Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan tentunya mengandung manfaat
bagi para mahasiswa IAIN Cirebon khususnya mahasiswa jurusan Tadris IPA Biologi.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepangkuan Rosulullah SAW,
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Amiin.
Adapun makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Botani
Cryptogamae”. Dan makalah ini berisikan tentang “Basidiomycota”.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu sebagai pengajar mata kuliah Botani
Cryptogamae, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya mendukung untuk kesempurnaan di kesempatan yang
akan datang sangat kami harapkan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi para pembaca.

Cirebon, 24 September 2014

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terdapat sekitar 30000 spesies basidiomycota yang telah diketahui, dan 37% diantaranya
termasuk golongan jamur atau Fungi. Menurut Campbell (1998 : 579), jamur dari divisio
basidiomycota memiliki 25000 spesies. Nama dari divisio ini diambil dari bentuk diploid yang
terjadi pada Reproduksinya, yaitu basidium. Basidiomycota hidup sebagai dekomposer
pada kayu atau bagian lain tumbuhan.
Kelompok fungi basidiomycota ini sering disebut jamur oleh orang awam karena banyak
jenis–jenis yang karpusnya (tubuh buahnya) besar dan dapat dilihat dengan kasat mata.
Kelompok tersebut (yang memiliki tubuh buah besar) dipakai istilah cendawan.
Basidiomycota terdiri dari anggota mikro maupun makro. Basidiomycota yang mikro
adalah basidiomycota yang basidiokarpnya kecil dan halus, yang umumnya adalah patogen pada
tanaman. Sedangkan basidiomycota yang makro adalah Basidiomycota memiliki tubuh buah
(basidiokarp) yang besar sehingga mudah untuk diamati. Bentuk jamur ini ada yag seperti
payung, kuping, dan setengah lingkaran.
Reproduksi pada jamur ini terjadi secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi secara
aseksual dengan cara menghasilkan konidia. Dan yang secara seksual terjadi perkawinan antara
hifa yang berbeda jenis.
Untuk itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Basidiomycota. Materi yang akan
dijelaskan dalam materi Basidiomycota antara lain pengertian Basidiomycota, ciri-ciri
Basidiomycota, struktur dan bentuk tubuh Basidiomycota, habitat Basidiomycota, Reproduksi
Basidiomycota, klasifikasi Basidiomycota dan peranan Basidiomycota.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari materi Basidiomycota adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Basidiomycota?
2. Apa saja ciri-ciri dari Basidiomycota?
3. Bagaimana struktur dan bentuk tubuh dari Basidiomycota?
4. Bagaimana habitat dari Basidiomycota?
5. Bagaimana cara reproduksi dari Basidiomycota?
6. Apa saja yang termasuk dalam klasifikasi Basidiomycota?
7. Bagaimana peranan dari Basidiomycota?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari materi Basidiomycota adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari Basidiomycota.
2. Mengetahui ciri-ciri dari Basidiomycota.
3. Mengetahui struktur dan bentuk tubuh dari Basidiomycota.
4. Mengetahui habitat dari Basidiomycota.
5. Mengetahui cara reproduksi dari Basidiomycota.
6. Mengetahui yang termasuk dalam klasifikasi Basidiomycota.
7. Mengetahui peranan dari Basidiomycota.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Basidiomycota
Basidiomycota adalah takson dengan Kingdom Fungi yang termasuk spesies yang
memproduksi spora dalam bentuk kubus yang disebut basidium. Secara esensial
grup Ascomycota, mempunya 22,300 spesies.
Basidimycotina mempunyai bentuk uniseluler dan multiseluler dan dapat bereproduksi
secara generatif dan vegetatif. Habitat mereka ada di terrestrial dan akuatik dan bisa
dikarakteristikan dengan melihat basidia, mempunyai dikaryon. (Anonimmous, 2014)

B. Ciri-ciri Basidiomycota
1. Umumnya anggota basidiomycota berukuran makroskopis.
2. Hyfanya bersekat.
3. Memiliki tubuh buah (basidiokarp) berbentuk panjang, lembaran – lembaran yang berliku – liku
atau bulat.
4. Hidupnya saprofit, parasit, dan mutualisme.
5. Perkembangbiakan secara aseksual (vegetatif) biasa dilakukan dengan konidium, pertunasan dan
fragmentasi miselium dan secara seksual dengan basidiospora yang dibentuk oleh basidium.
6. Miselia dikariotik berumur panjang.
7. Memiliki tahapan diploid sementara.
8. Habitat jamur yang saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup misalnya serasah daun di tanah,
merang padi dan pohon yang mati. Sedangkan jamur yang bersifat parasit hidup pada organisme
inangnya seperti tumbuhan dan manusia. Jenis lainnya ada yang bersimbiosis dengan akar
tumbuhan membentuk mikoriza. (Rudini, 2010)

C. Struktur dan Bentuk Tubuh Basidiomycota


Struktur morfologisnya yaitu sebagai berikut :
1. Tudung (pileus), merupakan bagian yang ditopang oleh stipe dan di bagian bawahnya
mengandung bilah-bilah. Pada jamur muda, pileus dibungkus oleh selaput (vileum universal) dan
menjelang dewasa pembungkus tersebut akan pecah.
2. Bilah (lamella/gills), merupakan bagian di bawah tudung berbentuk helaian berbilah-bilah.
3. Tangkai tubuh buah (stipe) merupakan massa miselium yang sangat kompak dan tumbuh tegak
4. Cincin atau Annulus, merupakan bagian yang melingkari tangkai yang berbentuk seperti cincin.
5. Volva, merupakan bagian sisa pembungkus yang terdapat pada dasar tangkai. (Widayati, 2011)

Basidiomycota adalah jamur multiseluler yang hifanya bersekat. Hifa Basidiomycota


memiliki sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada
pada substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk payung atau bentuk lain
yang menjulang di atas substrat. (Supomo, 2007: 54)

D. Habitat Basidiomycota
Jamur Basidiomycotina umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup,
misalnya serasah daun di tanah, merang padi, dan batang pohon mati. Jamur yang parasit hidup
pada organisme inangnya, misalnya tumbuhan dan manusia. Jenis lainnya ada yang bersimbiosis
dengan akar tumbuhan membentuk mikoriza. (Rudini, 2010)

E. Reproduksi Basidiomycota
Reproduksi jamur ini terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual yaitu
dengan cara membentuk spora konidia. Seperti Zygomycotina dan Ascomycotina, reproduksi
seksual Basidiomycotina terjadi melalui perkawinan antara hifa yang berbeda jenis menghasilkan
spora seksual (spora generative), yaitu spora basidium (basidiospora). Tahapan reproduksi
seksual pada Basidiomycotina adalah sebagai berikut:

Penjelasan :
 Hifa (+) dan hifa (-) yang berinti haploid (n) berkecambah dari basidiospora. Kedua hifa ini
saling bersinggungan.
 Plasmogami terjadi antara hifa (+) dan hifa (-) sehingga inti salah satu hifa pindah ke hifa
lainnya membentuk hifa dengan dua inti haploid (n) yang berpasangan (dikariotik).
 Hifa haploid dikariotik akan tumbuh menjadi miselium haploid dikariotik.
 Miselium dikariotik tumbuh dan membentuk badan buah yang disebut basidiokarp.
 Pada ujung-ujung hifa basidiokarp terjadi kariogami sehingga membentuk basidium yang
berinti diploid (2n).
 Inti diploid dalam basidium akan membelah secara meioisis menjadi empat inti yang haploid
(n).
 Basidium membentuk empat tonjolan yang disebut sterigma pada ujungnya.
 Satu inti haploid pada basidium kemudian masuk ke dalam salah satu sterigma dan berkembang
menjadi basidiospora.
 Jika basidiospora terlepas dari basidium dan jatuh pada tempat yang sesuai, akan tumbuh
menjadi hifa yang haploid. (Rudini, 2010)

F. Klasifikasi Basidiomycota
Filum basidiomycota dibagi ke dalam tiga kelompok utama, yaitu :
1. Urediniomycetes.
2. Hymenomycetes.
3. Ustilaginomycetes.

Jamur Basidiomycota dibagi menjadi Homobasidimycotina (jamur yang sebenarnya) dan


Heterobasidiomycetes. Sedangkan Homobasidimycotina dibagi menjadi 3 subclass yaitu :
1. Hymenomycetes
Merupakan kelas terbesar dari Basidiomycota. Menghasilkan spora pada permukaan
terbuka–melepaskan spora secara bertahap melalui struktur seperti pori-pori atau insang.
Contoh: Agaricales, dan Aphyllophorales.

2. Gasteromycetes
Menghasilkan spora pada permukaan tersembunyi, spora dilepaskan sesaat setelah
penutupnya pecah. jamur ini menghasilkan basidiospores dalam basidiomata mereka, dimana
spora benar-benar tertutup atau setidaknya merupakan bagian dari perkembangan mereka.
Morfologi gasteroid basidioma telah berevolusi beberapa kali dalam basidiomycetes. Contoh:
puffball dan earthstar Orde Lycoperdales dan dua stinkhorns dari Orde Phalales.

3. Heterobasidiomcetae
Menghasilkan spora di ujung benang mencolok. Mekanisme perkembangan jamur terus
berlanjut untuk menjamin pembebasan spora yang efisien. Contoh: Jeli Jamur.

Beberapa contoh spesies dari Divisi Basidiomycota, antara lain:


1. Puccinia graminis.
2. Jamur Merang (Volcariella volvacea).
3. Ustilago maydis.
4. Jamur Kuping.
5. Amanita muscaria. (Febricha, 2012)

G. Peranan Basidiomycota
1. Peranan Basidiomycota Yang Menguntungkan
a. Sebagai bahan makanan, antara lain:
1) Jamur kuping (Auricularia polytricha).
2) Jamur merang (Volvariella volvacea).
3) Shitake (Lentinulla edodes).
4) Jamur tiram (Pleurotus).
5) Jamur klentos (Lycoperdon pretense).
b. Sebagai obat atau makanan suplemen, antara lain:
1) Jamur kayu (Ganoderma apllanatum)

2. Peranan Basidiomycota Yang Merugikan


a. Jamur karat (Puccinia graminis) merupakan parasit pada daun tanaman pertanian dari tanaman
famili Graminae misalnya jagung dan gandum.
b. Puchinia arachidis, parasit pada tanaman kacang tanah.
c. Ustilago maydis, parasit pada jagung Amanita ocreata dan Amanita phalloides, beracun dan
mematikan jika dimakan.
d. Amanirta muscaria dapat menyebabkan halusinasi jika dimakan. Jamur ini mempunyai tubuh
buah yang sulit di bedakan antara yang beracun dan yang tidak beracun.
e. Ustilago sp. (jamur api) yang menyerang ujung batang tebu memiliki spora bulat berwarna
merah tua seperti api.
f. Puccinia sp. (jamur karat) miseliumnya masuk kedalam sel-sel daun yang di serangnya dan di
atas daun terdapat kelompok spora yang berwarna merah kekuning-kuningan seperti karat. (Tri,
2011)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan materi Basidiomycota, antara lain;
1. Basidiomycota adalah takson dengan Kingdom Fungi yang termasuk spesies yang memproduksi
spora dalam bentuk kubus yang disebut basidium.
2. Ciri-ciri Basidiomycota antara lain umumnya anggota basidiomycota berukuran makroskopis,
hyfanya bersekat dan memiliki tubuh buah (basidiokarp) berbentuk panjang, lembaran–lembaran
yang berliku–liku atau bulat.
3. Struktur morfologi Basidiomycota meliputi tudung, bilah, tangkai tubuh buah, cincin dan volva.
4. Jamur Basidiomycota umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup, misalnya
serasah daun di tanah, merang padi, dan batang pohon mati.
5. Reproduksi jamur ini terjadi secara aseksual maupun seksual.
6. Jamur Basidiomycota dibagi menjadi Homobasidimycotina dan Heterobasidiomycetes.
Sedangkan Homobasidimycotina dibagi menjadi 3 subclass yaitu Hymenomycetes,
Gasteromycetes, Heterobasidiomcetae.
7. Peranan Basidiomycota yang menguntungkan antara lain sebagai bahan makanan yaitu salah
satunya Jamur kuping (Auricularia polytricha) dan sebagai obat yaitu Jamur kayu (Ganoderma
apllanatum).
8. Peranan Basidiomycota yang merugikan salah satunya yaitu Puchinia arachidis, parasit pada
tanaman kacang tanah.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang Basidiomycota. Makalah ini pun tak
luput dari kesalahan dan kekurangan. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran
digunakan sebagai penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimmous. 2014. Basidiomycota. http://id.wikipedia.org/wiki/Basidiomycota Diakses tanggal : 21


September 2014 pukul 11.00 WIB

Febricha. 2012. Basidiomycota. http://febricha-hardanita.blogspot.com/2012/01/ basidiomycota.html


Diakses tanggal : 21 September 2014 pukul 11.00 WIB

Rudini. 2010. Basidiomycota. http://coretanroodeetea.wordpress.com/2010/03/03/ basidiomycota/


Diakses tanggal : 21 September 2014 pukul 11.00 WIB

Supomo, dkk. 2007. Biologi. Sukoharjo: Setiaji


Tri Mei Widayati. 2011. Ciri-ciri Basidiomycota. http://fungibasidiomycota.blogspot.com/
2011/06/ciri-ciri-basidiomycota.html Diakses tanggal : 21 September 2014 pukul 11.00
WIBMAKALAH

Lichen

MAKALAH LICHENES (LUMUT KERAK)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lichen sebagai tumbuhan pioneer memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Jenis
ini menjadi tumbuhan perintis pada daerah-daerah yang keras dan kering sehingga pada akhirnya
dapat mendukung pertumbuhan organisme lainnya. Saat ini Lichen telah banyak dimanfaatkan
oleh sebagian masyarakat, beberapa jenis Asolichen telah dimanfaatkan dan dapat pula
dikonsumsi, oleh karena itu perlu dijelaskan mengenai Lichen tersebut khusunya pada
pemanfaatan Lichen bagi kehidupan. Simbiosis mutualisme adalah hubungan antar organisme
yang saling menguntungkan. Jamur pada lumut kerak berfungsi sebagai pelindung dan penyerap
air serta mineral. Ganggang yang hidup di antara miselium jamur berfungsi menyediakan makan
melalui fotosintesis. Lumut kerak adalah organisme hasil simbiosis mutualisme. Jamur pada
lumut kerak tidak dapat hidup sendiri di alam. Lumut kerak mampu hidup subur pada suhu dan
kelembaban yang ekstrim seperti gurun dan kutub. Populasinya tersebar luas di seluruh dunia
dan tumbuh di Indonesia lebih dari 1000 species yang diketahui dari – 2500 species yang ada.
Lumut adalah organisme komposit terdiri dari simbiosis asosiasi dari jamur (mycobiont itu)
dengan fotosintesis mitra (yang photobiont atau phycobiont), biasanya baik ganggang hijau
(umumnya Trebouxia sp) atau cyanobacterium (umumnya Nostoc). Lumut terjadi di beberapa
lingkungan yang paling ekstrim di Bumi- tundra Arktik, padang pasir panas, pantai berbatu dan
tumpukan terak beracun. Namun, mereka juga berlimpah sebagai epifit pada daun dan cabang di
hutan hujan dan hutan subtropis, pada batu telanjang, termasuk dinding, batu nisan dan pada
permukaan tanah yang terbuka (misalnya Collema ) dinyatakan habitat mesic. Lumut yang luas
dan dapat berumur panjang. Namun, banyak spesies juga rentan terhadap gangguan lingkungan,
dan mungkin berguna untuk ilmuwan dalam menilai efek dari polusi udara, penipisan ozon, dan
kontaminasi logam. Lumut juga telah digunakan dalam pembuatan pewarna dan parfum, serta
obat-obatan tradisional. Tubuh (talus) dari lumut yang paling cukup berbeda dengan baik jamur
atau alga tumbuh secara terpisah, dan menyolok mungkin menyerupai tanaman sederhana

Lichenes merupakan organisme yang sangat kuat untuk bertahan hidup, namun organisme ini
sangat sensitif terhadap polutan udara sulfur oksida (Jenifer et al, 1996).
1. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut

1. Bagaimana morfologi/ciri-ciri dan bagian-bagian dari Lichenes?


2. Bagaimanakah klasifikasi dari Lichenes?
3. Bagaimana perkembangbiakan Lichenes?
4. Apakah manfaat/peranan Lichenes?
1. Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai berikut:
2. Untuk menyelesaikan tugas dalam matakuliah Botani Tingkat Rendah yang
ditugaskan oleh dosen pembimbing
3. Mengetahui dan memahami tentang Ciri dan peranan Lichenes sebagai indikator
pencemaran udara.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi
dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di
atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-
gunung yang tinggi.

Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah.
Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya
lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam
jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena
teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali.

Lichenes menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat beradaptasi pada
habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar terik matahari,
mengusir/menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi kompetisi dengan
tumbuhan, dll.
Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang juga membuat lichenes ini sangat berguna
bagi manusia pada masyarakat tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti
putih, hijau keabu-abuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam.

Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lichenes baru jika bertemu jenis yang tepat. Para ahli
mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan atau klasifikasi lichenes dalam
dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa lichenes dimasukkan ke dalam kelompok yang
tidak terpisah dari jamur, tapi kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichenes perlu dipisahkan dari
fungi atau menjadi golongan tersendiri.

Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena jamur yang membangun tubuh lichenes tidak
akan membentuk tubuh lichenes tanpa alga. Hal lain didukung oleh karena adanya zat-zat hasil
metabolisme yang tidak ditemui pada alga dan jamur yang hidup terpisah.

Dengan demikian, Lumut kerak (atau Lichenes dalam istilah ilmiah) adalah suatu organisme
majemuk yang merupakan suatu bentuk simbiosis erat dari fungus(sebagai mycobiont) dengan
mitra fotosintetik (photobiont), yang dapat berupa alga hijau (biasanya Trebouxia) atau
sianobakteri (biasanyaNostoc). Kerja sama ini demikian eratnya sehingga morfologinya pun
berbeda dari komponen simbiotiknya. Pada beberapa kasus bahkan masing-masing komponen
akan mengalami kesulitan hidup apabila ditumbuhkan terpisah. Organisme ini sebenarnya
kumpulan antara Fungi dan Algae, tetapi sedemikian rupa, hingga dari segi morfologi dan
fisiologi merupakan suatu kesatuan. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perintis yang ikut
berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada bagian pinggir batu-batu,
oleh karenanya disebut bersifat endolitik. Pertumbuhan thalusnya sangat lambat, dalam satu
tahun jarang lebih dari 1 cm. tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan
vegetatif bertahun-tahun. Algae yang ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium, dapat
bersel tunggal atau berkoloni. Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae)
antara lain Chroococcus dab Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau 9chlorophyceae)
misalnya Cystococcus dan Trentepohlia. Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun Lichenes
tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales, hanya kadang-kadang
Pyrenomycetales. Mungkin juga Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan
Lichenes. Kebanyakan cendawan-cendawan tertentu bersimbiosis dengan ganggang tertentru
pula. Untuk memelihara Lichenes pada medium buatan dijimpai bamnyak kesukaran. Tetapi jika
cendawan dan ganggangnya dipisahkan, masing-masing dapat dipiara dengan mudah pada
medium buatan. Pada umumnya Lichenes pada medium buatan tidak memperlihatkan
pertumbuhan yang kuat. Jadi daya untuk hidup sendiri telah hilang, sehingga cendawan itu dalam
jarang sekali ditemukan dalam keadaan hidup bebas. Dalam kultur murni cendawan itu
memperlihatkan susunan morfologi menurut jenisnya, tetapi bentuk thalus seperti Lichenes baru
terjadi, jika bertemu dengan jenis ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan lain
Lichenes. Jadi bentuk lichenes bergantung pada macam cara hidup bersama antara kedua macam
organisme yang menyusunnya.
Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis umumnya disebut simbiosis. Masing-
masing organisme itu sendiri disebut simbion. Dalam pembicaraan sehari-hari simbiosis itui
sering diartikan sebagai hidup bersama dengan keuntungan bagi kedua simbion, yang seharusnya
dinamakan mutualisme.
Pada lichenes simbiosis antara fungi dan algae diberikan tafsiran yang berbeda-beda. Ada yang
menafsirkan sebagai mutualisme, karena dipandang kedua-duanya dapat memperoleh
keuntungan dari hidup bersama itu. Ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama yang
berupa karbohidrat kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan garam-
garam kepada ganggang. Dapat juga hubungan antara ganggang dan jamur itu dianggap sebagai
suatu helotisme. Keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara, yaitu pada permulaan saja,
tetapi akhirnya ganggan diperalat oleh cendawan, hubungan mana menyerupai hunbungan
seorang majikan dengan budaknya (heloot). Dalam hal ini hidup bersama antara cendawan dan
ganggang pada Lichenes dinamakan helotisme. . Mengenai hal tersebut memang masih belum
tercapai persesuaian paham. Pada penampang melintang talus lichenes tampak hifa cendawan
sering kali membalut sel-sel ganggang, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-
sel ganggang. Ganggang tetap hidup, tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya
sendiri. Adapula yang miselium cendawan hanya msuk kedalam selaput lender sel-sel ganggang.
Dalam hal tersebut bentuk ganggang menentukan bentuk Lichenes. Pada umumnya miselium
cendawan jauh lebih banyak bagian dalam takus terdiri atas anyaman hiva yang renggang dan
merupakan lapisan teras(lapisan empulur). Dalam lapisan ini dekat dengan permukaan sel-sel
ganggang, bergerombol yang merupakan lapisan yang dinamakan lapisan gonidium. Kulit
luarnya terdiri atas mislelium cendawan lagi yang teranyam sebagai plektenkim dengan rapat.
Menurut habitusnya kita membedakan Lichenes yang talusnya menyerupai lembaran-lembaran,
dan seperti semak. Yang pertama biasanya melekat dengan benang-benang menyerupai rizoid
pada substratnya dengan seluruh sisi bawah talus, sedang yang kedua mempunyai ujung talus
yang bebas dalam udara. Pembagian ini sama sekali tidak menunjukkan hubungan filogenetik
antara anggota-anggota yang tergolong di dalamnya. Kebanyakan Lichexnes berkembang biak
vegetatif, karena bila sebagian talus terpisah lalu tumbuh menjadi individu baru. Pada bebarapa
jenis Lichenes,pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredium, yaitu kelompok kecil sel-
sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu
badan yang dapat terlepas dari indukknya. Dengan robeknya dinding talus soredium tersebar
seperti debu yang ditiup angin. Benda-benda tersebut pada tempat lain dapat tumbuh menjadi
Lichenes baru. Seringkali soredium itu tetjadi dalam talus pada tempat-tempat yang mempunyai
batas yang jelas yang dinamakan soralum. Pada talus Lichenes, cendawan akhirnya dapat
membentuk tubuh buah yang menurut jenis cendawan dapat berupa apotesium atau peritesium.
Spora yang dilepaskan , di tempat yang baru jika menjumpai jenis ganggang yang tepat, yang
sama dengan jenis ganggang pada talus indukknya.Menurut habitusnya, Lichen dibagi menjadi
dua yaitu :

1. Lichenes dengan talus berbentuk lembaran-lembaran


2. Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak

Pada tipe Lichen dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan sisi bawahnya pada
alas sedangkan tipe Lichen dengan talus berbentuk semak-semak, hanya pangkal talus saja yang
melekat pada alas dan ujungnya tetap bebas dan bercabang-cabang seperti batang Cormophyta.

a). Karakteristik Lichenes

1. Ciri-ciri umum

Lichenes memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:


1. Pada Penampang melintang talus Lichenes, kelihatan hifa cendawan membalut sel-sel
algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel algae. Algae tetap
hidup tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri.
2. Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput landersel-sel algae,
sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichenesnya.
3. Bagian dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan merupakan lapisan teras
/ empulus. Dalam lapisan ini sel-sel algae bergerombol membentuk lapisan gonidium.
Kulit luarnya terdiri atas miselium cendawan yang teranyam sebagai plektenkim yang
rapat.
4. Bagi lichenes yang talusnya menyerupai lembaran, biasanya melekatF dengan benang-
benang yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung semak menyerupai ujung talus yang
bebas dalam udara.
5. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang ikut berperan
dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada pinggir batuan, disebut
endolitik.
6. Syarat hidupnya tidak sulit dan taha terhadap kekurangan air dalam waktu yang
lama.Dapat menjadi kering akibat terik matahari tetapi tidak mati, dan jika kemudian
turun hujan, Lichenes dapat hidup kembali
7. Pertumbuhaan talus sangat lambat. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetative bertahun-tahun.
8. Kebanykan Lichenes bereproduksi dengan perantaan soredium.
9. Komponen cendawannya sering dapat membentuk spora dan hanya membentuk lichenes
jika jatuh dekat algae yang merupakan simbionnya.

Menurut cendawan penyusunnya, Lichenes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Ascomychenes dan
Basidiolichenes. Lumut tidak memiliki akar dan tidak perlu air setiap saat seperti tumbuhan
tinggi besar, sehingga mereka dapat tumbuh di lokasi yang mustahil bagi kebanyakan tanaman,
seperti batu gundul, tanah atau pasir steril, dan berbagai struktur buatan seperti dinding, atap dan
monumen.

Banyak lumut juga tumbuh sebagai epifit (epi – pada permukaan, phyte – tanaman) pada
tanaman lain, terutama pada batang dan cabang-cabang pohon. Ketika tumbuh pada tanaman
lain, lumut tidak parasit , mereka tidak mengkonsumsi bagian dari tanaman atau racun itu.
Beberapa yang tinggal di tanah lumut, seperti anggota subgenus Cladina (lumut rusa),
bagaimanapun, menghasilkan bahan kimia yang larut ke dalam tanah dan menghambat
perkecambahan benih tanaman dan pertumbuhan tanaman muda.
Stabilitas dari mereka substrat merupakan faktor utama dari habitat lumut. Kebanyakan lumut
tumbuh di permukaan batu stabil atau kulit pohon tua, tetapi banyak orang lain tumbuh di tanah
dan pasir (gambar 2). Dalam kasus ini yang terakhir, lumut seringkali merupakan bagian penting
dari stabilisasi tanah, memang, dalam beberapa ekosistem gurun, vaskuler (lebih tinggi) tanaman
benih tidak bisa menjadi didirikan kecuali di tempat-tempat di mana kerak lumut menstabilkan
pasir dan membantu mempertahankan air.

Hutan Dengan Tanah Lichen-Cover Habitat Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah
dengan melapukkan pohon dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichenes sangat
tahan terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan pada musim kering
berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada dalam
hidup laten dormancy. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah kering tersebut
mulai menunjukkan aktivitasnya kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat. Ukuran
tubbuhnya dalam satu tahun tidak mencapai 1 cm. badan buah yang baru akan tumbuh setelah
Lichen mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun. Beberapa lumut memiliki
aspek daun (lumut foliose), yang lain menutupi substrat seperti kerak (lichen crustose), yang lain
seperti genus Ramalina mengadopsi bentuk semak (lumut fruticose), dan ada lumut gelatin
seperti genus Collema. Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk
morfologi yang berbeda, yang dikenal sebagai:

1. Foliose (bentuk daun)

Thallusnya berbentuk lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak
pada batu, dinding dan kulit kayu pohon tropika. Permukaan bawah melekat pada substrat dan
permukaan atas merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai
15-40 cm Crustose. Bentuknya datar seperti kerak. Tumbuh pada batu, berbentuk seperti coret-
coret kecil dan pada batang kayu yang sudah mati.

1. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya
berukuran kecil dan saling bertindih dansering memiliki struktur tubuh buah yang disebut
podetia. Squamulose lumut pada Cladonia carneola
2. Fruticose
Thallus tegak mirip perdu. Tumbuh menempel pada substrat oleh satu atau lebih akar.
Beberapa jenis dari lumut ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti kanker.
3. Lumut Kerak Berfilamen

Lumut ini tampak seperti kapas wol. Tumbuh pada kulit kayu pohon dan perdu, berwarna jingga
kekuningan atau hijau cerah. Apabila kita sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian diamati di
bawah mikroskop, maka akan terlihat adanya jalinan hifa/misellium jamur yang teratur dan
dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu, yang terdapat disela-sela jalinan hifa.
Anatomi lumut kerak Struktur morfologi dalam (anatomi) diwakili oleh jenis foliose, karena
jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:

1. Lapisan Luar (korteks) Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat,
menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh. Berupa jalinan yang padat disebut
pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang
berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan. Daerah alga, merupakan
lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari
jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa,
Nostoc,Rivularia dan Chrorella.
2. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ
reproduksi. Lapisan Gonidium Merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang
menghasilkan makanan dengan berfotosintesis. Terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan
membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini
tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian
yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis
pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan
antara dua pembuluh.
3. Lapisan Empulur Tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk
menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada kelompok
lumut kerak berdaun (foliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang
susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk
menempel pada substirat atau dikenal sebagai rizoid. Korteks bawah Lapisan ini terdiri
dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan
thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar.
4. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines) .Ada beberapa jenis lichenes
tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang
terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan melintang
Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada bagian
bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang
disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan
coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang megandung spora
jamur. Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari:
5. Soredia

Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit sehingga soredia dapat
dilihat dengan mudah. Pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredia yag diterbangkan
angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Soredia
itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi
benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini
terdapat di dalam soralum.

1. Isidia

Isdia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada dan tingginya antara 0,5
– 3 m ìkulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 m. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan
thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya.
Sebanyak 25 – 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan
isidia belum diketahui, tetapi dianggap sebagai faktor genetika.

1. Lobula
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahlus lichenes yang sering dihasilkan di
sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis
foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar
dibedakan dengan isidia.
2. Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman
yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dan mengikat thallus ke bagian
dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia
dan yang tidak bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
3. Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat
dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah
seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
4. Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di
sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara
tumbuh saja.
5. Cyphellae dan Pseudocyphellae

Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya
dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae dan mempunyai ukuran yang lebih kecil dari
cyphellae yaitu sekittar 1 m terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan
Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.

1. Cephalodia.
Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari alga-alga
yangg berbeda dari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul
ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang
berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti
Peltigera, Lecanora,Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain. Struktur sel
Di dalam sel lichenes terdapat sel-sel alga yang berperan dalam pembentukan makanan
karena dapat melakukan fotosintesis. Untuk bagian-bagian lainnya sama seperti pada
jamur karena lichenes merupakan penyusun utama tubuh lichenes. Tubuh talus Lichen
sangat berbeda dari Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini merupakan tumbuhan dengan
bentuk dan pertumbuhan yang sederhana. Reproduksinya dapat melalui aseksual,
vegetative, dan seksual. Reproduksi secara aseksula umunya dilakukan oleh tipe
Fructiose Lichen. Fructiose Lichen dapat dengan mudah melakukan fragmentasi.
Sebagian besar fragmentasi tersebut dilakukan saat musim kering atau saat talus pada
Lichen mengalami kekeringan dan memulai pertumbuhannya ketika mulai terdapat
embun. Lichen yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut :
1. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi
individu baru.
2. Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang
yang sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering
terbentuk dalam bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas
yaitu sorala.
3. Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru
jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen.
Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang
kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual
fusion dan pembelahan meiosis. Perkembangbiakan lumut kerak dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu vegetatif dan generatif.
4. Reproduksi Vegetatif
Dilakukan dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian terbawa angin
atau air dan tumbuh di tempat lain. Lichenes yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu
sebagai berikut :

1. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
2. Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang
sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa Fungi. Soredia ini sering terbentuk dalam
bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu sorala.
3. Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika
Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umumnya terjadi pada Basidiolichen.
Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang kemudian
bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan
meiosis.
4. Reproduksi Genetatif

Reproduksi Generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp, sesuai dengan jenis
jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika bertemu dengan jenis alga yang
sesuai. Sel-sel alga tidak dapat melakukan perkembangbiakan dengan meninggalkan induknya,
melainkan hanya dapat berbiak dengan membelah diri dalam tubuh lumut kerak.

1. Reproduksi generative

Soredium adalah Sekelompok jalinan hifa yang menyelubungi sel-sel alga. Fragmentasi adalah
terlepasnya bagian tubuh untuk menjadi organisme baru. Untuk reproduksi, lumut memiliki
isidia, soredia, dan mengalami fragmentasi sederhana. Struktur ini juga terdiri dari hifa jamur
melilit cyanobacteria. (Eichorn, Evert, dan Raven, 2005) Sedangkan struktur reproduksi semua
terdiri dari komponen yang sama (Mycobiont dan Photobiont) mereka masing-masing unik
dengan cara lain. Isidia adalah pertumbuhan yang kecil di bagian luar lumut tersebut. Soredia
adalah propagul tepung yang dilepaskan dari atas talus. Dalam rangka untuk membentuk lumut,
maka propagul soredia harus berisi baik photobiont dan mycobiont tersebut.

B. MORFOLOGI THALLUS

1) Morfologi Luar

Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan
jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang
berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi.

Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan hifa.

Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada
jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thallus.

Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas empat bentuk :


1. Crustose

Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke
permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak
substratnya.

Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau

Pleopsidium

Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada
di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut
endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur
berlapis, disebut leprose.

2. Foliose

Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus. Lichen ini relatif
lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun
yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada
batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi

sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.

3. Fruticose

Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus
tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat
perbedaan antara permukaan atas dan bawah.

Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia

4. Squamulose

Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya
berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut
podetia.

2). Morfologi dalam (Anatomi)

Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian
tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu. – Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut
pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa
gelatin.Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
1. Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas.
Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel
hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat
fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
2. Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang
luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya
mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di
sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan
demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
3. Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang
secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks
bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines).

Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh
lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan
melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada
bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang disebut
medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan coklat di
atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang mengandung spora jamur.

3). Struktur Vegetatif

Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari

Soredia

Soredia merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi
benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini
terdapat di dalam soralum.

2. Isidia

Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada kulit luar. Diamaternya
0,01 ? 0,03 m? dan tingginya antara 0,5 ? 3 m?. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan
thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya.
Sebanyak 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan isidia
belum diketahui, tetatpi dianggap sebagai faktor genetika.

3. Lobula

Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichenes yang sering dihasilkan di
sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose,
Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan
isidia.

4. Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang
muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada
dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak
bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.

5. Tomentum

Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari
rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada
Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.

6. Cilia

berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi
kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuh saja.

7. Cyphellae dan Pseudocyphellae

Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya
dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae mempunyai ukuran yang lebih kecil dari cyphellae
dan terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan Pasudocyphellaria.
Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.

8. Cephalodia.

Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri darialga-alga yangg
berbedadari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc
jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru
kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora,
Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.

C. KLASIFIKASI LICHENES

Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan fungi
serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan
Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam
kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes.
Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang
berbeda dari alga dan fungi.

Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah
sebagai beriktu :

1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya


i. Ascolichens.

 Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan


berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
 Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh
buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.

Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili: Mycophyceae dan
Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah Scytonema,
Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah Protococcus,
Trentopohlia, Cladophora dll.

ii. Basidiolichenes

Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili :
Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen
yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.

2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus

i. Homoimerus

Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk
seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema

ii. Heteromerous

Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan
terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia

3. Berdasarkan type thallus dan kejadiannya

i. Crustose atau Crustaceous.

Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon. Seperti
Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda
antara bagian permukaan atas dan bawah.

ii. Fruticose atau filamentous

Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian menempel pada
bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris
atau seperti janggut atau benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti
telinga tipis yaitu Ramalina. Yang panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia
adalah tipe antara kedua bentuk itu.
Secara umum Taksonomi lichenes menurut Misra dan Agrawal (1978)

adalah sebagai berikut :

Klas : Ascolichens

Ordo : Lecanorales

Famili :Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae,


Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae, Gyalectaceae,
Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae, Lecanoraceae, Parmeliaceae,
Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.

Ordo : Sphariales

Famili : Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae

Ordo : Caliciales

Famili : Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae

Ordo : Myrangiales

Famili : Arthoniaceae, Myrangiaceae

Ordo : Pleosporales

Famili : Arthopyreniaceae

Ordo : Hysteriales

Famili : Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae

Klas : Basidiolichens

Famili :Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae.

Klas : Lichens Imperfect

Genus : Cystocoleus, Lepraria, Lichenothrix, Racodium.

D. PERKEMBANGBIAKAN LICHENES

Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu :


1. Secara Vegetatif

i. Fragmentasi

Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari
induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang
dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose lichenes, bagian tubuh yang
lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru.
Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan
jumlah individu.

ii. Isidia

Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion.
Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.

iii. Soredia

Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-
benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya
dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru.
Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.

2. Secara Aseksual

Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung
kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual disebut pycnidiospores. Pycnidiospores itu
ukurannya kecil, spora yang tidak motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut
pygnidia. Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah
kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur
dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa
jamur. Jika bertemu dengan alga yang sesuai terjadi perkembangan menjadi lichenes yang baru.

3. Secara Seksual

Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang
mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh
lichenes.

E. PERANAN EKONOMI LICHENES

Lichenes memiliki bermacam-macam kegunaan dan bahaya, antara lain :

1. Lichenes sebagai bahan makanan


Thallus dari lichenes belum digunakan sebagai sumber makanan secara luas, karena lichenes
memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal-gatal, khususnya asam
fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya dalam
soda.Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan makanan dari biji-bijian. Pada
saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan lichenes sebagai sumber karbohidrat
dengan mencampurnya dengan tepung. Di Jepang disebut Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis
foliose lichenes digoreng atau dimakan mentah. Lichenes juga dimakan oleh hewan rendah
maupun tingkat tinggi seperti siput, serangga, rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan
sejumlah jenis lichenes sebagai sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak
dimakan adalah Cladina stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichenes dari
jenis Lobaria linita.

2. Lichenes sebagai obat-obatan

Pada abad pertengahan lichenes banyak digunakan oleh ahli pengobatan. Lobaria pulmonaria
digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena Lobaria dapat membentuk lapisan
tipis pada paru-paru. Selain itu lichenes juga digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver.
Sampai sekarang penggunaan lichenes sebagai obat-obatan masih ada.

Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai obat luka dan
terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam ekstrak spesis Usnea)
saat ini telah digunakan pada salep antibiotik, deodoran dan herbal tincture. Spesies Usnea juga
digunakan dalam pengobatan Cina, pengobatan homeopathic, obat tradisional di kepulauan
Pasifik, Selandia Baru dan lain benua selain Australia.

Banyak jenis lichenes telah digunakan sebagai obat-obatan, diperkirakan sekitar 50% dari semua
spesies lichenes memiliki sifat antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan dari lichenes terus
berkembang terutama di Jepang.

3. Lichenes sebagai antibiotik

Substrat dari lichenes yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai antibiotik yang ampu
menghalangi pertumbuhan mycobacterium. Cara ini telah digunakan secara komersil. Salah satu
sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia dan antibiotik ini terbukti ampuh dari
penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat lain seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh
melawan kanker tomat. Virus tembakau dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak lichenes yaitu
: lecanoric, psoromic dan asam usnat.

4. Lichenes yang berbahaya

Pigmen kuning yang berasal dari jenis Usnea dan Everia dapat menyebabkan alergi pada kulit
dan menyebabkan gatal-gatal. Abu soredia yang melekat pada kulit akan menimbulkan rasa
gatal. Lichen serigala atau Letharia vulpina adalah lichen beracun. Dari namanya
menggambarkan kegunaannya secara tradisional di bagian utara Eropah sebagai racun untuk
serigala. Bangsa Achomawi menggunakannya (kadang-kadangdicampur dengan bisa ular) untuk
membuat panah beracun. Walaupun demikian, suku Blackfoot dan Okanagan-Colville memakai
Letharia sebagai teh obat.

1. Kegunaan lain dari lichen

Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia, dan Ramalina diperoleh minyak. Beberapa diantaranya
digunakan untuk sabun mandi dan parfum. Di Mesir digunakan sebagai bahan pembungkus
mummi dan campuran buat pipa cangklong untuk merokok, khususnya Parmelia audina yang
mengandung asam lecanoric.

Ekstrak lichenes dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna untuk mencelup bahan tekstil. Bahan
pewarna di ekstrak dengan cara merebus lichenes dalam air, dan sebagian jenis lain diekstrak
dengan cara fermentasi lichenes dalam amonia. Parmelia sulcata digunakan untuk pewarna wol
di Amerika Utara.

Evernia prunastri yang tumbuh di ranting pohon oak di Utara California. Spesies ini di
diproduksi secara komersial di Eropa dan dikirim ke Prancis untuk industri parfum.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai lichenes ini dapat disimpulkan bahwa :

1. 1. lichenes adalah sejenis tumbuhan yang unik. Tumbuhan ini merupakan simbiosis
antara alga dan jamur tertentu, dan memiliki morfologi, reproduksi dan klsifikasi yang
dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tersendiri.
2. 2. Tubuhnya berupa thallus yang terdiri dari benang-benang hifa. Sebagai tumbuhan
perintis, lichenes ikut berperan dalam pembentukan tanah dan tidak memerlukan syarat
hidup yang tinggi.
3. 3. Tumbuhan lichenes tidak akan terbentuk tanpa adanya simbiosis antara alga dan jamur
yang sesuai. Tumbuhan ini juga menghasilkan senyawa-senyawa metabolit yang tidak
dihasilkan oleh alga dan jamur yang hidup terpisah.
4. 4. Selain keunikan struktur, fisiologi maupun reproduksinya, lichenes juga memiliki
kegunaan ekonomi yang tidak kalah pentingnya. Sampai sekarang para ahli masih terus
meneliti tumbuhan ini dan ada yang mengusulkan agar lichenes dimasukkan ke dalam
golongan tersendiri dan terpisah dari jamur dan alga.

1. Saran
Harapan makalah ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memahami botani tingkat rendah lebih
dalam lagi terutama mengenai Lichenes (lumut kerak).

DAFTAR PUSTAKA

Bold, H.C., C.J. Alexopoulus, T. Delevoryas, 1987. Morphology of Plants and

Fungi. Fifth edition. Harper and Row Publishers. New York.

Duta, A.C. 1968. Botany for Degree Stuudens. Oxford University Press. Bombay-

Calcuta-Madras.

Misra, A. ,R.P. Agrawal. 1978. Lichens (A Preliminary Text). Oxford and IBH

Publishing Co. New York-Bombay-Calcuta.

Sharnoff. S. D. 2002. Lichen Biology And The Environment The Special Biology Of

Lichens. http:/ http://www.lichen.com.

_________________. Lichens And Wildlife. http://www.lichen.com

_________________. Lichens And People. For a Bibliographical Database of the

Human Uses of Lichens. http://www.lichen.com

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai