DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. Metroyadi, SH., M.Pd.
Raihanah Sari, M.Pd
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
(1A PGSD 2019)
NAMA ANGGOTA :
ANANG MA’RUF ( 1910125210011 )
RATU JANUARI JALA SUKMA ( 1910125120026 )
HAIRUNNISA ( 1910125120056 )
MUHAMMAD RIZALDI ( 1910125210089 )
PRIMA MEGA PUSPITA ( 1910125220121 )
RISNA HERIYANTI ( 1910125220076 )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga
makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu.Sebelumnya kami mengucapkan
terimakasih kepada Bapa Dr. H. Metroyadi, SH., M.Pd. dan Ibu Raihanah Sari,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial yang sudah
membimbing kami dalam tugas makalah ini.
Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang materi Model
Interaktif dalam Pembelajaran IPS SD, semoga makalah yang kami susun mudah
di pahami oleh pembaca, dan dapat di terapkan nantinya dalam kegiatan mengajar.
Kami harap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami selaku penulis
makalah.
Di dalam makalah ini mungkin terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna di dalamnya, oleh karna itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran pembaca dalam tujuan penyempurnaan makalah yang kami susun.Akhir
kata kami memohon maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat kata-kata
yang kurang berkenan, kami mohon maaf.
Kelompok 1
ii
DAF TAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran
interaktif.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model-model
pembelajaran interaktif.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti buku-buku, film,
komputer, kurikuler dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa setiap model
yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai
dalam pembelajaran tersebut.
Menurut Johnson( dalam Samani, 2000), untuk mengetahui kualitas model
pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek
proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan ( joyful learning ) serta mendorong siswa untuk aktif
belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran
mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai
dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini
sebelum melihat hasilnya terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan
berlangsung baik.
Model pembelajaran interaktif “merupakan suatu pendekatan belajar yang
merujuk pada pandangan konstruktivisme. Model belajar ini merupakan salah
satu alternatif model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berani
mengungkapkan keingintahuannya dan ketidaktahuannya terhadap konsep
yang sedang dipelajarinya”(Widodo, 2007). Sedangkan menurut Dasna
pembelajaran interaktif mengacu pada interaksi antara peserta didik dengan
pendidik, peserta didik dengan pengajar, atau juga peserta didik dengan
media/sumber belajar(Dasna, 2015).
Menurut Faire & Cosgrove dalam (Prayekti, 2004) model pembelajaran
interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini
dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban
pertanyaan mereka sendiri. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan,
model pembelajaran interaktif dapat dipahami sebagai pembelajaran yang
menekankan pada komunikasi antar siswa maupun siswa dengan guru melalui
interaksi langsung dengan sumber belajar. Komunikasi dapat terjalin dari
pemberian stimulus-stimulus untuk menggali pertanyaanpertanyaan siswa
sebagai ungkapan rasa ingin tahu siswa terhadap pengetahuan yang akan
dipelajari.
4
Jadi pembelajaran interaktif adalah kegiatan dimana terjadi interaksi antara
guru dengan siswa berupa tanggapan, tujuannya agar kegiatan kelas lebih aktif
dan kreatif
5
digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies ( Savage and
Amstrong, 1996). Pengembangan strategi pembelajaran dengan model
inkuiri dipandang sangat sesuai dengan karakteristik materil pendidikan
Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggung jawab
individu dan kemampuan.
c) Model Pembelajaran VCT
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi
tujuan pencapaian pendidikan nilai. Clarification Technique, merupakan
sebuah cara bagaimana bagaiman menanamkan dan menggali/
mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada
prosesnya VCT berfungsi untuk:
- Mengukur dan mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu
nilai.
- Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik
positif atau negatif untuk dibina kearah peningkatan.
- Menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan
diterima siswa sebagai milik pribadinya.
d) Model portofolio
Portofolio dalam pendidikan mulai dipergunakan sebagai salah satu
jenis model penilaian (assessment) yang berbasis produk, yakni penilaian
yang didasarkan pada segala hasil yang dapat dibuat atau ditunjukan
peserta didik, kemudian dihimpun dalam sebuah “map jepit” (portofolio)
untuk dijadikan bahan pertimbangan guru dalam memberikan asesmen
otentik terhadap kinerja peserta didik.
e) Debat Aktif
Model pembelajaran debat merupakan kegiatan adu pendapat atau
argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun
kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan.
Debat akttif bisa menjadi sebuah model pembelajaran berharga yang dapat
mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau peserta didik aktif
mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan masing-
6
masing. Hal ini merupakan strategi yang secara aktif melibatkan setiap
siswa di dalam kelas.
Dalam model pembel ajaran active debate, siswa juga dlilatih
mengutarakan pendapat atau pemikirannya dan bagaiman
mempertahankan pendapat dengan alasan –alasan yang logis dan dapat
dipertanggungjwabkan . Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan ,
melainkan siswa belajar bagaimana menghargai adanya pembelajaran.
f) Numbered Head Together ( NHT)
Numbered Head Together ( NHT) merupakan salah satu dari
strategi pembelajaran kooperatif. Model pembelajara ini dikembangkan
oleh Spenser Kagan (1993) dlam Burhadi dan Agus (2003:66). Model
NHT mengacu pada belajar kelompok siswa, masing-masing anggota
memilik bgian tugas (pertanyaan dengn nomor yanh berbeda-beda.
Setiap siswa mendapatkan kesempatan sama untuk menunjang
timnya guna memperoleh nilai yang maksimal sehingga termotivasi untuk
belajar. Dnegan demikian setiap individu merasa mendapat tugas dan
tanggung jawab sehingga tujuan oembelajaran dapat tercapai.
Numbered Head Together ( NHT) merupakan suatu model
pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung
jawab atas tugas kelompoknua, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa
yang satu dan siswa yng lain dalam satu kelompok untuk saling memberi
dan menerima antara satu dengan yang lainnya.
g) Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw menitik beratkan kepada
kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Model jigsaw merupakan
model belajar kooperatif dengm cara siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri atas empat sampai dengam enam orang secara heterogen. Siwa
bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawa secara
mandiri. Dalam modwl pembelajaran jigsaw, siswa memiliki banyak
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang
didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota
kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
7
ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya.
h) Think pairs share (TPS)
Think pairs share adlah suatu model pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu
sama lain. Model ini memperkenalkam ide "waktu berpikir atau waktu
tunggu" yang menjadi faktor kaut dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam merespons pertanyaan. Pembelajaran ini relatif lebih sederhana
karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk
ataupun mengelompokkan siswa dan melatih berani berpendapat dan
menghargai pendapat tema
Think pairs share memiliki prosedur yang secara eksplisit memberi
siswa waktu berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengam
demikiam, diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan,
dan saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.
i) Group investigation (GI)
Group investigation adlah suatu model pembelajaran yang lebih
menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-
teknik pengajaran diruang kelas. Selain itu jugamemadukan prinsip belajar
demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam pebelajaran dan
mempunyai kebebasan untuk memilij materi yang akan dipelajari sesuai
dengan topik yang di bahas
Model koferatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan , buat kelomok
heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap
kelompok menginvestigasi proyek tertentu ( bisa diluar kelas, misal
mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam
sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru
dan staf sekolah), pengolaan data hasil investigasi, presentasi, kuis
individu, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan
reward.
j) Means-ends analysis
8
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan
pemecahan masalah dengan sintaks; sajikan materi dengan pendekatan
pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah
yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah
sehingga terjadi konektivitas, pilih srategi solusi.
k) Model student teams- Achievement divisions( STAD)
Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok
siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa didalam suatu kelas
tertentu dipecah menjadi 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen,
terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui
tutorial, kuis, satu sama lain, dan atau melakukan diskusi
l) Talking stick
Talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak
suara ( berbicara) yang diberikan secara begiliran/bergantian. Model
pembelajaran talking stick termasuk model pembelajaran kooferatif.
Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta
didik mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran talking stick sangat
cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, SMA/ SMK. Selain untuk melatih
berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang
menyenangkan dan membuat peserta didik aktif.
Pembelajaran dengan strategi talking stick mendorong peserta didik
untuk berani mengemukakan pendapat. Strategi ini diawali dengan
penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Kemudian
dengan bantuan tongkat yang bergulir peserta didik dituntut untuk
mereflesikan atau mengulang kembali materi yang sudah dipelajari dengan
9
cara menjawab pertanyaan dari guru. Siapa yang memegang tongkat, dialh
yang wajib menjawab pertanyaan .
m) Probing – prompting
Teknik Probing prompting adalah pembelajaraan dengan cara guru
menyajikan serangkaian pernyataan yang sifatnya menuntun dan menggali
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan dan
pengalaman siswa mengonstruksi konsep, prinsip, dan aturan menjadi
pengetahuan baru. Dengan demikian , pengetahuan baru tidak
diberitahuakan.
Dengan model pembelajaran ini, proses tanya jawab dilakukan
dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau
harus berpartisipasi aktif, siswa tidak menghindar dari proses
pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya-jawab.
n) Mind Mapping ( Peta Pikiran)
Pemetaan pemikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak
dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainya untuk
membentuk kesan. Otak sering kali mengingat infornasi dalam bentuk
gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta pikiran
menggunakan pengingat-pengingat visua dan sensorik ini dalam suatu pola
dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk
belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat
menciptakan ide-ide orosinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh
lebih mudah dari metode pencatatan tradisional karena iya mengaktifkan
kedua belahan otak. Cara ini juga menenangkan, menyenangkan, dan
kreatif.
o) Pair Check ( Pasangan mengecek)
Model pair check ( pasangan mengecek) merupakan model pembelajaran
dimana siswa saling berpasangan dan menyesaikan persoalan yang
diberikan ( Herdian, 2009) . Dalam model pembelajaran kooperatif tipe
pair check, guru bertindak sebagai motivator dan fasitator aktivitas siswa.
Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama,
dan kemampuan memberi penilaian. Model ini bertujuan untuk
10
meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide, pikiran,
pengalaman, dan pendapatnyadengan benar. Dengan strategi pair check
memungkin bagi siswa untuk saking bertukar pendapat san saling
memberikan saran.
p) Open Ended Problemb( problemb terbuka)
Pembelajaran dengan problem ( masalah) terbuka artinya pembelajaran
yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara
( flexibility) dan solusinya juga bisa beragam ( multi jawab,fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas,
kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, shering, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa di tuntut untukn berinprovisasi mengembangkan
metode,cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban.
Selanjutnya, siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mendapatkan
jawaban tersebut. Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses dari pada produk yang akan membentuk pola pikir
keterpaduan, dan ragam berpikir.
11
2. Langkah Model Pembelajaran Inkuiri
a) Membina suasana yang respontif di antara siswa
b) Mengemukakan permasalahan untuk diinkuiri ( ditemukan) melalui
cerita, film ,gambar, dan sebagainya. Kemudian guru mengajukan
pertanyaan kearah mencari, merumuskan dan memperjelas
permasalahan dari cerita dan gambar.
c) Mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang
diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas masalah
tersebut.
d) Merumuskan hipotesis/ perkiraan yang merupakan jawaban dari
pertanyaan tersebut. Perkiraan ini akan terlihat setidaknya setelah
pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba
merumuskan sedangkan guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan
pancingan
e) Menguji hipotesis, guru mengajukn pertnyaan yang bersifat meminta
data untuk pembuktian hipotesis.
f) Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa (I’iaget dalam Ida,
2005:55) .
3. Langkah Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
Berkenaan denagn teknik ini pembelajaran nilai Jarolimek
merekomendasikan beberapa cara, antara lain:
a. Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok ( group
evaluation) untuk diajak berdiskusi atau tanya jawab tentang apa yang
dilakukan dan diarahkan agar ada keinginan untuk perbaikan dan
penyempurnaan oleh diri sendiri.
b. Menentukan tema
c. Guru bertanya berkaitan dengan hal yamg di alami peserta didik
d. Peserta didik merespon
e. Tanya jawab guru dengan peserta didik berlansgung terus menerus
hingga diharaokan tertanam nilai-nilai yang terkandung dalam materi
tersebut
12
1. Teknik lecturing ( guru bercerita dengan mengangkat topik
pembahasan)
2. Teknik menarik dan memberikan percontohan (example of
axamplary behavior)
3. Teknik indoktrinasi dan pembakuam kebiasaan (menerima atau
melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baim, harus, dilarang
dan sebagainya)
4. Teknik tanya jawab ( guru mengangkat permaslahan dan
mengemukakam pertanyaam sedangkan peserta didik aktif
menjawab dan mengemukakan pendapat pikirannya.
5. Teknik menilai suatu bahan tulisan (peserta didik diminta
memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode atau pun bisa
dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru menilai dengan
catatan kode penilaian.
6. Teknik mengungkapkan nilai melaluo permainan (games)
4. Langkah Model Pembelajaran Portofolio
Dimulai dengan membagi peserta didik yang lajimnya menjadi 4
kelompok yang mana masing-masing kelompok memiliki tanggungjawab
tugas masing-masing, antara lain:
a) Kelompok portofolio satu : Tugasnya menjelaskan masalah
b) Kelompok portofolio dua : menilai dan menjelaskan kebijakan saat ini
atau kebijakan yang dirancang untuk memecahkan masalah
c) Kelompok portofolio tiga : membuat satu kebijakan publik yg didukan
oleh kelas dan memberikan pembenaran terhadap kebijakan tersebut
d) Kelompok portofolio empat: membuat suatu rencana agar siswa yang
lain menerima dan mendukung kebijakan yg telah dipelajari
5. Langkah Model Pembelajaran Debat aktif
a) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok peserta debat,yang satu pro
dan lainnya kontra dengan duduk berhadapan antarkelompok.
b) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan
diperdebatkan oleh kedua kelompok diatas.
13
c) Setelah selesai membaca materi,guru menunjukan salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara.Kemudian,setelah selesai ditanggapi
oleh kelompok kontra.Demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
d) Ide-ide dari setiap pendapat atau pembicaraan ditulis dipapan
pendapat sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
e) Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap.
f) Dari data-data yang diungkapkan tersebut,guru mengajak siswa
membuat kesimpulan yang mengacu pada topic yang diinginkan.
g) Proses penilaian dalam model pembelajaran ini adalah berdasarkan
pengamatan guru pada aktivitas siswa.
6. Langkah Pembelajaran Numbered Head Together ( NHT)
a) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing siswa mengerjakannya.
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap
anggota kelompok dapat menggerjakannya/ mengetahui jawabannya
dengan baik.
d) Guru memanggil salah satu nomer siswa dan nomor yang dipanggil
keluar dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerja
sama mereka.
e) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomer
yang lain.
f) Kesimpulan
7. Langkah Model Pembelajaran Jigsaw
a. Langkah pertama
Guru merencanakan pembelajaran yang akan menghubungkan
beberapa konsep dalam satu rentang waktu secara bersamaan.
b. Langkah kedua
Siapkan bandout materi pembelajaran untuk masing-masing konsep
sehingga gru memiliki tiga jenis bandout
c. Langkah ketiga
14
Guru menyiapkan kuis sebanyak tiga jenis sesuain materi yang akan
siswa pelajari.
d. Langkah keempat
Bagilah kelas dalam tiga kelompok. Guru menyampaikan pengantar
diskusi kelompok dengan menjelaskan secara sangat singkat
1) Topik yang akan dipelajari masing-masing kelompok.
2) Tujuan dan indikator belajar yang di harapkan.
3) Bentuk tagihan iap kelompok.
4) Prosedur Kegiatan.
5) Sumber belajar yang dapat siswa gunakan.
Diskusi dimulai, siswa aktif mempelajari materi, guru menjadi
pemantau dan fasilisator. Masing-masing kelompok bersiap untuk
mempelajari tiga konsep yang telah di tentukan. Tiap kelompok
Terbagi dalam subkelompok masing-masing mempelajari satu
bandout. Pada saat diskusi setiap subkelompok bisa slaing bertanya
untuk memperoleh pemahaman. Kelompok ini dalam bahasa inggris
disebur home groups. Istilah itu dapat diterjemahkan secara bebas
menjadi kelompok belajar.
Pada bagian akhir sesi ini setiap kelompok mendalami satu konsep
agar dapat menyampaikan materi kepada sub-kelompok lain. Setelah
memenuhi target wakru dan berdasarkan pemantauan guru siswa telah
cukup memahami materi, diskusi ditutup sementara.
e. Langkah kelima
Setiap kelompok mendalami materi pada handout yabg menjadi
pegangannya. Mendalami fakta, konsep dan prosedur penerapan
konsep agar ilmu yang mereka pelajari dapat disampaikan kembali
pada teman-temannya. Pada fase ini tidak ada interaksi antar
kelompok. Kegiatan refleksi ini merupan proses peningkatan
penguasaan materi untuk menghadapi babak diskusi tim ahli.
f. Langkah keenam
Setiap subkelompok yang ahli mengenai konsep ke-1 bergabung
dengan ahli konsep ke-2 dari kelompok lain. Begitu juga dengan
15
subkelompok ke-2 dan ke-3 sehingga membentuk struktur kelompok
ahli
g. Langkah keenam
Setiap subkelompok yang ahli mengenai konsep ke-1 bergabung
denagn ahli konsep ke-1 dari kelompok lain. Begitu juga dengan
kelompok ke-2 dan ke-3 sehingga membentuk struktur kelompok ahli.
Pada langkah ini siswa kembali berdiskusi. Setiap kelompok
membahas satu handout materi yang menjadi bidang keahliannya.
Disini terdapat masa kritis yang perlu guru pantau pada tiap
kelompok, memastikan bahwa konsep yang siswa kembangkan sesuai
dengan yang seharusnya atau tidak mengandung kekeliruan.
h. Langkah ketujuh
Selesai mendalami melalui materi diskusi kelompok ahli, siswa
kembali kekelompok awal atau keompok belajar. Hasil dari diskusi
pada kelompok ahli dbahas kembali pada kelompok awal. Pada tahap
akhir kegiatan belajar, setiap subkelompok menyampaikan hasil
diskusi pada kelompok ahli. Dengan cara ini seluruh siswa mengulang
telaah seluruh materi yang harus dikuasainya. Setiap anggota
kelompok memiliki catatan hasl diskusi pada tahap satu, tahap dua
diskusi tim ahli, dam kembali kekelompok semula.
i. Langkah kedelapan
Guru mengukur hasil belajar siswa dengan tes atau kuis. Guru dapat
menilai tingkat ketuntasan belajar dengan cara membandingkan hasil
yang siswa capai dengan target yang di tetapkan dalam RPP.
8. Langkah Model Pembelajaran Think pairs share (TPS)
a) Tahap satu, think (berpikir)
Guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke
seluruh kelas.Pertanyaai ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang
memungkinkan dijawab dengan berbagai macam jawaban.
b) Tahap dua, pair (berpasangan)
Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan
pertanyaan atau masalah yang diberikan guru dalam waktu tertentu.
16
Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil
pemikirannya.
c) Tahap 3 share (berbagi)
Siswa secara individu maju mewakili kelompok atau maju berdua
bersama untuk melaporkan hasil diskusinya. Keuntungannya seluruh
kelas dapat mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang
sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh tiap individu yang
berbeda.
9. Langkah Model Pembelajaran Group investigation (GI)
a) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
b) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang
harus dikerjakan
c) Guru mengundang ketua kelompok untuk membagi materi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
d) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooferatif
dalam kelompoknya.
e) Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua
kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasan
f) Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil
pembahasan.
g) Guru memberika penjelasan singkat ( klarifikasi) bila terjadi kesalahan
konsep dan memberikan kesimpulan.
h) Evaluasi.
10. Langkah Model Pembelajaran Means-ends analysis
a. Tujuan pembelajaran dijelaskan kepada siswa.
b. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
c. Siswa dibantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut .
d. Siswa dikelompokan menjadi 5 atau kelompok ( kelompok yang
dibentuk harus heterogen). Masing-masing kelompok diberi tugas/ soal
pemecahan masalah.
17
e. Siswa dibimbing siswa untuk mengidentifikasi masalah,
menyederhanakan masalah, hipotesis, mengumpulkan data,
membuktikan hipotesis, dan menarik kesimpulan.
f. Siswa dibantu siswa dalam melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
g. Siswa dibimbing untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
11. Langkah Model Pembelajaran Model student teams- Achievement
divisions( STAD)
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota
lainnya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberikan kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evalusi
f. Evaluasi.
12. Langkah Model Pembelajaran Talking stick
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
b. Guru menjelaskan maksud pembelajarn dan tugas kelompok.
c. Guru memnggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga kelompok
mendapat tugas satu materi/tugas yg berbeda dari kelompok lain.
d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooferatif berisis penemuan.
e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil
pembahasan kelompok.
f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan
kesimpulan.
g. Evaluasi.
h. Penutup
13. Langkah Model Pembelajaran Probing – prompting
18
a. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan
memperhatikan gambar, rumus, atau situasi lainnya yang mengandung
masalah.
b. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merusmuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam
merumuskannya.
c. Guru mengajuka persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus ( TKP) atau indikator kepada seluruh siswa.
d. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam
merumuskannya.
e. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
f. Jika jawaban teapat, guru meminta tanggapan keapada siswa lain
tentang jawaban tersebut untuk meyakini bahwa seluruh siswa terlibat
dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
g. Guru menanyakan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebi
menekankan bahwa indikator tersebut benar telah dipahami oleh
seluruh siswa.
14. Langkah Pembelajaran Mind Mapping ( Peta Pikiran)
Menurut Johan (Mahmuddin, 2009: 4), bahwa langkah
langkahpembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping yaitu :
1) Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
2) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban;
3) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang;
4) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil
diskusi;
5) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan guru; dan
6) Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
19
15. Langkah Model Pembelajaran Pair Check ( Pasangan mengecek)
a. Secara umum, langkah atau sintaks pembelajaran pair check adalah
sebagai berikut :
1) Bekerja berpasangan
2) Pembagian peran partner dan pelatih
3) Pelatih memberi soal, partner menjawab
4) Pengecekan jawaban
5) Bertukar peran
6) Penyimpulan
7) Evaluasi
8) Refleksi
Berikut ini langkah atau sintaks yang rinci dari metode pembelajaran pair
check sebagai berikut :
a) Guru menjelaskan konsep.
b) Siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang.
Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim
dibebani masing-masing satu peran yang berbeda: pelatih dan partner.
c) Guru membagikan soal kepada partner.
d) Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu
kupon dari pelatih.
e) Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner, dan
partner menjadi pelatih.
f) Guru membagikan soal kepada partner.
g) Partner menjawab soal, dan pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu
kupon dari pelatih.
h) Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu
sama lain.
i) Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari
berbagai soal.
j) Setiap tim mengecek jawabannya.
20
k) Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau reward
oleh guru.
Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai berikut :
1) Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap
pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu
melatih siswa dalam menilai.
2) Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon .
3) Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1-3.
4) Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5) Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
16. Langkah Model Pembelajaran Open Ended Problemb( problemb terbuka)
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended
yaitu:
a. Menghadapkan siswa pada masalah (problem) terbuka dengan
menekankan pada bagaimana siswa sampai pada sebuah solusi.
b. Membimbing siswa untuk menemukan pola dalam mengkonstruksi
permasalahannya sendiri.
c. Membiarkan siswa memecahkan masalah dengan berbagai penyelesaian
dan jawaban yang beragam.
d. Meminta siswa untuk menyajikan hasil temuannya
21
Kekurangan :
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
Hanya dilakukan oleh dua orang.
22
Memerlukan perubahan kebiasaan siswa dari yang selalu menerima
informasi dari guru apa adanya
Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar dari yang umunya
sebagai penyedia informasi menjadi fasilitator, motivator dan
pembimbing.
Kemungkinan ada anggota yang kurang aktif
Kurang cocok untuk SD
Untuk kelas yang jumlah muridnya banyak maka akan merepotkan
guru
Jika kondisi kurang mendukung, maka pembelajarn dan hasilnya akan
kurang efektif
23
Guru memiliki keterampilan melibatkan peserta didik dengan
keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa
akan memunculkan sikap semu atau imitasi. Siswa akan bersikap
menjadi siswa yang sangat baik, ideal, patuh, dan penurut namun
hanya bertujuan untuk menyenangkan guru atau memperoleh nilai
yang baik.
Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam dalam guru, peserta didik
dan masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu
tercapainya target nilai baku yang ingin dicapai atau nilai etik.
Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar teruma
memerlukan kemampuan atau keterampilan bertanya tingkat tinggi
yang mampu mengungkapkan dan menggali nilai yang ada dalam
diri peserta didik.
Memerlukan kreativitas guru menggunakan media yang tersedia
dilingkungan terutama yang aktual dan faktual sehingga dekat
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Cara Mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT)
Guru berlatih dan memiliki keterampilan mengajar sesuai standar
komptensi. Pengalaman guru yang berulang-ulang kali menggunakan
model pembelajaran VCT akan memberikan pengalaman sangat
berharga karena memunculkan model-model pembelajaran model
VCT yang merupakan modifikasi sesuai kemampuan dan
kreativitas guru.
Dalam setiap pembelajaran menggunakan tematik atau pendekatan
kontekstual, antara lain dengan mengambil topik yang sedang terjadi
dan ada di sekitar peserta didik, menyesuaikan dengan hari besar
nasional, atau mengaitkan dengan program yang sedang
dilaksanakan oleh pemerintah.
24
Kelebihan:
Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti” yang lebih jelas atau
lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas
Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan
program pembelajaran yang baik
Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa
Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa
Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau
kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas
bervariasinyagayabelajar siswa.
Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
dalam penilaian hasil belajar
Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa
Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang
pembelajaran atau perbaikan pembelajaran
Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi
dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang
bersangkutan.
Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran
yang bersangkutan
Kekurangan:
Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam
menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum lancar
berbahasa tulisIndonesia, penggunaan portofolio akan merupakan
beban tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa.
Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu
dari guru untuk melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya besar.
25
Memacu siswa aktif dalam pembelajarn.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara baik.
Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat disertai alasannya.
Mengajarkan siswa cara menghargai pendapat orang lain.
Tidak membutuhkan banyak media.
Kekurangan :
Tidak bisa digunakan untuk semua mata pelajaran.
Pembelajaran kurang menarik (cukup monoton) karena hanya adu
pendapat dan tidak menggunakan media.
Membutuhkan materi terlebih dahulu sebelum melakukan debat.
Siswa menjadi takut dan tertekan karena harus ada berkomunikasi
secara langsung untuk mengungkapkan pendapatnya.
26
• Kemungkinan murid dapat mengembangkan kreativitas,
kemampuan, dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya
sendiri.
• Hubungan antara guru dan murid berjalan secara seimbang dan
memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab sehingga
memungkinkan harmonis.
• Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif.
• Mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu pendekatan
kelas, kelompok, dan individual
Kekurangan:
• Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-
masing, dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan
diskusi.
• Jika anggotanya kurang akan menimbulkan masalah.
• Membutuhkan waktu yang lebih lama, apa lagi bila penataan ruang
belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah
posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.
27
Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
Lebih sedikit ide yang muncul.
Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
28
Tidak semua topik cocok dengan mosel pembelajaran group
investigation. Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik
yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari
pengalaman yang diambil sendiri.
Diskusi kelompok biasanya kurang efektif.
Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan
mengalami kesulitan saat menggunakan model ini (Setiawan,
2006:9)
29
k) Model Pembelajaran Model student teams- Achievement
divisions( STAD)
Kelebihan :
Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung
tinggi norma-norma kelompok.
Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
bersama.
Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilannkelompok.
Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam pendapat.
Meningkatkan kecakapan individu.
Meningkatkan kecakapan kelompok.
Tidak bersifat kompetetif.
Tidak memiliki rasa dendam.
Kekurangan :
Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena
peran anggota yang pandai lebih dominan.
Membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pada umumnya guru
tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru dapat
melakukan kooperatif.
Menuntut sifat tertentu dari siswa,misalnya sifat bekerja sama.
30
Memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum
pelajaran dimulai).
Peserta didik berani mengemukakan pendapat.
Kekurangan :
Membuat siswa senam jantung.
Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab.
Membuat peserta didik tegang.
Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.
31
n) Model Pembelajaran Mind Mapping ( Peta Pikiran)
Kelebihan :
Maghfiroh (2009: 45) mengemukakan kelebihan Mind Mapping(Peta
Pikiran) sebagai berikut:
a. Memudahkan kita melihat gambaran keseluruhan
b. membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan
membuat hubungan
c. memudahkan menambahkan informasi baru
d. pengkajian ulang bisa lebih cepat
e. setiap peta bersifat unik.
Kekurangan:
terdapat beberapa kelemahan (Santoso, 2011: 5) yaitu:
hanya siswa yang aktif yang terlibat
tidak sepenuhnya siswa yang belajar
jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
32
Memerlukan kesiapan atau pemahaman siswa yang tinggi terhadap
konsep untuk menjadi pelatih dan partner yang jujur dan memahami
soal dengan baik.
33
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran interaktif adalah kegiatan dimana terjadi interaksi antara
guru dengan siswa berupa tanggapan, tujuannya agar kegiatan kelas lebih aktif
dan kreatif. Dalam pembelajaran interaktif terdapat berbagai model
pembelajaran yang dapat digunakan didalam pelajaran. Peran siswa dituntut
lebih aktif agar pembelajaran interaktif ini dapat dicapai. Tidak ada istilah
malu lagi dalam bertanya, siswa dituntut agar lebih aktif baik individu maupun
dalam kelompok. Setiap model tentu memiliki manfaat dan kekurangannya,
namun dalam penerapannya tentu perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan
kondisi para siswa.
3.2 Saran
Guru dan siswa harus memiliki interaksi satu sama lain agar tercipta
proses belajar mengajar yang interaktif, seorang guru alangkah lebih baiknya
memilih dan menyesuaikan terlebih dahulu model pembelajaran yang akan
digunakan supaya pembelajaran interaktif dalam diwujudkan dengan baik,
namun disini bukan cuman guru yang diminta untuk menyesuaikan tetapi
para murid juga harus bisa menyesuaikan atau membiasakan diri dengan
model-model pembelajaran interaktif ini, karena kebaikannya juga untuk
masa depan mereka.
34
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pgsd/article/download/3331/1743. Diakses
pada tanggal 10 september 2001
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/viewFile/1017/927 Diakses
pada tanggal 10 september 2001
35