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu dan ditetapkan oleh peneliti sebagai objek yang akan dipelajari (Sugiyono, 2017). Variabel yang
dipelajari pada penelitian ini adalah Variabel sikap pada mata pelajaran kimia dan konsep diri siswa
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa, hal ini
ditunjukkan oleh koefisien determinasi R2 = 0,777 dengan nilai uji Fhitung (125,400) lebih besar dari
Ftabel (3,12). Sementara uji masing-masing koefisien reg

resi variabel sikap pada mata pelajaran kimia diperoleh uji t-hitung(6,288) dan variabel konsep diri
diperoleh uji thitung(5,397) keduanya lebih dari t-tabel(1,993). Dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa sikap pada mata pelajaran kimia dan konsep diri berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia
siswa.

5) Instrumen Penelitian :
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Metode Survey, angket, tes hasil belajar, dan hasil
wawancara guru dan siswa.

Teknik Pengambilan sampel dilakukan melalui teknik Multi Stage Random Sampling. Dari sekolah
swasta yang terdaftar di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, dilakukan pengundian, selanjutnya terpilih
SMA Keluarga Widuri, SMA Darul Ma’arif dan SMA Bhakti Idhata serta SMA Cendrawasih I dengan
jumlah sampel 75 peserta didik.

6) Analisis dan Intepretasi

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh sikap pada mata pelajaran kimia dan konsep
diri terhadap prestasi belajar kimia. Survey dilakukan pada sampel berjumlah 75 orang peserta didik kelas
X SMA swasta di kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian
kuesioner dan dengan melaksanakan tes prestasi belajar. Hasil penelitian dinyatakan dengan persamaan
regresi = - 12,983 +0,390 SK + 0,300 KD. Variabel sikap pada mata pelajaran kimia dan konsep diri
siswa secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa, hal ini
ditunjukkan oleh koefisien determinasi R2 = 0,777 dengan nilai uji Fhitung (125,400) lebih besar dari
Ftabel (3,12). Sementara uji masing-masing koefisien regresi variabel sikap pada mata pelajaran kimia
diperoleh uji t-hitung(6,288) dan variabel konsep diri diperoleh uji thitung(5,397) keduanya lebih dari t-
tabel(1,993). Dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sikap pada mata pelajaran kimia dan konsep
diri berpengaruhterhadap prestasi belajar kimia siswa.

 Metode Pra Eksperimen

1) Judul : PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS


SISWA MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI POKOK
LARUTAN PENYANGGA

2) Rumusan Masalah :

 Bagaimana proses pembelajaran terjadi ?


 Apa pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis ?
 Bagaimana mengukur ketrampilan berpikir siswa?
 Apa hubungan ketrampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep ?

3) a.Teori dari Judulnya

Dalam penelitian ini terdapat sebuah hipotesis yang akan diuji kebenarannya yakni “Ada hubungan positif
yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran
dengan model inkuiri pada materi pokok larutan penyangga”. Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas populasi. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah
skor hasil TPK dan TKBK. Hasil uji normalitas menggunakan program SPSS menunjukkan bahwa data
skor hasil tes penguasaan konsep dan tes berpikir kritis berdistribusi normal karena nilai signifikansi
Kolmogorov-Smirnov dan signifikansi Shapiro-Wilk lebih besar dari 0,05 [15].
berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson antara keterampilan berpikir kritis (variabel X)
dengan penguasaan konsep siswa (variabel Y) menggunakan program SPSS, diperoleh harga koefisien
korelasi (r) sebesar 0,916 dan nilai Sig. sebesar 0,00. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka
harga koefisien korelasi yang diperoleh bersifat signifikan. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi
“Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep
siswa pada pembelajaran dengan model inkuiri pada materi pokok larutan penyangga” dapat diterima.

b. Rumasan Hipotesis

Apakah Ketrampilan berpikir siswa penting?

H0 : Ketrampilan berpikir siswa penting

H1 : Ketrampilan berpikir siswa kurang penting

Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis berpengaruh?

H0 : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis

H1 : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis

4) Definisi Oprasional Variabel

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

4. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) pada materi Termokia dengan peserta didik aktif dan pendidik
memfasilitasi.
5. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah nilai karakter peserta didik yang diukur dengan angket
dan prestasi belajar kimia peserta didik yang diukur berdasarkan hasil belajar kimia peserta didik.
6. Variabel Kendali
Variabel yang dikendalikan pada penelitian ini adalah pengetahuan awal peserta didik yang
berupa nilai prestasi belajar peserta didik yang diperoleh dari tes awal sebelum dilaksanakan
proses pembelajaran.

5) Instrumen Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan antara penelitian pra-eksperimen dengan rancangan One
Group Pretest - Posttest Design dan penelitian korelasional [12]. Penelitian eksperimen semu ditujukan
untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis, sedangkan penelitian korelasional ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa.
6) Analisis Dan Intepretasi

Dari hasil validasi RPP, handout, LKS, TPK, dan TKBK diperoleh skor rata-rata masing- masing 4,69
dengan kategori baik; 4,4 dengan kategori baik; 4,47 dengan kategori baik; 4,39 dengan kategori valid.
Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran.

 Metode Eksperimen Sejati

1) Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning(PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Pada Materi Sistem Koloid

2) Rumusan Masalah :

 Apa pentingnya pendidikan ?


 Apakah Pendidikan saat ini perlu untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
untuk menghadapi era kehidupanbaik pribadi maupun kejuruan?
 Mengapa perlu pembiasaan untuk berpikir kritis ?
 Apa pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem koloid?

3) a.Teori Dari Judulnya

Sesuai dengan KD materi sistem koloid menuntut siswa dapat membuat dan
menjelaskan kegunaan sistem koloid yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kegiatan model
pembelajaran PBL menggunakan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari sebagai
fokus utama. Masalah tersebut dituntut untuk dipecahkan melalui percobaan, diskusi, dan
proses pemecahan masalah. Melalui kegiatan tersebut siswa berlatih memecahkan masalah
dengan baik secara berkelompok.

Proses pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah tersebut membutuhkan


kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,untuk itulah model PBL dirasa cocok
digunakan pada materi sistem koloid.oleh karena itu perlu diteliti pengaruh model pembelajaran
problem based learning(PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem koloid.

b.Rumusan Hipotesis

Apakah ada hubungan antara Pendidikan dan berpikir kritis?

H0 : Tidak ada hubungan antara Pendidikan dan berpikir kritis

H1 : Ada hubungan antara antara Pendidikan dan berpikir kritis

Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem koloid

H0 : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem koloid
H1 : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem koloid

4) Definisi Oprasional Variabel

Variabel merupakan suatu sifat, nilai, atau atribut dari orang maupun kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti sebagai objek yang akan dipelajari (Sugiyono, 2017).
Variabel yang dipelajari pada penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa pada materi stoikiometri
berbasis conditional knowledge, yaitu kompetensi siswa dalam memahami konsep stoikiometri dan
melakukan prosedur secara tepat dan sesuai berdasarkan kondisi serta situasi yang diberikan. Variabel ini
tergolong sebagai variabel kontinum ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tata urutan berdasarkan
tingkatannya, seperti: sangat baik, baik, cukup, rendah, dan sangat rendah (Winarno.M.E., 2013).

5) Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat terhadap data pretestdan
posttestkemudiandilakukan uji hipotesis. Hal ini dilakukan terhadap kedua data yaitu pretestdan
posttestdari kelas kontrol dan eksperimen menggunakan uji independent sample t-testdengan
bantuan softwareSPSS versi 22

6) Analisis Dan Intepretasi

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase
kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi (82,8%) dibandingkan dengan
kelas kontrol (73,3%) serta hasil uji hipotesis diperoleh data sig < α yaitu 0,000 < 0,05 sehingga
H0ditolak dan H1diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
problem based learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem koloid.

 Metode Kualitatif Fenomenologi

1) Judul : PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS


SISWA MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI POKOK
LARUTAN PENYANGGA

2) Rumusan Masalah :

 Bagaimana proses pembelajaran terjadi ?


 Apa pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis ?
 Bagaimana mengukur ketrampilan berpikir siswa?
 Apa hubungan ketrampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep ?

3) a.Teori dari Judulnya

Dalam penelitian ini terdapat sebuah hipotesis yang akan diuji kebenarannya yakni “Ada hubungan positif
yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran
dengan model inkuiri pada materi pokok larutan penyangga”. Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas populasi. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah
skor hasil TPK dan TKBK. Hasil uji normalitas menggunakan program SPSS menunjukkan bahwa data
skor hasil tes penguasaan konsep dan tes berpikir kritis berdistribusi normal karena nilai signifikansi
Kolmogorov-Smirnov dan signifikansi Shapiro-Wilk lebih besar dari 0,05 [15].

berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson antara keterampilan berpikir kritis (variabel X)
dengan penguasaan konsep siswa (variabel Y) menggunakan program SPSS, diperoleh harga koefisien
korelasi (r) sebesar 0,916 dan nilai Sig. sebesar 0,00. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka
harga koefisien korelasi yang diperoleh bersifat signifikan. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi
“Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep
siswa pada pembelajaran dengan model inkuiri pada materi pokok larutan penyangga” dapat diterima.

b. Rumasan Hipotesis

Apakah Ketrampilan berpikir siswa penting?

H0 : Ketrampilan berpikir siswa penting

H1 : Ketrampilan berpikir siswa kurang penting

Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis berpengaruh?

H0 : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis

H1 : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis

4) Definisi Oprasional Variabel

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

7. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) pada materi Termokia dengan peserta didik aktif dan pendidik
memfasilitasi.
8. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah nilai karakter peserta didik yang diukur dengan angket
dan prestasi belajar kimia peserta didik yang diukur berdasarkan hasil belajar kimia peserta didik.
9. Variabel Kendali
Variabel yang dikendalikan pada penelitian ini adalah pengetahuan awal peserta didik yang
berupa nilai prestasi belajar peserta didik yang diperoleh dari tes awal sebelum dilaksanakan
proses pembelajaran.

5) Instrumen Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian gabungan antara penelitian pra-eksperimen dengan rancangan One
Group Pretest - Posttest Design dan penelitian korelasional [12]. Penelitian eksperimen semu ditujukan
untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis, sedangkan penelitian korelasional ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep siswa.

6) Analisis Dan Intepretasi

Dari hasil validasi RPP, handout, LKS, TPK, dan TKBK diperoleh skor rata-rata masing- masing 4,69
dengan kategori baik; 4,4 dengan kategori baik; 4,47 dengan kategori baik; 4,39 dengan kategori valid.
Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran.

 Metode Pengembangan Bahan Ajar

1. Judul : Pengembangan Bahan Ajar berbasis masalah pada mata pelajaran kimia SMA kelas X
dalam materi hidrokarbon
2. Rumusan Masalah :
- Mengembangkan bahan ajar PBL pada materi Hidrokarbon
- Mengetahui Kelayakan bahan ajar PBL hasil pengembangan dalam pokok senyawa
hidrokarbon
- Mengetahui efektivitas penggunaan media hasil pengembangan dibandingkan dengan
pembelajaran tanpa menggunakan bahan ajar PBL.
3. a. Teori dan Judulnya.
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar berbasis masalah pada
materi hidrokarbon adalah model pengembangan 4D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel,
dan Semmel (1974). Alasan pemilihan model ini karena :
(a) model ini disusun secara terprogram dengan uruturutan kegiatan yang sistematis dalam upaya
pemecahan masalah belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa;
(b) model ini khusus digunakan pada pengembangan bahan ajar pembelajaran bukan pada rancangan
pembelajarannya.
Penggunaan model 4D ini sesuai dengan bahan ajar yang akan dikembangkan karena model
pengembangan ini mudah digunakan dan sudah banyak digunakan dalam pengembangan bahan ajar .
Pengembangan model ini terdiri dari empat tahap, yaitu define (pendefinisian), design (perancangan),
develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Namun dalam penelitian ini tahap
pengembangan akan disesuaikan dengan fokus penelitian. Selain itu, karena hasil pengembangan
bahan ajar ini nantinya tidak disebarkan pada sekolah lain maka pengembangan hanya dilakukan
hingga tahap ketiga, yaitu tahap pengembangan. Tahap awal adalah pendefinisian, tujuannya adalah
untuk menetapkan tujuan dan mendefinisikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Setelah syarat-syarat tersebut ditentukan dan didefinisikan kemudian dilanjutkan pada tahap
selanjutnya, yaitu perancangan bahan ajar . Desain awal bahan ajar kemudian divalidasi oleh
reviewer, lalu direvisi. Hasil revisi bahan ajar tersebut kemudian dikembangkan untuk menjadi bahan
ajar pembelajaran. Hasil dari tahap pengembangan tersebut diuji coba di lapangan untuk mendapatkan
produk berupa bahan ajar pembelajaran.
b. Rumusan Hipotesis
Apakah Penggunaan model 4D Berpengaruh?
H0 : Penggunaan Model 4D Berpengaruh
H1 : Penggunaan Model 4D Tidak Berpengaruh
Apakah penggunaan bahan ajar berbasis masalah dapat meningkatkan hasil pembelajaran pada siswa
kelas X ?
H0 : Tidak ada pengaruh untuk meningkatkan hasil pembelajaran pada siswa kelas X
H1 : Ada pengaruh untuk meningkatkan hasil pembelajaran pada siswa kelas X

4. Teori Operasional Variabel


Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
- Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) pada materi Termokia dengan peserta didik aktif dan
pendidik memfasilitasi.
- Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah nilai karakter peserta didik yang diukur dengan
angket dan prestasi belajar kimia peserta didik yang diukur berdasarkan hasil belajar
kimia peserta didik.
- Variabel Kendali
Variabel yang dikendalikan pada penelitian ini adalah pengetahuan awal peserta didik
yang berupa nilai prestasi belajar peserta didik yang diperoleh dari tes awal sebelum
dilaksanakan proses pembelajaran.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, angket, tes hasil belajar, dan hasil
wawancara guru dan siswa.
6. Analisis dan Interpretasi
Ratarata nilai hasil belajar siswa yang mengalami pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar
berbasis masalah adalah 83,5 sedangkan siswa yang tidak mengalami pembelajaran yang
menggunakan bahan ajar berbasis masalah adalah 70,0. Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat
bahwa rata belajar siswa setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar
berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diperoleh siswa sebelum
mengalami pembelajaran yang menggunakan bahan ajar berbasis masalah.

• Metode Penelitian Tindakan Kelas

1. Judul : PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMECAHKAN MASALAH


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN KIMIA
2. Rumusan Masalah :
- Apa yang dimaksud dengan Problem Based Learning ?
- Bagaimana meningkatkan keterampilan memecahkan masalah ?
3. a. Teori dan Judulnya.
Penyelesaian atau pemecahan masalah adalah bagian dari proses berpikir. Sering dianggap
merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah
didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari
keterampilan-keterampilan rutin atau dasar.
Peningkatan keterampilan pemecahan masalah oleh peserta didik dapat dilakukan pada mata
pelajaran kimia dalam pokok bahasan koloid dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan sebuah model
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam
tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
b. Rumusan Hipotesis
Apakah Penggunaan Problem Based Learning Berpengaruh?
H0 : Penggunaan Problem Based Learning Berpengaruh
H1 : Penggunaan Problem Based Learning Tidak Berpengaruh
Apakah penggunaan Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan memecahkan
masalah pada pelajaran kimia ?
H0 : Tidak ada pengaruh untuk Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan
memecahkan masalah
H1 : Ada pengaruh untuk Problem Based Learning dapag meningkatkan keterampilan memecahkan
masalah

4. Teori Operasional Variabel


Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
- Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) pada materi Termokia dengan peserta didik aktif dan
pendidik memfasilitasi.
- Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah nilai karakter peserta didik yang diukur dengan
angket dan prestasi belajar kimia peserta didik yang diukur berdasarkan hasil belajar
kimia peserta didik.
- Variabel Kendali
Variabel yang dikendalikan pada penelitian ini adalah pengetahuan awal peserta didik
yang berupa nilai prestasi belajar peserta didik yang diperoleh dari tes awal sebelum
dilaksanakan proses pembelajaran.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, angket, tes hasil belajar, dan hasil
wawancara guru dan siswa.
6. Analisis dan Interpretasi
Teknik analisis data yang digunakan peneliti untuk mengolah data hasil observasi terhadap
peningkatan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah adalah teknik analitis deskriptif.
Teknik analisis deskriptif meliputi pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data,
dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data. Untuk
mengukur keterampilan siswa dalam memecahkan masalah digunakan rubrik penilaian
keterampilan Penilaian untuk setiap aspek keterampilan dapat dihitung dengan rumus.
P = A / B x 100°

Keterangan:
A = Jumlah skor yang diperoleh kelompok siswa
B = Jumlah skor maksimal P = Persentase aspek keterampilan

Anda mungkin juga menyukai