Anda di halaman 1dari 13

NAMA : Dwi Rahmatia

NIM : 19040284044
KELAS : 2019B
JUDUL : Pengaruh Model Pembelajaran discovery learning terhadap Self-Regulated
Peserta Didik pada Pembelajaran Sejarah X-4 Fase E di SMA Negeri 20
Surabaya

RESENSI JURNAL
1) Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep
Matematika

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
Discovery Learning menurut (Muhamad, 2016:12) Discovery learning adalah proses
belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi
siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep.
Variabel y berupa Matematika menurut (Harmony, 2012:12) Matematika merupakan
salah satu bidang studi yang diberikan semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika antara yang menggunakan model pembelajaran
discovery learning dan model pengajaran langsung Dari rata-rata nilai hasil belajar siswa
pada kelas kontrol menunjukkan rata-rata nilai hasil belajar sebesar 7,0968, sedangkan
pada kelas eksperimen sebesar 8,2500 artinya ada peningkatan hasil belajar siswa setelah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning. Sehingga
menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery learning lebih cocok digunakan
dalam pembelajaran matematika siswa kelas X SMK Khamas Asembagus dibanding
model pengajaran langsung.

2) Pengaruh model pembelajaran discovery learning dan problem based learning terhadap
prestasi belajar peserta didik

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
Discovery Learning menurut (Illahi, 2012) Model pembelajaran Discovery Learning
adalah suatu metode yang memungkinkan para anak didik terlibat langsung dalam
kegiatan belajar-mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk
menemukan suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari. Problem Based Learning
menurut (Wardoyo, 2013) model pembelajaran Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang menuntut adanya aktivitas siswa secara penuh dalam rangka
menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi siswa secara mandiri dengan cara
mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki; (Abidin, 2014) Model
pembelajaran Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah model
pembelajaran yang ditujuksn untuk mengembangkan motivasi belajar siswa, mendorong
siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi, mendorong siswa mengoptimalkan
kemampuan metakognisinya, dan menjadi pembelajaran mejadi bermakna sehingga
mendorong siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara
mandiri. Variabel y berupa Prestasi belajar menurut (Harmony, 2012:12) Ranah
cipta/kognitif, ranah rasa/afektif, dan ranah karsa/psikomotor adalah tiga ranah yang
tercakup dalam prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian berdasarkan hasil rata-rata hasil pre test yang diperoleh oleh kelas
eksperimen adalah sebesar 61.97. Sedangkan untuk kelas kontrol rata-rata hasil pre test
sebesar 62.64. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua kelas adalah
homogen. Rata-rata hasil post test yang diperoleh kelas eksperimen adalah sebesar 83.83,
sedangkan untuk kelas kontrol yaitu sebesar 82.50. hasil analisis data, perbedaan prestasi
belajar antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Discovery
Learning dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning adalah model
pembelajaran yang lebih cocok diterapkan pada mata pelajaran korespondensi
kompetensi dasar mengidentifikasi prosedur pembuatan surat dinas Kelas X AP di salah
satu SMK di Kota Bandung karena dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran tersebut

3) Perbandingan Model Pembelajaran Core dengan Discovery Learning dalam


Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan
Self-Regulated Learning Siswa SMA

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
Model Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting dan
Extending) menurut Harmsem dalam (Yumiati, 2015, hlm. 9), elemen-elemen tersebut
digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan informasi baru,
mengorganisasikan sejumlah materi yang bervariasi, merefleksikan segala sesuatu yang
peserta didik pelajari dan mengembangkan lingkungan belajar; Calfee (2010, hlm.133)
pembelajaran model CORE adalah model pembelajaran yang mengharapkan siswa untuk
dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan cara menghubungkan
(Connecting) dan mengorganisasikan (Organizing) pengetahuan baru dengan
pengetahuan lama kemudian memikirkan kembali konsep yang sedang dipelajari
(Reflecting) serta diharapkan siswa dapat memperluas pengetahuan mereka selama
proses belajar mengajar berlangsung (Extending). Discovery Learning menurut Agus N.
Cahyo, (2013, hlm. 100) mengatakan “Discovery Learning adalah metode mengajar yang
mengatur pengejaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, tetapi menemukan sendiri;
Oemar Hamalik (2002, hlm. 134), Metode Discovery Learning adalah suatu prosedur
mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan
eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu
konsep.

Variabel y berupa Pemecahan Masalah Matematis (Polya, 1981) menurut Pemecahan


masalah diartikan sebagai usaha sadar untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan,
tetapi tujuan tersebut tidak segera dapat dicapai. Self-Regulated Learning Menurut
Pintrich (1990) Self-Regulated Learning adalah cara belajar siswa aktif secara individu
untuk mencapai tujuan akademik dengan cara pengontrolan perilaku, memotivasi diri
sendiri dan menggunakan kognitifnya dalam belajar; Zimmerman (Woolfolk, 2004)
mengatakan bahwa Self-Regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta
didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku dan perasaannya yang secara
sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMA yang memperoleh model pembelajaran CORE tidak lebih baik dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa SMA yang memperoleh model pembelajaran
Discovery Learnin. Hal tersebut terlihat dari analisis data hasil tes akhir (posttest) yang
telah dilakukan bahwa skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada kelas
eksperimen 1 (47,5) yang menggunakan model pembelajaran CORE lebih rendah namun
tidak berbeda jauh dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 (47,6) yang menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning. Sedangkan, berdasarkan data self-regulated
learning menghasilkan hasil tes akhir (posttest) yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa
skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen 1 (83,490) yang
menggunakan model pembelajaran CORE lebih rendah namun tidak berbeda jauh
dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 (79,709) yang menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning.

4) Pengaruh Self Regulated Learning dan Self Efficacy terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa Self
Regulated Learning menurut (Wolters, 2011) SRL dapat membantu siswa menciptakan
kebiasaan belajar yang lebih baik dan memperkuat kemampuan belajar mereka. Self
Efficacy (Santrock 2008:298) menurut Self efficacy juga mempengaruhi peserta didik
dalam, usahanya, ketekunannya, untuk menyelesaikan tugas dan juga prestasinya.
Variabel y berupa Prestasi, Dengan meningkatnya kontrol diri yang dimiliki oleh peserta
didik, maka kemampuan untuk mengatur pembelajaran, pengambilan keputusan pribadi
dan perilaku positif seperti disiplin akan meningkatkan prestasi akademik, (Hannon,
Brenda Ann Marie 2014 ), dan hal ini akan sangat penting bagi mereka dalam meraih
kesuksesan mereka dalam belajar dan menjadikan mereka pebelajar seumur hidup
(Regeluth 2017), dan kemampuan ini merupakan catatan yang sangat penting terkait
dengan skill atau kompetensi yang harus dimiliki oleh pebelajar abad 21 (Wolters,2010).
Hasil penelitian menunjukkan Self regulated learning tidak berpengaruh terhadap
prestasi akademik mahasiswa, sedangkan Self efficacy secara signifikan berpengaruh
terhadap prestasi akademik mahasiswa. Hal tersebut menunjukan bahwa self regulated
learning mempunyai nilai sig sebesar 0.000, ( sig < 0.005). artinya tidak ada pengaruh
self regulated learning terhadap prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah Teori
Belajar. Sedangkan untuk variabel self efficacy diperoleh nilai sebesar 0.627 ( sig
>0.005.) artinya bahwa ada pengaruh positif /tidak varibael self efficacy terhadap
prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah Teori Belajar.
5) Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Self Regulated Learning
Melalui Metode Guided Discovery Learning

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel (x) dan variabel (y). Variabel (x) berupa
Self Regulated Learning menurut (Muis, 2007) Self regulated learning adalah potret
yang luas dari konteks di mana pelajar berada, terutama berfokus pada pembelajaran
akademik, dan sepenuhnya terikat oleh konteks pembelajaran. Variabel (y) berupa
Berpikir Kritis menurut Profesor Pendidikan Michael Scriven dan filsuf Richard Paul
mendefinisikannya sebagai proses disiplin intelektual dari konseptualisasi aktif dan
terampil, menerapkan, menganalisis, mensintesis, danatau mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan, atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau
komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan Tindakan; (Shaw, 2014) pemikiran
kritis merupakan pemikiran aktif dengan tingkat yang lebih tinggi dan bersifat abstrak;
Edward Glaser berpandangan bahwa berpikir kritis adalah suatu sikap yang ingin
mempertimbangkan berbagai masalah berdasarkan pengalaman seseorang dengan cara
yang bijaksana menunjukkan bahwa berpikir kritis itu bukan hanya menghadirkan suatu
sikap keinginan untuk mempertimbangkan sesuatu dalam menyelesaikan masalah,
melainkan juga harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan tenggang rasa;
(Redhana, 2010) Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dalam membuat
keputusan yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Variabel (m) berupa Model
pembelajaran guided discovery learning menurut Eggen adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada situasi yang bebas dalam mengapresiasikan
dirinya untuk menyelidiki rumus yang digunakan, dimana guru memberi siswa contoh-
contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut (Lestari,
2017); Sani (2013) discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan; Jerome Brunner
(discovery learning) merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan
kepada pandangan kognitif dan konstruktivisme.
Hasil penelitian menunjukkan siswa yang kelas X SMA Negeri 1 Seunagan yang telah
memperoleh perlakuan metode guided discovery learning berdasarkan hasil penelitian,
secara keseluruhan rata-rata nilai pre test siswa adalah 37,71 dan rata-rata post test
adalah 79,29. Siswa dengan tingkat self regulated learning tinggi terdiri dari 23 siswa, 8
siswa dengan tingkat self regulated learning sedang, dan 4 orang dengan tingkat self
regulated learning rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat self
regulated learning berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemapuan
berpikir kritis siswa.

6) Pengaruh Self-Efficacy terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada


Pembelajaran Model Discovery Learning

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa self-
efficacy Menurut Yuliyani (2017: 133), self-efficacy adalah keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya dalam mengatasi beranekaragam situasi yang muncul dalam
hidupnya. Variabel y berupa Discovery Learning menurut Aris Pongtularan (Wahjudi
2015: 2) Discovery Learning merupakan bagian dari pembelajaran aktif dimana peserta
didik aktif berpartisipasi, mandiri dan bertanggung jawab untuk menemukan sumber-
sumber informasi yang dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta
mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang
ditemukannya. pemahaman konsep matematis menurut Trianingsih (2019:16)
menjelaskan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis dalam pembelajaran
matematika merupakan hal yang penting dan harus dimiliki oleh setiap siswa karena
pemahaman konsep merupakan kemahiran yang diharapkan dalam pembelajaran
matematika dan juga mempengaruhi cara siswa dalam pemecahan masalah; (Puspitasari,
2017) Pemahaman konsep merupakan kemampuan peserta didik dalam menguasai materi
baik rumus maupun teori yang kemudian dapat diubahnya dalam bentuk yang lebih
mudah dipahami.
Hasil penelitian menunjukkan pemahaman konsep matematika siswa telah meningkat
dengan kriteria sedang. Analisis kuesioner menggunakan rumus N-Gain dan efikasi diri
siswa yang diperoleh juga mengalami peningkatan kriteria sedang. Selanjutnya, uji
signifikansi koefisien korelasi diperoleh thitung <ttabel, dapat disimpulkan bahwa self-
efficacy dengan menerapkan model Discovery Learning mempengaruhi pemahaman
konsep matematika pada siswa kelas XI MIA 1 Solok Selatan N 5 tidak signifikan. Data
angket self-efficacy yang diberikan pada kelas sampel bertujuan untuk mengetahui
bagaimana peningkatan self-efficacy siswa dengan menerapkan model pembelajaran
discovery learning menunjukkan pada awal rata-rata 142,52 dan pada angket akhir rata-
rata 176,19 yang menunjukkan bahwa siswa sudah mampu dalam menjawab
permasalahan yang diberikan serta mampu menemukan konsep dari materi yang
dipelajari.

7) Pengaruh Model Discovery Learning dalam Kemampuan Berpikir Kritis dan Cognitif
Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
Discovery Learning menurut (S.G, 2012) Model pembelajaran penemuan adalah
serangkaian kegiatan dimana proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, mahasiwa harus mandiri dengan
hanya materi yang disediakan; (T. dkk Martaida, 2017) model discovery learning adalah
kolaborasi mahasiswa dalam kegiatan belajar maksimal serta keyakinan tentang apa yang
ditemukan selama proses pembelajaran. Variabel y berupa Kognitif menurut Bloom
kognitif adalah ranah yang memperhatikan pengembagan kemampuan dan ketrampilan
intelektual; Jean Peaget dalam penelitian mengemukan pada tahap tertentu kemampuan
kognitif setiap manusia dimulai dari lahir hingga dewasa pada tahap tertentu tidak sama
untuk setiap orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tcounted >ttable hasil uji statistik didapatkan
nilai secara signifikan berbeda dimana nilai sig lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan ada perbedaan kemampuan kognitif mahasiswa kelas kontrol
dan kelas eksperiment dimana kelas yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional
dan kelas yang di ajarkan dengan model pembelajaran penemuan, dengan hasil yang
diperoleh pemikiran kognitif kelas dengan penemuan model pembelajaran lebih baik dari
kelas dengan pembelaran konvensional.

8) Analisis Higher Order Thinking Skill dan Self Regulation Biologi Melalui Model
Pembelajaran Laps-Heuristik di Kelas XI

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa Model
Pembelajaran Laps-Heuristik menurut Jamil Suprihatiningrum (2016). Aris Shoimin
(2017) menyatakan bahwa terdapat empat sintak atau langkah-langkah dalam model
pembelajaran ini adalah sebagai berikut: memahami masalah, merencanakan
pemecahannya, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana dan memeriksa kembali
hasil yang diperoleh (looking back). Variabel y berupa Higher Order Thinking Skill
menurut Susan M. Brookhart menyatakan bahwa Higher Order Thinking Skill
merupakan suatu tingkatan yang ada pada taksonomi Bloom yang dimana kemampuan
bepikirnya terletak pada bagian teratas. Self Regulation Robert J. Marzano (1993)
menurut Self Regulation merupakan pembelajaran dengan adanya sebab akibat dari
sebuah pemikiran, perasaan, strategi serta adanya tingkah laku pada diri seseorang
bertujuan terhadap orientasi pada suatu tercapainya sebuah tujuan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan tes pretest dan posttest yang dilakukan menggunakan
10 soal essay sehingga diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 38,24, nilai rata-rata
posttest memperoleh 82,13 serta untuk nilai rata-rata N-Gainnya yaitu 0,72 dengan
masuk kategori tinggi. Kemudian untuk kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest
40,95, nilai rata-rata posttest 79,33 dan untuk nilai rata-rata N-Gain 0,65 dengan kategori
sedang. Nilai posttest kelas eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan yang signifikan,
nilai posttest kelas eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol,
sama halnya dengan nilai rata-rata N-Gainnya, kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Artinya pembelejaran dengan menggunakan model
pembelajaran LAPS-Heuristik ini mampu untuk meningkatkan Higher Order Thinking
Skill peserta didik. Sedangkan terdapat nilai rata-rata dari masing-masing indikator Self
Regulation kelas eksperimen yang dimana terdapat nilai pretest terendah yaitu pada
indikator sensitif terhadap umpan balik nilai 67,68% sedangkan untuk nilai posttest
tertinggi terdapat pada indikator Menyadari denga nilai 90,36% dan pada kelas kontrol
yang dimana terdapat nilai pretest terendah yaitu pada indikator sensitif terhadap umpan
balik dengan nilai 63,00% sedangkan untuk nilai posttest tertinggi terdapat pada
indikator Menyadari pemikiran sendiri denga nilai 83,93%. Dengan hasil hasil tersebut
menunjukkan terdapatnya pengaruh model pembelajaran LAPS-Heuristik terhadap
Higher Order Thinking Skill dan self regulation peserta didik kelas XI materi struktur
dan fungsi sel sistem pencernaan di SMA Al-kautsar Bandar Lampung.

9) Keterampilan Kolaborasi Dan Self-Regulated Learning Peserta Didik: Sebuah


Implementasi Model Creative Problem Solving
Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
model pembelajaran creative problem solving menurut Aris Shoimin (2014)
menjelaskan model pembelajaran creative problem solving merupakan variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam
mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Variabel y
berupa keterampilan kolaborasi menurut (Trilling & Fadel, 2009) terdiri dari
kerjasama, fleksibilitas dan tangung jawab. Self-regulated learning menurut Pintrich
and De Groot (1990) terdiri dari penggunaan strategi kognitif dan self-regulation.
Hasil penelitian menunjukkan hasil penelitian yang diperoleh perbedaan skor rata-rata
pada ke-2 kelas tersebut karena perbedaan perlakuan yang diberikan selama proses
pembelajaran. Kelas kontrol keterampilan kolaborasi dan self-regulated learning rendah
dibandingkan eksperimen dengan keterampilan kolaborasi 43,66 dan self-regulated
learning eksperimen sebesar 49,66. Dimana pada kelas eksperimen menggunakan model
creative problem solving sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model discovery
learning. Sehingga menunjukkan sdanya pengaruh penggunaan model creative problem
solving terhadap keterampilan kolaborasi dan self-regulated learning peserta didik

10) Pengaruh Self Regulation Learning Terhadap Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik
Kelas XI Materi Sistem Ekskresi

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa Self
Regulation Learning menurut Zamnah (2019) menyatakan bahwa Self Regulation
Learning merupakan suatu strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan diri
untuk mencapai suatu kesuksesan. Variabel y berupa metakognitif menurut (Zuhaida,
2017) metakognitif merupakan kunci bagi peserta didik dalam pencapaian pemahaman
materi belajar; Iskandar (2014) metakognitif adalah salah satu bentuk pemahaman dan
kontrol diri dengan mengetahui apa yang hendak dilakukan, langkah apa yang tepat
dalam mencapai suatu tujuan, mengetahui prasyarat untuk meyakinkan kelengkapan
tugas serta mengetahui kapan melakukannya.
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan nilai N-Gain dan rata-rata hasil
pengetahuan metakognitif pada kelas eksperimen menunjukkan peningkatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut juga dibuktikan oleh hasil uji
hipotesis, dimana nilai signifikansi menunjukkan angka 0.000 ≤ 0.05 atau 5% artinya
hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari penerapan strategi belajar Self Regulation Learning (SRL)
terhadap pengetahuan metakognitif peserta didik di kelas eksperimen pada materi sistem
ekskresi manusia.

11) Penerapan Model Discovery Learning dengan Pemanfaatan Virtual Laboratory untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi
Sistem Ekskresi

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
Discovery Learning menurut (Erlidawati & Habibati, 2020; Kristin, 2016) Model
discovery learning adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan
cara belajar aktif yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik dengan
menemukan dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan bertahan lama
dalam ingatan sehingga tidak mudah dilupakan oleh peserta didik.
Laboratorium virtual menurut (Gunawan, 2015) Laboratorium virtual didefinisikan
sebagai suatu bentuk objek multimedia interaktif yang terdiri dari berbagai format
heterogen seperti teks, hiperteks, suara, gambar, animasi video, dan grafik.
Hasil penelitian menunjukkan keterampilan proses sains meliputi skor rata-rata
kemampuan keterampilan proses sains N-Gain peserta didik kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat untuk kelas eksperimen dengan rata-rata 75,93 dan untuk kelas
kontrol dengan rata-rata 68,92. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
discovery learning dengan pemanfaatan virtual laboratory pada kelas eksperimen dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap keterampilan proses sains peserta didik. Skor
keterampilan proses sains kelas eksperimen yang diajarkan dengan penerapan model
discovery learning dan pemanfaatan virtual laboratory lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol. Menunjukkan bahwa pemanfaatan virtual laboratory memberi dampak
yang sangat baik terhadap keterampilan proses sains.

12) Pentingnya Self Regulated Learning Bagi Peserta Didik Dalam Penggunaan Gadget

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa Self
Regulated Learning (SRL) merupakan sebuah konsep tentang pengelolaan diri dalam
belajar. Teori kognisi social dari Bandura (1997) menjelaskan bahwa pribadi
(person),perilaku(behavior),danlingkungan (environment) merupakan sebuah komponen
yang tak terpisahkan; Bandura (1997:67) Pengelolaan diri dalam belajar didasari oleh
asumsi triadik resiprokalitas (triadic reciprocality); Paris (2002:7) menyatakan bahwa
“Peserta didik yang melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar mengambil
tanggungjawab terhadap kegiatan belajar mereka. Variabel y berupa gadget menurut
(Hasella,2013:2), responden menggunakan gadget lebih dari 11 jam perhari dan gadget
digunakan untuk browsing bahkan paling banyak digunakan untuk bermain game online
dan untuk mengakses berbagai media sosial yang ada (Instagram, Path, Facebook,
twitter), mereka cenderung memiliki gadget untuk mengikuti trend yang ada saat ini.
Hasil penelitian menunjukkan Penggunaan gadget akan lebih bermanfaat apabila
siswa memiliki self regulated learning yang kokoh agar terhindar dari pengaruh-
pengaruh negatif yang akan muncul apabila tidak dikelola dengan baik, melalui model
pembelajaran yang berbasis gadget dapat digunakan sebagai sebuah strategi
pembelajaran agar lebih menarik perhatian dari peserta didik. Sehingga dapat di
simpulkan self regulated learning penting untuk peserta didik dalam meningkatkan
proses pembelajaran di kelas.

13) Analisis Model Pengaruh Goal Orientation, General Selfefficacy Dan Jenis Kelamin
Terhadap Self-Regulated Learning Dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
Goal orientation menurut (Ames, 1992; Wolters, et al., 1996) Goal orientation
menekankan pada pembahasan tujuan dan makna yang ditetapkan individu untuk
keberhasilannya. General self-efficacy menurut (Schwarzer & Jerusalem, 1995) General
self-efficacy dideskripsikan sebagai kepercayaan atas kompetensi seseorang dalam
menghadapi berbagai tuntutan yang penuh tekanan atau tantangan dalam kehidupan.
Variabel y berupa Self-regulated learning menurut (Zimmerman, 2015) Self-regulated
learning juga fokus pada proses meningkatkan metode dan lingkungan suasana belajar.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah siswa yang terdapat pengaruh signifikan goal
orientation, general self-efficacy, dan jenis kelamin terhadap self-regulated learning dan
terdapat pengaruh signifikan goal orientation terhadap self-regulated learning. Variable
goal orientation, general self-efficacy, dan jenis kelamin menunjukkan pengaruh sebesar
0.197 atau 19.7% terhadap self-regulated learning.

14) Pengaruh Regulasi Diri (Self Regulation) Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Biologi Pada Peserta Didik Kelas XI MIA Man 1 Bulukumba

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
Self-Regulated menurut (Fitriya & Lukmawati, 2015) menurut regulasi diri merupakan
upaya seseorang mengontrol diri sendiri dalam berbagai proses kehidupannya;
(Apranadyanti, 2010) Regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan untuk kemudian
mengimplementasikan pada perilakunya guna mencapai kesuksesan dalam pekerjaan,
serta dengan hubungan dengan orang lain. Variabel y berupa Hasil belajar menurut
(Fauziyah dan Isnawati, 2017) Hasil belajar ini meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik; (Sudjana, 2009) hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil penelitian menunjukkan dari regulasi diri (self regulation) peserta didik kelas XI
MIA MAN 1 Bulukumba berkategori sedang, dengan rincian terdapat 10 orang (14,08%)
berada dalam kategori rendah, 48 orang (67,61%) berada dalam kategori sedang, dan 13
orang (18,31%) berada dalam kategori tinggi yang berarti bahwa pengelolaan diri atau
regulasi diri peserta didik dalam belajar tidak terlalu tinggi maupun tidak terlalu rendah
dan untuk motivasi belajar peserta didik berada pada kategori sedang, dengan rincian
terdapat 8 orang (11,27%) berada dalam kategori rendah, 54 orang (76,06%) berada
dalam kategori sedang, dan 9 orang (12,68%) berada dalam kategori tinggi. sehingga
dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelas XI MIA MAN 1 Bulukumba memiliki
motivasi belajar berkategori sedang. Sedangkan, untuk hasil belajar semester Ganjil
didalamnya tergambar jelas bahwa hasil belajar peserta didik memang bisa dikategorikan
tinggi karena melebihi batas KKM mata pelajaran biologi yaitu 75, hanya beberapa
peserta didik saja yang memperoleh hasil belajar yang rendah.
15) Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Peningkatan
Kemampuan Self-Regulated Learning Mahasiswa Universitas Advent Indonesia

Teori yang dipakai berkaitan dengan variabel x dan variabel y. Variabel x berupa
Variabel y berupa self regulated menurut seorang ahli psikologi Zimmerman (1990)
Pengertian self regulated learning merupakan kemampuan diri untuk memonitor
pemahamannya, untuk memutuskan kapan siap diuji, untuk memilih strategi pemrosesan
informasi yang baik; (Fitriya & Lukmawati, 2015) Self-Regulated menurut menurut
regulasi diri merupakan upaya seseorang mengontrol diri sendiri dalam berbagai proses
kehidupannya. Project Based Learning menurut (Santyasa & Sukadi, 2007) Project
Based Learning merupakan model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan
prinsip-pinsip utama dari suatu disiplin ilmu, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan
pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang mahasiswa
bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan menghasilkan produk
karya mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-regulated learning mempunyai pengaruh
positif terhadap pembelajaran dan pencapaian hasil yang menunjukkan bahwa self-
regulated learning mempunyai pengaruh positif terhadap pembelajaran dan pencapaian
hasil belajar berupa jumlah rank negatif = 84,50 dengan rata-rata rank = 8,45 dan jumlah
rank positif = 443,50 dengan rata-rata rank = 20,16.
BUKU
Discovery Learning
Buku rencana yang dipakai dari karangan Hermawan,S.Si., M.Pd yang banyak muncul bu
Self-Regulated
Buku yang dipakai adalah Titik Kristiyani, 2016 (Self-Regulated Learning)

Anda mungkin juga menyukai