Anda di halaman 1dari 43

A.

PENGERTIAN FUNGI ( JAMUR )

Fungi(jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak
memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya
tersebut dalam klasifikasi makhluk hidup, Jamur dipisahkan dalam kingdom nya tesendiri,ia
tidak termasuk dalam kindom protista,monera, maupun plantae. Karena tidak berklorofil, jamur
temasuk ke dalam makhluk hidup heterotof (memperoleh makanan dari organisme lainnya),
dalam hal ini jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di
lingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit (hidup dengan menguai sampah oganik
seperti bankai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur yang hidup secara parasit (memperoleh
bahan organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan simbiosis mutualisme(yaitu hidup
dengan organisme lain agar sama-sama mendapatkan untung).

Fungi ( Jamur )

B.REPODUKSI FUNGI (JAMUR)

Seperti yang telah saya jelaskan tadi sahabat, jamur terbagi atas dua, yaitu uniseluler(besel
tunggal) dan multiseluler), nah keduanya ini memiliki cara berkembang biak yang berbeda.

Jamur uniseluler berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk tunas, dan secara seksual
dengan membentuk spora askus. Sedangkan jamur multiseluler yang terbentuk dari rangkaian sel
membentukbenang seperti kapas, yang disebut benang hifa. Dalam perkembangbiakkannya
secara aseksual ia memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk spora aseksual yaitu
zoospora, endospora, dan konidia. Secara seksual melalui pelebuan anatara inti jantan dan inti
bentina sehingga terbentuk spora askus atau spora sidium.

Zoospora atau spora kembara adalah spoa yang dapat bergerak di dalam air dengan
menggunakan flagela. Jadi jamur penghasil zoospora biasanya hidup di lingkungan yang lembab
atau berair.

Endospora adalah spoa yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal di dalam sel tesebut,
hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh.

Spora askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur ascomycota.
Askospora terdapat dalam askus, biasanya berjumlah 8 spora. Spora yang dihasilkan dari
perkawinan kelompok jamur Basidimycota disebut basidispora. Basidispoa terdapat di dalam
basidium, dan biasanya berjumlah empat spora.

Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa
atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak konidia paling ujung
dapat melepaskan diri.
Kesimpulan :

Reproduksi jamur unseluler:

Aseksual(Membentuk tunas, membentuk spora)

Seksual(membentuk spora askus)

Reproduksi jamur multiseluler:

Aseksual(Fragmentasi, zoospoa, konidia)

Seksual(Inti jantan dan inti betina bertemu, akhirnya membentuk spora askus atau spora
basidium)

3.KLASIFIKASI FUNGI ( JAMUR)

Jamur diklasifikasikan berdasarkan cara reproduksi dan struktur tubuhnya. Dalam klasifikasi
dengan lima kingdom, jamur dibagi menjadi 4 divisi yaitu

1.Divisi Zygomycota

Jamur Zygomycota

Tubuh Zygomycota terdiri dari benng hifa yang bersekat melintang, ada pula yang tidak bersekat
melintang. Hifa bercabang-cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin.
Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu ada juga yang hidup secara
saprofit pada rotin, nasi, dan bahan makanan lainnya. Ada pula yang hidup secara parasit,
misalnya penyebab penyakit busuk pada ular jalar.

Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora. Beberapa hifa akan tumbuh
ke atas dan ujungnya menggembung membentuk spoangium. Sporangium yang masuk berwarna
hitam. Spoangium kemudian pecah dan spora tersebar, spora jatuh di tempat yang sesuai akan
tumbuh membentuk benang baru.

Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut :

dua hifa yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu, kemudian inti jantan dan inti
betina melebu, terbentuk zigot yang berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang
disebut zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora mengalamai dormansi
(istirahat) selama 1-3 bulan. Setelah itu zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa
jantan dan betina hanya istilah saja , dan disebut jantan, jika hifanya memberi isi sel, disebut
betina kalau menerima isi sel.

2.Divisi Ascomycota

Jamur Ascomycota

Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan spora askus (askospora), yaitu
spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak
spora ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktu
askus dibutuhkan pengamatan yang teliti.

a.Reproduksi secara sesksual


Reproduksi secara seksual dapat dijelaskansecara ingkas sebagai berikut. Hifa yang bercabang-
cabang ada yang berdifensiasi membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya menjadi lebh
besar, yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari ujung hifa lain terbentuk alat repoduksi
jantan yang disebut anteridium berinti haploid(n kromosom). Dari askogonium tumbuh saluran
yang menghubungkan antara askogonium dan anteridum. Saluran itu disebut trikogin. Melalui
saluran trikogin inilah inti sel dari anteidium pindah dan masuk ke dalam askogonium.
Selanjutnya, inti anteridium dan inti askogonium berpasanga. Setelah terbentuk pasangan inti,
dari askogonium tumbuh beberapa hifa. Hifa ini disebut sebagai hifa askogonium . Nah inin yang
berpasangan itu masuk ke dalam askogonium ,kemudian membelah secara mitosis, namun tetap
saja berpasangan. Setelah memasuki inti hifa askogonium teus tumbuh, membentuk sekat
melintang, dan bercabang-cabang banyak. Di ujung-ujung hifa askogonium ini terdapat dua int.
Ujung hifainilah yang kelak akan membentuk askus. Cabang-cabang hifa itu dibungkus oleh
miselium, bentuknya kompak,yang mudah menjadi tubuh buah atau askokarp.

Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu membelah secara meiosis membentuk 8
buah spoa. Jadi, spoa tersebut terbentuk di dalam askus, karena itulah disebut spora askus. Spora
askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai spora askus
akan tumbuh menjadi benag hifa baru.

b.Reproduksi Secara Aseksual

Selain reproduksi secara seksual, jamur ini juga melakukan perkembangbiakkan secara aseksual
melalui pembentukan tunas, pembentukan konidia, fragmentas. Warna spora dan konidia
bemacam-macam. Ada yang hitam,coklat, bahkan kebiruan, dan juga ada yang merah oranye.

Ukuran tubuh Ascomycota ada yang mikroskopis (satu sel), ada yang makroskopis (dapat dilihat
dengan mata). Golongan jamur ini ada yang hidup saprofit, parasit dan ada pula yang
bersimbiosis.

Kesimpulan :

Ascomycota

Hidup saprofit,parasit, ada yang bersimbiosis

Hifa bersekat melintang, bercabang-cabang

Reproduksi aseksual dengan tunas, fragmentasi, konidia

Reproduksi seksual dengan menghasilkan spora askus


3. Divisi Basidiomycota

Jamur Basidiomycota

Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik, dapat dilihat dengan mata
karena ukuannya yang besar. Pada musim penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya
jamur kuping, jamur pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik, misalnya
jamur barat.

Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya pada jamur merang yang kalian
amati. Basidiomycota ada yang dibudayakan misalnya jamur merang, jamur tiram, jamur
shiltake, dan lainnya, jamur-jamur tersebut merupakan makan yang bergizi tinggi.

Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua (dikariotik).
Miseliumnya berada pada substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk
payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah yang enak
dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium
menghasilkan 4 spora basidum.

Secara singkat daur hidup Basidiomycota :Hifa (+) bertemu hifa (-) à inti dari hifa (+)pindah
ke hifa(-) à hifa dikariotik à tumbuh miselium muncul basidiokarpàmembentuk basidium à spora
basidium

Kesimpulan :

Basidiomycota

Merupakan jamur makroskopik

Hifa bersekat melintang, monokariotik, atau dikariotik


Menghasilkan spora basidium dari reproduksi seksualnya

Reproduksi aseksual dengan Konidia

4.Divisi Deuteromycota

Telah dibahas sebelumnya bahwa jamu yang epoduksi seksualnya menghasilkan askus
digolongkankedalam Ascomycota dan yang menghasilkan basidium digolobgkan kedalam
Basidiomycota. Akan tetapi belum semua jamu yang dijumpai di alam telah diketahui cara
repoduksi seksualnya. Kira-kira terdapat sekitar 1500 jenis jamur yang belum diketahui cara
reproduksi seksualnya. Akibat dari hal ini Tidak ada yang bisa menggolongkan 1500 jamur
tersebut. Jamur yang demikian untuk sementara waktu digolongkan k dalam Deuteromycota atau
“jamur tak tentu”. Jadi Deuteromycota bukanlah penggolongan yang sejati atau bukan takson.
Jika kemudian menurut penelitian ada jenis dari jamu ini yang diketahui proses reproduksi
seksualnya,maka akan dimasukkan ke dalam ascomycota atau Basidiomycota. Sebagai cotnoh
adalah jamur oncom yang mula-mula jamur ini berada di divisi deuteromycota dengan nama
Monilla Sithophila. Namun setelah diteliti ternyata jamur ini menghasilkan askus sehingga
dimasukkan ke dalam Ascomycota.
Plantae
A. Ciri – ciri umum plantae

Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) meliputi organisme multiseluler yang sel – selnya
telah terdiferensiasi, bersifat eukariotik, dan memiliki dinding sel selulosa. Hampir seluruh
anggota tumbuhan memiliki klorofil dalam selnya sehingga bersifat autotrof atau dapat
menyusun makanan sendiri. Kebanyakan tumbuhan memiliki organ reproduksi multiseluler,
yang disebut gametangium. Organisme yang termasuk tumbuhan adalah lumut, tumbuhan paku,
dan tumbuhan biji.

Lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji umumnya termsuk kedalam tumbuhan
tumbuhan darat. Tumbuhan mempunyai berbagai kebutuhan misalnya menyangga berat
tubuhnya sendiri, atau melindungi jaringan tubuh dan alat reproduksinya dari kekeringan. Selain
itu, tumbuhan juga perlu mendapatkan air dan makanan dari tanah, serta mentransportasikannya
ke daun dan bagian yang lainnya. Untuk mengatasi berbagai kebutuhan tersebut, tumbuhan
memerlukan struktur tubuh dan fisiologi khusus. Fisiologi tumbuhan darat lebih kompleks
dibandingkan dengan tumbuhan air.

Pergiliran keturunan

Tumbuhan mengalami pergiliran keturunan yang jelas dalam siklus hidupnya. Dalam
pergiliran keturunan ini, tumbuhan menghabiskan sebagian hidupnya dalam fase haploid dan
sebagian lagi diploid.

Fase kehidupan haploidnya disebut generasi gametofit karena menghasilkan gamet (sel
kelamin) haploid melalui mitosis. Gametofit haploid menghasilkan anteridium (gametangium
jantan tempat sel sperma dihasilkan) dan arkegonium (gametangium betina tempat sel telur
dihasilkan). Apabila dua gamet tersebut bersatu, maka dihasilkan zigot. Zigot menjadi awal
dimulainya fase hidup diploid tumbuhan, yang disebut generasi sporofit. Zigot tumbuh menjadi
embrio multiseluler dan berkembang menjadi tumbuham sporofit muda. Setelah dewasa,
tumbuhan sporofit ini akan memiliki sel khusus yang disebut sel – sel sporogenik (sel penghasil
spora). Sel sporogenik akan membelah secara meiosis menghasilkan spora haploid.

B. Tumbuhan Lumut

Lumut (Bryophytes) berasal dari bahasa Yunani bryon yang berarti “ Tumbuhan Lumut
“. Pada umumnya, lumut berwarna hijau karena mempunyai sel – sel dengan plastida yang
menghasilkan klorofil a dan b. Jadi, lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara
sporofit dan gametofitnya.

Berdasrkan struktur tubuhnya, ada ahli yang menganggap bahwa tumbuhan lumut masih berupa
talus, tetapi ada pula yang menganggap lumut telah berkormus (mempunyai akar, batang dan
daun). Lebih tepatnya lumut merupakan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan
berkormus. Ada ahli botani yang menganggap lumut merupakan perkembangan dari alga hijau
yang berbentuk filamen.

Lumut melakukan dua adaptasi yang memungkinkannya untuk tumbuh di tanah. Pertama,
tubuhnya diselubungi oleh kutikula lilin sehingga dapat mengurangi penguapan dari tubuhnya.
Kedua, gamet – gametnya berkembang didalam suatu struktur yang disebut gametangium.
Sebagai akibatnya, zigot hasil fertilisasi berkembang didalam jaket pelindung.

Karena lumut belum mempunyai jaringan pengangkut, maka air masuk kedalam tubuh lumut
secara imbibisi. Setelah air masuk ke tubuh lumut, kemudian didistribusikan ke bagian – bagian
tumbuhan, baik secara difusi, dengan daya kapilaritas, maupun aliran sitoplasma. Sistem
pengangkutan air seperti itu menyebabkan lumut hanya dapat hidup dirawa dan ditempat teduh.
Lumut tidak pernah berukuran tinggi dan besar, kebanyakan tingginya kurang dari 20 cm.
Tumbuhan lumut teradaptasi untuk hidup di darat, tidak berkormus, dan memiliki pergiliran
keturunan.

Ciri – Ciri Tubuh

Ciri – ciri tubuh lumut adalah sebagai berikut :

£ Sel – sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.

£ Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut, terdapat persamaan bentuk susunan
gametangiumnya (anteridium maupun arkegonium), terutama susunan arkegoniumnya.
Arkegoniumnya mempunyai susunan yang khas yang juga kita jumpai pada tumbuhan paku.
Oleh sebab itu, lumut dan paku disebut pula arkegoniata.

£ Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda – beda.
Jika batangnya dilihat secara melintang, tampak bagian – bagian sebagai berikut :

1. Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk rizoid – rizoid
epidermis.

2. Lapisan kulit dalam, tersusun atas beberapa lapisan sel yang dinamakan korteks.
3. Silinder pusat, terdiri dari sel – sel parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk
mengangkut air dan garam – garam mineral (makanan). Pada lumut belum terdapat floem dan
xilem.

£ Daun lumut pada umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis
sel. Sel – sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti
jala. Diantaranya terdapat sel – sel mati dengan penebalan dinding dalam berbentuk spiral. Sel –
sel mati ini berguna sebagai tempat persediaan air dan cadangan makanan.

£ Pada lumut, hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar.
Pada ujung batang terdapat titik tumbuh dengan sebuah sel pemula di puncaknya. Sel pemula itu
biasanya berbentuk bidang empat (tetrader = kerucut terbalik) dan membentuk sel –sel baru
ketiga arah menurut sisinya. Ukuran lumut yang terbatas mungkin disebabkan tidak ada sel
berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong seperti pada tumbuhan
berpembuluh.

£ Rizoid tampak seperti benang – benang, berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat
tumbuhnya dan menyerap air serta garam – garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari satu
deret sel yang memanjang, kadang – kadang dengan sekat yang tidak sempurna.

£ Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri dari :

a. Vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.

b. Seta atau tangkai

c. Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan
kotak spora.

d. Kaliptra atau tudung, berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak
spora.

e. Kolumela, jaringan yang tidak ikut ambil bagian dalam pembentukan spora.

Sporofit tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki klorofil
sehingga dapat berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya
melekat. Meiosis terjadi dalam kapsul matang dalam pada sporofit, menghasilkan spora haploid.
Spora lumut terbungkus dinding khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat
bertahan lama dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk
seperti daun dan dibagian bawahnya terdapat rizoid yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit
sedang tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk
melakukan rerproduksi seksual.
Reproduksi

Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan aseksual. Reproduksi aseksualnya
dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan membentuk
gamet – gamet baik jantan maupun betina yang dibentuk dalam gametofit.

Ada dua macam gametangium, yaitu sebagai berikut :

a. Arkegonium (gametangium betina), bentuknya seperi botol dengan bagian lebar yang
disebut perut, bagian yang sempit disebut leher. Keduanya mempunyai dinding yang tersusun
atas selapis sel. Diatas perut terdapat saluran leher dan satu sel induk yang besar, sel ini
membelah menghasilkan sel telur.

b. Anteridium (gametangium jantan), bentuknya bulat seperi gada. Dinding anteridium terdiri
dari selapis sel –sel yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah besar sel induk
spermatozoid. Sel induk ini membelah secara meiosis dan menghasilkan spermatozoid –
spermatozoid yang berbentuk seperti spirala pendek. Sebagian besar terdiri dari inti dan pada
bagian depannya terdapat dua buluh cambuk.

Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran
keturunan yang disebut Metagenesis. Jika anteridium dan arkegonium terdapat dalam satu
individu, tumbuhan lumut disebut berumah satu (Monoesis). Jika dalam satu individu hanya
terdapat anteridium atau arkegonium saja disebut berumah dua (Diesis).

Klasifikasi

Dahulu, lumut termasuk divisi Bryophyta yang dibagi menjadi tiga kelas,yaitu lumut daun, lumut
hati, dan lumut tanduk. Sekarang ketiganya menjadi divisi yang terpisah, yaitu Bryophyta,
Hepaticophyta, dan Anthocerotophyta.

a. Lumut Daun (Bryophyta)

Lumut daun merupakan lumut yang paling banyak dikenal. Hamparan lumut sering
terdapat di tempat – tempat yang lembab. Bryophyta mempunyai struktur seperti akar yang
disebut rizoid, struktur seperti batang, dan struktur seperti daun.

Tubuh fase gametofit lumut daun memiliki gametangium di bagia atasnya. Kebanyakan
spesies lumut menghasilkan gamet berbeda sehingga dapat dibedakan antara tumbuhan jantan
dan tumbuhan betina. Akan tetapi, ada juga yang menghasilkan anteridium dan arkegonium pada
satu tumbuhan.
Tubuh fase sporofit yang dihasilkan akan tumbuh di bagian atas tubuh gametofit
betina.sporofit akan terus menempel pada gametofit dan bergantung untuk memperoleh nutrisi.
Setelah dewasa, sporofit akan berubah warna menjadi kecokelatan. Sporofit dewasa terdiri dari
kaki yang melekatkan sporofit pada gametofit dan menyerap nutrisi dari gametofit,serta atau
batang,serta kapsul yang mengandung sel – sel sporogenik. Pada beberapa spesies,kapsul dilapisi
struktur seperti tudung,yang disebut kaliptra, yang dihasilkan oleh arkegonium. Jika spora lumut
sampai kelingkungan yang sesuai, spora itu akan berkecambah dan tumbuh menjadi filamen
yang disebut Protonema. Contoh lumut ini antara lain Polytrichum juniperinum, Funaria,
Pogonatum cirratum, Aerobryopsis longissima, dan lumut gambut sphagnum.

b. Lumut Hati (Hepaticophyta)

Lumut hati mencakup 6.000 spesies tumbuhan tak berpembuluh. Bentuk tubuh gametofit
lumut hati berbeda dengan gametofit lumut daun. Pada lumut hati, tubuhnya tersusun atas
struktur berbentuk hati pipih, disebut talus, yang tidak terdiferensiasi menjadi akar, batang, dan
daun. Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati.

Siklus hidup lumut hati mirip dengan lumut daun, walaupun bentuk tubuhnya agak
berbeda. Di dalam sporangium terdapat sel yang berbentuk gulungan yang disebut elatera.
Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora.

Pada beberapa lumut hati, gametangium berada pada struktur batang yamg disebut
arkegoniofor (yang menghasilkan arkegonium) dan anteridiofor (yang menghasilkan
anteridium). Lumut hati juga dapat melakukan reproduksi aseksual dengan sel yang disebut
gemma. Yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati
adalah Marchantia polymorpha dan Porella.

c. Lumut Tanduk (Anthocerotophyta)

Lumut tanduk mempunyai gametofit mirip dengan gametofit lumut hati, perbedaannya
hanya terletak pada sporofitnya. Sporofit lumut tanduk mempunyai kapsul memanjang yang
tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang
berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan lumut. Contohnya adalah Anthoceros natans. Pada
spesies ini arkegonium dan anteridium melekat pada talus gametofit. Ciri unik dari lumut tanduk
adalah sporofit akan terus tumbuh selama masa hidup gametofit.

Peranan Lumut bagi Kehidupan

Lumut digunakan oleh ilmuwan sebagai model dalam eksperimen biologi tumbuhan. Ada spesies
tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia
plymorpha. Selain itu, jenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat digunakan sebagai
pembalut atau pengganti kapas. Sphagnum jika ditambahkan ketanah dapat membantu
penyerapan air dan menjaga kelembaban tanah.

C. Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku termasuk golongan tumbuhan yang telah berkormus dan merupakan kelompok
tumbuhan berpembuluh yang paling sederhana. Kurang lebih 550 juta tahun yang lalu (Zaman
karbon), hutan paku raksasa mendominasi permukaan bumi.

1. Ciri – ciri Tumbuhan Paku

Semua anggota divisi tumbuhan paku memiliki empat strukur penting, yaitu sebagai
berikut :

a. Lapisan pelindung sel (jaket steril) yang terdapat disekeliling organ reproduksi.

b. Embrio multiseluler yang terdapat dalam arkegonium.

c. Kutikula pada bagian luar.

d. Sistem transpor internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah. Sistem
transpor ini sama baiknya seperti pengorganisasian transpor air dan zat makanan pada tumbuhan
tingkat tinggi.

Tumbuhan paku memiliki kormus, bermetagenesis, dan hidup di tempat lembab (bersifat
higrofit).

Struktur Tubuh

Tumbuhan paku memiliki bagian – bagian sebagai berikut :

v Akar

Akar paku bersifat seperti akar serabut, berupa rizoma. Ujung akar dilindungi kaliptra
yang terdiri atas sel – sel yang dapat dibedakan dengan sel –sel akarnya sendiri.

Pada titik tumbuh akar, terdapat sebuah sel puncak berbentuk bidang empat yang
membelah keempat arah menurut bidang sisinya. Sel yang dibentuk kearah luar akan menjadi
kaliptra, sedangkan ketiga arah lainnya akan menjadi akan menjadi sel –sel akar. Sel – sel akar
akan membentuk epidermis (kulit luar), korteks (kulit dalam), dan silinder pusat. Pada silinder
pusat terdapat pembuluh angkut (floem dan xilem) yang bertipe konsentris. Xilem berada di
tengah dan dikelilingi oleh floem.
v Batang

Batang pada sebagian besar jenis paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah
berupa rimpang,mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika muncul diatas permukaan tanah,
batangnya sangat pendek 0,5 meter. Akan tetapi, ada batang beberapa jenis tumbuhan paku
seperti paku pohon atau paku tiang yang dapat mencapai 5 meter dan kadang – kadang
bercabang, seperti Alsophila dan Cyathea.

v Daun

Daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda. Berdasarkan bentuk, ukuran,dan
susunannya, daun paku dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a. Mikrofil

Daun ini berbentuk kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan tidak bertulang
daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel. Daun ini tidak dapat dibedakan antara epidermis,
daging daun, dan tulang daunnya.

b. Makrofil

Makrofil merupaka daun yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang daun, serta
bercabang – cabang. Sel –sel penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi, yaitu dapat
dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun).

Penguapan pada paku tidak hanya melalui stomata, melainkan juga melalui dinding sel
epidermis yang berkutikula tipis.

Ditinjau dari fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi berikut ini :

a. Tropofil

Tropofil merupakan daun yang khusus untuk asimilasi atau fotosintesis.

b. Sporofil

Daun ini berfungsi untuk menghasilkan spora. Daun ini juga dapat melakukan
fotosintesis, sehingga disebut pula troposporofil

Spora paku dibentuk didalam kotak spora (sporangium), pada jenis paku yang berlainan,
sporangium memiliki bentuk, ukuran, dan susunan yang berbeda. Kumpulan sporangium disebut
sorus. Sorus terdapat dibagian permukaan bawah daun. Susunan sorus beraneka ragam, misalnya
berjajar disepanjang tepi daun, sejajar tulang daun, zig – zag, tersebar merata membentuk
noktah, atau menutup permukaan bawah daun.
Sorus muda seringkali dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Ada tidaknya
indusium merupakan ciri khas yang sering dipakai dalm klasifikasi tumbuhan paku. Pada
gametofit paku dewasa terdapat struktur pipih kecil berbentuk hati melekat di tanah, disebut
protalus. Protalus biasanya menghasilkan anteridium dan arkegonium di bagian bawahnya.

Ditinjau dari macam spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga
golongan sebagai berikut :

I.Paku Homospora (isospora)

Kelompok paku homospora menghasilkan satu jenis spora, misalnya Lycopodium (paku kawat).

II.Paku Heterospora

Paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan. Spora yang berukuran besar
disebut Megaspora, yaitu gameet betina yang akan membentuk arkegonium. Spora yang
berukuran kecil disebut mikrospora yang akan membentuk gamet jantan atau anteridium.
Misalnya Marsilea (semanggi) dan Selaginella (paku rane).

III.Paku Peralihan

Paku ini merupakan peralihan antara homospora dengan heterospora, yaitu paku yang
menghasilkan spora yang berbentuk dan ukurannya sama, tetapi berbeda jenis kelaminnya.
Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).

2. Habitat

Habitat tumbuhan paku adalah di darat. Ada beberapa yang teradaptasi hidup dilingkungan
berair. Paku terutama tumbuh dilapisan bawah di datarn rendah, etpi pantai, lereng gunung, dan
350 meter diatas permukaan laut terutama didaerah lembab. Ada paku yang bersifat epifit
(menempel) pada tumbuhan lain.

3. Reproduksi

Tumbuhan paku dapat bereproduksi secara aseksual (vegetatif), yakni dengan stolon yang
menghasilkan gemma ( tunas). Gemma adalah anakan pada tlang daun atau kaki daun yang
mengandung spora.

Reproduksi secara seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh
alat kelamin (gametangium). Gametangium jantan (anteridium) menghasilakan spermatozoid dan
gametangium betina menghasilkan sel telur (ovum). Seperti halnya tumbuhan lumut, tumbuhan
paku mengalami metagenesis (pergiliran keturunan). Metagenesis ini dibedakan antara paku
homospora dengan paku heterospora.
4. Klasifikasi

Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat divisi, yaitu Psilotophyta, Lycophyta, Sphenophyta
dan Pterophyta.

a. Psilotophyta

Psilotophyta merupakan tumbuhan paku sederhana dan hanya mempunyai dua generasi. Contoh
yang sudah dikenal adalah Psilotum sp. Yang tersebar luas di daerah tropis dan subtropis.

Pada generasi sporofit, psilotum sp. Mempunyai ranting dikotom dan tidak memiliki akar dan
daun. Sebagai pengganti akar, Psilotum mempunyai rizoma yang diselubungi rambut – rambut
kecil yang disebut Rizoid. Jaringan pengangkut tidak ditemukan pada Psilotophyta.

b. Lycophyta

Dewasa ini hanya sedikit spesies Lycophyta yang masih bertahan hidup, yaitu yang tergolong
genus Lycopodium sp dan selaginella sp. Pada umumnya, spesies Lycopodium adalah tumbuhan
tropis dan hidup sebagai epifit. Spesies lain tumbuh dilantai hutan di daerah subtropis. Spora
Lycopodium terdapat dalam sporofit yang merupakan daun khusus untuk bereproduksi. Spora
dapat hidup didalam tanah selama lebih dari sembilan tahun. Setiap gametofit memiliki
arkegonium dan anteridium.

Lycopodium sp termasuk paku homospora karena menghasilkan spora tunggal yang akan
berkrmbang menjadi gameetofit biseksual yang memiliki organ jantan maupun betina.
Selaginella sp merupakan tanaman heterospora , karena menghasilkan dua jenis spora.

c. Sphenophyta

Sphenophyta sering disebut juga paku ekor kuda. Kebanyakan paku Sphenophyta hidup
ditempat basah, seperti rawa. Paku ekor kuda memiliki daun kecil, batang, dan akar sejati.

Generasi sporofit paku ekor kuda cukup mencolok. Peristiwa meiosis terjadi dalam
sporangium dan akan menghasilkan spora haploid. Gametofit yang berkembang dari spora
berukuran sangat kecil, tetapi dapat melakukan fotosintesis dan hidup secara bebas. Sphenophyta
bersifat homospora. Contohnya adalah Equisetum sp.

d. Pterophyta

Pterophyta banyak terdapat di hutan subtropis maupun didaerah tropis. Paku Pterophyta
mempunyai daun – daun yang lebih besar dibandingkan divisi lainnya. Ada dua jenis daun yaitu
Megafil dan Mikrofil. Megafil mempunyai sistem percabangan pembuluh. Mikrofil adalah daun
yang muncul dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Contohnya
adalah Marsilea crenata dan Asplenium nidus.
5. Peranan Tumbuhan Paku Bagi Kehidupan

Beberapa jenis tumbuhan paku bermanfaat bagi kehidupan manusia. Contoh pemanfaatan
tumbuhan paku oleh manusia.

£ Dipelihara sebagau tanaman hias, misalnya Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa),
Asplenium sp (paku sarang burung), Adiantum sp (suplir), dan selaginella sp (paku rane).

£ Penghasil bahan obat – obatan, misalnya Aspidium sp, Dryopteris filix-mas, dan lycopodium
clavatum.

£ Sebagai sayuran, misalnya Marsilea crenata (semanggi) dan Pteridium aquilium

£ Sebagai bahan pupuk hiaju, misalnya Azolla pinnata, paku ini bersimbiosis dengan alga hijau-
biru Anabaena azollae dalam memfiksasi nitrogen bebas.

£ Sebagai salah satu bahan dalam membuat karangan bunga, misalnya Lycopodium cernuum.

D. Tumbuhan Biji (Spermatophyta)

Tumbuhan biji berkembang biak dengan biji. Spermatophyta meliputi Angiospermae dan
Gymnospernae. Tumbuhan biji menunjukkan keanekaragaman struktu, pertumbuhan, dan proses
– proses perkembangbiakan yang mengagumkan. Ciri – ciri umum tertentu antara lain sebagai
berikut :

Struktur perkembangbiakan yang khas adalah biji yang dihasilkan oleh bunga ataupun rujung.
Setiap biji mengandung bakal tumbuhan , yaitu embrio yang terbentuk oleh suatu proses
reproduksi seksual. Sesudah bertunas, embrio ini tumbuh menjadi tumbuhan yang dewasa.

Sperma atau sel kelamin jantan menuju ke sel telur atau sel kelamin betina melalui tabung
serbuk sari yang hanya terdapat pada tumbuhan biji.

Tumbuhan biji mempunyai jaringan pembuluhan yang rumit. Jaringan ini merupakan saluran
untuk mengangkut air, mineral, makanan,dan bahan – bahan lain.

Tumbuhan biji mempunyai pigmen hijau (klorofil) yang penting untuk fotosintesis, yaitu
proses dasar pembuatan makanan pada tumbuh – tumbuhan.

Seperti halnya lumut dan paku, tumbuhan biji juga mengalami pergiliran keturunan. Generasi
sporofit bersifat dominan, sedangkan gametofit bergantung sepenuhnya pada sporofit. Tidak
seperti lumut dan paku, tumbuhan biji tidak mempunyai fase gametofit yang hidup bebas.
Embrio tumbuhan biji berkutub dua (bipolar). Tumbuhan biji dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) dan Angiospemae (tumbuhan biji teetutup).
· Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)

Ciri-ciri gymnospermae tidak mempunyai bunga sejati, tidak ada mahkota bunganya. Bakal biji
terdapat di luar permukaan dan tidak dilindungi oleh daun buah, merupakan tumbuhan
heterospora yaitu menghasilkan dua jenis spora berlainan, megaspora membentuk gamet betina,
sedangkan mikrospora menghasilkan serbuk sari,

struktur reproduksi terbentuk di dalam strobilus. Dalam reproduksi terjadi pembuahan tunggal.

Gymnospermae dibagi dalam empat kelompok yaitu:

pinophyta,

cycadophyta,

ginkgophyta dan

gnetophyta.

Pinophyta dikenal sebagai konifer, menghasilkan resin/getah, monoesis, daun berbentuk jarum,
contohnya Pinus sp. Cycadophyta hidup di daerah tropis dan subtropis, diesis, contohnya Cycas
revoluta, Cycas rumphii, Encephalartos transvenosus. Ginkgophyta hanya mempunyai satu
spesies di dunia ini yaitu Ginkgo biloba, diesis, biji tidak di dalam rujung benar-benar terbuka ke
udara bebas. Gnetophyta berbeda dengan kelompok lainnya karena memiliki pembuluh kayu
untuk mengatur air pada bagian xilemnya. Contohnya Gnetum gnemon, Epherda dan
Welwitschia. Manfaat gymnospermae yaitu untuk industri kertas dan korek api (Pinus dan
Agathis), untuk obat-obatan (Pinus, Ephedra, Juniperus), untuk makanan (Gnetum gnemon),
tanaman hias (Thuja, Cupressus, Araucaria).

· Tumbuhan Biji Tertutup (Angiospermae)

Ciri-ciri Angiospermae memiliki bakal biji atau biji yang tertutup oleh daun buah,
mempunyai bunga sejati, umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana dan herba.
Dalam reproduksi terjadi pembuahan ganda. Angiospermae dibedakan menjadi dua yaitu
Monocotyledoneae (berkeping satu) dan Dicotyledoneae (berkeping dua).

MONOCOTYLEDONEAE

Mempunyai biji berkeping satu, berakar serabut, batangnya dari pangkal sampai ujung
hampir sama besarnya. Umumnya tidak bercabang. Akar dan batang tidak berkambium.
Contohnya: Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Musa paradisiaca (pisang),Cocos nucifera
(kelapa)
DICOTYLEDONEAE

Mempunyai biji jumlah kepingnya dua, berakar tunggang, batang dari pangkal besar
makin ke atas makin kecil. Batang bercabang, akar dan batang berkambium. Contohnya: Casia
siamea (johar), Arachis hypogea (kacang tanah), Psidium guajava (jambu biji), Ficus elastica
(karet).
KINGDOM ANIMALIA(DUNIA HEWAN)

Kingdom animalia adalah salah satu kingdom yang memiliki anggota yang paling banyak dan
bervariasi. Secara garis besar kingdom animalia dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu golongan vertebrata (hewan bertulang belakang) dan golongan invertebrata (hewan tak
bertulang belakang. Dan berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri, struktur lapisan tubuh, dan
klasifikasi dari kingdom animalia.

A. Ciri-ciri Kingdom Animalia

Anggota kingdom animalia memiliki ciri-ciri yang yang membedakannya dengan kingdom-
kingdom lain, seperti:

Hewan merupakan organisme eukariotik multiseluler.

Bersifat heterotrofik, berbeda dengan tumbuhan yang bisa memproduksi makanan sendiri
lewat fotosintesis (autotrof), hewan tidak bisa memproduksi makanan sendiri sehingga akan
memakan bahan organik yang sudah jadi.

Tidak memiliki dinding sel, komponen terbesar sel hewan tersusun atas protein struktural
kolagen.

Memiliki jaringan saraf dan jaringan otot sehingga bisa aktif bergerak (bersifat motil).

Sebagian besar bereproduksi secara seksual.

Siklus hidup didominasi oleh bentuk diploid (2n).

B. Struktur Tubuh Animalia

Dalam klasifikasi kingdom animalia, paling tidak ada dua ciri yang membedakan struktur tubuh
suatu hewan. Dua ciri tersebut antara lain berdasarkan simetri tubuh dan lapisan tubuh.

1. Simetri tubuh

Berdasarkan simetri tubuhnya, hewan dapat dibedakan menjadi hewan yang memiliki simetri
tubuh bilateral dan hewan yang memiliki simetri tubuh radial.

Simetri Bilateral, adalah hewan yang bagian tubuhnya tersusun bersebelahan dengan bagian
lainnya. Jika diambil garis memotong dari depan ke belakang, maka akan terlihat bagian tubuh
tubuh yang sama antara kiri dan kanan. Hewan yang bersimetri bilateral selain memiliki sisi
puncak (oral) dan sisi dasar (aboral), juga memiliki sisi atas (dorsal) dan sisi bawah (ventral), sisi
kepala (anterior) dan sisi ekor (posterior), serta sisi samping (lateral).
Simetri Radial, adalah hewan yang memiliki lapisan tubuh melingkar (bulat). Hewan dengan
simetri radial hanya memiliki dua bagian, yaitu bagian puncak (oral) dan bagian dasar (aboral).
Hewan yang bersimetri radial disebut sebagai radiata, hewan yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain porifera, cnidaria, dan echinodermata.

2. Lapisan Tubuh

Dalam perkembangannya menjadi individu dewasa, hewan akan membentuk lapisan tubuh.
Berdasarkan jumlah lapisan tubuhnya, hawan dikelompokkan menjadi diploblastik dan
tripoblastik.

Hewan Diploblastik, adalah hewan yang memiliki dua lapis sel tubuh. Lapisan terluar disebut
dengan ektoderma, sedangkan lapisan dalam disebut dengan endoderma. Contoh dari hewan
diploblastik adalah cnidaria.

Hewan Triploblastik, adalah hewan yang memiliki tiga lapis sel tubuh. Lapisan terluar disebut
eksoderma, lapisan tengah disebut mesoderma, dan lapisan dalam disebut endoderma.
Ektoderma akan berkembang menjadi epidermis dan sistem saraf, mesoderma akan berkembang
menjadi kelenjar pencernaan dan usus, sedangkan endoderma akan berkembang menjadi jaringan
otot.

3. Rongga Tubuh (selom)

Hewan triploblastik masih dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan rongga tubuh (selom) yang
dimilikinya. Rongga tubuh pada hewan sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
aselomata, pseudoselomata, dan selomata.

Aselomata, adalah hewan bertubuh padat yang tidak memiliki rongga antara usus dengan
tubuh terluar. Hewan yang termasuk aselomata adalah cacing pipih (Platyhelmintes).

Pseudoselomata, adalah hewan yang memiliki rongga dalam saluran tubuh (pseudoselom).
Rongga tersebut berisi cairan yang memisahkan alat pencernaan dan dinding tubuh terluar.
Rongga tersebut tidak dibatasi jaringan yang berasal dari mesoderma. Hewan yang termasuk
pseudoselomata adalah Rotifera dan Nematoda.

Selomata, adalah hewan berongga tubuh yang berisi cairan dan mempunyai batas yang berasal
dari jaringan mesoderma. Lapisan dalam dan luar dari jaringan hewan ini mengelilingi rongga
dan menghubungkan dorsal dengan ventral membentuk mesenteron. Mesenteron berfungsi
sebagai penggantung organ dalam. Selomata sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
protoselomata dan deutroselomata. Contoh hewan yang termasuk protoselomata antara lain
Mollusca, Annelida, dan Arthropoda. Sedangkan hewan yang termasuk dalam deutroselomata
antara lain Echinodermata dan Chordata.
C. Klasifikasi Kingdom Animalia

1. Porifera (hewan berpori).

A. Ciri-Ciri Porifera

Merupakan hewan multiseluller (bersel banyak).

Belum mempunyai organ pencernaan, sistem peredaran darah , sistem saraf, dan otot; namun
sel-sel tubuhnya dapat mengindra dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan.

Mempunyai dua fase kehidupan, yaitu saat hidup berenang bebas (fase larva) dan saat
berbentuk sesil yang hidup menetap di dasar perairan (fase dewasa).

Merupakan hewan diploblastik yang memiliki dua lapis sel pembentuk tubuh, yaitu ektoderma
(lapisan luar dan endoderma (lapisan dalam).

Bentuk tubuh hewan ini ada yang seperti piala, jambangan, terompet, dan bercabang-cabang
seperti tumbuhan.

Habitat utama di perairan (terutama di laut).

B. Struktur Tubuh Porifera

Pada bagian tengah tubuh porifera, terdapat spongosol (paragaster). Spongosol adalah ruangan
yang berfungsi sebagai saluran air. Pada bagian atas spongosol terdapat oskulum, yitu lubang
besar yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air.

Dari luar ke dalam, porifera tersusun atas tiga lapisan dinding tubuh, yaitu epidermis (lapisan
terluar), mesoglea (lapisan pembatas), dan endodermis (lapisan dalam).

Epidermis, adalah lapisan terluar tubuh porifera. Lapisan ini tersusun oleh sel-sel epitelium
pipih yang disebut dengan pinakosit. Beberapa sel ini membentuk lubang kecil (ostium) tempat
masuknya air . Pada ostium, terdapat porosit yang berfungsi untuk mengendalikan buka atau
tutupnya ostium.

Mesoglea, adalah lapisan yang berupa gelatin. Lapisan ini merupakan pembatas antara lapisan
dalam (endodermis) dengan lapisan luar (epidermis). Mesoglea mengandung dua macam sel,
yaitu sel ameboid dan skleroblas. Sel-sel ameboid berfungsi sebagai pengangkut makanan dan
zat-zat sisa metabolisme dari satu sel ke sel yang lainnya. Sedangkan sel skleroblas berfungsi
untuk membentuk spikula. Spikula merupakan duri-duri berfungsi sebagai penguat dinding yang
lunak.
Endodermis, adalah lapisan dalam tubuh porifera. Lapisan ini terdiri dari sel-sel leher (koanosit)
yang memiliki flagela dan berfungsi untuk mencerna makanan.

C. Sistem Pencernaan Porifera

Proses pencernaan pada porifera berlangsung pada bagian endodermis. Pada bagian ini, flagel
yang terdapat pada koanosit akan bergerak-gerak sehingga menyebabkan air yang membawa
oksigen dan makanan berupa plankton akan mengalir dari ostium masuk masuk ke spongosol
lalu masuk ke oskulum. Makanan ini lalu akan dicerna di dalam vakuola makanan. Setelah
dicerna, sari-sari makanan diangkut oleh sel-sel amebosit untuk diedarkan keseluruh tubuh.
Sedangkan sisa-sisa makanan yang sudah tak terpakai lagi akan dikeluarkan oleh sel-sel leher
(koanosit) melalui spongosol sebelum akhirnya keluar dari tubuh melalui oskulum.

D. Sistem Reproduksi Porifera

Pada hewan porifera, reproduksi dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu reproduksi secara
seksual dan aseksual.

Reproduksi secara seksual, yaitu reproduksi yang terjadi saat sel sperma bersatu dengan sel
ovum. Pada dasarnya, porifera bersifat hemafrodit karena ovum dan sperma dapat dihasilkan
oleh satu individu yang sama. Namun sperma tidak akan dapat membuahi sendiri ovum yang
terdapat dalam tubuhnya sendiri, sehingga pembuahan hanya akan dapat terjadi antara sperma
dan sel telur antar individu yang berbeda.

Reproduksi secara aseksual, yaitu reproduksi yang terjadi tanpa proses pembuahan sperma
pada ovum. Reproduksi aseksual pada hewan porifera dapat terjadi melalui dua cara, yaitu
dengan cara pembentukan kuncup dan gemula (kuncup dalam). Gemula adalah butir benih yang
diproduksi oleh porifera di lingkungan yang tak menguntungkan, misalnya terlalu dingin atau
terlalu panas.

E. Sistem Sirkulasi Air Porifera

Sistem kanal atau saluran air pada porifera dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ascon,
sycon, dan leucon.

Ascon, adalah tipe sistem saluran air dimana lubang-lubang ostiumnya langsung terhubung
lurus ke spongosol.
Sycon, pada tipe saluran ini air akan masuk ke dalam ostium lalu melewati saluran-saluran
bercabang sebelum masuk ke dalam spongosol. Saluran bercabang ini biasanya dilapisi oleh
koanosit.

Leucon, adalah tipe saluran air yang ostiumnya dihubungkan dengan rongga-rongga
bercabang yang tidak terhubung langsung menuju spongosol.

F. Klasifikasi Porifera

Terdapat tiga kelas yang dapat diklasifikasikan ke dalam filum porifera, yaitu kelas Calcarea,
Hexactinellida, dan Demospongiae.

Calcarea, merupakan kelas porifera yang memiliki spikula dari zat kapur. Contoh spesies
calcarea antara lain Sycon sp. dan Clathrinasp yang biasa hidup di daerah laut dangkal.

Hexactinellida, memiliki spikula yang tersusun atas zat kersik (silikat). Contoh spesies dari
kelas hexactinellida antara lain Pheronema sp. dan Euplectella sp. yang hidup di laut dalam.

Demospongiae, merupakan porifera bertulang lunak dengan spikula yang tersusun dari zat
kersik. Contoh spesies dari kelas demospongiae antara lain Euspongia sp., Spongila sp., dan
Callyspongia sp.

G. Peranan Porifera Bagi Manusia

Tubuh porifera biasanya dimanfaatkan manusia sebagai alat penggosok badan atau perabotan.
Selain itu porifera juga banyak digunakan sebagai hisan akuarium. Porifera kadang juga
merugikan bagi manusia karena hidup melekat pada kulit tiram, sehingga kualitas tiram yang
dihasilkan oleh peternakan akan berkurang.

2. Cnidaria (hewan berongga).

A. Ciri-Ciri Coelenterata

Terdapat sekitar 10.000 spesies Coelenterata yang sebagian besar hidup di laut.

Sebagian hidup secara soliter, sedangkan sebagian lain hidup berkoloni.

Memiliki simetri radial.

Memiliki rongga gastrovaskuler yang berfungsi untuk mencerna makanan.

Tubuhnya hanya memiliki satu lubang bukaan yanh berfungsi sebagai mulut sekaligus anus.

Merupakan hewan diploblastik.

Mempunyai tentakel yang berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam mulut.

Tentakel dilengkapi dengan sel penyengat yang disebut dengan knidosit (cnidoblast).

Memiliki dua bentuk tubuh, yaitu polip dan medusa.

B. Struktur Tubuh Coelenterata

Coelenterata merupakan diploblastik, hewan ini mempunyai dua lapis sel yaitu ektoderm yang
merupakan lapisan sel luar dan endoderm yang merupakan lapisan dalam. Coelenterata memiliki
dua bentuk tubuh, yaitu polip dan medusa. Pada bentuk polip (seperti tabung), coelenterata
memiliki mulut di bagian dorsal yang dikelilingi oleh tentakel. Sedangkan pada bentuk medusa
yang berbentuk seperti cakram, mulut coelenterata terletak di bagian bawah (oral) dan tubuhnya
dikelilingi oleh tentakel.

C. Reproduksi Coelenterata

Coelenterata dapat bereproduksi baik dengan cara generatif (seksual) maupun vegetatif
(aseksual). Reproduksi secara generatif terjadi saat sel sperma jantan membuahi sel telur (ovum)
betina. Sedangkan perkembangbiakan secara aseksual berlangsung dengan cara pembentukan
tunas pada sisi tubuh coelenterata yang akan tumbuh menjadi individu baru setelah lepas dari
tubuh induknya.
daur hidup obelia, metagenesis

Tahap metagenesis pada Obelia sp.

Beberapa jenis coelenterata juga mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), yaitu


perkembangbiakan seksual yang diikuti oleh perkembangbiakan aseksual pada satu generasi.
Pada coelenterata jenis ini, tubuh akan memiliki bentuk polip pada satu fase hidupnya, kemudian
berbentuk medusa pada tahap selanjutnya.

D. Klasifikasi Coelenterata

Coelenterata terdiri dari tiga kelas utama, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa.

Hydrozoa

Beberapa jenis hidrozoa mengalami dua siklus hidup yaitu tahap polip yang aseksual dan
tahap medusa yang seksual. Contohnya adalah spesies Obelia sp. Ada pula yang selama
hidupnya hanya berbentuk polip saja, misalnya Hydra.

Sebagian besar hydra hidup di perairan secara soliter (sendiri-sendiri). Pada ujung tubuh hydra
terdapat mulut yang dilengkapi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap makanan.
Tentakel-tentakel ini dilengkapi dengan sel knidosit yang mengandung nematosista, yaitu racun
berbentuk sengat untuk memburu mangsa. Hydra dapat bereproduksi secara seksual maupun
aseksual. Perkembangbiakan seksual terjadi saat sel sperma jantan membuahi sel telur betina.
Sedangkan perkembangbiakan aseksual terjadi dengan tunas (kuncup) yang tumbuh di sisi tubuh
hydra yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru.
Scyphozoa

Contoh spesies yang termasuk dalam kelas ini adalah Aurelia aurita (ubur-ubur). Hewan ini
memiliki bentuk seperti mangkuk, kadang mempunyai tubuh berwarna namun ada beberapa
spesies yang tubuhnya transparan. Tubuh Scyphozoa dilengkapi dengan tentakel yang
mempunyai sel penyengat. Seluruh spesies Scyphozoa hidup di perairan, baik tawar maupun
laut.

Anthozoa

Memiliki ciri-ciri khusus yaitu tubuh yang menyerupai bunga. Contoh spesies yang termasuk
dalam kelas ini adalah Metridium (anemon laut). Anthozoa hidup sebagai polip, salah satu ujung
tubuhnya mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel lengkap dengan penyengatnya, sedangkan
ujung yang lain merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk melekatkan diri pada dasar
perairan.

E. Peran Coelenterata Bagi Manusia

Beberapa jenis cerlenterata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik bahkan bisa diolah
menjadi agar-agar. Sebagian lain membentuk terumbu karang yang bisa menahan gelombang.
Beberapa spesies coelenterata juga memberikan pemandangan indah di dasar lautan dengan
warna dan bentu mereka yang unik.

3. Platyhelmintes (cacing pipih).


A. Ciri-Ciri Platyhelminthes

Mempunyai bentuk tubuh pipih.

Tidak mempunyai rongga tubuh (selom).

Simetris bilateral, tubuh triploblastik.

Pencernaan dengan gastrovaskuler.

Bernapas dengan seluruh permukaan tubuh.

Tidak memiliki sistem peredaran darah.

Mempunyai ganglion sebagai sistem syaraf.

Memiliki sel api sebagai alat ekskresi.

Pada umumnya bersifat hemafrodit, yang artinya terdapat dua jenis alat kelamin yaitu jantan
dan betina dalam satu individu namun jarang terjadi pembuahan sendiri.

B. Struktur Tubuh Platyhelminthes

Platyhelminthes mempunyai tubuh berbentuk pipih tanpa ruas-ruas yang dapat dibagi menjadi
bagian anterior (kepala), posterior (ekor), dorsal (punggung), ventral (daerah yang berlawanan
dengan dorsal), dan lateral (bagian samping tubuh). Platyhelmintes memiliki tubuh dengan
simetri bilateral, hewan ini merupakan triploblastik yang tersusun atas tiga lapisan jaringan yaitu
ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam).
C. Klasifikasi Platyhelminthes

Platyhelminthes dibagi menjadi empat kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar),
Trematoda (cacing isap), Cestoda (cacing pita), dan monogenea.

1. Turbellaria (Cacing Berambut Getar)

Planaria sp. adalah salah satu contoh spesies yang termasuk dalam kelas Turbellaria. Cacing ini
bersifat karnivor dan hidup bebas di perairan seperti di sungai, kolam, atau danau. Planaria
memiliki panjang tubuh antara 5-25 mm. Hewan ini bergerak dengan silia yang terdapat pada
bagian epidermis tubuhnya. Planaria memiliki sistem pencernaan yang masih sangat sederhana
yang terdiri dari mulut, faring, dan rongga gastrovaskuler (usus). Hewan ini tidak memiliki anus
sehingga sisa-sisa makanan yang tidak dicerna akan dikeluarkan kembali melalui mulut.

Planaria mengeksresikan sisa metabolisme tubuh yang berupa nitrogen melalui permukaan
tubuhnya yang dilangkapi oleh sel api. Cacing ini memiliki sistem saraf yang berpusat di ganglia
pada bagian kepala yang kemudian bercabang-cabang membentuk sistem syaraf tangga taali.
Planaria dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan secara seksual
terjadi saat sel sperma membuahi sel telur betina. Planaria bersifat hemafrodit, sehingga tak akan
pernah tejadi pembuahan sendiri. Reproduksi planaria secara aseksual terjadi melalui proses
fragmentasi atau memotong diri. Setiap potongan tubuh akan beregenerasi sehingga akan
membentuk individu baru.

2. Trematoda (Cacing Isap)

Semua anggota kelas ini bersifat parasit yang hidup di dalam tubuh hewan maupun manusia.
Cacing ini mempunyai alat hisap (sucker) yang terdapat pada bagian mulut atau ventral tubuhnya
yang dilengkapi dengan gigi kitin. Permukaan tubuh trematoda tidak dilengkapi dengan silia
namun mempunyai kutikula untuk mempertahankan diri.

Contoh spesies anggota trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini mempunyai
bentuk tubuh yang mirip seperti daun dengan ukuran panjang 2-5 cm dan lebar 1 cm. Fasciola
hepatica hidup sebagai parasit di dalam kantong empedu hati ternak. Saluran pencernaan cacing
ini terdiri atas mulut yang terdapat di bagian ujung anterior dilengkapi dengan alat hisap bergigi
kitin untuk melekatkan diri.

Daur Hidup Fasciola hepatica

Fasciola hepatica bersifat hemafrodit dan berkembang biak secara generatif. Daur hidup cacing
ini dimulai saat telur Fasciola hepatica dewasa yang berada di saluran empedu hewan ternak
keluar bersama feses. Pada tempat yang tepat, telur yang telah fertil tersebut akan menetas
sebagai larva bersilia yang disebut dengan mirasidium. Mirasidium kemudian masuk ke dalam
tubuh siput karena tidak bisa bertahan di alam bebas lebih dari 8 jam. Di dalam tubuh siput,
mirasidium akan tumbuh menjadi sporosista, lalu berkembang menjadi redia (larva kedua),
kemudian menjadi serkaria (larva ketiga).

Serkaria mempunyai bentuk tubuh seperti berudu yang dapat berenang bebas. Serkaria kemudian
keluar tubuh siput lalu hidup menempel di rumput kemudian membentuk metaserkaria. Jika
rumput yang terdapat metaserkaria tersebut dimakan oleh hewan ternak, maka metaserkaria akan
tumbuh besar di organ hati. ulang kembali.

Selain cacing hati, ada juga anggota kelas trematoda lain yang hidup sebagai parasit di
organisme lain yaitu Clonorchis sinensis dan Opisthorchis sinensis yang hidup sebagai parasit di
dalam tubuh manusia. Kedua cacing ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui inang perantara
(sebagai tempat hidup larva) ikan air tawar dan keong yang dimakan manusia.

3. Cestoda (Cacing Pita)

Cacing pita memiliki ciri khusus berupa bentuk tubuhnya yang pipih dan memanjang seperti pita.
Cacing jenis ini tidak mempunyai saluran pencernaan karena sari-sari makanan akan langsung
bisa diserap melalui permukaan tubuhnya. Tubuh Cestoda terdiri dari ruas-ruas yang disebut
dengan proglotid. Setiap proglotid pada cacing pita mempunyai sistem reproduksi dan
ekskresinya sendiri, oleh karena itulah cacing pita dianggap sebagai koloni individu.

cestoda

Contoh cacing pita antara lain adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Cacing ini adalah
parasit pada tubuh manusia dengan inang perantara hewan babi dan sapi. Cacing ini masuk
kedalam tubuh sapi atau babi melalui larva Taenia .sp yang termakan kedua hewan tersebut.
Larva yang tertelan kemudian akan berada di usus halus dan tumbuh menjadi heksakan. Larva
ini kemudian akan menembus usus halus lalu terbawa oleh aliran darah dan masuk ke dalam
daging. Jika daging babi atau sapi ini dimakan oleh manusia, maka cacing ini akan masuk dan
berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia. Cacing pita dewasa dapat
mencapai ukuran panjang tubuh hingga 20 cm. Dan berikut adalah gambar ilustrasi daur hidup
Taenia .sp.

daur hidup, taenia, cestoda

4. Monogenea

Hewan monogenea umumnya adalah parasit yang hidup pada tubuh ikan. Hewan ini tidak
memiliki rongga tubuh dan mempunyai sistem pencernaan yang sangat sederhana berupa mulut,
usus, dan lubang anus. Monogenea adalah hewan hemafrodit, hewan ini tidak mengalami fase
aseksual. Telur Monogenea yang menetas akan mengalami fase larva yang disebut dengan
onkomirasidium. Contoh spesies yang termasuk ke dalam kelas monogenea adalah Schistosoma
mansoni.

4. Nemathelmintes (cacing gilig).

1) Ciri-Ciri Umum Nemathelminthes

Cacing Nematoda disebut juga cacing gilig. Tubuh dari cacing ini gilig, tidak bersegmen,
kulitnya halus, licin, dan dilapisi oleh kutikula. Apabila dipotong tubuhnya, akan terlihat
tubuhnya bersifat bilateral simetris dan termasuk golongan hewan yang triplobastik
pseudoselomata. Memiliki sistem pencernaan sempurna dan cairan tubuh pada coelom yang
berfungsi sebagai sistem peredaran darah. Phylum Nematoda ini ditemukan di habitat air, tanah
lembap, jaringan tumbuhan serta pada cairan dan jaringan hewan lainnya. Menurut Campbell
(1998: 602), sekitar 80.000 spesies Nematoda telah diketahui. Nematoda yang ada, jumlahnya 10
kali lipat dari nematoda yang telah diketahui. Ukuran nematoda berkisar dari yang berukuran
kurang dari 1 mm hingga lebih dari 1 m. Nematoda ada yang hidup bebas dan juga parasit pada
hewan lainnya. Nematoda umumnya bereproduksi secara seksual. Kelamin jantan dan betinanya
terpisah pada individu yang berbeda. Ukuran tubuh betina biasanya lebih besar dari jantan.
Fertilisasi terjadi secara internal dan betina mampu menghasilkan telur sebanyak 100.000 butir
atau lebih setiap harinya. Cacing jantan umumnya lebih kecil daripada cacing betina. Terlihat
juga mulut dan anus di dalamnya juga terdapat usus, jadi sistem pencernaannya sudah lengkap.
Tahukah Anda cacing ini tidak memiliki sistem pembuluh darah dan sistem pernapasan?
Bagaimana dia melakukan pernapasan?

Contoh spesies filum ini, antara lain cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang
(Ancylostoma duodenale), cacing kremi (Oxyuris vermicularis), dan cacing filaria (Wuchereria
bancrofti). Cacing gelang atau yang disebut juga cacing perut, merupakan parasit pada usus halus
manusia. Cacing dengan panjang 15 cm –35 cm ini memiliki warna tubuh putih kekuning-
kuningan, mulut di bagian anterior, dan dilengkapi 3 buah bibir. Cacing betina mampu
menghasilkan sekitar 200 ribu telur dalam satu kali pengeluaran. Telur terbawa bersama feses
dan dapat masuk tubuh melalui makanan atau telapak kaki. Dalam usus halus, telur menetas dan
menjadi larva kecil. Setelah menembus dinding usus, larva terbawa aliran darah sampai jantung
dan paru-paru. Dalam paru-paru, larva dapat mencapai trakea sehingga tertelan kembali ke usus
halus dan tumbuh dewasa. Cacing gelang ini merupakan penyebab penyakit ascariasis. Cacing
tambang hidup di usus manusia dan dapat mengisap darah dan cairan tubuh manusia. Cacing
filaria (Wuchereria bancrofti) hidup di pembuluh darah dan dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh getah bening yang mengakibatkan penyakit kaki gajah (elephantiasis) (Gambar 6.13).
Cacing ini disebarkan oleh tusukan nyamuk Culex.

2) Perkembangbiakan Nemathelminthes

Pernahkah Anda melihat cacing tanah? Cacing tanah ada yang besar dan ada pula yang kecil?
Bila cacing tanah itu besar, berarti cacing ini adalah betina, sebaliknya bila cacing tanah itu kecil,
berarti merupakan cacing jantan. Jika Anda amati, cacing jantan ini mempunyai bagian ekor
(posterior) di dekat lubang anus yang terdapat tonjolan disebut penial setae. Alat ini berguna
untuk alat kopulasi, sedangkan cacing betina tidak memilikinya. Dengan demikian reproduksinya
hanya dilakukan secara seksual.

3) Jenis-Jenis Nemathelminthes

Selain cacing tanah yang hidup bebas dalam air dan tanah, sebagian besar cacing ini hidup
sebagai parasit pada makhluk hidup. Beberapa contohnya sebagai berikut.

a) Ciri-ciri Cacing Perut (Ascaris lumbricoides).

Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus manusia dan sering disebut sebagai cacing usus atau
cacing gelang, mempunyai panjang sekitar 20 cm, dengan kedua ujungnya meruncing dan
berwarna merah muda. Karena hidupnya di dalam usus manusia, maka cacing ini mengisap sari
makanan yang ada di dalam usus.

Pada penderita cacingan, kadang-kadang cacing ini akan keluar bersama feses (kotoran
manusia). Karena suhu badan penderita lebih panas, maka cacing tersebut tidak tahan berada di
dalam usus dan akan bergerak keluar, bahkan ada yang keluar melalui kerongkongan. Telur yang
telah membentuk embrio mula-mula keluar bersama feses kemudian termakan oleh manusia
bersama-sama makanan atau minuman. Selanjutnya, akan menetas di dalam perut manusia dan
larva tersebut menuju ke dinding usus masuk dalam pembuluh darah menuju ke jantung. Dari
jantung kemudian menuju paru-paru. Larva akan bergerak ke faring/kerongkongan. Apabila
larva tersebut tertelan, maka masuk lagi ke dalam usus dan menetap hingga menjadi dewasa.
Coba Anda pikirkan bagaimana jika cacing ini sampai ke mata atau otak? Setelah Anda
mengetahui daur hidupnya, coba buatlah skema daur hidupnya agar Anda lebih jelas dan mudah
untuk mempelajarinya! Bagaimana cara kita menghindari penyakit cacing ini? Usaha yang dapat
kita lakukan adalah makan makanan yang bersih, tertutup rapat, agar terhindar dari lalat dan
debu yang mengandung telur cacing. Selain itu, kita harus menjaga kebersihan dan kesehatan
tubuh. Mengapa penyakit cacingan sering menyerang anak-anak? Pikirkan!

b) Ciri-ciri Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale).

Mengapa cacing ini disebut cacing tambang? Pada waktu itu, cacing tersebut banyak menyerang
orang-orang yang bekerja di daerah pertambangan yang menginfeksi melalui kulit kaki. Cacing
ini hidup di dalam usus manusia yang mempunyai alat kait untuk mencengkeram dan mengisap
darah. Daur hidupnya hampir sama dengan cacing perut, hanya telurnya menetas di tempat yang
becek. Apabila ada seseorang yang menginjak tanah tersebut, maka larva akan menempel dan
menembus kaki kemudian masuk ke peredaran darah, selanjutnya akan mengalami daur hidup
seperti cacing perut. Seseorang yang menderita penyakit cacing ini bisa terserang anemia.
Mengapa dapat menyebabkan penyakit anemia? Coba pikirkan! Perlu Anda ketahui
Ancylostoma duodenale hidup di Afrika dan Necator americanus hidup di Amerika.

c) Ciri-ciri Cacing Kremi (Enterobius vermicularis/Oxyuris vermicularis).

Pernahkah Anda menderita sakit cacing kremi? Penyakit ini sering diderita anak-anak kecil.
Penyakit ini menyebabkan rasa gatal terus-menerus di sekitar dubur. Apa yang menyebabkan
rasa gatal tersebut? Cacing tersebut bertelur di sekitar dubur. Saat bertelur cacing itu akan
mengeluarkan zat yang menyebabkan rasa gatal. Apabila digaruk, maka telur tersebut akan
menempel pada jari. Bagaimana jika penderitanya lupa mencuci jarinya kemudian makan? Bila
itu terjadi, maka telur akan masuk ke dalam perut kemudian masuk ke dalam usus. Di sinilah
telur itu akan menetas menjadi dewasa. Mudah sekali cara penularannya, bukan?

d) Ciri-ciri Cacing Filaria (Wuchereria bancrofti).

Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filaria. Pernahkah Anda
mendengar penyakit kaki gajah (elephantiasis)? Cobalah Anda perhatikan Gambar 8.27!

Gambar itu memperlihatkan penderita penyakit gajah. Terlihat kaki penderita menjadi bengkak,
mengapa hal tersebut dapat terjadi? Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu
banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada
saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing
berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah.
Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada
nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk
ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke
alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini,
demikian seterusnya.

5. Annelida (cacing bersegmen).

Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh - Kata Annelida berasal dari bahasa Latin
annulus (cincin kecil) dan oidus (bentuk). Annelida dapat diartikan sebagai cacing yang
tubuhnya bersegmen-segmen menyerupai cincin atau gelang, sehingga disebut cacing gelang.
Cacing ini merupakan kelompok hewan yang sudah mempunyai rongga tubuh (coelom) yang
sebenarnya. Alat pencernaan makanan telah berkembang dengan sempurna. Tubuhnya simetris
bilateral dan permukaannya tertutup lapisan kutikula nonchitinous serta dilengkapi pula oleh
sejumlah bristle chitin yang disebut setae. Memiliki alat tambahan berupa rambut kecil
menyerupai batang. Alat ekskresinya berupa nefridium. Cacing ini bersifat hermaprodit,
memiliki alat peredaran darah tertutup, dan belum mempunyai alat pernapasan khusus, sehingga
pernapasannya dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh. Sistem sarafnya berupa sepasang
ganglion otak yang dihubungkan dengan tali saraf longitudinal. (Baca juga : Hewan Tak
Bertulang Belakang).

Berdasarkan jumlah setae dan tempat hidupnya, Annelida dikelompokkan ke dalam 3 kelas yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Untuk lebih memahaminya simaklah uraian berikut.

a. Kelas Polychaeta

Cacing ini merupakan Annelida laut. Tubuhnya bersegmen, tiap segmen dilengkapi parapodium
(kaki). Kaki ditumbuhi rambut sehingga disebut cacing berambut banyak, (poly: banyak, chaeta:
rambut). Contoh anggota kelas ini adalah cacing wawo (Lysidicea oele), cacing palolo (Palolo
viridis). Cacing wawo banyak terdapat di Kepulauan Maluku. Penduduk setempat menyebutnya
sebagai ulat jatuh, dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Kehidupannya diawali ovum yang
dibuahi sel spermatozoid dan berkembang dalam segmen-segmen. Pada sekitar bulan Maret
cacing tersebut menanggalkan segmen-segmen posteriornya yang penuh dengan ovum dan
spermatozoid yang telah masak. Cacing ini muncul ke permukaan laut dalam jumlah yang sangat
banyak, sambil melepaskan ovum dan spermatozoid ke air. Penduduk setempat mengumpulkan
penggalan-penggalan cacing tersebut untuk dimakan. Seperti halnya dengan cacing wawo,
cacing palolo juga memiliki sifat yang sama, hanya berbeda waktu munculnya ke permukaan
laut, yaitu sekitar Oktober.

b. Kelas Olygochaeta

Kelompok ini beranggotakan jenis-jenis cacing yang hidup di air tawar atau di darat. Ukuran
bervariasi, berbentuk silindris, bersegmen jelas dan memiliki sedikit rambut (oligos: sedikit,
chaeta: rambut). Kepalanya disebut prostomium, namun tidak dilengkapi mata, tentakel dan
parapodia. Hewan ini tetap peka terhadap cahaya karena di sepanjang tubuh terdapat seta yang
berfungsi sebagai organ perasa. Contoh jenis cacing anggota kelas ini adalah Lumbricus
terrestris, cacing tanah (Pheretima sp.).

c. Kelas Hirudinea

Anggota kelas ini banyak hidup di air laut, air tawar, dan tempat lembab. Hirudinea umumnya
disebut sebagai lintah. Tubuhnya pipih (dorsiventral), mempunyai 1 prostomium dan 32 segmen
tubuh, dan mempunyai dua alat pengisap pada kedua ujung tubuhnya. Alat pengisap atas
berdekatan dengan mulut, dan alat pengisap bawah berdekatan de ngan anus. Cacing ini
menghasilkan zat hirudin sebagai zat anti koagulan, yaitu zat untuk mencegah darah inang agar
tidak cepat membeku di dalam rongga tubuhnya. Contoh anggota kelas ini adalah Hirudo
medicinalis dan Hirudinaria javanica.

6. Mollusca (hewan bertubuh lunak).

Ciri-ciri Umum Mollusca :

1) Habitat air laut, tawar dan darat

2) Simeti tubuh bilateral (simetri 2 belah pihak), lateral

3) Triploblastik selom ( dinding tubuh pada cacing gelang yang terdiri dari 3 lapisan yaitu
endoderm adalah selaput dalam yang terdiri dari sel-sel yang menyelubungi tubuh hewan
metazoa, mesoderm adalah selaput tengah, eksoderm adalah selaput luar)

4) Perkembang biakan seksual dengan hemafrodit

5) Ekskresi dengan nefridium ( alat pengeluaran yang terdapat pada Mollusca)

6) Lunak dan tidak memiliki ruas


7) Umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan cangkok berupa kalsium
karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah(rangka luar) yang terbuat dari zat kapur

8) Alat pencer naan telah berkembang sempurna, terdiri atas mulut, kerongkongan yang
pendek, lambung, usus dan anus.

9) kecuali Cephalopoda, peradaran darahnya terbuka.

10) Memiliki kelenjar lendir yang terdapat pada kelenjar pembuat bahan cangkok

11) Ada bagian tubuh yang berperan sebagai kaki

12) Sekresi zat cangkang = kalsium karbonat

13) Kaki berbentuk pipih, lebar & berotot

Pengelompokkan Mollusca :

1. Kelas Amphineura (Kiton)

Kiton merupakan hewan yang simetris bilateral, kaki vental panjang, mempunyai ruang mantel
yang mengandung insang, permukaan dorsal tertutup oleh spikula berlendir, bersifat hemafrodit,
hidup dilaut dan larva trokovor. Contohnya adalah Cryptochiton sp. Hewan ini banyak
ditemukan menempel pada batuan dengan melingkarkan tubuhnya. Pembuahan dilakukan secara
eksternal. Ada beberapa daerah yang menjadikan kiton sebagai makanan. Kiton memiliki ciri
tubuh berbentuk oval, pada bagian dorsalterdapat cangkang yang berjumlah 8 keping, tetapi tidak
membentuk segmen pada tubuhnya.

2. Kelas Gastropoda (Hewan Berkaki Perut)

Gastropoda berasal dari bahasa latin, yaitu gaster gastropoda berasal dari bahasa latin, yaitu
gaster yang berarti perut dan podos berarti kaki. Gastropoda berasal dai bahasa latin yaitu, gaster
yg berarti perut dan podos berarti kaki merupakan kelompok Mollousca yang bergerak
menggunakan perut. Seluruh tubuhnya mengandung lendir yang berfungsi memudahkannya
dalam pergerakkan.Gastropoda umumnya memiliki cangkang yang berfungsi sebagai pelindung
dari gangguan pemangsanya. Akan tetapi ada juga yang tidak bercangkang, contoh Kimax.
Umumnya Gastropoda memakan ganggang. Hewan ini menggunakan gigi radulauntuk
memotong dan mencerna makanannya. Umumnya Gastropoda bersifat hemafrodit. Gastropoda
memiliki bintik mata sebagai fotoreseptor, biasanya terdapat di ujung tentakel yang panjang dan
tentakel pendek berfungsi sebagai kemoreseptor. Gastropoda bernafas dengan insang atau paru-
paru, di sesuaikan dengan habitatnya. Gastropoda darat bernafas dengan paru-paru, sedangkan
Gastropoda air bernafas dengan insang,contoh: achatina fulica (bekicot),lymnaea javanica (siput
air tawar),fissurella sp (siput laut),vaginulla sp (siput telanjang).
3. Kelas Cephalopoda (Hewan Berkaki Kepala)

Cephalopoda merupakan Mollusca yang memiliki kaki yang terletak pada kepalanya(cephal
berarti kepala, podos berarti kaki). Kelas ini memiliki bagian kepala yang jelas, mata besar, telah
berkembang biak baik seperti mata pada Vertebrata. Memiliki tentakel di bagian
kepala(berjumlah 8 atau 10 bauh) untuk menangkap mangsa atau membela diri. Semua hewan
Cephalopoda tidak bercangkang(kecuali Naitilus sp), mamiliki kelenjar tinta yang menghasilkan
cairan tinta hitam yang berguna untuk mengalabui pemangsa. Jenis kelamin terpisah (dioesis),
tidak mengalami fase larva. Cephalopoda memiliki sel-sel khusus pembawa warna(kromotafora)
yang dapat mengubah warna benda di sekitarnya,contohnya: loligi sp (cumi-cumi),octopus sp
(gurita),Nautilus sp.

4. Kelas Scaphopoda (Siput Gading Gajah)

Scaphopoda memiliki cangkang seperti gading gajah atau pena yang panjang. Tubuhnya
memanjang dorsofental, kepala rudimenter/menyusut, kaki lancip berguna untuk menggali
lumpur. Habitat di dalam laut sampai kedelaman 5000 meter. Jenis kelaminnya bersifat diesis,
mengalami bentuk larva trokovor . Di dekat mulut terdapat semancam tentakel untuk alat peraba
yang berfungsi sebagai menangkap mikroflora dan mikrofauna(plankton). Scaphopoda bernafas
menggunakan rongga mantel, dan tidak memiliki insang.

5. Kelas Pelecypoda / bivalvia (Hewan Berkaki Pipih)

Hewan ini disebut sebagai bivalvia karna tubuhnya dilindungi cangkangnya yang stangkup,
memiliki tubuh simetri bilateral. Hewan golongan ini bernafas menggunakan insang yang
berlapis-lapis yang berbentuka seperti lembaran sehingga disebut juga sebagai
Lamelibranchiata(lamela = lembaran, branchia = insang). Dari celah cangkangnya akan keluar
kaki yang pipih seperti mata kapk sehingga hewan ini disebut juga Pelecypoda (pelecy = pipih,
podos = kaki). Salah satu contoh hewan yang termasuk dalam golongan ini adalah Malaegrina
margaritivera(kerang mutiara), kerang air tawar (Anadonta sp.) dan kima raksasa (Tridacna
maxima).

Cangkang kerang terdiri atas 3 lapisan, yaitu :

a. Periostrakum : lapisan paling luar tipis, dari zat tanduk, berwarna gelap.

b. Prismatik : lapisan tengah tebal, tersusun oleh kristak kalsium karbonat

(CaCO3) berbentuk prisma.

c. C. Nakreas : Lapisan dalam, penghasil mutiara.

Peranan / manfaat dari Mollusca :


Umumnya mollusca menguntungkan bagi manusia,namun ada pula yang
merugikan.peran mollusca yang menguntungkan adalah:

· Sumber makanan yang mengandung protein tinggi,misalnya:tiram batu (Aemaea


sp),kerang (Anadara sp),kerang hijau (Mytilus viridis), sotong (Sepia sp),cumi-cumi (logio
sp),remis (corbicula jjavanica),dan bekicot (Achatina fulica).

· Perhiasan,misalnya tiram mutiara (pinchada margaritifera).

· Hiasan dan Kancing,misalnya: dari cangkang tiram batu,Nautilus dan Tiram mutiara.

· bahan baku teraso,misalnya cangkang tridacna sp

Mollusca yang merugikan antara lain karena merupakan hama tanaman budidaya organism
perantara penyebab penyakit. Bekicot dan keong adalah hama dari tanaman sawah.Siput air
adalah inang dari perantara cacing Fasciola hepatica, cacing ini merupakan parasit pada organ
hati manusia dan ternak

7. Arthropoda (hewan berbuku).

Ciri-ciri hewan yang berbuku-buku adalah:

- hidupnya bisa di laut, danau, darat dan sungai

- tubuhnya terdiri dari buku-buku

- tubuhnya terbungkus oleh kulit dari zat kitin sehingga keras

- mempunyai alat indera yang terdapat pada kepala yang berfungsi sebagai peraba dan mata

- bernapas dengan menggunakan insang atau stigma

- alat-alat tubuhnya telah berkembang baik.

Sedangkan hewan yang berbuku-buku diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, diantaranya


adalah:

1. Serangga (insecta)

2. Laba-laba (arachnoidea)

Ciri-ciri laba-laba adalah:

- tubuhnya dapat terbagi dua

- mempunyai dua pasang alat mulut

- mempunyai sepasang mata tunggal yang besar dan beberapa pasang mata tunggal yang kecil
- mempunyai empat pasang kaki

- memiliki perut

- bernapas dengan menggunakan paru-paru buku

- mempunyai sepasang capit dan gigi catut yang berfungsi sebagai alat mulut.

Sedangkan laba-laba dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah:

- laba-laba

- caplak (tungau)

- kala.

3. Udang-udangan (crustacea)

Ciri-ciri udang-udangan adalah:

- tubuhnya ada dua bagian yaitu kepala dan dada

- bernapas dengan menggunakan insang

- hidupnya di air

- mempunyai sepasang antena pendek dan lima pasang kaki

- hampir semua ruasnya ada perutnya dan mempunyai sepasang kaki.

Contoh udang-udangan adalah:

- kepiting

- udang

- rajungan

- ketam

- yuyu

- teritip.

4. Lipan (myriapoda)

Ciri-ciri lipan adalah:

- tubuhnya beruas-ruas dan panjang, dimana tiap ruasnya terdapat sepasang kaki
- tubuhnya terdiri dari kepala dan badan belakang

- mempunyai kaki banyak

- sistem sarafnya tangga tali

- bernapas dengan menggunakan trakhea

- mempunyai sepasang antena pada kepalanya

8. Echinodhermata (hewan berkulit duri).

Ciri-ciri hewan yang berkulit duri adalah:

- hidupnya di air laut

- kulitnya berduri-duri dan mempunyai lempeng-lempeng kapur yang berfungsi sebagai rangka

- bentuk tubuhnya simetri radial

- tidak mempunyai kepala yang jelas

- mempunyai gigi catut

- bergerak dengan menggunakan kaki ambulakral yang berbentuk tabung kecil

- pada ujun kaki ambulakral terdapat alat penghisap yang berguna untuk melekatkan dirinya
pada suatu tempat.

Sedangkan hewan yang tergolong pada hewan yang berkulit duri adalah:

1. Bintang laut (asteroidea)

Ciri-ciri bintang laut adalah:

- mempunyai lima tangan dan bagian tangannya berupa cakram

- bernapas dengan menggunakan kulit yang tipis

- makanannya sebangsa kerang dan hewan lunak yang lainnya

- mempunyai perut yang bercabang-cabang ke semua arah terutama di lengannya

- mempunyai dubur yang berada di tengah-tengah sisi punggungnya

- susunan sarafnya berupa saraf cincin di sekitar mulutnya


- mempunyai daya regenerasi yang besar dan bila salah satu lengannya ada yang putus, maka
dapat kembali tumbuh lagi seperti semula

- mempunyai kaki ambulakral yang digunakan untuk bergerak.

Contoh: bintang laut merah dan bintang laut biru.

2. Lilia laut (crinoidea)

Ciri-cirinya adalah:

- bentuk tubuhnya kaya tumbuhan

- ada yang mempunyai tangkai dan ada yang tidak mempunyai tangkai

- yang tidak bertangkai hidupnya bisa berpindah-pindah dan yang bertangkai hidupnya
menetap pada suatu tempat.

3. Landak laut (echinoidea)

Ciri-cirinya adalah:

- tidak mempunyai lengan

- mempunyai duri banyak yang mudah digerakkan

- bernapas dengan menggunakan insang.

4. Tripang (holothuroidea)

Ciri-cirinya adalah:

- bentuk tubuhnya seperti buah mentimun

- tidak mempunyai lengan

- mempunyai mulut

- mempunyai lubang kelamin dan anus

- kulitnya lunak.

5. Bintang ular (ophiuroidea)

Ciri-ciri bintang ular adalah:

- memiliki lima lengan yang digunakan untuk bergerak

- memiliki satu lubang mulut


- hidupnya di sela-sela bebatuan atau batu karang yang ada di laut

- memiliki kaki ambulakral yang berada di sekitar mulutnya.

9. Chordata (hewan bertulang).

Ciri-ciri umum chordata yaitu :

° mempunyai chorda dorsalis (penyokong tubuh) di punggung

° mempunyai batang syaraf dipunggung

° mempunyai beberapa celah insang didaerah faring

° bentuk tubuh simetri bilateral

° mempunyai coelom (rongga tubuh)

Sedangkan ciri-ciri khususnya yaitu :

° tubuhnya terbungkung oleh lapisan epidermis dan dermis (bagian kulit)

° indoskeleton pada hewan tingkat rendah berupa tulang rawan, sedangkan pada tingkat tinggi
berupa tulang keras.

° pada skeleton terdapat otot daging yang berfungsi untuk gerak atau berpindah tempat.

° sistem sirkulasi/sistem peredaran darah terdiri atas pembuluh darah dengan jantung sebagai
pusat atau sentral.

° sistem respirasi/pernafasan pada bentuk tubuh rendah berupa beberapa insang sedangkan pada
spesies yang hidup didarat sistem pernafasannya berupa paru-paru.

° sistem eskresi terdiri atas sepasang ginjal (ren), dengan saluran pembuang yang bermuara
didekat anus.

° sistem syaraf terdiri atas sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi

° terdapat sejumlah kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon yang diangkut oleh darah yang
berperan dalam proses-proses dalam tubuh, seperti pertumbuhan dan reproduksi.

° seks atau jenis kelaminnya terpisah masing-masing jenis kelamin memiliki sepasang gonad
dengan saluran penyalur yang bermuara di dekat anus.

KLASIFIKASI VERTEBRATA
Sub filum vertebrata terbagi menjadi 2 sub kelas :

A. Pisces

Terdiri atas 4 kelas, yaitu

- kelas agnatha (gnathum), tidk mempunyai rahang contohnya : belut

- kelas placodermata, tubuhnya bersisik

- kelas chondrichthyes, hewan atau ikan yang bertulang rawan

- kelas osteichtyes, semua ikan yang bertulang keras

B. Tetraphoda

Anggota dari tetraphoda yaitu

- amphibi (hidup di air dan darat)

- reptilia (hewan melata)

- aves (unggas), hewan yang memiliki bulu dan sayap dan pada umumnya golongan aves bisa
terbang

- mamalia (hewan yang menyusui), termasuk dalam hewan mamabiak.


Tugas IPA
tentang
Kingdom Plantae , Fungi dan Animalia

Nama : Yovian Maha Putra Wicaksana

Kelas : VII F/ 39

Anda mungkin juga menyukai