Anda di halaman 1dari 20

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hal penting yang perlu diketahui dalam merencanakan program pemuliaan
adalah struktur genetika populasi dasar yang akan dikembangkan dan struktur
genetika populasi keturunannya dengan kekerabatan-kekerabatan tertentu setelah
dilakukan persilangan-persilangan. populasi jagung yang banyak digunakan
sebagai populasi dasar untuk pengembangan lebih lanjut adalah populasi dalam
keseimbangan Hardy-Weinberg (Handini, et al. 2015)
Heritabilitas dapat menentukan kemajuan seleksi, makin besar nilai
heritabilitas makin besar kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin cepat
varietas unggul dilepas. Karakter kuantitatif yang dapat dijadikan dasar seleksi
pada populasi F2 Lentana ini meliputi adalah jumlah dan fruit set. suatu karakter
yang mempunyai nilai duga heritabilitas tinggi menunjukan adanya pengaruh
faktor genetik lebih besar dibandingkan faktor lingkungan. (Syukur, et al.2009).
Sifat-sifat suatu individu dikendalikan dari kromosom yang mengandung
informasi genetik individu tersebut. Berdasarkan informasi genetik itu dan
interaksinya dengan lingkungan, sifat-sifat tanaman muncul dan dapat
digolongkan dalam dua kelompok yaitu sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif.
Penggolongan ini didasarkan pada variasi penampilan sifat tersebut, apakah
bersifat terputus (discrete) atau tidak terputus (continuous) (Astuti, 2006).
Salah satu kegiatan yang sangat penting dalam memberdayakan jenis-jenis
pohon potensial adalah pemetaan sebaran populasi. Peta sebaran populasi ini
dapat digunakan sebagai dasar untuk pemilihan sumber benih yang tepat sebagai
dasar yang sederhana dan mudah dalam usaha perbaikan tanaman hutan. Peta
sebaran digunakan untuk mengetahui sebaran geografi, ekologi dan keragaman
sifat menurut jenis tanaman target baik di hutan alam ataupun hutan tanaman serta
untuk mengetahui potensi dan keberadaan jenis tertentu di suatu wilayah
(Danu, et al. 2006).
Prinsip utama dalam genetik populasi adalah prinsip Hardy-Weinberg,
menduga bahwa dalam kondisi tertentu, frekuensi alel dan genotipe akan tetap
konstan dalam suatu populasi dan keduanya saling berhubungan satu sama lain.
2

Kondisikondisi tertentu yang dimaksud dalam prinsip Hardy-Weinberg ini


meliputi: 1) kawin secara seksual dan acak, 2) tidak ada seleksi alam, 3) kejadian
mutasi diabaikan, 4) tidak ada individu yang masuk atau keluar dari suatu
populasi, dan 5) ukuran populasi yang cukup besar. Jika kondisi-kondisi ini
terpenuhi oleh suatu populasi, maka populasi tersebut berada dalam keseimbangan
Hardy-Weinberg (HardyWeinberg Equilibrium). Penyimpangan dari
keseimbangan Hardy-Weinberg ini merupakan dasar untuk mendeteksi kejadian
inbreeding, fragmentasi populasi, migrasi, dan seleksi (Afrida, et al. 2014).
Seleksi secara tidak langsung atau simultan untuk meningkatkan daya
hasil berdasarkan indeks seleksi akan lebih efisien dibandingkan dengan seleksi
berdasarkan satu karakter atau kombinasi dari dua karakter saja. Seleksi beberapa
karakter tepat dilakukan untuk karakter yang sangat dipengaruhi lingkungan
seperti produksi, terekspresi dengan lambat atau memiliki nilai heritabilitas
rendah (Wirnas, et al. 2006).
Seleksi berperan sangat penting dalam keberhasilan pada kegiatan
pemuliaan tanaman. Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai
keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang tinggi. Heritabilitas yang
tinggi dapat diartikan penampilan fenotipik lebih dipengaruhi oleh genetik
dibandingkan pengaruh lingkungan. Seleksi pada karakter dengan keragaman luas
dan heritabilitas tinggi akan menghasilkan kemajuan seleksi atau peningkatan
nilai tengah setelah dilakukan seleksi (Syukur et al. 2011)
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyelesaikan praktikum genetika
populasi
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Genetika Populasi
Genetika adalah ilmu pengetahuan dasar dalam usaha penyediaan
bibittanaman maupun ternak yang unggul dalam bidang pertanian maupun
bidangpeternakan, di bidang kedokteran dalam hal ini lingkup ilmu genetika
sangat luasmembahas masalah peranan kromosom,pewarisan sifat genetic dan
antropologik,terjadinya cacat mental dan fisik yang di sebabkan oleh kromosom
(Laksono, 2014)
Genetika populasi adalah ilmu genetika terapan yang memiliki peran vital.
Tidak hanya dalam bidang pemuliaan, tetapi juga dalam bidang pengelolaan
sumber daya hayati. Genetika populasi di bidang perikanan banyak digunakan
sebagai metode atau alat analisis dan evaluasi untuk meningkatkan produksi dan
menghemat biaya-biaya produksi dalam industri-industri akuakultur
(Irmawati, 2016).
Pemulia tanaman (plant breeder) yang akan melakukan perbaikan tenaman
secara genetik haruslah menguasai ilmu genetika. Itulah sebabnya, seorang
pemulia tanaman sering juga disebut ahli genetika, tetapi tidak sebaliknya. Ahli
genetika belum tentu ahli pemuliaan tanaman. Penguasaan terhadap ilmu genetika
adalah syarat utama bagi seseorang yang ingin berkecimpung dalam pemuliaan
tanaman (Afrida, 2011).
Populasi merupakan suatu kelompok individu-individu interbreeding
(saling bersilang) yang bersarna pada suatu waktu dan tempat atau sebagai suatu
kumpulan organisme tertentu yang memiliki gene-pool bersama. Gene-pool
adalah semua alel yang ada dalam anggota populasi sebagai sumber gamet dalam
reproduksi (Tamarin, 2001).
Adanya berbagai alel dalam suatu populasi menentukan variabilitas
genetika populasi. Organisme-organisme yang bereproduksi secara seksual
cenderung memproduksi keturunan yang bervariasi secara genetis karena pilihan
acak gen dalam selsel benih menyusul meiosis, dan fenomena rekombinasi. Jika
kita tahu hubungan dari genotip spesifik dan fenotip yang sesuai, kita dapat
mengubah frekuensi genotip menjadi frekuensi fenotip (Afrida, 2011).
4

2.2 Dasar Genetik Dalam Pemuliaan Tanaman


Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik
yang luas dan heritabilitas yang tinggi. Heritabilitas yang tinggi dapat diartikan
penampilan fenotipik lebih dipengaruhi oleh genetik dibandingkan pengaruh
lingkungan. Seleksi pada karakter dengan keragaman luas dan heritabilitas tinggi
akan menghasilkan kemajuan seleksi atau peningkatan nilai tengah setelah
dilakukan seleksi (Syukur et al. 2011).
Heterosis adalah adanya peningkatan ukuran, vigor atau produktifitas
tanaman hibrida dibandingkan dengan rata-rata tetuanya. Tanaman hibrida yang
dihasilkan haruslah dalam kondisi heterosis terhadap sifat hasil dan produktifitas
untuk dapat dimanfaatkan. Tanaman heterosis dipengaruhi oleh peningkatan
pertumbuhan vegetatif dan hasil, ukuran sel, tinggi tanaman, ukuran daun,
perkembangan akar, ukuran tongkol atau pucuk, jumlah bii, ukuran biji, dan
sebagainya (Lubis, 2005)
Heterosis dihasilkan dari penyatuan berbagai karakter yang
menguntungkandalamgendominan. Berdasarkan teori ini, alel yang berhubungan
dengan vigor dan pertumbuhan adalah dominan, sedangkan alel resesif mungkin
saja netral, berbahaya, atau dapat merusak individu tanaman. Jika salah satu tetua
beralel dominan sesuai dengan tetua lainnya maka F1 akan memiliki kombinasi
sifat yang lebih baik dari kedua tetuanya (Lubis, 2005)
Tanaman yang telah didomestikasi adalah bahan tanaman yang telah
diseleksi untuk kegunaan manusia baik sebagai pangan ataupun fungsi lainnya
dan tanaman yang belum didomestikasi adalah Saat gen yang dibutuhkan tidak
didapat pada tanaman yang telah terdomestikasi,maka seorang pemulia akanmulai
mencari dari populasi liar di alam. Beberapa karakter yang sering didapat dari
populasi liar adalah kulit biji tebal, kerontokan, dan ketidakpastian. Sifat ini tentu
kurang disukai dalam budidaya maju. Plasma nutfah liar telah banyak digunakan
sebagai sumber donor pada sifat resisntensi terhadap penyakit dan hama, dan
tekananan lingkungan (Hariyanto, 2008)
.
5

2.3 Karakter Kualitatif dan Kuantitatif


Karakter kualitatif merupakan karakter yang dapat dinilai hanya dengan
cara visualisasi. Karakter kualitatif yang diamati dikelompokkan berdasarkan
karakternya, yaitu batang, daun, bunga, dan buah. Karakter batang meliputi
habitus tanaman dan antosianin pada buku batang. Karakter daun meliputi bentuk,
warna, dan antosianin pada daun. Karakter bunga meliputi orientasi bunga, warna
mahkota, dan antosianin pada bunga (Lubis, 2005).
Adapun karakter buah meliputi bentuk, orientasi buah, antosianin, dan
perubahan warna buah. Karakter kuantitatif yang diamati pada hasil persilangan
antara cabai hias tetua A, FP, serta F1 dan F1R-nya meliputi variabel tinggi
tanaman, tinggi dikotomus, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, umur mulai
berbunga, umur mulai panen, panjang buah, diameter buah, bobot buah, dan
ketebalan kulit buah (Sirojuddin, et al. 2015).
Karakter yang mempunyai suatu inheritans (inheritance) yang kompleks
dan disebut sebagai karakter kuantitatif (quantitative characters). Karakter
kuantitatif adalah karakter yang dikendalikan oleh banyak gen (polygene).
Kebanyakan karakter kuanlitatif adalah karakter yang mempunyai nilai ekonomis,
yakni produksi, kandungan kimia tanaman, dan banyak karakter fisiologis lainnya
(Lubis, 2005).
Komponen genetik dari nilai fenotipe dari suatu karakter kuantitatif
tertentu dikendalikan oleh banyak gen. Gen-gen tersebut bisa saja merupakan
kelompok dari gen-gen jamak (multiple genes) pada lokus yang berbeda atau gen-
gen jamak dalam satu lokus. Pada, misalnya populasi alamiah terdapat allel
jamak, sebagaimana yang telah sering ditunjukkan pada banyak spesies melalui
metode elektrophoresis isoenzym (electrophoresis of isoenzymes) (Wricke, 2007)
Genetika kuantitatif adalah inheritans sifat-sifat yang menunjukkan suatu
variasi yang kontinu. Pada genetika kuantitatif, berbagai pendekatan dapat dibuat.
Salah satu pendekatan yang sering dibuat adalah pemilahan nilai-nilai fenotipe
dari suatu karakter kuantitatif menjadi komponen-komponen yang mempunyai arti
(Crowder, 1990).
6

2.4 Sebaran Populasi


Peta sebaran populasi dapat digunakan sebagai dasar untuk pemilihan
sumber benih yang tepat sebagai dasar yang sederhana dan mudah dalam usaha
perbaikan tanaman hutan. Peta sebaran digunakan untuk mengetahui sebaran
geografi, ekologi dan keragaman sifat menurut jenis tanaman target baik di hutan
alam ataupun hutan tanaman serta untuk mengetahui potensi dan keberadaan jenis
tertentu di suatu wilayah (Rohandi, 2014)
Seleksi Massa adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih
bahan tanam yang lebih baik pada generasi berikut. Dan pada umumnya metode
seleksi massa ini banyak digunakan oleh para pemulia tanaman, karena metode ini
digunakan untuk memilih menaikkan proporsi genotype yang super dalam suatu
populasi. Seleksi massa berbeda dengan seleksi galur murni, perbedaan tersebut
antara lain dari segi waktu, pengaplikasian, jumlah tanaman, kemampuan
adaptasi, sifat keturunan, pemilihan hasil, dan pengontrolan (pengawasan), Proses
seleksi massa ini digunakan juga untuk memurnikan varietas yang telah berbaur
dengan genotype-genotipe yang tidak diharapkan (Anggraini, 2012).
Sebaran frekuensi yang dikendalikan secara polygenic termasuk sifat
kuantitatif. Dengan demikian sifat jumlah anakan produktif pada hasil penelitian
termasuk dalam sifat kuantitatif yang dikendalikan secara polygenic sehingga
tidak perlu dilakukan pengujian nisbah Mendel karena sebaran data berdistribusi
normal (Sriwidarti, 2011).
Sebaran data yang bersifat kontinyu dikendalikan oleh banyak gen, yang
ditunjukkan oleh nilai kurtosis -3 < kurtosis < 3 (berbentuk mesokurtic),
sedangkan karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen ditunjukkan oleh nilai
kurtosis > 3 (berbentuk leptokurtic) atau < -3 (berbentuk platikurtic) (Roy, 2000).
Sebaran data dengan nilai skewness nol mencerminkan bahwa karakter
tersebut dikendalikan oleh aksi gen aditif, skewness positif adalah aksi gen aditif
pengaruh epistasis komplementer, sedangkan untuk skewness negatif
mencerminkan kendali gen aditif dengan pengaruh epistasis duplikat (Roy, 2000).
7

2.5 Genetika Populasi


Dalam populasi, masing-masing gen dan genotipe mempunyai frekuensi
tertentu. Yang diturunkan oleh suatu genotipe kepada turunannya bukanlah
genotipe tetapi gamet. Hubungan antara frekuensi allel (gen) dan genotipe suatu
populasi dengan frekuensi allel dan genotipe anaknya, dan generasi selanjutnya
perlu dipahami. Hal ini ada kaitannya dengan seleksi alam atau seleksi buatan
untuk tujuan tertentu (Afrida, 2011).
Hukum Hardy-Weinberg dapat digunakan dalam pemuliaan tanaman,
misalnya dalam proses seleksi untuk mengeliminasi pengaruh allel-allel yang
tidak diinginkan, sehingga akibatnya hampir keseluruhan populasi akhirnya
mempunyai allel yang diinginkan. Dengan kata lain, hukum ini dapat diterapkan
untuk meningkatkan frekuensi allel tertentu atau menurunkan frekuensi allel yang
lain (Amin, 2010).
Berdasarkan Hukum Hardy-Weinberg, jumlah frekuensi genotipe haruslah
sama dengan 1, sehingga frekuensi genotipe A1A2 dan A2A2 haruslah berobah
menjadi 1. Frekuensi yang baru dari masing-masing genotipe dapat dihitung
dengan menjadikan jumlah frekuensi kedua-dua genotipe yang tersisa sebagai
total frekuensi. Dengan cara itu, frekuensi baru dari setiap genotipe dapat
dihitung, yakni perbandingan frekuensi lama setiap genotipe dengan total
frekuensi lama (Saenab, 2009).
Populasi yang memenuhi Hukum Hardy-Weinberg disebut dalam
keseimbangan Hardy-Weinberg adalah (1) Suatu populasi terisolasi yang
berpenyerbukan silang secara acak akan mencapai keseimbangan frekuensi
genotipe (genetic equilibrium) pada satu lokus autosomal setelah satu generasi,
apabila pada populasi tersebut tidak ada mutasi, tidak ada seleksi dan tidak ada
migrasi, dan (2) frekuensi genotipe pada anak (progeny) hanya tergantung pada
frekuensi-frekuensi gen orang tua (parents).(Afrida, 2011).
Prinsip utama dalam genetik populasi adalah prinsip Hardy-Weinberg,
menduga bahwa dalam kondisi tertentu, frekuensi alel dan genotipe akan tetap
konstan dalam suatu populasi dan keduanya saling berhubungan satu sama lain.
Kondisikondisi tertentu yang dimaksud dalam prinsip Hardy-Weinberg ialah
kawin secara seksual dan acak, tidak ada seleksi alam (Saenab, 2009)
8

2.6 Seleksi Setelah Hibridisasi


Menggunakan metode pedigree adalah suatu metode untuk memperoleh
varietas baru dengan mempadukan gen-gen yang diinginkan yang terdapat pada
genotipe hasil persilangan. Hasil seleksi dilakukan pendugaan respon seleksi
untuk mendapatkan gambaran kemajuan genetik dari hasil seleksi yang telah
dilakukan. Selanjutnya dilakukan pendugaan heterosis untuk mengetahui besar
penggabungan dua sifat tetua yang diturunkan pada hasil persilangan turunan F3
(Zein, 2017).
Seleksi pedigree merupakan salah satu metode seleksi padat karya dan
mengharuskan pencatatan rinci semasa masa awal pemisahan generasi.
Keuntungannya adalah hanya garis keturunan yang memiliki gen yang diingikan
akan terbawa ke generasi berikutnya. Metode ini juga memungkinkan
untukmendapatkan informasi genetik yang tidak mungkin didapat pada metode
seleksi lainnya (Carsono, 2008).
Metode bulk-population ini lebih mudah, gampang, membutuhkan sedikit
tenaga kerja, dan murah dibandingkan dengan metode pedigree. Dibutuhkan
populasi yang besar untuk mendapatkan tanaman dengan sifat yang di inginkan.
Metode ini mungkin digunakan untuk mendapatkan populasi tanaman yang tahan
terhadap wabah penyakit, musim dingin, tahan kering, atau kondisi alamlain nya
(Kuswanto, et al. 2007).
Metode ini sering digunakan terhadap tanaman yang sulit untuk
dipisahkan dan berjarak tanam sempit misalnya jenis biji-bijian kecil. Tidak ada
informasi atau data yang diambil dari generasi awal seleksi terhadap tampilan
galur tertentu sehingga menyebabkan beberapa genotipe yang diinginkan hilang
dari populasi. Sebagai contoh, tanaman tinggi dan lambat mungkin saja menekan
tanaman pendek dan cepat (Carsono, 2008).
Bulk-population dapat dimodifikasi dengan cara memilih di generasi F3
atau F4 dan memulai uji daya hasil meskipun tanaman masih memisah. Galur
dengan hasil unggul mungkin untuk diseleksi ulang sementara uji
dayahasildilanjutkan (Kuswanto, et al. 2007).
9

2.7 Seleksi dan Kemajuan Seleksi.


Seleksi merupakan inti pekerjaan dalam pemuliaan tanaman. Dimana
seleksi ini adalah proses pemilihan genotipe-genotpie unggul dari suatu populasi
untuk pembentukan populasi generasi berikutnya yang lebih baik. Keberhasilan
perbaikan populasi ini sangat bergantung pada keberhasilan memilih genotipe
yang baik. Para pemulia akan bekerja dengan memperhatikan fenotipe tanaman,
dan harus dapat menduga genotipe yang akan dipilih (BPS, 2001)
Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik
yang luas dan heritabilitas yang tinggi. Heritabilitas yang tinggi dapat diartikan
penampilan fenotipik lebih dipengaruhi oleh genetik dibandingkan pengaruh
lingkungan. Seleksi pada karakter dengan keragaman luas dan heritabilitas tinggi
akan menghasilkan kemajuan seleksi atau peningkatan nilai tengah setelah
dilakukan seleksi (Syukur, et al. 2010)
Keragaman genetik dan heritabilitas sangat bermanfaat dalam proses
seleksi. Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik
yang luas dan heritabilitas yang tinggi. Selain informasi ragam populasi, nilai
tengah masing-masing genotipe juga berperan dalam efektivitas seleksi
(Syukur, 2011).
Kemajuan seleksi bersifat linear yang nyata untuk ukuran dan bentuk
tongkol pada jagung manis bersari bebas. Kemajuan seleksi yang bersifat linear
nyata, dapat terjadi akibat keragaman genetik, sifat yang diseleksi besar dan
memiliki nilai korelasi genetik tinggi terhadap sifat yang diperbaiki. bahwa sifat
yang memiliki keragaman genetik tinggi, maka akan diperoleh kemajuan seleksi
yang besar. Tinggi tanaman lebih efektif untuk menaikkan komponen hasil
(Basuki, 2005).
Seleksi massa atau seleksi individu adalah menyeleksi tanaman yang sama
penampilannya (Fenotipe), kemudia benihnya digabung. Seleksi massa dari
tanaman menyerbuk sendiri dianggap menghasilkan individu-individu yang
semuanya lebih kurang sama genotipenya (True breeding). Seleksi individu sangat
efektif bagi karakter-karakter yang dikendalikan oleh satu atau bebrapa gen, yang
bisa diukur atau dikenali dengan mudah (Brewbaker, 2003).
10

BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun praktikum dilaksanakan di Laboratorium Genetika Populasi
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan. Pada hari Senin, 24 November 2020 pukul 14.30 WIB sampai dengan
selesai, pada ketinggian tempat ±25 mdpl.
3.2 Bahan dan Alat Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunga
bougenville sebagai objek yang akan diamati.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah handphone/
laptop sebagai media untuk belajar..
3.3 Metode Praktikum
3.3.1. Prosedur praktikum secara daring
 Disiapkan media pembelajaran berupa HP/Laptop
 Diberikan link google meet kepada praktikan untuk bergabung
kedalam rapat
 Dicatat penjelasan yang di berikan dosen pengampu
 Di kerjakan Tugas yang di berikan oleh dosen pengamp
3.3.2. Prosedur Praktikum dilapangan
 Dicari tanaman-tanaman yang dapat diamati karakter kuantitatif dan
karakter kualitatif yang berada disekitar pekarangan rumah seperti
tomat (Solanum lycopersicum), terong (Solanum melongena), sawi
(Brassica chinensis),dan jagung (Zea mays).
 Diamati karakter kualitatif dan karakter kuantitatif dari setiap bahan
praktikum.
 Didokumentasikan sebagai data praktikum menggunakan handphone
 Di buat laporan
 Dikumpulkan lewat alamat Email dosen.
11

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Genetika Populasi


Berdasarkan materi yang sudah di pelajari dan di bahas diketahui genetika
merupakan ilmu dasar dalam usaha penyediaan bibit tanaman yang di mana di
dalam nya kita belajar tentang pengelompokkan suatu populasi berdasrkan hukum
Hardy-Weinber, hal ini sesuai dengan literartur Laksono (2014) yang menyatakan
bahwa Genetika adalah ilmu pengetahuan dasar dalam usaha penyediaan
bibittanaman maupun ternak yang unggul dalam bidang pertanian maupun
bidangpeternakan, di bidang kedokteran dalam hal ini lingkup ilmu genetika
sangat luasmembahas masalah peranan kromosom,pewarisan sifat genetic dan
antropologik,terjadinya cacat mental dan fisik yang di sebabkan oleh kromosom.
Berdasarkan materi yang sudah di pelajari dan di bahas diketahui Genetika
populasi merupakan ilmu genetika terapan yang berperan penting dan sangat vital
di bidang pemuliaan, di bidang pengelolaan sumberdaya hayati maupun di bidang
perikanan, hal ini sesuai dengan literatur Irmawati (2016) yang menyatakan
bahwa Genetika populasi adalah ilmu genetika terapan yang memiliki peran vital.
Tidak hanya dalam bidang pemuliaan, tetapi juga dalam bidang pengelolaan
sumber daya hayati. Genetika populasi di bidang perikanan banyak digunakan
sebagai metode atau alat analisis dan evaluasi untuk meningkatkan produksi dan
menghemat biaya-biaya produksi dalam industri-industri akuakultur.
Berdasrkan materi yang sudah di pelajari dan dipahami diketahui bahwa
seorang pemulia tanaman (Plant breeder) haruslah menguasai ilmu genetika
karena ilmu genetika ini merupakan syarat utama seseorang apabila ingin
berkecimpung dalam dunia pemuliaan, hal ini sesuai dengan literatur Afrida
(2011) yang menyatakan bahwa pemulia tanaman (plant breeder) yang akan
melakukan perbaikan tenaman secara genetik haruslah menguasai ilmu genetika.
Itulah sebabnya, seorang pemulia tanaman sering juga disebut ahli genetika, tetapi
tidak sebaliknya. Ahli genetika belum tentu ahli pemuliaan tanaman. Penguasaan
terhadap ilmu genetika adalah syarat utama bagi seseorang yang ingin
berkecimpung dalam pemuliaan tanaman.
12

4.1.2. Dasar Genetik Dalam Pemuliaan Tanaman.


Berdasrkan materi yang sudah di pelajari dan dipahami diketahui bahwa
Heterosis dalam genetika adalah efek perubaha pada penampilan keturunan
persilangan (blaster) yang secara konsisten berbeda dari penampilan kedua
tetuanya, hal ini sesuai dengan literatur Lubis (2005) yang menyatakan bahwa
Heterosis adalah adanya peningkatan ukuran, vigor atau produktifitas tanaman
hibrida dibandingkan dengan rata-rata tetuanya. Tanaman hibrida yang dihasilkan
haruslah dalam kondisi heterosis terhadap sifat hasil dan produktifitas untuk dapat
dimanfaatkan. Tanaman heterosis dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan
vegetatif dan hasil, ukuran sel, tinggi tanaman, ukuran daun, perkembangan akar,
ukuran tongkol atau pucuk, jumlah bii, ukuran biji, dan sebagainya.
Berdasrakan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui
hetorosis dihasilkan atau terbentuk dari penyatuan berbegai karakter yang
menguntungkan dalam gen dominan. F1 juga akan memiliki sifat yang baik
daripada tetuanya jika salah satu tetua beralel dominan sesuai dengan tetuanya,
hal ini sesuai dengan literatur Lubis (2005) yang menyatakan bahwa Heterosis
dihasilkan dari penyatuan berbagai karakter yang menguntungkan dalam gen
dominan. Berdasarkan teori ini, alel yang berhubungan dengan vigor dan
pertumbuhan adalah dominan, sedangkan alel resesif mungkin saja netral,
berbahaya, atau dapat merusak individu tanaman. Jika salah satu tetua beralel
dominan sesuai dengan tetua lainnya maka F1 akan memiliki kombinasi sifat yang
lebih baik dari kedua tetuanya.
Berdasrakan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
tanaman yang telah diseleksi untuk kegunaan manusia yang digunakan sebagai
pangan ataupun fungsi lainnya merupakan tanaman yang telah didomestikasi. Dan
apabila suatu tanaman belum didomestikasi maka pemulia hurus mencari populasi
liar di alam dikarenakan gen yang dibutuhkan tidak didapati pada tanaman yang
telah didomestikasi kan, hal ini sesuai dengan literatur Haryamto (2008) yang
menyatakan bahwa Tanaman yang telah didomestikasi adalah bahan tanaman
yang telah diseleksi untuk kegunaan manusia baik sebagai pangan ataupun fungsi
lainnya.
13

4.1.3. Karakter Kualitatif dan Kuantitatif


Berdasrakan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
suatu tanaman memiliki ciri dan khas masing-masing ciri ini di sebut dengan
karakter kualitatif yang mana karakter ini dapat di lihat oleh kasat mata
(Visualisasi) dan dalam karakter kualitatif terdapat berbagai kelompok-kelompok,
hal ini sesuai dengan literatur Lubis (2005) yang menyatakan bahwa Karakter
kualitatif merupakan karakter yang dapat dinilai hanya dengan cara visualisasi.
Karakter kualitatif yang diamati dikelompokkan berdasarkan karakternya, yaitu
batang, daun, bunga, dan buah. Karakter batang meliputi habitus tanaman dan
antosianin pada buku batang. Karakter daun meliputi bentuk, warna, dan
antosianin pada daun. Karakter bunga meliputi orientasi bunga, warna mahkota,
dan antosianin pada bunga.
Berdasarkan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
karakter kuantitatif merupakan suatu karakter yang memiliki nilai ekonomis yakni
produkis, kandungan kimia tanaman, dan banyak karakter fisiologis lainnya, hal
ini sesuai dengan literatur lubis (2005) yang menyatakan bahwa Karakter yang
mempunyai suatu inheritans (inheritance) yang kompleks dan disebut sebagai
karakter kuantitatif (quantitative characters). Karakter kuantitatif adalah karakter
yang dikendalikan oleh banyak gen (polygene). Kebanyakan karakter kuanlitatif
adalah karakter yang mempunyai nilai ekonomis, yakni produksi, kandungan
kimia tanaman, dan banyak karakter fisiologis lainnya.
Berdasarkan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
komponen genetik dari nilai fenotipe dari suatu karakter kuantitatif tertentu
dikendalikan oleh banyak gen bisa saja gen kelompok dari gen jamak, hal ini
sesuai dengan literatur Wricke (2007) yang menyatakan bahwa Komponen
genetik dari nilai fenotipe dari suatu karakter kuantitatif tertentu dikendalikan oleh
banyak gen. Gen-gen tersebut bisa saja merupakan kelompok dari gen-gen jamak
(multiple genes) pada lokus yang berbeda atau gen-gen jamak dalam satu lokus.
Pada, misalnya populasi alamiah terdapat allel jamak, sebagaimana yang telah
sering ditunjukkan pada banyak spesies melalui metode elektrophoresis isoenzym
(electrophoresis of isoenzymes).
14

4.1.4. Sebaran Populasi


Berdasarkan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
Peta sebaran digunakan utnuk mengetahui sebaran geografis, okologi dan
keragaman sifat menurut jenis tanaman target, peta sebaran juga digunakan
sebagai dasar untuk pemilihan sumber benih, hal ini sesuai dengan literatur
Rohandi (2014) yang menyatakan bahwa Peta sebaran populasi ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk pemilihan sumber benih yang tepat sebagai dasar
yang sederhana dan mudah dalam usaha perbaikan tanaman hutan. Peta sebaran
digunakan untuk mengetahui sebaran geografi, ekologi dan keragaman sifat
menurut jenis tanaman target baik di hutan alam ataupun hutan tanaman serta
untuk mengetahui potensi dan keberadaan jenis tertentu di suatu wilayah.
Berdasarkan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
metode seleksi yang baik digunaan untuk memilih bahan tanamn untuk generasi
berikutnya adalah seleksi massa, metode ini sangat umum dilakukan oleh para
pemulia tanaman. Dan juga terdpat perbedaan antara seleksi massa dan seleksi
galur murni yaitu terdapat pada kemampuan adaptasi benih, sifat keturunan dan
lain-lain, hal ini sesuai dengan literatur Anggraini (2012) yang menyatakan bahwa
Seleksi Massa adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan
tanam yang lebih baik pada generasi berikut. Dan pada umumnya metode seleksi
massa ini banyak digunakan oleh para pemulia tanaman, karena metode ini
digunakan untuk memilih menaikkan proporsi genotype yang super dalam suatu
populasi. Seleksi massa berbeda dengan seleksi galur murni, perbedaan tersebut
antara lain dari segi waktu, pengaplikasian, jumlah tanaman, kemampuan
adaptasi, sifat keturunan, pemilihan hasil, dan pengontrolan (pengawasan).
Berdasrkan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
banyaknya gen menyebabkan sebaran data bersifat kontinyu menyebabkan nilai
kurtois lebih besar (berbentuk mesokuritic) daripada nilai gen yang kurtosis nya
lebih rendah (berbentuk leptokurtic), hal ini sesuai dengan literatur Roy (2000)
yang menyatakan bahwa Sebaran data yang bersifat kontinyu dikendalikan oleh
banyak gen, yang ditunjukkan oleh nilai kurtosis -3 < kurtosis < 3 (berbentuk
mesokurtic), sedangkan karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen ditunjukkan
oleh nilai kurtosis > 3 (berbentuk leptokurtic) atau < -3 (berbentuk platikurtic).
15

4.1.5. Genetika Populasi


Berdasrakan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
dalam proses seleksi untuk mengeleminasi pengaruh allel-allel yang tidak di
inginkan para pemulia tanaman dapat menggunakan hukum Hardy-Weinber yang
mana hukum ini diterapkan untuk meningkatkan frekuensi allel tertentu atau
menurunkan frekuensi allel lain, hal ini seusai dengan literatur Amin (2010) yang
menyatakan bahwa Hukum Hardy-Weinberg dapat digunakan dalam pemuliaan
tanaman, misalnya dalam proses seleksi untuk mengeliminasi pengaruh allel-allel
yang tidak diinginkan, sehingga akibatnya hampir keseluruhan populasi akhirnya
mempunyai allel yang diinginkan. Dengan kata lain, hukum ini dapat diterapkan
untuk meningkatkan frekuensi allel tertentu atau menurunkan frekuensi allel yang
lain.
Berdasrakan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
Suatu populasi terisolasi yang berpenyerbukan silang secara acak akan mencapai
keseimbangan frekuensi genotipe (genetic equilibrium) pada satu lokus autosomal
setelah satu generasi, apabila pada populasi tersebut tidak ada mutasi, tidak ada
seleksi dan tidak ada migrasi merupakan salah satu hukum keseimbangan Hardy-
Weinberg dan juga prinsip utama dalam genetika populasi, hal ini sesuai dengan
literatur Afrida (2011) yang menyatakan bahwa Populasi yang memenuhi Hukum
Hardy-Weinberg disebut dalam keseimbangan Hardy-Weinberg adalah (1) Suatu
populasi terisolasi yang berpenyerbukan silang secara acak akan mencapai
keseimbangan frekuensi genotipe (genetic equilibrium) pada satu lokus autosomal
setelah satu generasi, apabila pada populasi tersebut tidak ada mutasi, tidak ada
seleksi dan tidak ada migrasi, dan (2) frekuensi genotipe pada anak (progeny)
hanya tergantung pada frekuensi-frekuensi gen orang tua (parents).
Berdasarkan materi yang sudah dipelajari dan dipahami diketahui bahwa
frekuensi genotip haruslah berubah menjadi 1 misal A1A2 dan A2A2 yang mana
frekuensi baru dari setiap genotip dapat di hitung, hal ini sesuai dengan litteratur
Saenab (2009) yang menyatakan bahwa Berdasarkan Hukum Hardy-Weinberg,
jumlah frekuensi genotipe haruslah sama dengan 1, sehingga frekuensi genotipe
A1A2 dan A2A2 haruslah berobah menjadi 1.
16

BAB 5
KESIMPULAN

17

DAFTAR PUSTAKA
Irmawati, 2016. Genetika Populasi Ikan. Percetakan CV. ANDI OFFSET
(Penerbit ANDI, Anggota IKAPI) Yogyakarta, Yogyakarta.
18

Syukur, M., S. Sujiprihati, R.Yunianti, dan D.A. Kusumah. 2009. Pendugaan


Ragam Genetik Dan Heritabilitas Karakter Komponen Hasil Beberapa
Genotipe Cabai. ISSN 1412-2286. J. Agrivigor. 10 (2) : 148 - 156.
Sirojuddin,A,S. Purwantoro,A. Basunanda,P. 2015. Evaluasi Karakter Kualitaif
dan Kuantitatif Generasi F1 Hasil Persilangan Cabai Hias Fish Papper
(Capsicum annum L.) Dengan Cabai Rawit. Jurnal Budidaya Pertanian.
Vegatalika Voll: 4 No. 3, 2015: 1-13.
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti, D.A. Kusumah. 2011. Pendugaan ragam
genetik dan heritabilitas karakter komponen hasil beberapa genotipe
cabai. J. Agrivigor 10:148-156.
Afrida,I,R. Amin,M. Ghofur,A. 2014. Pengembangan bahan Ajar Matakuliah
Genetika Populasi Berbasis Penelitian Keragaman Genetik Kerbau Lokal
Tana Toraja dan Lombok. Program Studi Pendidikan Biologi FPIEK
IKIP Budi Utomo Malang, Universitas Negri Malang, Malang.
Wirnas D., I. Widodo, Sobir, Trikoesoemaningtyas, D. Sopandie. 2006. Pemilihan
Karakter Agronomi untuk Menyusun Indeks Seleksi pada 11 Populasi
Kedelai Generasi F6. Bul. Agron. (34) (1) 19 – 24
Danu, Rohandi A, Pramono AA, Abidin AZ, Suartana M, & Royani H. 2006.
Sebaran Populasi Tanaman Hutan Jenis Rasamala (Altingia excelsa
Noronhae) untuk Sumber Benih di Jawa. Laporan Hasil Penelitian. Balai
Penelitian Teknologi Perbenihan, Bogor
Handini,H., Nasrullah., Taryono., Basunanda,P. 2015. Struktur Genetika Populasi
Dalam Keseimbangan Hardy-Weinberg dan Silang Kerabatnya. FP
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Yogyakarta.
Tamarin, R.H., 200r. Principles of Genetics. 7th ed. The McGraw-Hill
Companies. Massachusetts.
Afrida, I. R. 2011. Identifikasi Variasi Genetik Kerbau Lokal Tana Toraja dan
Lombok Berbasis Mikrosatelit sebagai Bahan Pengembangan Materi
Ajar Genetika Populasi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
19

Laksono, P. 2014. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas 20 Genotipe Tanaman


Cabai (Capsicum annum L.) Unggul Koleksi IPB. Jurnal Online
Mahasiswa Bidang Pertanian. 1 (1): 106-109.
Lubis, K. (2005). Peran Pemuliaan Tanaman Dalam Produksi Benih.
ProgramStudiPemuliaanTanaman.FakultasPertanian.USU.
Hariyanto, M. (2008). Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pemulia Tanaman
Atas Produk Tanaman Hibrida Sebagai Bagian Dari Hak Kebendaan.
Mimbar Hukum-Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,20(3),487-
494.
Astuti, E. P. 2006. Keragaan Genotipe F4 Cabai (Capsicum annuum L.) dan
Pendugaan Nilai Heritabilitas Serta Evaluasi Kemajuan Genetik
Beberapa Karakter Agronomi. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Wricke,G. 2007. Quantitative Genetics and Selection in Plant Breeding. Walter de
Gruyter. Berlin, New York.
Crowder,L,V.. 1990. Genetika Tumbuhan (Terjemahan). Gadjah Mada University
Press.
Rohandi, 2014. Sebaran Populasi dan Potensi Tanaman Ganitri (Elaeocarpus
ganitrus Roxb) Di Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan. Balai Penelitian
Teknologi Agroforesti Ciamis.
Anggraini, 2012. Analisa sifat Phisis-Khemis Beberapa Biji Kacang-Kacangan,
kekerasan,Kualitas Tanak, Protein, dan Kandungan Mineralnya.Lembaga
penelitian Universitas Sebelas maret Surakarta.
Zein, S. (2017). Parameter Genetik Padi Sawah Dataran Tinggi. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, 12(3). https://doi.org/10.25181/JPPT.V12I 3.217
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti, K. Nida. 2010b. Pendugaan komponen
ragam, heritabilitas dan korelasi untuk menentukan kriteria seleksi cabai
(Capsicum annuum L.) populasi F5. J. Hort. Indonesia 1:74-80.
Syukur, M. 2011. Pendugaan ragam genetik, dan heritabilitas karakter komponen
hasil beberapa genotipe cabai. J. Agrivigor. 10(2): 148-156
BPS, 2001. Statistik Perdagangan Luar Negri Indonesia. BPS. Jakarta.
Brewbaker, J.L. 2003. Genetika Pertanian. Terjemahan Iman Santoso. Seri
Lembaga Genetika Modern. Gede Jaya.
20

Sriwidarti. 2011. Pola Pewarisan Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kacang Panjang
Keturunan Testa Coklat x Testa Hitam. Tesis. Unila. Bandar Lampung.
105 hlm.
Roy, D. 2000. Plant Breeding, Analysis and Exploitation of Variation. Narosa
Publishing House. New Delhi.
Kuswanto, S. L., Afandhi, A., & Waluyo, B. (2007). Perakitan Varietas Tanaman
Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis (L.) Fruwirth)
ToleranHamaAphiddanBerdayaHasilTinggi.
Carsono, N. (2008). Peran pemuliaan tanaman dalam meningkatkan produksi
pertanian di Indonesia. In Makalah disampaikan dalam Seminar on
Agricultural Sciences Mencermati Perjalanan Revitalisasi Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan dalam kajian terbatas bidang Produksi
Tanaman Pangan.
Saenab, S. 2009. Pemetaan Variasi Genetik Kerbau Lokal Tana Toraja Berbasis
Restriction Fragment Lenght Polymorphism-DNA (RFLP-DNA) sebagai
Sumber Belajar di Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Tesis
tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.
Afrida, I. R. 2011. Identifikasi Variasi Genetik Kerbau Lokal Tana Toraja dan
Lombok Berbasis Mikrosatelit sebagai Bahan Pengembangan Materi
Ajar Genetika Populasi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Amin, M. 2010. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian Bidang Biologi dalam
Pembelajaran. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional VII
Pendidikan Biologi FKIP UNS: Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Pembelajarannya, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai