Disusun Oleh :
Kelompok 10
Bibiana Bouw (4205041001)
Dina Nazillah Lubis (4203341007)
Putri Nora (4201141011)
KELAS : PSPB 20 C
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Model
Pembelajaran Kooperatif Dan Problem Base Learning, Contextual Learning Berdasarkan
Sintaks”
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu kami yang ibu
Dra.Rosdiana,M.Pd yang telah memberikan tugas ini. Kami memohon bimbingan dari ibu
selaku dosen pengampu di Mata Kuliah Psikologi Pendidikan ini karena dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam hal materi maupun hal dalam
pengetikan,besar harapan kami untuk dapat menerima kritik saran dari ibu serta teman-teman
pembaca sekalian.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kami sebagai
penulis serta juga dapat menambah wawasan teman-teman sekalian sebagai pembaca akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni,
agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat
dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan,
komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi.
Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau
teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model
pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model
pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan
keiatan belajar , untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan . dalam
merancang kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya memahami
karakteristik siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau kompetensi yang
harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara yang digunakan terus
mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan jenis penilaian yang akan
dipiih untuk melakukan mengukuran terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran , seorang guru harus terlebih dahulu memahami
berbagai pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal ini
akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah , memilih, dan
menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
Peru dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajran memiliki pandangan
yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan tentang guru ,
4
dan pandangan tentang siswa, perbedaan inilah kemudian mengakibatkan strategi dan
model pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda juga, sehingga proses
pembelajaran akan berbeda walaupun strategi pembelajaran sama. Dalam makalah ini
kami menekankan model pembelajaran PJBL yang membahas tentang model belajar
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas
secara nyata.
B.Rumusan Masalah
1. Apa definisi model pembelajaran?
2. Bagaimana Kooperatif (Cooperative Learning) dalam pembelajaran?
3. Apa itu Problem Base Learning dalam pembelajaran?
4. Bagaimana Learning Contextual Learning dalam pembelajaran?
C.Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari model pembelajaran,
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) dalam pembelajaran,
3. Memahami apa itu Pembelajaran Problem Base Learning,
4. Dan Memahami apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Learning
Contextual Learning.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dengan model pembelajaran yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula
instrument penelitian yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu,
dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-
pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif siswa,
dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk
mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang telah
diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang
guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan
pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam
proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.
7
a. Model-model Pembelajaran Kooperatif
1) Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok
beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan
sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan sisa-siswa di dalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah
memacu siswa agara saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu
metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran
kooprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi mereka sendiri
untuk menambah atau mengganti materi-materi ini.
2) Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model
belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam
bentuk kelompok kecil. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b) Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
d) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang
mereka kuasai.
e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f) Pembahasan.
g) Penutup.
8
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan
Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel.
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru
untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun
kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu
terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran
dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
adalah :
a) Membagi siswa ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab
pertanyaan kelompok secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun
waktu yang disepakati.
4) Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan, bahwa terdapat eman
komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural
diantaranya, yaitu:
a) Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b) Prinsip-prinsip Dasar
Empat prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak,
partisipasi sejajar, interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.
9
maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau
berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan. Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.
b. Sistem penilaian model pembelajaran problem based learning.
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS),
ujianujian tengah semester (UTS), kuis, PR,dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran Bobot
penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan.
c. Sistem Penilaian
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic
assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang
merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta
didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun
waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri
(self-assessment) dan peer-assessment.
d. Penilaian (Assessment)
10
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur
dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian.
e. Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based Learning)
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik
terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan
peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.
Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di
berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari.
Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta
didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan
dasar dan materi pembelajaran.
11
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan
menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari,
yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan
kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba,
melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak
sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pada intinya penngembangan setiap komponen CTL tersebut dalam
pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar
lebih bermkna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru
yang akan dimilikinya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik
yang diajarkan.
3. Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanya-pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui
ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
12
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang
siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan
tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap-tiap model pembelajaran
membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda.
B.Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan dengan susunan atau rumusan masalahnya. Dimohonkan kepada pembimbing dan
pembaca makalah ini dapat memberikan saran agar kami dapat melakukan penulisan yang
lebih baik lagi dikemudian hari.
13
DAFTAR PUSTAKA
14