Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MODUL 3 “MODEL-MODEL BELAJAR DAN RUMPUN MODEL BELAJAR”


DAN
MODUL 4 “PROSEDUR PEMBELAJARAN”

MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD

Tutor Pengampu : Dra. Maryani Nurtejaningsih, M.Pd

OLEH KELOMPOK 2
KELAS BI SEMESTER I A

1. INDAH SEPTIANI NIM 856966921 (No.


Absen 8 )
2. RISTA NURANITA NIM 856965865 (No.
Absen 14)
3. SITI MAYSYAROH NIM 856966899 (No.
Absen 19)
4. SITI RAHMAWATI NIM 856966914 (No.
Absen 20)

PROGRAM STUDI S.1 PGSD


POKJAR KEDATON

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)


UNIVERSITAS TERBUKA

1
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) BANDAR LAMPUNG
POKJAR KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur atas Rahmat dan Ridha Allah SWT, karena
berkat bimbingan serta petunjuk-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
MODUL 3 “MODEL-MODEL BELAJAR DAN RUMPUN MODEL
BELAJAR” DAN MODUL 4 “PROSEDUR PEMBELAJARAN” Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok 2, yang banyak
menuangkan ide-idenya dalam pembuatan tugas ini dan tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Dra. Maryani Nurtejaningsih, M.Pd selaku Tutor mata
kuliah Strategi Pembelajaran di SD.

Saya mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.


Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini. Apabila dalam isi dan penulisan terdapat banyak
kesalahan penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Bandar Lampung, 11 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4

1.2 Tujuan ........................................................................................................ 4

BAB II ISI ....................................................................................................... 5

2.1 Model-Model Belajar................................................................................. 5

2.2.1 Belajar Kolaboratif........................................................................... 5

2.1.2 Belajar Quantum............................................................................... 6

2.1.3 Belajar Kooperatif............................................................................ 7

2.1.4 Belajar Tematik................................................................................ 9

2.2 Rumpun Model Sosial............................................................................... 10

2.3 Prosedur Pembelajaran.............................................................................. 14

2.3.1 Kegiatan Awal Pembelajaran........................................................... 14

2.3.2 Kegiatan Inti Pembelajaran.............................................................. 17

2.3.3 Kegiatan Akhir Pembelajaran........................................................... 21

BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 23

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 23

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Definisi / pengertian strategi pembelajaran. Secara umum strategi dapat diartikan
sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi
juga bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.

Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-
langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar
semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu
dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga


tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.

1.2 Tujuan
Tujuan Pembelajaran pada modul ini yakni :
a. Memahami model-model pembelajaran

4
b. Memahami rumpun model mengajar
c. Mengetahui dan memahami prosedur pembelajaran

BAB II
ISI

2.1 Modul 3 “Model-model Belajar”

2.1.1 Belajar Kolaboratif Collaborative Learning


Suatu kegiatan dikatakan kolaboratif (Collaborative Learning) apabila dua orang atau
lebih bekerja bersama, memecahkan bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
hal ini terdapat 2 unsur terpenting yaitu:
a) Adanya tujuan yang sama. Orang yang bekerja bersama harusnya
memiliki tujuan yang sama. Setiap orang mengemukakan ide dan saling
menanggapi, yang pada akhirnya dapat mengembangkan pengetahuan
bersama maupun pengetahuan masing-masing individu.
b) Ketergantungan yang positif. Setiap anggota kelompok hanya dapat
berhasil mencapai tujuan apabila seluruh anggota bekerja sama,
sehingga ketergantungan individu sangat tinggi.

Untuk meminimalis ketergantungan individu dapat dibantu dengan :


a) Beri peran khusus setiap anggota kelompok, untuk memainkan peran sebagai
pengamat, pengklarifikasi, perekam dan pendorong. Sehingga setiap anggota
berkontribusi.
b) Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas.

Prinsip-prinsip belajar kolaboratif :


a) Mengajarkan keterampilan kerja sama .
b) Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang kohesif.
c) Setiap individu diberi tanggung jawab dalam kegiatan belajar dan perilaku
masing-masing.

5
Manfaat Belajar Kolaboratif
Manfaat dari belajar kolaboratif yaitu :
a) Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok (karena adanya interaksi).
b) Pebelajar belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.
c) Memupuk rasa kebersamaan, tiap individu tidak dapat lepas dari kelompoknya,
mereka harus mengenali sifat, pendapat yang berbeda dan mampu
mengolahnya.
d) Meningkatkan keberanian memunculkan ide atau pendapat apabila ada teman
yang kurang memahami permasalahan untuk membantunya atau
mengajarkannya.
e) Memupuk rasa tanggung jawab individu.
f) Setiap anggota, merasa bahwa dirinya adalah milik kelompok, sehingga
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kelompok.

2.1.2 Belajar Kuantum (Quantum Learning)


Istilah kuantum secara harfiah berarti “kualitas sesuatu” , mekanis. Kuantum
mekanis merupakan suatu studi tentang gerakan-gerakan partikel subatomic (Shelton,
1999). Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar. De
Porter dan Hernacki (1999) mendefinisikan Quantum learning sebagai interaksi-
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Menurut Agus Nggermanto (2002),
quantum learning ialah cara belajar yan efektif sehingga mendapat hasil yang sama
dengan kecepatan cahaya. Dalam pembelajaran quantum, guru menciptakan kegiatan
belajar yang bergairah dan menyenangkan.

Teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif :


a) Mendudukkan siswa secara nyaman.
b) Memasang musik latar didalam kelas.
c) Meningkatkan partisipasi individu.
d) Menggunakan poster untuk memberikan kesan besar sambil menunjukkan
informasi.
e) Menyediakan guru-guru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugesti.

Prinsip-prinsip pembelajarn kuantum :


a) Segalanya berbicara.

6
b) Segalanya bertujuan.
c) Berangkat dari pengalaman(siswa mengalami sebelum memberi nama untuk
sesuatu yang dipelajari).
d) Akui/hargai setiap usaha, Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan.
Setiap keberhasilan perlu dirayakan (tepuk tangan, berteriak hore, catatan
pribadi, jempol, pujian dll).

Manfaat belajar kuantum :


a) Suasana kelas menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa belajar lebih
bergairah.
b) Siswa dapat memanfaat segala sesuatu yang ada disekitarnya sebagai
pendorong belajar .
c) Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
d) Usaha apapun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai.

2.1.3 Belajar Kooperatif (Cooperative Learning)


Dalam kooperatif, seseorang mencari hasil yang saling menguntungkan bagi
dirinya dan menguntungkan pula bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif
adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja
bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota lainnya.
Kegiatan kooperatif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerja
bersama untuk mencapai tujuan bersama.

Prinsip utama belajar kooperatif :


a) Kesamaan tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok bembuat kegiatan
belajar lebih kooperatif.
b) Ketergantungan yang positif beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok
karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja bersama.

Ketergantungan positif antara individu dapat dilakukan dengan berbagai cara


diantaranya :

a) Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat,


peningkat, penjelas dan perekam, sehingga setiap individu berkontribusi dalam
melengkapi keberhasilan tugas.

7
b) Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas kemudian sub tugas dibagi antar individu.
c) Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu- individu.
d) Membuat struktur tujuan kooperatif dan kompetitif.
e) Menciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerjasama untuk
membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.

Perbedaan belajar kooperatif dan belajar kelompok

Belajar Kooperatif Belajar Kelompok

Memiliki beragam model dan teknik Hanya memiliki satu model yaitu
beberapa siswa tergabung dalam satu
kelompok

Memiliki struktur, jumlah dan teknik Memiliki satu cara, yaitu menyelesaikan
tertentu tugas tertentu bersama-sama

Mengaktifkan semua anggota kelompok Menimbulkan gejala ketergantungan antar


untuk berperan serta dalam penyelesaian anggota kelompok
tugas tertentu

Menggalang potensi sosialisasi diantara Sangat tergantung dari niat baik setiap
anggotanya anggota kelompok

Manfaat belajar kooperatif :

a. Meningkatkan hasil belajar.


b. Meningkatkan hubungan antar kelompok (interaksi dan adaptasi).
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi dalam belajar.
d. Menumbuhkan realisasi kebutuhan untuk belajar lebih kritis (materi rumit,
kajian proyek dan latihan memecahkan masalah).
e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
f. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
g. Relatif murah.

Keterbatasan belajar kolaboratif :

a) Memerlukan waktu yang cukup .


b) Memerlukan latihan .
c) Model yang digunakan harus sesuai dengan materi ajar.
d) Memerlukan format penilaian yang berbeda .
e) Memerlukan kemampuan khusus guru untuk mengkaji berbagai teknik
pelaksanaan belajar kooperatif.

8
2.1.4 Belajar Tematik

Pembelajaran tematik merupakan suatu kegiatan belajar yang dirancang sekitar ide
pokok (tema) , dan melibatkan beberapa bidang studi (mata pelajaran) yang berkaitan
dengan tema. Pappas (1995) mengatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong partisipasi aktif pebelajar dalam
kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topik yang disukai pebelajar dan dipilih
untuk belajar.

Prinsip belajar tematik :

a) Menggunakan tema sentral dalam kegiatan belajar yang berlangsung.


b) Semua kegiatan belajar dipusatkan sekitar tema tersebut.

(Meinbach 1996) Karakteristik pembelajan tematik Kegiatan belajar tematik lebih


banyak dilakukan melalui pengalaman langsung :

a. Memberikan pengalaman langsung


b. Berpusat pada anak (anak yang aktif), guru sebagai fasilitator
c. Menggali minat-minat umum siswa
d. Pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak
e. Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu PBM
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak

Perlunya belajar secara tematik :

a. Pada dasarnya siswa SD kelas awal dalam mahami suatu konsep itu secara
utuh, semakin meningkat dan terperinci serta spesifik pemahamannya terhadap
konsep tertentu dan mengembangkan kecerdasannya secara komprehensif
(dengan kemampuan menangkap/menerima)
b. Kenyataan hidup menampilkan fakta yang utuh dan tematis
c. Ada konteksnya
d. Guru SD adalah guru kelas, akan lebih mudah jika mengajarkannya secara
utuh/tidak terpisah.

Manfaat belajar tematik :

a. Ada perubahan peran guru dari seorang pemimpin menjadi sebagai


fasilitatator, pembimbing dan mengarahkan
b. Siswa belajar berdasarkan pengalaman, sehingga ingatan siswa akan lebih
melekat.
c. Meningkatkan kecerdasan logika, estetika, etika dan kinestetika serta life skill
(personal, social, academic, thinking dan vocational skill)

9
Kegiatan Belajar 2

2.2 RUMPUN MODEL SOSIAL

Joice dan Wie (2000) mengatakan bahwa model-model sosial dirancang untuk
menilai keberhasilan dan tujuan akademik, termasuk studi tentang nilai-nilai sosial,
kebijakan publik, dan memecahkan masalah. Apabila pebelajar bekerja sama yang
menimbulkan energi kolektif disebut sinergi. Model mengajar sosial diciptakan untuk
membentuk masyarakat belajar.

1. Partner dalam Belajar

Akhir-akhir ini banyak dikembangkan belajar kooperatif, yang merupakan


kemajuan besar dalam pengembangan strategi mengajar yang membantu pembelajaran
bekerja secara efektif. Belajar kooperatif bertujuan membantu pebelajar lintas bidang
studi dalam suatu kurikulum, mengembangkan rasa percaya diri, keterampilan sosial
dan solidaritas.

2. Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok menekankan pada rencana pengaturan kelas umum dan


kovensional. Pada hakikatnya investigasi kelompok ini dapat digunakan untuk semua
bidang studi, dengan anak-anak dari berbagi umur, bahkan sebagai model sosial untuk
seluruh sekolah. Guru mengorganisasikan proses kelompok dan mendisiplinkan nya,
serta membantu pebelajar mengorganisasikan informasi.

3. Bermain Peran

Dengan bermain peran, guru mengajak pebelajaran untuk memahami pengertian


prilaku sosial, perannya dalam interaksi sosial, dan cara-cara memecahkan masalah-
malasah sosial dengan cara yang lebih efektif.

Secara khusus, bermain peran membantu pebelajar mengumpulkan dan


mengorganisasikan informasikan tentang isu-isu sosial, mengembangkan empati
terhadap orang lain dan berusaha untuk meningkatkan keterampilan sosial pebelajar.

4. Inkuiri Yurisprudensi

Dengan model ini pebelajar berfikir tentang kebijakan-kebijakan sosial. Studi


tentang isu-isu sosial di masyarakat suatu negara, di tingkat nasional maupun
internasional dapat di persiapkan bagi para pebelajar. Model yurisprudensi dirancang
untuk tujuan tersebut.

10
5. Kepribadian dan Gaya Belajar

Dalam model ini dikemukakan adanya gaya belajar pebelajar dan guru yakni bahwa
semua itu dapat berkembang. Perkembangan dapat terjadi secara optimal, apabila
lingkungan menyediakan cara kerja konseptual yang diperlukan untuk kebutuhan
konseptual seseorang.

6. Inkuiri Sosial

Model ini dirancang dengan maksud khusus, yaitu mengajarkan informasi, konsep-
konsep, cara berfikir, dan studi tentang nilai-nilai sosial dengan memberi tugas-tugas
yang menggabungkan aspek kognitif dan sosial.

Pengetahuan ini dapat digunakan guru sehingga dapat meningkatkan kekampuan


belajar dengan cara mengajarkan cara belajar kooperatif.

2.2.1 RUMPUNAN MODEL PEMROSESAN INFORMASI

Model pemrosesan informasi menekankan pada cara meningkatkan pembawaan


seseorang memahami dunia dengan memperoleh dan mengorganisasikan data,
memahami masalah dan mencari pemecahannya, serta mengembangkan konsep-
konsep dan bahasa untuk menyampaikannya. Banyak model pemrosesan informasi
yang berguna untuk mempelajari kemampuan diri maupun masyarakat untuk menilai
tujuan pendidikan pribadi maupun sosial.

1. Berfikir Induktif

Model ini dapat digunakan untuk berbagai jenis kurikulum secara luas dan dengan
pebelajar semua umur, misalnya studi tentang masalnya studi tentang masyarakat,
bangga, dan sejarah yang memerlukan belajar konsep.

2. Pencapaian Konsep

Model ini ditempatkan disini karena memberikan cara penyajian dan klarifikasi
konsep-konsep secara pebelajar terlatih agar menjadi lebih efektif dalam
pengembangan konsep.

3. Inkuiri Ilmiah

Pebelajar dibawa ke proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan menganalisis


data, mengecek hipotesis dan teori, serta mencerminkan hakikat pembentukan
pengetahuan.

11
4. Latihan Inkuiri

Model ini memberikan rancangan untuk mengajar pebelajar menghubungkan alasan


sebab akibat dan menjadi lebih baik serta tepat dalam mengajukan pertanyaan,
membentuk konsep, dan hipotesis serta mengujinya.

5. Mnemonic

Guru dapat menggunakan mnemonic untuk membimbing penyajian materi. Guru


dapat menyajikan alat-alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan belajar
individual maupun kooperatif tentang informasi dengan konsep-konsep. Modul ini
juga dapat diterapkan untuk berbagai bidang studi dalam kurikulum, dan karakteristik
pebelajar dan berbagai umur.

6. Sinektik

Didalam kelas, model ini diperkenankan kepada pebelajar dengan serangkai


workshop sampai pebelajar dapat menerapkan prosedur-prosedur secara individual
maupun kelompok. Meskipun dirancang sebagai stimulus langsung untuk berpikir
kreatif, model sinektif memilih dampak pengiring untuk menampilkan kerja
kolaboratif dan belajar keterampilan.

7. Pengorganisasi Awal (Advance Organizer)

Model ini dapat diterapkan hampir disemua materi dan pebelajar berbagai umur.
Model ini juga dapat dengan mudah dikombinasikan dengan model-model yang lain.
Misalnya, ketika penyajian dikombinasikan dengan kegiatan infuktif.

8. Penyesuaian dengan Pebelajar

Model ini bertolak dari studi kohlberg yang digunakan untuk membantu kita
menyesuaikan pembelajaran pada suatu tahap kematangan pebelajar secara individu
dan merancang cara meningkatkan perkembangan pebelajar. Model ini dikembangkan
dengan asumsi bahwa pebelajar yang belajar dengan stategi intelektual yang lebih
kompleks akan meningkatkan kemampuan mencapai informasi dan konsep.

2.2.2 RUMPUN MODEL PERSONAL

Model belajar personal dimulai dari pandangan tentang harga diri individu.
Seseorang berusaha memperoleh pendidikan sehingga berusaha memahami diri sendiri
dengan lebih baik, bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri.

1. Pengajaran Nondirektif

12
Model ini digunakan dengan beberapa cara. Pertama, digunakan sebagai model
dasar untuk melaksanakan seluruh program pendidikan. Kedua, dikombinasikan
dengan model lain untuk meyakinkan bahwa kontak dilakukan dengan pebelajar.
Ketiga, digunakan ketika pebelajar merencanakan proyek belajar mandiri maupun
kooperatif. Keempat, digunakan secara periodik ketika memberikan konseling kepada
pebelajar menemukan jalan keluar tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan pebelajar
untuk dipahami.

2. Peningkatan Harga Diri

Guru menggali prinsip-prinsip yang dapat membimbing kegiatan-kegiatan kerja


sama dengan pebelajar untuk menyakinkan dan memberikan gambaran tentang pribadi
di pebelajar sebaik mungkin.

2.2.3 RUMPUN MODEL SISTEM PERILAKU

Dasar teoretik model ini sering disebut teori belajar sosial, modifikasi perilaku,
terapi perilaku, dan cybernetic. Manusia memiliki sistem komunikasi koreksi diri yang
memodifikasi perilaku dalam merespon informasi tentang seberapa jauh keberhasilan
tugas-tugas yang dihendaki.

1. Belajar Tuntas dan Pembelajaran Terprogram

Aplikasi teori sistem perilaku untuk tujuan akademik tampak dalam bentuk yang
disebut belajar tuntas (mastery learning). Pertama, materi yang dipelajari dipecah
menjadi unit-unit dari yang sederhana sampai ke komplek. Pebelajar mengerjakan
bagiandemi bagian dengan cara maju berkelanjutan.

2. Pembelajaran Langsung

Pernyataan tujuan pembelajaran disampaikan secara langsung kepada siswa,


serangkaian kegiatan yaitu jelas berkaitan dengan tujuan, monitoring yang cermat dari
kemajuan-kemajuan belajar, balikan tentang hasil belajar, serta taktik-taktik untuk
penilaian yang lebih efektif dikaitkan dengan serangkaian panduan untuk memperoleh
kegiatan belajar.

3. Belajar melalui Simulasi : Latihan dan Latihan Mandiri

Dua jenis latihan pendekatan dikembangkan dari teori perilaku kelompok


cybernetic. Salah satu di antaranya adalah model teori-ke-praktik dan yang lain adalah
simulasi. Simulasi dibentuk dari deskripsi situasi riil kehidupan lingkungan yang lebih
kecil diciptakan untuk situasi pembelajaran. Contohnya, simulasi hubungan
internasional. Pembelajaran ikut dalam suatu kegiatan untuk menilai hasil akhir suatu
simulasi.

13
2.3 MODUL 4 “PROSEDUR PEMBELAJARAN”

KEGIATAN BELAJAR 1

2.3.1 Kegiatan Pra dan awal Pembelajaran

Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menciptakan awal


pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Keberhasilan dalam melaksanakan pendahuluan pembelajaran dapat
mendukung proses dan hasil belajar siswa. Sebaliknya, kelalaian guru dalam
melakukan kegiatan awal pembelajaran akan menjerumuskan kepada tidak terarahnya
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa.

Ada 2 jenis kegiatan untuk menyiapkan mental siswa mengikuti pelajaran,


yaitu kegiatan menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan
dibahas yang disebut dengan Kegiatan Awal Pembelajaran dan kegiatan yang tidak
langsung berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan dibahas yang disebut
dengan Kegiatan Pra-pembelajaran.

A. KEGIATAN PRA PEMBELAJARAN

Kegiatan pra pembelajaran atau disebut juga kegiatan prainstruksional adalah kegiatan
pedahuluan pembelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan siswa mengikuti
pelajaran. Kegiatan ini biasanya bersifat umum dan tidak berkaitan langsung dengan
kompetensi atau materi yang akan dibahas dalam kegiatan inti pembelajaran.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru pada tahap prapembelajaran
diantaranya :

1. Menciptakan Sikap dan Suasana Kelas yang Menarik


Kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh sikap guru di depan kelas. Kondisi yang
menyenangkan harus diciptakan mulai dari awal pembelajaran sehingga siswa
akan mampu melakukan aktifitas belajar dengan penuh percaya diri tanpa ada
tekanan yang dapat menghambat kreaktifitasnya. Guru juga perlu
mempersiapkan dan menata alat-fasilitas kelas yang memudahkan siswa
berkreativitas belajar dalam kelas. Memberikan salam di awal pertemuan dan
berdoa sebelum pelajaran dimulai juga dapat menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan.

2. Memeriksa Kehadiran Siswa

14
Untuk menghemat waktu dalam mengecek kehadiran siswa, guru dapat
mengajukan pertanyaan kepada siswa yang hadir tentang siswa yang tidak
hadir dan alasan ketidakhadirannya. Dengan selalu mengecek kehadiran siswa,
guru telah memberikan motivasi, disiplin, dan membiasakan diri
memberitahukan ketidakhadirannya kepada guru baik secara lisan atau tertulis.

3. Menciptakan Kesiapan Belajar Siswa


Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan
kesiapan dan semangat siswa dalam belajar
a. Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilita/sumber
belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
b. Menciptakan kondisi belajar untuk meningkatkan perhatian siswa dalam
belajar.
c. Menunjukkan minat dan penuh semangat yang tinggi dalam belajar
d. Mengontrol (mengelola)seluruh aktivitas siswa mulai dari awal sampai
akhir pembelajaran
e. Menggunakan berbagai media pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan minat siswa.
f. Mengembangkan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat
melakukannya.

4. Menciptakan Suasana Belajar yang Demokratis


Untuk menciptakan suasana ini guru harus membimbing siswa agar berani
menjawab, bertanya, berpendapat atau mengeluarkan ide-ide atau gagasan, dan
berani memperlihatkan unjuk kerja (performace). Guru harus memberikan
kesempatan pada siswa untuk melakukan kreativitas untuk mengembangkan
bakat dan keunggulan yang dimiliki oleh siswa.

B. KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN


Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyiapkan mental siswa dalam memasuki
kegiatan inti pembelajaran, membangkitkan motovasi serta perhatian siswa
dalam mengikuti pembelajaran, memberikan gambaran yang jelas tentang
batas-batas tugas atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan menunjukkan
hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru pada tahap kegiatan awal pembelajaran
diantaranya:

1. Menimbulkan Motivasi dan Perhatian Siswa


Pada tahap awal pembelajaran, siswa perlu difokuskan perhatiannya pada
materi yang akan dibahas. Untuk itu, guru hendaknya melakukan kegiatan
yang dapat menarik perhatian siswa. Dengan tumbuhnya motivasi pada
siswa, proses pembelajaran akan berlangsung lebih mudah.

2. Memberi Acuan

15
a. Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar
materi yang akan dipelajari
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan nsebelum membahas
pelajaran adalah memberitahukan tujuan atau kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran dilakukan atau garis
besar materi yang akan dipelajari. Dengan informasi tersebut siswa
akan memperoleh gambaran yang jelas tentang kemampuan yang
dikuasai dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.
b. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Dengan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran, siswa akan terarah usahanya untuk mencapai
kemampuan atau menguasai topik-topik tersebut.
Di samping menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran berlangsung, guru juga hendaknya
menyampaikan informasi tentang sumber-sumber belajar yang
mendukung dan dapat digunakan oleh siswa.

3. Membuat Kaitan
Siswa akan tertarik terhadap pelajaran yang diberikan apabila mereka
melihat kaitan atau hubungan dengan apa yang telah dikenal atau sesuai
dengan pengalaman mereka terdahulu atau sesuai dengan minat dan
kebutuhan mereka. Oleh karena itu salah satu cara untuk menarik dan
memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari adalah
dengan membuat kaitan. Cara yang dapat guru lakukan dalam membuat
kaitan diantaranya:
a. Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya
b. Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari
c. Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan
materi yang akan dibahas

4. Melaksanakan Tes Awal


Tes awal dilakukan apabila materi yang akan dibahas merupakan materi
baru dan kita ingin mengetahui seberapa banyak siswa telah menguasai
materi yang akan dibahas tersebut. Tes awal atau pre-test dilaksanakan
untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran
yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan noleh guru sejalan dengan tugasnya
di sekolah, khususnya dalam melaksanakan kegiatan awal pembelajaran
diantaranya adalah guru hendaknya :
a. Memahami latar belakang (termasuk kemampuan) siswa
b. Dapat membangkitkan (menarik) perhatian siswa sehingga perhatian
siswa terpusat pada pelajaran yang akan diikutinya

16
c. Dapat memberikan bimbingan belajar secara kelompok maupun
individu
d. Dapat menciptakan interaksi edukatif yang efektif sehingga siswa
merasakan adanya suasana belajar yang aman dan menyenangkan
e. Memberikan penguatan pada siswa
f. Menanamkan disiplin pada siswa.

KEGIATAN 2

2.3.2 Kegiatan Inti Dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan guru adalah menciptakan sikap


dan suasana kelas yang menarik,memeriksa kehadiran siswa ,dan menciptakan
kesiapan belajar siswa,dan menciptakan suasana belajar yang demokratis.Sementara
itu kegiatan awal pembelajaran yang dapat dilakukan guru adalah menimbulkan
menimbulkan motivasi dan perhatian siswa,memberi acuan ,membuat kaitan,dan
melaksanakan tes awal.

Seperti telah dikemukakan,bahwa kegitan inti pembelajaran merupakan kegitan


yang utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman
belajar (learning experience).Pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah
suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu guru perlu mengupayakan bagaimana
caranya supaya siswa dapat mengoptimalkan kegiatan dalam pembejaran.

A. PEMBAHASAN DALAM MATERI PELAJARAN DALAM


PEMBELAJARAN KLASIKAL

Kegiatan pembelajaran klasikal cenderung digunakan apabila dalam proses


pembelajaran guru lebih banyak menyajikan materi (eksploratif). Untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran klasikal guru harus memiliki kemampuan mengelolah
pembelajaran klasikal yang dilandasi oleh implementasi prinsip-prinsip pembelajaran
klasikal.

a. Sistematis

Dalam pembelajaran klasikal,bahan pembelajaranharus disajikan secara berurutan dan


selalu berorentasi dan selalu berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.

b. Perhatian dan aktifita salam kelas

Prinsip ini menuntut bahwa dalam pembelajaran klasikal guru harus selalu
memberikan perhatian terhadap aktifitas siswa secara menyeluruh dalam kelas.

c. Media Pembelajaran

Salah satu hal yang dilakukan guru untuk lebih mengoptimalkan efektivitas
pembelajaran klasikal adalah penggunaan media pembelajaran. Salah satu

17
keunggulan penggunaan media pembelajaran adalah dapet mengurangi verbalisme
siswa terhadap informasi yang dibrikan oleh guru

d. Latihan atau penugasan

Untuk memantapkan dan memperkuat terhadap penguasaan siswa terhadap materi


pelajaran,guru perlu memberikan latihan atau tugas-tugas.Latihan dan penugasan ini
perlu diberikan pada siswa tetapi tidak boleh berlebihan.

1. Kegiatan Inti dalam Pembelajaran Klasikal

Tahap selanjutnya yang ditempuh dalam kegiatan inti pembelajaran klasikal adalah
sebagai berikut.

1. Pertama,menyajikan (presentasi) bahan pelajaran ceramah bervariasi


2. Kedua,melakukan asosiasi dan memberikan ilustrasi untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran dengan cara menhubungkan dan
mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan situasi nyata atau dengan
bahan pelajaran yang lain atau dengan bahan pelajaran yang menggambarkan
sebab akibat.

B. PEMBAHASAN MATERI PELAJARAN DALAM PEMBELARAN


KELOMPOK

Pembelajaran kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran dengan


pendekatan CBSA(Cara Belajar Siswa Aktif) Dalam pembelaran kelompok sangat
memungkinkan siswa untuk mengumpulkan informasi dan membangun pengetahuan
secara bekerja sama.

Pembelajaran kelompok sering disebut dengan pembelajaran kooperatif (cooperatif


learning).Berdasarkan teori yang melandasi pembelajaran kelompok,siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit sebelummya
melalui belajar secara kelompok dan bekerja sama.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Kelompok

a. Adanya topik dan permasalahan

18
Tujuan utama dalam pembelajaran kelompok sesuai dengan esensi pembelajaran
kooperatif yaitu membentuk siswa untuk memiliki kemampuan bekerja sama serta
memiliki sikap toleransi bertanggung jawab.

b. Pembentukan kelompok

Pembelajaran kelompok harus diidasarkan pada pengelompokan siswa sesuai dengan


karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran.Karakteristik s adalah siswa yang perlu
diperhatikan dalam pembentukan kelompok diantaranya adalah kepandaian,jenis
kelamin,kelancaran berbicara dan kekuatan( kondis)fisik.

c. Kerja sama

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bawa pembelajaran kelompok dilaksanakan


untuk mengembangkan kemampuan siswa bekerjasama rasa solidaritas,rasa toleransi
,rasa tanggung jawab terhadap tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

d. Perhatian

Selama dalam pembelajaran kelompok berlangsung,guru harus memperhatikan siswa


secara kelompok sekaligus memperhatikan siswa sebagai individu dalam kelompok.

e. Motivasi

Untuk menunjang keberhasilan belajar secara kelompok ,guru harus memotivasi dan
bimbingan terhadap siswa secara individu dalam kelompok.

f. Sumber belajar dan fasilitas

Kelengkapan sumber belajar merupakan salah satu aspek yang memberikan daya
dukung yang kuat terhadap keberhasilan klompok.kerja kelompok siswa memerlukan
fasilitas untuk kerja (praktik),fasilitas tersebut disekolah atau dapat dengan mudah
disidiakan siswa.

g. Latihan dan tugas

Untuk memperkuat hasil kerja atau hasil belajar kelompok ,guru harus memberikan
tugas dan latihan latihan pada semua siswa secara individu yang diorganisasi secara
efektif dalam belajar kelompok.

Kegiatan Inti dalam Pembelajaran Kelompok

Setelah semua siswa memahami tugas dan kegiatan yang harus dilakukan dalam
kelampok ,selanjutnya siswa melakukan diskusi sebagai inti kegiatan inti
pembelajaran dengan langkah- langkah sebagai berikut.

1. Merumuskan masalah berdasarkan topik pembahasan dan tujuan pembelajaran.

19
2. Mengidentifikasi masalah atau sub-sub masalah berdasarkan masalah yang
telah dirumuskan.
3. Analisis masalah berdasarkan sub-submasalah.
4. Menyusun laporan oleh masing-masing kelompok.
5. Presentasi kelompok atau melaporkan diskusi kelompok kecil pada seluruh
kelompok dilanjutkan diskusi kelas yang langsung dibimbing oleh guru.

C. PEMBAHAS AN MATERI PELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN


PERORANGAN

Kegiatan pembelajaran perseorangan ditujukan untuk menampung kegiatan pengayaan


dan perbaikan. Pembelajaran perseorangan pada umumnya lebih banyak diterapkan
dalam pemberian tugas dan atau latihan.

Langkah selanjutnya (kegiatan inti pembelajaran)yang dilakukan guru adalah sebagai


berikut.

1. Menjelaskan secara singkat tentang materi pelajaran yang akan ditugaskan atau
yang akan dilatihkan pada siswa.
2. Memberikan lebaran kerja atau tugas.
3. Memantau dan menilai kegiatan siswa.

20
KEGIATAN BELAJAR 3

Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran

2.3.3 KEGIATAN AKHIR PEMBELAJARAN

Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk
menutup pelajaran. Kegiatan yang biasa di lakukan guru dalam kegiatan akhir ini
adalah memberikan tes, baik lisan maupun tertulis.

1. Meninjau Kembali Penguasaan Siswa

Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari
siswa, guru dapat melakukan dua cara yaitu merangkum pokok materi atau membuat
ringkasan materi pelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan membuat
rangkuman/kesimpulan/ringkasan, hendaknya memperhatikan kriteria berikut :

a. Berorientasi pada acuan hasil belajar dan kopetensi dasar.


b. Singkat, jelas dan bahasa mudah dipahami.
c. Kesimpulan/rangkuman/ringkasan tidak keluar dari topik yang telah
dibahas.
d. Dapat meggunakan waktu sesingkat mungkin.

2. Melaksanakan Penilaian

Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan mutlak yang


harus dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu
memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar siswa.

B. MELAKSANAKAN KEGIATAN TIDAK LANJUT PEMBELAJARAN

Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa dan


melaksanakan penilaian),guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.

21
Berikut ini beberapa kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan penguasaan siswa terhadap kemampuan yang diharapkan dimiliki
siswa.

1. Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah

Dalam memberikan tugas dan latihan guru perlu memperhatikan waktu yang
tersedia dan kemampuan yang dimiliki siswa. Pemberian tugas tidak boleh melampaui
batas kemampuan siswa. Oleh karena itu, pemberian tugas pada siswa harus
berdasarkan pada perencanaan yang efektif dan terpadu.

2. Membahas kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa

Dari hasil evaluasi yang dilakukan, guru mengetahui kemampuan yang sudah dan
yang belum dikuasai siswa. Sebagai tindak lanjut dari adanya kemampuan yang belum
dikuasai siswa, guru hendaknya merancang kegiatan untuk membantu siswa
menguasai kemampuan yang belum dikuasai tersebut.

3. Membaca materi pelajaran tertentu

Kegiatan membaca ini dapat ditugaskan kepada siswa yang belum mampu yang
sudah menguasai kopetensi yang ditetapkan.Supaya siswa mengerjakan tugas tersebut
secara optimal, guru sebaiknya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab oleh siswa atau meminta siswa untuk membuat laporan hasil bacaannya.

4. Memberikan motivasi atau bimbingan belajar

Memberikan balikan terhadap pekerjaan siswa merupakan kegiatan yang harus


dilakukan guru. Disamping memberikan balikan, guru juga hendaknya memberikan
bimbingan kepada siswa agar mereka mampu memperbaiki kekurangannya.

5. Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan
datang

Dengan menyampaikan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada pertemuan


berikutnya, diharapkan siswa akan mempelajari terlebih dahulu di rumah materi yang
akan dibahas pada pertemuan berikutnya sebelum mengikuti pelajaran sekolah.

Setelah guru menganggap kegiatan akhir dan tidak lanjut pembelajaran selesai
dilaksanakan secara optimal dan sesuai dengan waktu yang direncanakan maka
langkah selanjutnya guru harus menutup pelajaran.

22
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

a. Belajar kolaboratif tidak sama dengan kerja kelompok. Kerja kelompok


menekankan pada adanya pembagian kerja untuk menyelesaikan suatu tugas.
Belajar kolaboratif ada ketergantungan antar anggota untuk keberhasilan tugas
kelompok dalam berkompetensi dengan kelompok lain.
b. Belajar quantum intinya adalah belajar yang menyenangkan.
c. Belajar kooperatif pebelajar saling bekerja sama dalam hal yang saling bantu
untuk menyelesaikan tugas masing-masing .
d. Belajar tematik menggabungkan beberapa mata pelajaran Rumpun model belajar
ada 4 yaitu : model sosial, pemrosesan informasi, personal dan model sistem
perilaku.
e. Model sosial dirancang untuk menilai keberhasilan dan tujuan akademik,
termasuk studi tentang nilai-nilai sosial, kebijakan publik dan memecahkan
konflik tujuannya untuk membentuk masyarakat yang belajar.
f. Model pemrosesan informasi menekankan pada cara meningkatkan pembawaan
seseorang memahami dunia dengan memperoleh dan mengorganisasikan data,
memahami masalah, memecahkannya dan mengembangkan konsep dan bahasa
untuk menyampaikan.
g. Model personal dimulai dari pandangan diri sendiri tentang keberhasilan
pendidikannya.

23
h. Model sistem perilaku biasa disebut dengan teori belajar sosial yang memodifikasi
perilaku dalam merespon informasi tentang seberapa jauh keberhasilan tugas-
tugas yang diinginkan.
i. Prosedur pembelajaran terbagi menjadi lima yaitu, pra pembelajaran, awal, inti,
akhir dan tindak lanjut pembelajaran.

Daftar Pustaka

Boud, D. &Felleti, G.I. (Ed.). (1997). The Challenge of Problem-Based Learning.

Boston: Allyn &Bacon.

Bouhui, A.A.J., Schmidt, H.G., Berkel, H.J.M. (Eds). (1993). Problem Based Learning

on Educational Strategy. Netherlands:Network Publishers

Elaine, B. (2002). Contextual Teaching & Learning. California: Corwin Press, Inc.

Frazee, B.M. & Rudnitski, R.A. (1995). Integrated Teaching Methods. Washington:

Delmar Publishers.

Hill, S. & Hill, T. (1996). The Collaborative Classroom. Australia: Leanor Curtain

Publishing.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning. Theory, Research and Practice. Boston:

Allyn & Bacon.

Yoice, B. & Marsha, W. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon.

Glesser, W. (1985). Control Theory in The Classroom. New York: Harper and Winston.

Hamalik, O. (1990). Pendekatan Baru Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung:

Sinar Baru.

Houston, W.R., Clift, R.T., Freiberg, H.J. & Warner, A.R. (1988). Touch The Future

24
Teach. St Paul: West Publishing Co.

Joni, T.R. (1982). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Bandung: Bumi Angkasa.

Semiawan, C,.dkk. (1987). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Steven, R.J. & Slavin, RE. (1995). The Cooperative Elementary School: Effect On
Student Achievment, Attitudes, and Social Relations. American Educational
Research Journal, 32, 321-351.

25

Anda mungkin juga menyukai