Anda di halaman 1dari 13

BELAJAR PEMBELAJARAN

“ MODEL PEMBELAJARAN : TIME TOKEN ”

DOSEN PENGAMPU : WAWAN JUNRESTI DAYA, S.Si., M.Pd

DISUSUN OLEH :

HERU SULISTIO ( K1A217015 )

PROGRAM STUDI KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, tiada kata lain yang patut untuk penulis ungkapkan selain
ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan
kemampuan kepada penulis sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, para sahabat dan seluruh keluarga beliau serta para pengikut beliau hingga
akhir zaman.

Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan beserta bimbingan terutama bapak Wawan Junresti Daya, S.Si., M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran . Serta ucapan terima kasih juga
penulis persembahkan kepada semua pihak yang baik secara langsung ataupun tidak langsung
ikut terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan, semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Kepelatihan Olahraga. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Jadi penulis mohon saran dan kritik
yang sifatnya membangun guna lebih menyempurnakan makalah-makalah penulis selanjutnya.

Jambi, 27 November 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

i
PEMBUKAAN

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I : PEMBUKAAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Time Token ....................................... 3

2.2 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Time Token ................................ 6

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Time Token ............ 7

2.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran time Token ............................ 8

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 9

3.2 Saran .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ...... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sejak lahir sampai akhir hayat manusia tidak pernah lepas dari proses
belajar. Dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah manusia selalu dituntut
untuk terus belajar . Sekolah adalah suatu wadah yang paling erat hubungannya dengan
kegiatan pembelajaran. Apabila proses dan hasilnya baik, maka dapat dikatakan bahwa kualitas
pembelajaran juga baik. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh model
pembelajaran yang digunakan guru. Jika model pembelajarannya menarik dan terpusat pada
siswa (student-centered learning) maka motivasi dan perhatian siswa akan meningkat dan
selanjutnya kualitas pembelajaran juga dapat meningkat.

Minat belajar adalah suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam tercapainya
kualitas pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Usaha peningkatan minat belajar siswa
terkait erat dengan pelaksanaan pembelajaran. Metode merupakan salah satu komponen dalam
pembelajaran yang berada di bawah control guru, artinya bahwa guru mempunyai wewenang
penuh untuk memilih metode yang tepat agar tercapai tujuan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran karena metode yang kurang tepat akan menjadikan pembelajaran
seperti sebuah pemaksaan, monoton dan materi tidak tersampaikan dengan baik.

Pada kenyataannya saat ini masih banyak guru yang masih menggunakan model
pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru (teacher oriented), hal ini terlihat jelas
dari beberapa sekolah dimana dalam proses belajar mengajar guru lebih sering menggunakan
metode mengajar yang monoton, yaitu dengan metode ceramah, dan tanya jawab . Hal ini tentu
akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar

Oleh karena itu sudah selayaknya dalam kegiatan belajar mengajar, guru
memvariasikan cara mengajarnya dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif digunakan untuk mempengaruhi perhatian siswa, agar sepenuhnya tertuju dalam
kegiatan belajar-mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Dengan ini maka salah satu metode yang dipergunakan dalam belajar mengajar di
sekolah adalah seperti metode Cooperative Learning dengan teknik Time Token yang

1
bertujuan agar para siswa tidak hanya menonton guru yang sedang berbicara di depan kelas,
namun siswa juga ikut berperan aktif dalam proses belajar mengajar.

Dengan metode ini memungkinkan akan mendorong keberhasilan siswa untuk mengerti
materi pelajaran yang di ajarkan oleh gurunya. Salah satu hal yang dapat meningkatkan minat
belajar siswa adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif
mahasiswa, seperti yang telah disebutkan diatats yaitu metode Cooperatif Learning dengan
teknik Time Token.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajarn Time Token?

2. Bagaimana Prinsip Model Pembelajaran Time Token?

3. Apa Kelebihan dan Kelemahan dari Model Pembelajaran Time Token?

4. Bagaimana Langkah-Langkah dari Model pembelajaran Time Token?

5.Bagaimana Aplikasi dari Model Pembelajaran Time Token pada pembelajaran


matematika?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian Model Pembelajarn Time Token

2. Menjelaskan Prinsip Model Pembelajaran Time Token

3. Menjelaskan Kelebihan dan Kelemahan dari Model Pembelajaran Time Token

4. Menyebutkan Langkah-Langkah dari Model pembelajaran Time Token

5. Mendeskripsikan Aplikasi dari Model Pembelajaran Time Token pada pembelajaran


matematika

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Time Token

Model Pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif siswa yaitu seperti Model
Pembelajaran Cooperatif Learning. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pembelajaran Kooperatif Learning sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (2009), yaitu
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk
berhasil. Metode cooperative learning dengan teknik time token yang diperkenalkan oleh
Arends (Miller dan Peterson, 1998) merupakan model yang diharapkan dapat meningkatkan
partisipasi aktif seluruh siswa. Tujuan utama dari pembelajaran kooperatif Time Token adalah
untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.

Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari
penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis
adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami
sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu,
aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara
aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan yang ditemui.

Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk mengatasi hambatan pemerataan


kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok dan melatih dan mengembangkan
ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.
Pembelajaran cooperative dengan teknik time token dilaksanakan dengan cara membagikan
kartu untuk seluruh siswa dan setiap kali berbicara baik dalam kerjasama kelompok maupun
klasikal harus menyerahkan kartu. Bagi siswa yang sudah habis kartunya tidak diperkenankan
berbicara lagi sehingga diharapkan seluruh siswa akan mempunyai keterlibatan atau partisipasi
yang berimbang yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik. Contohnya seperti guru
memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil
berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa
yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus
bicara sampai semua kuponnya habis.

3
Time Token (Sanusi, Ahmad. 1991) .merupakan tipe dari pendekatan structural dari
beberapa model pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tecakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Sanusi Time token pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok
dimana ciri khasnya adalah setiap siswa diberi kupon bicara ±10 atau 15 detik waktu berbicara
adalah contoh lainnya. Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat
berbica lagi. Sudah barang tentu, ini menghendaki agar siswa yang masih pegang kupon untuk
ikut berbicara dalam diskusi itu. Cara ini menjamin keterlibatan semua siswa.Cara ini juga
merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam
diskusi kelompok.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe Time token adalah suatu model pegajaran guru dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif yang secara tekniknya dapat membantu siswanya belajar di setiap
mata pelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, saling membantu belajar satu sama
lainya dengan beranggotakan 2-6 siswa atau lebih dengan memberikan kupon bicara pada
siswa di masing-masing kelompok, patokan bicara disini adalah bicara sesuai dengan materi
yang dibahas atau mempresentasikan materi, bukan bicara yang asal-asalan yang tidak ada
hubungannya dengan materi. Kemudian secara acak guru menunjuk salah satu dari kelompok
untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan di depan kelas, dengan menggunakan
kupon bicara tersebut.

Model pembelajaran kooperatif time token (Martin Handoko, 1994) digunakan untuk
melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan
atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap
siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca)
berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.

Menurut Rusman (2011: 225) pernyataan dari Model Time Token adalah bahwa ada
hubungan kuat antara yang siswa lakukan di kelas atau lebih tepatnya mengeluarkan pendapat
dengan yang siswa pelajari. Berinteraksi di dalam kelas telah memberikan pengaruh besar pada
perkembangan siswa pada sisi social, kognitif, dan akademisnya. Konstruksi dan pemerolehan

4
pengetahuan, perkembangan bahasa dan kognisi, dan perkembangan keterampilan social
merupakan fungsi dari situasi dimana siswa berinteraksi

Model Pembelajaran time token lebih menekankan kepada cara berinteraksi siswa di
dalam kelas secara individu daripada kerjasama kelompok. Hanya saja dalam kerjasama
kelompok ada bantuan pengarahan atau dukungan dati teman satu kelompoknya agar siswa
yang tidak suka berinteraksi di kelas menjadi lebih berani untuk berbicara di kelas.

Model kooperatif dengan teknik time token (Rusman, 2011:226) ditekankan adanya
interaksi siswa dengan guru atau siswa yang lain. Untuk itu manajemen melibatkan berbagai
keterampilan berbeda. Beberapa dari perhatian manajemen diperkenalkan dengan membagikan
kupon berbicara yang di berikan oleh guru. Kemudian di arahkan bagaimana cara
penggunaannya, menyampaikan terlebih dahulu materi yang akan diajarkan oleh guru yang
bersangkutan. Dan pada hasil akhir penilaian pun akan bervariasi sesuai dengan keaktifan siswa
di dalam kelas.

Penggunaan sistem time token memiliki tujuan yaitu : (Yamin Martinis. 2004)

1. Meningkatnya kepuasan dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa melalui


penghargaan yang konkret atau visual sehingga tingkat kesenangan siswa
melakukan sesuatu benar-benar tampak.
2. Meningkatnya efektivitas waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Belajar yang
efektif adalah yang menggunakan waktu yang pendek dengan hasil yang terbaik
dan terbanyak. Siswa harus menyadari berapa lama mereka telah belajar dan berapa
banyak waktu yang telah mereka gunakan secara efektif untuk melaksanakan
aktivitas belajar.
3. Berkurangnya kebosanan, Suasana belajar yang kolaboratif, rivalitas, kompetitif
yang diberi penguatan oleh pendidik dapat meningkatkan menurunkan tingkat
kebosanan siswa sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam jangka waktu yang yang
lama.
4. Meningkatnya daya respon, suasana belajar yang kompetitif akan meningkatkan
kecepatan siswa meberikan respon. Setiap respon yang sesuai dengan tujuan akan
segera mendapat penguatan sehingga suasana belajar menjadi cair, komunikatif dan
lebih menyengkan.

5
5. Berkembangnya penguatan yang lebih alami, melalui pemberian penguatan yang
tepat waktu dan disesuaikan dengan tingkat keberhasilan setiap siswa atau setiap
kelompok.
6. Meningkatnya penguatan sehingga motivasi belajar berkembang setiap siswa atau
setiap kelompok siswa dalam kelas selalu dalam keadaan terpacu untuk
mewujudkan dan daya pacu ini akan semakin berkembang jika siswa juga mendapat
layanan untuk mengabadikan daya kompetisinya seperti dengan dukungan rekaman
video.

Dalam penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif time token (Sanusi Ahmad. 1991)
ini ada beberapa hal yang perlu di persiapkan. Adapun kebutuhan Penyelenggaraan Time
Token tersebut harus dipersiapkan sebelum kegiatan belajar dilaksanakan. Pendidik
menyiapkan beberapa komponen yang dibutuhkan, di antaranya: Token atau simbol praktis
dan atraktif untuk memicu tumbuhnya motivasi belajar. Yang dapat digunakan sebagai simbol
penghargaan seperti stiker, guntingan kertas, simbol bintang, atau uang mainan. Token sendiri
tidak selalu dalam bentuk yang berharga, namun setelah menunjukan prilaku yang diharapkan
mereka dapat menukarkan token itu dengan sesuatu yang berharga. Dengan demikian setelah
satu rentang waktu tertentu guru harus menyediakan barang penukar token yang berharga untuk
siswa. Yang paling mudah seperti permen, alat tulis atau benda berharga lain yang dapat
sekolah biayai.

2.2 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Time Token

Prinsip model pembelajaran time token mempunyai prinsip yang hamper sama dengan
metode pembelajaran cooperative. Karena model pembelajaran time token merupakan salah
satu teknik dari metode cooperative. Menurut Rusman (2011: 212) terdapat unsur dasar dalam
model pembelajaran time token yaitu:

1. Prinsip ketergantungan positif, yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas


tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan
kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu,
semua anggota kelompok harus berperan aktif untuk mencapai keberhasilan
kelompok.
2. Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari
masing-masing anggota kelompoknya.oleh karena iu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok.

6
3. Interaksi tatap muka, yaitu berinteraksi mengeluarkan pendapat tentang apa yang
menjadi bahan pembicaraan.
4. Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5. Evaluasi pembelajaran, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses yang telah di jelaskan sebelumnya, agar selanjutnya lebih
efektif..

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Time Token

Model Pembelajaran Time Token mempunyai kelemahan dan kelebihan yaitu:


(Rusman:2011)

1. Kelebihan Model Time Token

a. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.


b. Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
c. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,
memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
h. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan yang ditemui.
i. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

2. Kekurangan Model Time Token

a. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.


b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
c. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena
semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
d. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran

7
Adapun kekurangan-kekurangan yang lain pada model pembelajaran time token setelah model
ini dilakukan, yaitu: (Slavin: 2009)

a. Pada awalnya siswa dianggap memiliki kemampuan kognitif yang paling baik ternyata
tidak otomatis mampu berdiskusi dengan baik dalam hal penyampaian pendapat
maupun perhatian.
b. Tugas yang diberikan sekaligus dalam beberapa soal ternyata kurang efektif dalam
mengkondisikan siswa untuk berperan aktif dalam diskusi.
c. Jumlah kartu yang diberikan pada setiap siswa tidak terlalu banyak, karena jika terlalu
banyak akan kurang efektif dalam pengerjaannya.
d. Ketika siswa diperkenankan membuka referensi, ternyata hal ini pun sama, kurang
merangsang siswa untuk berfikir. Siswa menjadi lebih banyak membaca sehingga
diskusi menjadi kurang hidup.

Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat
digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi
pembicaraan atau siswa diam sama sekali.

Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan
agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa aktif
bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan
siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.

2.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran time Token

Model pembelajaran kooperatif time token memiliki langkah-langkah pembelajaran yaitu:


(Slavin: 2009)

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.


2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap
siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil
berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang
kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model pembelajaran kooperatif time token adalah salah satu model pembelajaran yang
dapat menciptakan suasana belajar yang menarik, karena model pembelajaran kooperatif time
token adalah salah satu dari banyak model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
keseluruhan. Model pembelajaran ini termasuk dalam salah satu model pembelajaran inovatif
yang bisa meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini disebabkan karena siswa benar-benar
mendapat penghargaan yang nyata dari prestasi yang ditunjukkannya, bukan hanya dalam
bentuk nilai tetapi juga dalam bentuk benda. Meskipun benda tersebut bukan hal yang mahal
tetapi merupakan wujud dari penghargaan atas prestasi yang didapatkannya. Selain itu siswa
juga dituntut untuk dapat bekerjasama dengan siswa lainnya karena dalam pembelajaran ini
siswa hanya boleh berbicara satu kali dalam satu perputaran diskusi.

3.2 Saran

Dengan model pembelajaran kooperatif time token ini diharapkan agar pandangan
siswa yang selama ini salah mengenai pelajaran matematika yang membosankan dapat berubah
menjadi pelajaran matematika yang menyenangkan. Selanjutnya dapat meningkatkan hasil
belajar.

DAFTAR PUSTAKA

9
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Handoko, Martin. 1994. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius.

http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-time-token-arends1998/

Rusman. 2001. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


Rajawali Press.

Sanusi, Ahmad. 1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga


Kependidikan. Bangdung: IKIP Bandung.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sunjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media group.

Yamin, Martinis. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Press

10

Anda mungkin juga menyukai