Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RUTIN I

“STUDI LITERATUR MENGENAI PENGENALAN FUNGI”

Dosen Pengampu: Dina Handayani, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Cindy Pitaloka (4203220037)


Lanni Novita Siregar (4201220019)
Nabila Thafriza (420250010)
Tya Chintia Gusli (4203220033)
Yolanda sihite (4201220020 )
Windy Frastika (4202220005)

PSB 2020 D

BIOLOGI MURNI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
Fungi merupakan organisme yang bersifat heterotrof. Organisme ini mendapatkan
nutrisi dengan menyerap zat-zat makanan dari medium di sekitarnya (Campbell, 2003). Fungi
atau jamur berperan sebagai salah satu dekomposer yang membantu proses dekomposisi
bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan (Suharna, 1993).
Fungi ada yang bersifat saprofit dan parasit. Fungi saprofit memperoleh makanan dengan
menyerap nutrisi dari bahan organik seperti tumbuhan dan sisa-sisa hewan yang telah mati.
sedangkan fungi parasit memperoleh nutrisi dengan menyerap dari tumbuhan ataupun hewan
yang masih hidup. Kelompok utama fungi yang berperan sebagai pendegradasi ligniselulosa
berasal dari Basidiomycetes, karena mampu menghasilkan enzim pendegradasi ligniselulose
seperti selulose, ligninase, dan hemiselulose (Munir, 2006) , sehingga siklus materi di alam
dapat terus berlangsung. Fungi ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler, tetapi sebagian
besar merupakan multiseluler. Badan buahnya tersusun oleh benang-benang halus yang
disebut hifa. Kumpulan hifa akan membentuk suatu badan buah fungi dengan bentuk dan
ukuran yang beragam. Fungi memiliki struktur tubuh, cara mendapatkan nutrisi dan
reproduksi yang berbeda dengan organisme lainnya. Organisme ini umumnya mengandung
zat kitin dan tidak memiliki warna, memiliki pileus dan tangkai, beberapa jenis memiliki
annulus ataupun volva, atau memiliki keduanya. Fungi memiliki bentuk badan buah yang
sangat beragam, beberapa berbentuk cup atau kantung, bulat, berbentuk payung, seperti koral,
jelly ataupun menyerupai daun telinga (Chang, 2004). Berdasarkan ukuran tubuhnya, fungi
dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu fungi makroskopis dan fungi 2
mikroskopis. Fungi makroskopis memiliki badan buah yang dapat dilihat dengan mata tanpa
bantuan mikroskop, tubuh buah dapat dipetik dengan tangan, dan sebagian jenis aman untuk
dikonsumsi. Fungi ini terdiri dari sebagian besar kelompok Basidiomycetes dan beberapa
Ascomycetes, sedangkan fungi mikroskopis umumnya berasal dari kelompok Ascomycetes
(Gunawan, 2005). Fungi membutuhkan lingkungan yang lembab untuk dapat tumbuh secara
alami di alam.

I. Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi
seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-
pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus
biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau
askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau
seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki
inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.
Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang
bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi
menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang
lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan
dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang
kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang
kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila
askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa
atau miselium baru.
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora
aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur
terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus
yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang
dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.

Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina.

1. Saccharomyces cerevisiae
2. Penicillium spp.
3. Aspergillus spp.
4. Neurospora crassa
5. Morchella deliciosa dan Morchella esculenta

Adapun manfaat dari Ascomycota dalam Kehidupan adalah sebagai berikut :

1. Saccharomyces tuas : mengubah cairan nira menjadi tuak.


2. Saccharomycescerevicae : memfermentasi gula menjadi alkohol. Biasanya terdapat
pada pembuatan tape dan roti sebagai salah satu manfaat biologi di bidang makanan
menggunakan teknologi jenis-jenis bioteknologi.
3. Aspergilluswentii : pembuatan kecap, sake dan tauco. Memecah protein menjadi
amilum dan dirubah kembali menjadi selulosa dan glukosa.
II. Basidiomycotina

Divisi Basidiomycotina adalah takson dari Kingdom Fungi yang memproduksi spora dalam
bentuk kubus yang disebut basidium. Basidiomycotina dibagi menjadi Homobasidimycotina
(jamur yang sebenarnya) dan Heterobasidiomycetes. Basidimycotina dapat dibagi lagi
menjadi 3 kelas, Hymenomycotina (Hymenomycetes), Ustilaginomycotina
(Ustilaginomycetes), dan Teliomycotina (Urediniomycetes).

A. Struktur Tubuh

Basidiomycotina adalah jamur multiseluler yang hifanya bersekat. Hifa vegetative


Basidiomycotina terdapat dalam substratnya (tempat hidupnya), misal pada kulit kayu, tanah,
dan serasah daun. Jalinan hifa generative jamur ini ada yang membentuk tubuh buah dan ada
yang tidak membentuk tubuh buah. Tubuh buah pada Basidiomycotina disebut basidiokarp.
Basidiokarp berukuran makroskopik sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk
basidiokarp bermacam-macam, misalnya seperti payung, kuping, atau setengah lingkaran.
Basidiokarp ada yang memiliki batang dan ada yang tidak. Pada bagian bawah tudung
basidiokarp terdapat lembaran-lembaran (bilah). Pada lembaran ini terbentuk banyak
basidium yang akan menghasilkan spora basidium (basidiospora). Basidiospora merupakan
spora generative. Spora ( basidiospora ) yang jumlahnya empat berada di luar basidium.
Spora dapat disebarkan oleh angin dan jika jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi
hifa baru. Contohnya yaitu jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur merang (Volvariella
volvaceae). Jamur basidiomycota terdiri dari kumpulan benang miselium yang berkelompok
membentuk tubuh jamur.

B. Habitat

Jamur Basidiomycotina umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup,
misalnya serasah daun di tanah, merang padi, dan batang pohon mati. Jamur yang parasit
hidup pada organisme inangnya, misalnya tumbuhan dan manusia. Jenis lainnya ada yang
bersimbiosis dengan akar tumbuhan membentuk mikoriza. Habitat mereka ada di terrestrial
dan akuatik dan bisa dikarakteristikan dengan melihat basidia.

C. Reproduksi

Reproduksi jamur ini terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual yaitu
dengan cara membentuk spora konidia. Basidiomycota bereproduksi secara aseksual dengan
permulaan pembentukan spora aseksual. Budding terjadi ketika suatu perkembangan sel
induk dipisahkan menjadi sel baru. Setiap sel dalam organisme dapat kuncup. Pembentukan
spora aseksual yang paling sering terjadi di ujung struktur khusus yang disebut
conidiophores.

D. Klasifikasi Basidiomycotina

Jamur Basidiomycota dibagi menjadi Homobasidimycotina (jamur yang sebenarnya); dan


Heterobasidiomycetes. Sedangkan Homobasidimycotina dibagi menjadi 3 subclas yaitu :

1. Hymenomycetes

2. Gasteromycetes

3. Heterobasidiomcetae

III. Deuteromycotina
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam
Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak sempurna atau
the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan
tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini
menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai
“keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas
statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka
suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi
Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat
ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya menyebabkan penyakit.
Epidermophyton fl oocosum menyebabkan penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp.
dan Trichophyton sp. menyebabkan penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua
jamur tersebut sering disebut juga sebagai dermatophytes. Jenis lain yang merupakan
penyebab penyakit pada manusia adalah Candida albicans. Deuteromycotina juga memiliki
beberapa anggota yang merupakan penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie
adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan
Helminthosporium oryzae adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan
buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.

Anda mungkin juga menyukai