Anda di halaman 1dari 6

Nama : Viola Yasinta

Nim : 0609138194052

Pendidikan Biologi 2019 (Palembang)

Tugas Resume

Ascomycota, Deuteromycota dan Cytridiomycota

1. Ascomycota

Ascomycota disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi
seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (kantung). Askus adalah semacam
sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan
berkeumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak
disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon. Hifa dari
ascomycota umumnya monokariotik (memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh
septa sederhana.

Jadi askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina.
Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofit
dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup
gangganghijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak.

a. Ciri-Ciri

Lebih dari 600.000 spesies Ascomycota telah dideskripsikan. Tubuh jamur ini
tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Pada umumnya jamur dari divisio ini hidup
pada habitat air bersifat sebagai saproba atau patogen pada tumbuhan. Akan tetapi, tidak
sedikit pula yang hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak).
Ciri khas ascomycota adalah cara perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk
askospora. Sedangkan, reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk konidium. Konidium
ini dapat berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium berupa hifa khusus yang
terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor.

b. Siklus Hidup

Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang
(hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa
berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan
ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut
letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid. Pada askogonium tumbuh
trikogen yang menghubungkan askogonium dan anteredium. Melalui trikogin ini inti dari
anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium.
Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti
membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa
bercabang . bagian askogonium berinti banyak, sedangkan bagian ujungnya berinti 2. Bagian
ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.

c. Reproduksi

1. Perkembangbiakan Aseksual (Vegetatif)

Pada jamur bersel banyak berlangsung dengan membentuk konida atau konidiospora
yang merupakan spora vegetatif. Konidia butir, misalnya Fusarium. Pada beberapa Fusarium
ada juga yang membentuk tak beraturan. Pada jamur bersel satu berlangsung dengan cara
membentuk tunas (Blastopora). Pada waktu masih muda, tunas menempel dari sel induk dan
setelah dewasa, tunas melepaskan diri dari sel induk, misalnya Saccharomyces.

2. Perkembangbiakan Seksual (Generatif)

Pada jamur bersel satu misalnya Saccharomyces, berlangsung dengan cara konjugasi
dan menghasilkan zigot diploid (2n). Zigot kemudian tumbuh menjadi askus (berbentuk
kantong panjang berisi askospora). Di dalam askus terjadi pembelahan meiosis yang
menghasilkan empat sel askospora haplois (n) yang merupakan spora generatif. Pada jamur
besel banyak konidiospora/askospora tumbuh menjadi benang hifa. Hifa bercabang
membentuk miselium dan ujung miselium yang vegetatif berubah fungsi membentuk
askogonium (oogonium) dan ujung lain dari miselium membentuk anteridium. Askogonium
membentuk tonjolan (trikogen) yang menghubungkan askogonium dan anteridium. Plasma
dan inti anteridium berpindah ke askogonium. Askogonium yang memiliki pasangan inti
membelah secara mitosis membentuk hifa dikarion yang diploid (2n). Hifa dikarion
memanjang dan membelah menjadi miselium yang akan membentuk badan buah. Ujung-
ujung hifa dikarion membentuk askus, dua inti pada bakal askus membentuk inti diplois (2n)
dan membelah secara mieosis menghasilkan 8 spora askus (askospora) yang haploid (n).

d. Klasifikasi

1. Genus Saccharomyces

Jamur ini tidak memiliki hifa sebagaimana jamur yang lain. Tubuhnya terdiri atas sel
bulat atau oval. Spesies yang terkenal dari sel Saccharomyches cerevisiae. Sel-sel
saccharomyches cerevisiae dapat bertunas sehingga membentuk rantai sel yang menyerupai
hifa atau hifa semu saccharomyches cerevisiae dapat berkembang biak secara seksual dan
aseksual.

2. Genus Neurospora

Neurospora mudah ditemukan di bekas kayu terbakar pada musim penghujan,


kinidianya berwarna oranye. Jika dengan mikroskop, konidia jamur ini tampak berderet
membentuk rangkaian spora yang tumbuh menurut jari-jari. Di jawa barat, jamur ini
digunakan sebagai bahan pembuatan oncom, yaitu tempe dengan bahan dari ampas tahu atau
bungkil kacang tanah.
3. Genus Aspergillus

Fase perkembangbiakan aseksual aspergillus menghasilkan kinidium yang di sangga


konidiofor. Ujung konidiofornya berbentuk seperti bola dengan sejumlah cabang yang
masing-masing menyangga ranting konidium. Jamur ini tumbuh sebagai saproba pada
berbagai macam bahan organik seperti roti, olahan daging, butiran padi dan kayu.

4. Genus Penicillium

Pada tempat-tempat yang ditumbuhi aspergillus dapat pula ditemukan Penicillium.


Fase akseksual jamur ini menghasilkan konidium yang disangga konidiofor. Berbeda dengan
Aspergillus, konidiofor penicillium bercabang-cabang, dan masing-masing menyangga
sekumpulan cabang yang lebih pendek. Beberapa spesies penicillium digunakan dalam
pembuatan keju, seperti P.camamberti dan P.requoforti yang memberikan aroma khas pada
keju. P.expansum menyebabkan buah apel membusuk di tempat penyimpanan.

2. Deutomycota

Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimaskkan ke dalam
Deutromycota. Kelompok jamur ini sering juga disebut sebagai jamur tidak sempurna atau
the impect jamur. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan
tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini
menyerupai Ascomycota (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai
“keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas
statusnya.

1. Ciri-Ciri

 Disebut sebagai jamur tidak sempurna


 Multiseluler mikroskopis dengan hifa bersekat
 Reproduksi seksual tidak diketahui dengan jelas
 Reproduksi aseksual dengan membentuk konidia
 Arthrospora (pembentukan spora dengan hifa)
 Hidup sebagai saprofit, hifa bersekat (asenositik)

2. Siklus Hidup

Reproduksi aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus


disebut konidiofor. Kemungkinan jamur ini merupakan suatu perkembangan jamur yang
tergolong Basidiomicetes tetapi tidak diketahui. Jamur ini bersifat saprofit dibanyak jenis
materi organic, sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi , dan perusak tanaman budidaya
dan tanaman hias. Jamur ini juga menyebabkan penyakit pada manusia , yaitu dermatokinosis
(kurap dan panu) dan menimbulkan pelapukan pada kayu. Contoh klasik jamur ini adalah
monilia sitophila , yaitu jamur oncom. Jamur ini umumnya digunakan untuk pembuatan
oncom dari bungkil kacang. Monilia juga dapat tumbuh dari roti , sisa- sisa makanan, tongkol
jagung , pada tonggak – tonggak atau rumput sisa terbakar, konodiumnya sangat banyak dan
berwarna jingga.
3. Reproduksi

Deutromycota memiliki hifa yang bersekat. Fungi ini sering disebut fungi tak
sempurna. Hal ini disebabkan anggota fungi ini belum diketahui cara reproduksi seksualnya.
Reproduksi deutromycota dilakukan secara aseksual (secara vegetatif) dengan membentuk
konidia atau konidiospora yang merupakan spora vegetatif. Konidia terbentuk pada ujung
hifa yang tegak, bersekat dan berjumlah empat butir, misalnya Fusarium. Pada bebrapa
Fusarium ada juga yang membentuk tak beraturan.

4. Klasifikasi
Beberapa jamur Deuteromycota lainnya yang diklasifikasi ulang menjadi Ascomycota
antara lain jamur dari genus Aspergillus, Candida, dan Penicillium. Oleh ahli mikologi, nama
genus Aspergillus diubah menjadi Eurotium, Candida menjadi Pichia, dan Penicillium
menjadi Talaromyces. ontoh jamur yang tergolong Deuteromycota adalah Tinea versicolor
penyebab panu dan Epidermophyton floocossum penyebab penyakit kaki atlet. Berbagai
penyakit jamur pada manusia banyak diakibatkan oleh jamur Deuteromycota. Demikian pula
penyakit pada hewan. Jamur Deuteromycota juga ada yang bermanfaat, yaitu Aspergillus.
Aspergillus ada yang telah memasukkannya ke dalam Ascomycota. Akan tetapi, ada pula
yang memasukkannya ke dalam Deuteromycota. Aspergillus bersifat saprofit dan terdapat di
mana-mana, baik di negara tropika maupun subtropika. Aspergillus hidup pada makanan,
sampah, kayu, dan pakaian. Hifa Aspergillus bercabang-cabang. Pada hifa tertentu muncul
konidior (pembawa konidia) yang memiliki konidiaspora yang tumbuh radial pada
konidiofor. Coba perhatikan jamur berwarna kekuningan atau kecokelatan pada roti dan
periksalah dengan mikroskop.

3. Cytridiomycota
Filum Chtridiomycota diduga merupakan nenek moyang langsung dari kelompok
fungi tingkat tinggi. Diantara anggota fungi, hanya kelompok Chytrid yang memiliki
flagella. Menurut perkiraan Berbee dan Taylor (dalam Roosheroe,dkk:74) berdasarkan
waktu geologi dan molecular clock, divergensi kingdom Fungi terjadi sebelum tumbuhan
mengkolonisasi daratan (zaman Kambrian, sekitar 900 juta tahun yang lalu). Filum
tersebut hanya memuat satu kelas yaitu Chitridiomycetes. Kelas Chitridiomycetes terdiri
dari 5 ordo, yaitu Chytridiales, Spirallomycetes, Blastocladiales, Monoblepharidales, dan
Neacallimastigales.

Secara keseluruhan, Chytridiomycota sering disebut juga sebagai chytrids walaupun semula
istilah tersebut hanya untuk ordo Chytridiales.

Morfologi

Chytrids bersifat uniseluler, berkoloni, atau merupakan organisme yang berfilamen


yang mengambil nutrient dengan cara absorbs dan mempunyai sebuah alat gerak yang
terletak di bagian posterior, chytrid demikian disebut zoospore berflagel tunggal
(uniflagellated zoospores). Beberapa spesies memiliki flagella dua atau lebih (bi- dan
polyflagellated zoospores)

Secara tradisional, Chytridiomycota disebut fungi akuatik, tetapi pernyataan tersebut


adalah anggapan yang salah. Sebagian besar spesies Chtridiomycota , terdapat di tanah
sebagai saprofit yang hidup pada bahan organic. Chytridiomycota merupakan pengurai awal
bahan-bahan organic di alam, seperti kitin, keratin, selulosa dan hemiselulosa. Beberapa
diantaranya hidup sebagai halofil yang ditemukan di estuaria. Banyak chytrid hidup di dalam
alat pencernaan rumen hewan. Banyak juga yang bersifat parasit pada mikroflora dan
mikrofauna, seperti algae dan rotifer, dan beberapa parasit pada tumbuhan berpembuluh.

Anatomi

Chytridiomycetes merupakan fungi yang paling primitif.  Anggotanya aquatic dengan


dinding sel mengandung chitin tanpa selulosa, dan sporanya berflagel.

Reproduksi

Hifa kapang Chytriodiomycota adalah soenositik (coenocyctic), septum baru dibentuk


apabila fungi akan membuat alat reproduksi sporangium. Mula-mula sporangium
mengandung protoplasma berinti banyak yang kemudian membelah menjadi bagian-bagian
kecil berinti tunggal yang selanjutnya memperoleh flagella posterior dan disebut zoospore.
Zoospore keluar dari sporangium melalui papillae atau melalui lubang di dinding
sporangium, dan berenanng sebelum menjadi kista. Kista tersebut akan berkecambah menjadi
hifa baru.

Reproduksi seksual berlangsung dengan cara kopulasi antara planogamet-planogamet


yang memiliki morfologi sama (isogamet) atau tidak sama (anisogamet) dengan
menghasilkan suatu zigot yang akan tumbuh kembali menjadi hifa.
Pada proses produksi spora “gabungan dua nucleus”.terdapat tiga tahap, namely,
plasmogamy, karyogamy dan meosis.

Proses plasmogami (gabungan dua protoplast yang membawa dua haploid secara bersama
dalam satu sel). Terdapat beberapa cara plasmogamy.

1. Gametangial copulation (gametangiogamy), terjadi kontak atau penggabungan antara


gamet jantan dan betina.
2. Planogametic copulation (gametogamy) terjadi penggabungan 2 planogamet denngan
yang lain.
3. Gametangial contact (gametangy) dua gametangia yang berbeda sex dan mengadakan
hubungan dan plasmogamy yang mendapat struktur tambahan yang disebut tuba
fertilisasi (oomycetes) dan trichogyne (Ascomycetes)
4. Spermatization (spermatogamy) pada jantan disebut spermatia yang dapat menempel
pada trichogyne (Ascomycetes) atau menerima hypha (Basidiomycetes), lubang
berkembang pada ujung dari hubungan dan isi dari spermatial bermigrasi untuk
menjadi bentuk yang baru.
5. Somatogamy ialah penggabungan dua struktur vegetatif yang bertujuan plasmogamy
dalam siklus seksual.

Anda mungkin juga menyukai