Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PENGUKURAN

NAMA : NIRMALA.A 19031014119


DZITI RAHMADANI 22031014005
ANISAH FAHNIATI 22031014009
HENILIA AGUSTI 22031014011
AULIA AINI PUTRI 22031014018
MUHAMMAD FAUZAN SIRIH 22031014031
NURUL FADILLAH SALSABILA 22031014052

RILI RAHAYU JAPARI 22031014059


RINA 22031014072
GELOMBANG : II (DUA)
DOSEN : Ir. ILHAM IDRUS, ST.,MTP
ASISTEN : MUHAMMAD IHSAN

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fisika adalah ilmu yang mempelajari suatu fenomena dan gejalah yang ada
dalam yang disajikan dengan persamaan-persamaan matematika. Pengukuran
sangat diperlukan agar gejala yang dipelajari dapat dituliskan secara akurat.
Dalam ilmu pengetahuan alam tidak ada satupun data yang dapat diterima dengan
baik jika tidaj disertai dengan sesuatu yang dapat disajikan sebagai acuan atau
standar Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan
acuan (Mujadi, 2010).
Dalam ilmu fisika, pengukuran merupakan hal yang bersifat da5ar, dian
pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas
mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam
mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari (Mujadi, 2010 ).
Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung volume balok, maka harus
mengukur untuk dapat mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok, setclah itu
baru menghitung volume (Mujadi, 2010).
Pada percobaan kali ini dilakukan pengukuran suatu benda dengan
menggunakan 3 alat ukur yaitu: mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup
Hubungan farmasi dengan pengukuran sangat penting karena pengukuran
dibidang farmasi adalah komponen yang sangat penting. Hal ini disebabkan
karena farmasi tidak akan lepas dari istilah pengukuran dalam proses pembuatan
obat dan pencampuran bahan-bahan suatu atau zat-zat kimia sangat dibutuhkan
ketepatan dalam menghitung takaran atau ukuran suatu zat (Eka, 2018).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perbandingan hasil ukur dari penggaris, jangka sorong dan
mikrometer sekrup
2. Bagaimana cara penggunaan alat penggaris, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup
C. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui perbandingan hasil ukur dari penggaris, jangka sorong
dan mikrometer sekrup
2. Untuk mengetahui cara penggunaan alat penggaris, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup
D. Prinsip Percobaan

Prinsip perobaan ini yaitu diukur benda menggunakan 3 alat yaitu;


penggaris, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Pengukuran adalah suatu kegiatan y ang dilakukan terhadap sualu objek
tertentu dengan menggunakan alat ukur yang bersesuaian dengan objek yang
diukur. Jadi, mengukur adalah memband ingkan suatu objek yang akan diukur
dengan suatu alat yang dianggap sebagai ukuran standar Alat ukur yang
digunakan haruslah memperhatikan nilai objek yang akan diukur agar sesuai
dengan peruntukannya. Misalnya, apabila kita ingin mengukur lebar sebuah buku
tulis maka alat ukur yang tepat digunakan adalah mistar atau penggaris.
Sebaliknya, mengukur ketcbalan sehelai rambut misalnya, jiká alat ukur yang
digunakan penggaris maka hasil yang akan diperoleh tidak akan sahih, jadi yang
paling tepat digunakan adalah mikrometer (Mujadi, 2010)
Pengukuran besaran fisis dalam fisika dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung
dapat dilakukan dengan menggunakan alat langsung hingga diperoleh besaran
fisis yang dikehendaki secara langsung pula. Misalnya, untuk mengukur bestirnya
kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian tertuup dapat digunakan
alat amper meter, sedangkan pengukuran tidak langsung, yaitu pengukuran suatu
besaran yang diperoleh melalui besaran lain, misalnya untuk mengukur besarmya
percepatan gravitasi bumi di suatu tempat di atas permukaan bumi, kita tidak
dapat melakukannya secara langsung tetapi melalui pengukuran panjang tali dan
periode dalam suatu percobaan bandul matematis (Mujadi, 2010)
Pengukuran panjang adalah kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek
untuk mengetahui panjang suatu objek yang sedang diukur. Mengukur suatu objek
dapat digunakan berbagai jenis alat ukur. Jenis-jenis yang digunakan bergantung
objek apa yang akan diukur Pemilihan alat-alat ukur yang akan digunakan
disesuaikan dengan tingkat ketelitian yang dunginkan sehingga tidak terdapat
kesalahan dalam melakukan pengukuran.
Macam-nacam alat ukur panjang yaitu mistar atau pengeans, Jangka
sorong dan mikrometer sekrup. Pengukuran besaran fisika terdiri dari (Mujadi,
2010)
1. pengukuran panjang
2. pengkuran massa
3. pengukuran waktu
4. ketidakpastian dan hasil pengukuran
B. Pengukuran Benda
1. Mistar
Mistar atau penggaris adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur panjang/lebar suatu benda juga dapat digunakan untuk
menggamoar suatu garis (Mujadi, 2010)
Penggaris adalah alat ukur yang digunakan untuk dimensi yang lebih besar
dan panjang suatu benda dapat diukur Jangka sorong adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur panjang suatu benda yang baik daripada mistar seperti
untuk mengukur diameter pipa (A. Arkundato, 2008)
Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan.
Alat ukur ini memiliki skala terkecil I mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm (Yousa,
2010)
Mengukur menggunakan mistar merupakan pengukuran yang paling
sederhana karena mengukur menggunakan peñggaris sangatlah mudah yang
pertama yaitu tempatkan skala nol yang ada di penggaris sejajar dengan ujung
benda yang akan di ukur, kemudian perhatikan bagian ujung lain dari benda yang
anda ukur. Baca skala yang tertera dibagian mistar yang sejajar dengan bagian
ujung lain. Agar hasil perigukuranya lebih akurat, posisikan mata anda secara
tegak lurus dengan garis skala yang ditunjukkan (Yousa, 2010),

(Gambar 1. Penggaris)
2. Jangka sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempuyai batas ukur
sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0.1 mm atau (Agustiana dan Tika, 2013).
Jangka sorong memiliki berbagai ukuran dengan rentang pengu dar 100
mm hingga 3000 mm (4 inci sampai 120 inci). Jangka sorong tidak hanya
digunakan untuk mengukur panjang tetapi jangka sorong juga dapat digunakan
unuk memgukur diameter sebuah cincin, diameter bagian dalam pipa dan juga
dapat digunakan untuk mengukur kedalam sebuah benda serta dapar akan untuk
mengukur luas benda. Jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur
bagian dalam dan luas suatu benda terdiri dari bilah utama atau bilah yang dibagi
dalam mm dan suatu bilah pembantu yang dibagi 100 Seratus garis pada bilah
pembantu sama dengan 49 milincter pada bilah utama sehingga setiap garis mm.
Bila suatu garis bilah pembantu berimpit dengan suatu tanda pada skala utama,
maka harga ukurnya adalah jumlah skala dihitung dari angka 0x002 mm (Flack,
2014; Poerwanto dkk, 2012)
Jangka sorong adalah alat yang dapat mengukur diameter sebuah pipa,
baik diameter bagian dalam ataupun bagian Iuar. Serta Jangka sorong adalah alat
yang lebih baik digunakan untuk mengukur pada kawasan nilai ukur 1 cm.
(Mujadi, 2010, Tri Kuntoro P, 2009)

(Gambar 2. Jangka sorong)


Adapun bagian-bagian dari jangka sorong adalah sebagai berikut (Corbell
dan Archambault, 2011):
a) Skala utama merupakan pembagian vemier untuk memperoleh pengukuran
yang baik.
b) Skala vernier (nonius) merupakan pembagian sama panjang pada jangka
sorong yang ditandai dengan satuan pengukuran.
c) Kahang tetap merupakan bagian runcing di ujung penggaris yang
menyokong benda yang diukur, benda diletakkan diantara dua rahang yang
dirapatkan. Terdapat dua rahang tetap, yakni rahang tetap atas dan rahang
tetap bawah.
d) Rahang gerak merupakan bagian runcing yang dipasang di ujung Vernier
yang dapat bergeser sepanjang penggaris ke objek yang diukur Terdapat
dua rahang gerak, yakni rahang gerak atas dan rahang gerak bawah.
e) Kunci peluncur berfungsi untuk menjaga pengukuran yang diperoleh.
f) Kunci penggerak halus berfungsi untuk mengatur posisi rahang secara
halus
g) Ruler (ekor) Peralatan berskala di ujung rahang untuk mengukur ketebalan
atau kedalam sebuah benda.

Jangka sorong memiliki beberapa jenis yaitu jangka sorong manual,


jangka sorong arloji dan jangka sorong digital. Jangka Sorong manual adalah
alat ukur yang menggabungkan skala utama, skala vernier, rahang tetap dan
rahang gerak (Flack, 2014).

Jangka sorong arloji adalah jangka sorong yang pembacaannya


menggunakan jarum ukuran analog yang kemudian ditempelkan pada bagian
muka Jangka sorong ini menggunakan jam ukur sebagai pengganti dari skala
nonius di dalam menginterpolasikan posisi garis indeks terhadap skala batang
ukur. Jangka sorong digital adalah jangka sorong yang mempunyai bentuk
yang sama dengan jangka sorong manual. Hasil pengukuran jangka sorong ini
akan langsung muncul pada layar sehingga penggunaanya jauh lebih mudah
dibandingkan dari dua jenis jangka sorong di atas (Flack, 2014)
(

(
(Gambar 2.1. Jangka sorong manual) (Gambar 2.2. jangka sorong arloji)

(Gambar 2.3. jangka sorong digital)


Adapun Kegunaan atau Manfaat Jangka Sorong yaitu: Untuk mengukur
dimensi luar scbuah benda, Untuk mengukur dimensi dalam sebuah benda.Untuk
mengukur kedalaman sebuah benda (Flack, 2014).
Adapun cara pengukuran menggunakan jangka sorong yaitu letakkan kubus
yang akan diukur antara kedua rahang, pastikan juga posisinya sudah sesuai Tarik
rahang geser ke kiri sampai mengapit kubus yang akan diukur, lalu putar baut
pengunci sampai kubus tidak bergerak, Untuk melihat nilai skala utama (SU) kita
lihat ukuran pada bagian tengah jangka sorong dan lihat yang sejajar dengan 0 cm
pada bagian bawah dan untuk melihat nilai skala nonius (SN), lihat ukuran pada
jangka sorong yang bagian bawah paling sejajar dengan ukuran pada bagian
tengah (Mujadi, 2010).
3. Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat ukur yang paling teliti untuk mengukur
panjang seperti untuk mengukur tebal kertas ataupun diameter kawat dan
menyatakan bahwa Mikrometer adalah sebuah alat yang dapat digunaxan
mengukur suatu benda yang berukuran kecil (Mujadi, 2010)
Mikrometer adalah alat ukur dengan ketepatan (presisi) yang tinggi.
Digunakan untuk benda kerja pada jarak ukur tertentu yakni 0-25 mm, 25-50 mm,
50-75 mm dengan tingkat ketelitian 0.01 mm (Hasna, 2011).
Mikrometer merupakan alat ukur untuk mengukur panjang atau ketebalan
benda, kedalaman celah lubang. dan untuk mengukur diameter suatu lobang.
Mikrometer memiliki ketelitian 0.005 mm. Mikrometer digunakan untuk
mengukur benda yang sangat tipis, seperti tebal kain, tebal kawat, tebal kertas,
bahkan sehelai rambut (Tipler, 1998, Marcello, 1994).

(Gambar 3. Mikrometer sekrup)


Adapun bagian-bagian Mikrometer yaitu (Julianty, 2012) :
a) Poros tetap Merupakan salah satu bagian dari micrometer sekrup. Yang
memiliki fungsi sebagai menahan sebuah benda yang sedang diukur. Yaitu
ketika benda yang akan diukur ditempelkan diantara poros tetap dan poros
geser.
b) Poros geser Adalah salah satu dari bagian micrometer yang berfungsi
sebagai sebuah poros yang bisa digerakan menuju poros tetap untuk
menekan suatu benda yang akan diukur, Poros geser tersebut dapat
digerakan ke kanan dan ke kiri untuk menyesuaikan ukuran benda yang
akan di ukur
c) Pengunci Merupakan salah satu bagian dari mikrometer yang memiliki
fungsi sebagai pengunci poros geser agar tidak bergerak ketika sedang
menghitung hasil pengukuran.
d) Skala ulama Merupakan bagian alat ukur micrometer sebagai letak
selubung dalam Skala utama berfungsi menunjukan angka dalam satuan
millimeter.
e) Skala nonius Salah satu bagian dari micrometer sebagai tempat skala
nonius atau skala putar. Yang berfungsi untuk mengetahuibesar skala
nonius menunjukan besar suatu benda tersebut
f) Pemutar merupakan salah satu bagian dari mikrometer yang berfungsi
sebagai gerakan ke kiri atau kanan suatu poros geser. Ketika pemutar
terdengar suara klik maka berhenti melakukan pemutaran tersebut
g) Bingkai adalah salah satu dari bagian micrometer yang berbentuk huruf C.
bingkai tersebut terbuat dari logam panas serta memiliki bentuk yang kuat
dan tebal. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan terjadinya peregangam
dan pengerulan atau dapat disebut terjadinya pemuaian karena dapat
menggangu dalam melakukan pengukuran Selain hal ini bingkai juga
dilapisi oleh plastic unruk meminimalkan transfer panas dari tangan ketiką
memegangJika memegang bingka dengan waktu yang lama dapat terjadi
kalor sehingga bingkau memanas hingga 10 C, maka setiap 10 cm baja
akan memanjang sebesar 1/100 mm.

(Gambar 3.1. m.sekrup manual) (Gambar 3.2. m.sekrup digital)


Adapun Jenis-jenis mikrometer dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan jenis
skalanya dan berdasarkan fiungsinya :
a) Mikrometer berdasarkan jenis skalanya terbagi dalam mikrometes manual
dan mikrometer sekrup digital. Mikrometer sekrup manual merupakan
Mikrometer jenis yang skalanya terdiri dari skala utama dan skala nonius
krometer jenis ini pembacaannya secara manual sedangkan mikrme sckrup
digital merupakan mikrometer digital yang berbentuk layar dig
keunggulan mikrometer ini hasil langsung terbaca oleh layar tanpa e
proses perhitungan (Slamet, 2008).
b) Mikrometer Berdasarkan Fungsinya terbagi dalam mikrometer luar
(Outszde Micrometer), Mikrometer dalam (Inside Micrometer) dan
Mikrometer kedalaman (Depth Micrometer). Mikrometer luar (Outside
Micrometer) Micrometer jenis ini digunakan dalam pengukuran
keterbatasan tidak bisa mengukur benda yang besar, biasanya digunakan
dalam pegukuran benda yang tipis misalnya pengukuran sehelai rambut
dan ketcbalan kertas, dan diameter luar suatu benda. Mikrometer luar
digunakan juga dalam bidang otomotif sedangkan mikrometer dalam
(Inside Micrometer) Micrometer dalam memiliki fungsi mengukur
diameter kedalaman suatu lubang Seperti pengukuran kedalaman suatu
pipa dan Mikrometer kedalaman (Depth Micrometer) Micrometer
kedalaman memiliki fungsi yaitu menghitung ketinggian dari suatu benda
dan mengukur kedalaman suatu lobang. Dalam pengaplikasian jangka
soraong pun dapat mengukur kedalaman suatu benda tetapi tidak seteliti
mikrometer kedalaman (Soejoto, 1993)
Penting untuk mengetahui apa penyebab dan seberapa besar ketidakpastian
yang terdapat dalam suatu hasil ukur agar dapat menghindari sebanyak mungkin
penyebab ketidakpastian dan menekannya sekecil mungkin, sesuai dengan yang
dibenarkan (Sutrisno, 2007)
Sebuah pengukuran akan selalu menghasilkan dan disertai dengan
ketidakpastian. Ketidakpastian ini menyatakan seberapa besar simpangan hasil
ukur dari nilai benar yang seharusnya (Paken Pandiangan, 2007).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan bahan


1. Alat
Pada percobaan kali ini alat yang digunakan yaitu penggaris, jangka sorong,
mikrometer sekrup, dan kalkulator
2. Bahan
Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan yaitu Kubus.
B. Cara kerja
1. Penggaris
a) Siapakan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Ukurlah panjang, lebar dan tinggi kubus
c) Catat hasil pengukuran yang diperoleh
d) Hitunglah panjang kubus, panjang rata-rata, nilai ralat dan volume pada
kubus tersebut
2. Jangka sorong
a) Ukurlah panjang, lebar dan tinggi buku yang sudah disediakan
b) Tulislah hasil pengukuran disertai laratnya
c) Hitung volume dan ralatnya
3. Mikrometer sekrup
a) Ukurlah panjang, lebar dan tinggi buku (yang digunakan pada dua
perobaan sebelumnya)
b) Catat hasil pengukuran disertai ralatnya
c) Hitung volume buku dengan ralatnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

1. Pengukuran menggunakan penggaris

P = P ± ΔP l = l̅ ± ∆l t = t̄ ± ∆t
P = 7,8 ± 0,05 l = 2,56 ± 0,05 t = 15,63 ±0,05
= 7,85cm = 2,16 cm = 15,68 cm

2. Pengukuran menggunakan jangka sorong

P = P ± ΔP l = l̅ ̅ ± ∆l t = t̅ ± ∆t

P = 1,75 ± 0,0 05 L= 1,75 ± 0,005 t =¿1,75 ± 0,005


= 1,755 = 1,755 = 1,755

3. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup

P = P ± ΔP L = l̅ ± ∆l t = t̅ ± ∆t
P = 20,79 ± 0,005 l = 20,79 ± 0,005 t̅ = 20,79 ± 0,005
= 20,795 = 20,795 = 20,795

B. Pembahasan
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek
tertentu dengan menggunakan alat ukur yang bersesuaian dengan objek yang
diukur. Jadi, mengukur adalah membandingkan suatu objek yang akan diukur
dengan suatu alat yang dianggap sebagai ukuran standar. Alat ukur yang
digunakan haruslah memperhatikan nilai objek yang akan diukur agar sesuai
dengan peruntukannya (Mujadi. 2010)
Tujuan percobaan ini dilakukan yaitu Untuk mengetahui perbandingan
hasil ukur dari penggaris, jangka sorong dan mikrometer sekrup dan untuk
mengetahui cara penggunaan alat penggaris, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup
Pada percobaan kali ini menggunakan 3 alat ukur yaitu penggaris, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup. Adapun cara kerja menggunakan alat ukur yaitu
Pada pengukuran menggunakan penggaris dilakukan cara yaitu siapakan
alat dan bahan yang akan digunakan, kemudiam ukurlah panjang kubus sebanyak
3 kali agar bisa dibandingkan hasil pengukuran pertama dan kedua, lalu catat hasil
pengukuran yang diperoleh agar memudahkan dalam perhitungan nantinya setelah
itu ukurlah volume dari kubus menggunakan penggaris dan catat hasil pengukuran
yang diperoleh untuk mencari berapa volume dari kubus lalu hitunglah panjang
kubus, panjang rata-rata, nilai ralat dan volume pada kubus tersebut menggunakan
rumus yang telah ditentukan. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini Pada
pengukuran menggunakan penggaris sisi-sisi kubus kami ukur menggunakan
penggaris, dengan pengukuran pertama kami memperoleh panjang kubus yaitu 7,8
cm ,pengkuran kedua kami peroleh 7,8 cm, dan pengukuran ketiga kami yaitu 7,8
cm ,mengapa pada pengukuran pertama, kedua dan ketiga hasil pengukurannya itu
sama itu karena pada sisi-sisi kubus rata atau bagian-bagian dari kubus lebih
menonjol keluar sehingga hasil pengkurannya sama. Hasil yang diperoleh untuk
panjang rata-rata adalah 7,8 cm dan untuk nilai ralatnya adalah 0.05 cm, sehingga
dari nilai yang diperoleh dapat dihitung panjang benda, hasil yang diperoleh dari
panjang benda adalah 7,8 cm± 0,05 cm.

Pada pengukuran menggunakan jangka sorong dilakukan dengan cara


yaitu siapakan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian ukurlah panjang
kubus menggunakan jangka sorong dengan cara memegang kubus dan
meletakkannya pada rahang bawah usahakan pada saat kubus diletakkan, letakkan
dengan baik agar mudah dalam pengukuran setelah itu geserlah penggeser pada
jangka sorong sampai rahangnya menjepit kubus, kemudian memutar sekrup
penguncinya agar benda yang diukur tidak bergerak lalu lihat skala utama dan
skala nonius kemudian catat hasil pengukurannya kemudian hitunglah panjang
benda, panjang rata-rata dan nilai ralatnya menggunakan rumus yang telah
ditentukan. Untuk melihat nilai skala utama (SU) kita lihat ukuran pada bagian
tengah jangka sorong dan lihat yang sejajar dengan 0 cm pada bagian bawah,
sehingga nilai S U 1nya adalah 1,8 cm, S U 2nya 1,7 cm dan SU3 nya adalah 1,6 cm.
untuk Nilai skala nonius (SN), dilihat dengan cara perhatikan pada ukuran jangka
sorong yang bagian bawah paling sejajar dengan ukuran pada bagian tengah
sehingga nilai S N 1nya 5 cm , S N 2nya 5 cm, dan SN3 nya 5cm. lalu hitung nilai P1 ,
P2 dan P3. Nilai panjang P1 P2 dan P3yang diperoleh dimasukkan kedalam rumus
untuk mencari panjang rata-rata ( P ), panjang benda (P) dan nilai ralatnya ΔP .
Hasil yang diperoleh dari panjang rata-rata adalah 1.75 cm, hasil nilai ralatnya
adalah 0,005 cm, dan hasil yang diperoleh untuk panjang benda adalah1,75 cm±
0,005 cm.
Pada pengukuran menggunakan mikrometer sekrup dilakukan dengan cara
siapakan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian ukurlah panjang kubus
menggunakan mikrometer sekrup dengan cara memegang kubus dan
meletakkannya pada rahang bawah usahakan pada saat kubus diletakkan, letakkan
dengan baik agar mudah dalam pengukuran setelah itu geserlah penggeser pada
mikrometer sekrup sampai rahangnya menjepit kubus, kemudian memutar sekrup
penguncinya agar benda yang diukur tidak bergerak lalu lihat skala utama dan
skala nonius kemudian catat hasil pengukurannya kemudian hitunglah panjang
benda, panjang rata-rata dan nilai ralatnya menggunakan rumus yang telah
ditentukan. Untuk menentukan nilai skala utama (SU), lihat posisi ujung skala
nonius (SN) berada di angka berapa pada skala utama dan pada pengukuran ini,
nilai S U 1 adalah 21mm SU2 adalah 20 mm dan S U 2adalah 21 mm, untuk nilai
skala noniusnya kita lihat yang paling sejajar dengan skala utama jika tidak ada
yang sejajar maka skala nonius diputar perlahan-lahan sampai sejajar. Nilai S N 1
adalah 3 mm SN2 adalah 3 dan S N 3adalah 26 mm, lalu hitung nilai P1 P2 dan P3.
Nilai panjang P1 P2 dan P3yang diperoleh dimasukkan kedalam rumus untuk
mencari panjang rata-rata ( P ), panjang benda (P) dan nilai ralatnya ΔP . Hasil
yang diperoleh dari panjang rata-rata adalah 20,79 mm, hasil nilai ralatnya adalah
0,005 mm, dan hasil yang diperoleh untuk panjang benda adalah 20,79 mm±
0,005 mm.
Dari ketiga jenis alat ukur panjang tersebut, mikrometer sekrup
mempunyai ketelitian yang paling tinggi atau yang paling akurat karena
Mikrometer sekrup mempunyai ketelitian dalam pengukuran 0,005 mm, jangka
sorong mempunyai ketelitian dalam pengukuran 0,005 mm dan penggaris
merupakan alat ukur yang kurang akurat karena mempunyai ketelitian pengukuran
0,05 mm (Nurachmandani, 2009).
Adapun hubungan pengukuran dalam bidang farmasi yaitu sangat penting
karena pengukuran merupakan komponen yang sangat penting, hal ini
disebabkan karena farmasi tidak akan lepas dari istilah pengukuran dalam proses
pembuatan obat dan pencampuran suatu bahan atau zat-zat kimia sangat
dibutuhkan ketepatan dalam menghitung takaran atau ukuran suatu zat (Eka,
2018).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hasil pengukuran penggaris, jangka sorong, dan mikrometer sekrup
memiliki pengukuran yang beda dimana penggaris memiliki hasil
pengukuran P = 7,8 cm ± 0,05 cm, dan nilai volemenya ada
V 1 = 330,642cm 3 , V2 = 323,7 cm 3, V3 = 323,7 cm3 jangka sorong P =
1,75 cm ± 0,005 cm , dan miktometer sekrup P = 20,79 mm ± 0,005 mm .
2. Cara penggunaan dari ketiga alat ukur tersebut penggarislah yang
merupakan alat ukur yang paling sederhana. Pengukuran menggunakan
penggaris yaitu pertama yaitu tempatkan skala nol yang ada di penggaris
sejajar dengan ujung benda yang akan di ukur, kemudian perhatikan bagian
ujung lain dari benda yang anda ukur. Baca skala yang tertera dibagian
mistar yang sejajar dengan bagian ujung lain. Pengukuran menggunakan
jangka sorong, yaitu letakkan kubus yang akan diukur antara kedua rahang,
pastikan juga posisinya sudah sesuai. Tarik rahang geser ke kiri sampai
mengapit kubus yang akan diukur, lalu putar baut pengunci sampai kubus
tidak bergerak. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup, yaitu
letakkan kubus yang akan diukur antara kedua rahang, pastikan juga
posisinya sudah sesuai. Putar pemutar yang ada pada mikrometer sekrup
sampai mengapit kubus yang akan diukur, pastikan kubus tidak bergerak.
B. Saran
Mungkin pendamping praktikum bisa ditambah agar ketika periksa
laporan sementara tidak antri dan juga bisa lebih teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Alsono & Matcello. 1994. Dasar – Dasar Fisika Universitas. Erlangga : Jakarta

Arkundato, Artoto, Dkk. 2007. Alat Ukur Dan Metode Pengukuran. Universitas
Terbuka: Jakarta

Claude, Jean., dan Archambault ariane. 2011. The Visual Dictionary With
Definitions. PT Bhuana Ilmu Populer : Jakarta

Gusti,I. 2013. Konsep Dasar IPA. Ombak : Yogyakarta.

Handayani, Ni’matullah. 2005. Jurnal pendidikan IPA Indonesia.

Hasna, Ummu. 2011. Alat Ukur Teknik. Jakarta.

Hikam, Muhammad., dan B Pamulih. 2005. Eksperimen Fisika Dasar. Prenada


Media : Jakarta

N u r a c h m a n d a n i , S e t y a .   2 0 0 9 .  Fisika 1. Pusat Perbukuan: Jakarta

Mujadi, Dkk. 2010. Fisika Dasar 1. Universitas Terbuka: Jakarta

Poerwanto, dkk. 2012. Instrumentasi Alat Ukur. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Resnick, H, dkk. 2014. Fisika dasar edisi 7 jilid 1. Erlangga : Jakarta.

Soejoto & Sustini, E. (1993). Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Dirjen Dikti
Depdiknas.

Sulisiyanti, Eka. 2018. Hubungan farmasi dengan fisika. Airlangga press :


Surabaya

Tippler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknologi edisi 3 jilid 1. Erlangga :
Jakarta.
Wagiran. 2009. Penggunaan Alat-alat ukur Metrologi Industri. Deepublish :
Jakarta.

Walker, Jearl. 2010. Fisika dasar edisi 7 jilid 1. Erlanggaa: Jakarta


LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Percobaan menggunakan penggaris

Dik. : P1 = 7,8 cm L₁ = 2,7 cm T₁ = 15,7 cm


P2 = 7,8 cm L₂ = 2,5 cm wT₂ = 15,6 cm

P3 = 7,8 cm L₃ = T₃ = 15,6 cm

Dit. : P :….? P :.……?


ΔP :…? V :………?
Penyelesaian

P 1 + P2 + P 3 d ¿ . v = P̅.L̅.T̅
a). P =
3

7,8 cm + 7,8 cm +7,8 = 7,8 x 2,,56 x 15,63


¿
3
= 312,09 cm3
= 7,8 cm

1
b). ΔP=¿ x NST
2

1
¿ . 0.01
2

¿ 0.05 cm

1
ΔL=¿ x NST
2

1
¿ . 0,01
2

¿ 0.05 cm
1
ΔT=¿ x NST
2

1
¿ . 0,01
2

¿ 0.05 cm

c). P = P ± ΔP

= 7,8 + 0, 05

=7,85 cm

L = L ± ΔP

= 2,56 ± 0,05

=2,16

T = T ± ΔP

= 15,63 ± 0,05

=15,68

2. Percobaan menggunakan jangka sorong

Dik.: P1 = 1,8 5 cm L1 = 1,85 cm

P2 = 1,7 5 cm L2 = 1,75 cm

P3 = 1,6 5 cm L3 =1, 65 cm

T 1 = 1,85 cm

T 2 = 1,75 cm

T3 = 1,65 cm

Dit. : P :….? P :.……?

ΔP :…? V :………?
Penyelesaian :
P1 =¿ S U1 +(S N1 x N S T1 ) P2 = ¿ )
= 1,8 cm + ( 5 cm x 0,01 cm )
= 1,7 cm + ( 5 cm x 0,01 cm )
= 1,8 cm + 0,05 cm
= 1,85 cm = 1,7 cm + 0,05cm

P3 = S U3 +(S N 3 x N S T3 ) ) = 1,75 cm

= 1,6 cm + ( 5 cm x 0,01 cm )

= 1,6 cm + 0,05cm

= 1,65 cm

P1 + P2 +P3 1
a . ¿ P̅ = b.) ΔP = x NST
3 2

1,85 + 1, 75 +1,65 1
= = × 0,01 cm
3 2
= 1,75
= 0,005 cm
L1 + L2 +L3
L̅ =
3 1
ΔP = x NST
2
1,85 + 1 ,75 +1,65
=
3 1
= × 0,01 cm
= 1,75 2
T 1 + T2 + T3 = 0,005 cm
T̅ =
3
1
1,85 + 1, 75 +1,65 ΔP = x NST
= 2
3
= 1,75 1
= × 0,01 cm
2

c .¿ P = P ± ΔP = 0,005 cm

= 1,75 cm ± 0,005 c m
=1,755 cm
L= L ± ΔL

= 1,75 cm ± 0,005 c m
=`1,755 cm
T = T ± ΔT

= 1,75 cm ± 0,005 c m
=1,755 cm
3. Percobaan menggunakan mikrometer sekrup

Dik.: S U1 = 21 mm S U2 = 20 mm

S N 1 = 3 mm S N2 = 8 mm

NS T 1=0,01mm N S T2 = 0,01 mm

S U 3 = 21 mm

S N3 = 20 mm

N S T3 = 0,01 mm P :.……?

Dit. : P :….? V :………?

ΔP:…?
Penyelesaian :

P1 =¿ S U1 + (S N1 x NS T1 )
P2=¿ S U 2 + ( S N2 x NS T 2)
= 21 mm + (3 mm x 0,01 mm)
= 20 + ( 8 mm x 0,01 mm )
= 21 mm + 3,01 mm
= 20 mm + 8,01 mm
= 24,01 mm
= 28,01 mm
P3=¿ S U3 + (S N3 x N S T3)

= 21 + ( 26 mm x 0,01 mm )
= 21 mm + 26,01 mm
= 47,01 mm
P1 + P2 + P3 1
a.) P = b . ¿ ΔP = x N ST
3 2
21,03 + 20 ,08 + 47,01
= 1
3 = × 0,01 mm
2
= 29,3 mm
= 0,005 mm
L 1 + L 2 + L3
L =
3

21,3 + 20,08 + 21,26


=
3

= 21,2 mm

T 1 + T 2 + T3
T =
3

21,3+ 20,08 + 21,26


=
3

= 21,2 mm

c.) P = P ± ΔP

¿ 29,3 mm ± 0,005 mm

=29,305 mm

L = L ± ΔL

¿ 21,2 mm ± 0,005 mm

=21,205 mm

T = T ± ΔT

¿ 21,2 mm ± 0,005 mm

= 21, 205 mm

B. Gambar
1. Pengukuran menggunakan penggaris

Pengukuran lebar kubus dengan pengaris

2. Pengukuran menggunakan jangka sorong

Pengukuran lebar kubus dengan jangka sorong

3. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup

Pengukuran lebar kubus dengan mikrometer sekrup

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PEGAS

NAMA : NIRMALA.A 19031014119


DZITI RAHMADANI 22031014005
ANISAH FAHNIATI 22031014009
HENILIA AGUSTI 22031014011
AULIA AINI PUTRI 22031014018
MUHAMMAD FAUZAN SIRIH 22031014031
NURUL FADILLAH SALSABILA 22031014052
RILI RAHAYU JAPARI 22031014059
RINA 22031014072
KELOMPOK : VI (ENAM)
DOSEN : Ir. ILHAM IDRUS, ST.,MTP
ASISTEN : ARNISA N

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada banyak sekali ilmu fisika yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Bahkan hampir semua kegiatan sehari-hari memiliki keterkaitan
dengan ilmu fisika, baik itu kegiatan yang dilakukan dari dalam diri hingga
kegiatan yang dari luar diri kita sendiri.
Salah satu ilmu fisika yang juga sering muncul dalam kehidupan harian
adalah soal pegas. Pegas merupakan sebuah alat yang berbentuk spiral dan
bersifat elastisitas. Elastis adalah kemampuan benda untuk kembali kebentuk
semula. Benda elastis lain adalah karet. Dalam kehidupan sehari-hari banyak
contoh peneraan pegas. Penggunaan pegas pada sepeda motor atau shock breaker.
Shock breaker ini mampu mengurangi guncangan yang terjadi ketika mengendarai
sepeda motor.
Pegas juga sering ditemukan di tempat tidur atau yang biasa disebut spring
bed, berfungsi untuk membuat nyaman ketika tidur atau duduk. Penggunaan pegas
dalam kehidupan sangat banyak, diantaranya melunakkan tumbukkan dengan
memanfaatkan elastisitas bahannya menyerap dan menyimpan energi dalam
waktu yang singkat. Setiap pegas memiliki nilai konstanta yang berbeda-beda,
tergantung dari gaya dan pertambahan panjang yang terjadi. Oleh karena itu,
praktikum tetapan pegas ini dilakukan agar dapat memanfaatkan suatu pegas
dengan tepat.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu rumusan
sebagai berikut :

1. Menghiutng gaya gesek statis dan kinetis dari suatu objek


2. Memahami penerapan simpangan baku pada suatu pengukuran

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Untuk menghiutng gaya gesek statis dan kinetis dari suatu objek
2. Untuk memahami penerapan simpangan baku pada suatu pengukuran
D. Prinsip percobaan

Pegas berpengaruh terhadap pertambahan panjang pada pegas dengan kata


lain gaya yang bekerja pada pegas berbandimg lurus dengan pertambahan
panjangnya.
BAB Il

TINJAUAN TEORI

A. Teori Umum
Bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan kemudian gaya tersebut
dihilangkan, maka benda tersebut kembali ke bentuk semula, berarti benda
tersebut adalah benda elastis. Namun pada umunya benda bila dikenai gaya tidak
dapat kembali ke bentuk semula walaupun gaya yang bekerja sudah hilang.
Contoh benda elastis adalah pegas ataupun karet. Secara umum pegas merupakan
salah satu dari sekian banyak benda bersifat elastis. Karena sifat elastisnya ini,
pegas yang memiliki gaya tekan dan regang pun dapat kembali pada bentuk awal
setelah gaya yang diberikan padanya dihilangkan. Pegas merupakan gulungan
lingkaran kawat yang digulung sedemikian rupa agar memiliki kelenturan. Pegas
ini biasanya terbuat dari besi, tembaga dan lainnya. Kelenturannya juga disebut
dengan elastisitas pegas (Tippler, 1998).

Gaya dasar pegas memiliki banyak manfaat untuk berbagai kebutuhan


harian. Dua contoh dasar manfaat pegas adalah pada springbed dan shock breaker.
Pada suatu kendaraan, pegas ini difungsikan untuk meredam getaran yang terjadi
pada roda akibat permukaan jalanan yang tidak merata. Sedangkan, implementasi
pegas pada springbed akan memberikan kenyamanan tersendiri pada orang yang
tidur di atas permukaannya (Mikarajuddin, 2008).

Di pelajaran pegas, ada yang dinamakan dengan hukum hooke. Hukum


hooke ini hanya bisa berlaku dari daerah elastis sampai batas titik hukum hooke,
jika ada gaya yang diaplikasikan pada suatu benda. Apabila suatu benda diberikan
gaya tekanan dan mencapai batas hukum hooked dan sifat elastisnya, maka benda
tersebut akan kembali seperti bentuk dasarnya sebelum diberikan gaya (Keenan,
1980).
Jika gaya pada benda terbilang sangat besar hingga batas elastis terlewat,
maka benda tersebut dapat dikatakan telah masuk pada daerah plastis. Kondisi ini
akan membuat benda tidak bisa kembali pada bentuk awal ketika gaya
dihilangkan. Begitu pula jika panjang benda ini diberikan gaya hingga mencapai
titik patah, maka ia tidak akan menjadi elastis lagi namun patah. Persamaan
hukum hooke bisa dilihat di bawah ini:

F = K . ∆x

Keterangan :
F = Gaya

K = Ketetapan

∆x = pertambahan panjang

Dalam hal ini, harus selalu diingat bahwa hukum hooke hanya
diberlakukan pada benda dengan sifat elastis dan tidak berlaku untuk benda-benda
plastik. Menurut Hooke sendiri, nilai regangan akan sebanding dengan tegangan
yang mengikutinya (Giancoli, 2001).
Regangan yang dimaksud di sini adalah persentase perubahan dimensi.
Sedangkan tegangan yang dimaksud adalah gaya menegangkan per satuan luas
penampang yang dikenai (Giancoli, 2001).
Ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi tetapan pegas. Faktor
pertama bisa dilihat dari luas permukaan pegas. Jika luas permukaan pegas
semakin besar nilainya, maka nilai tetapannya juga akan semakin besar. Berlaku
juga untuk kondisi sebaliknya (Crowell, 2006).
Faktor kedua adalah mengenai suhu pegas. Jika suatu pegas memiliki suhu
yang semakin tinggi, maka nilai ketetapannya akan semakin kecil. Hal ini berlaku
juga untuk kondisi sebaliknya. Faktor ketiga adalah diameter pegas. Besar
diameter pegas yang semakin besar, akan mempengaruhi nilai ketetapan menjadi
semakin kecil. Begitupun sebaliknya. Terakhir ada faktor lilitan pegas. Jika
jumlah lilitan yang ada pada pegas semakin banyak, maka nilai ketetapannya juga
akan semakin besar. Begitupun sebaliknya (Crowell, 2006).
Elastisitas suatu benda itu hanya dialami oleh benda yang tidak terbuat
dari palstik. Sifar elastisitas bagi suatu benda sangat penting. Suatu benda masih
dapat dikatakan elastis jika saat gaya yang bekerja pada benda tersebut ditiadakan
dan benda kembali pada keadaan semula. Sifat elastisitas suatu benda memiliki
batas. Jika suatu pegas ditekan atau ditarik maka pegas itu akan memberikan gaya
yang berlawanan dengan arah gaya tekan (Paramarta. 2013).
Setelah menyelidiki sifat elastisitas bahan, maka akan diukur pertambahan
panjang pegas dan besarnya gaya yang diberikan. Dalam hal ini, gaya yang
diberikan sama dengan berat benda dikali percepatan gravitasi bumi. Sementara
nilai k untuk tiap bahan berbeda-beda dan merupakan ciri khusus dari tiap bahan
tersebut. Apabila suatu pegas ditarik oleh gaya sebesar F, maka pegas tersebut
akan bertambah besar sepanjang X. Namun pada keadaan tertentu dimana gaya
yang diberikan melebihi batas kemampuan dari pegas, maka pegas tidak dapat
bertambah panjang lagi. Artinya hukum Hooke tidak berlaku lagi dalam keadaan
seperti ini (Paramarta. 2013). Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang
bekerja dengan pertambahan panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut:
 Rumus gaya pegas
F = k.x

Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = perubahan panjang pegas
 Konstanta pegas
F = m.g
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
m = Massa benda (kg)
g = Gravitasi bumi (10 m/s 2)

∆ x=x 2−¿ x ¿
1

Keterangan :
∆ x = Pertambahan panjang (m)
x 1 = Panjang pegas (m)
x 2 = Panjang pegas setelah diberi beban (m)

m. g
k= ∆ x

Keterangan :
m = Massa benda (kg)
g = Gravitasi bumi (10 m/s 2)
∆ x = Pertambahan panjang (m)
BAB Ill

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Penggaris, Statif,

Pegas, Beban, dan Klem.

B. Cara Kerja
- Rangkailah alat dengan benar
- Ukur panjang pegas sebelum diberi beban ( x 1),
- Letakkan beban dibawah pegas dan ukur panjangnya ¿ ¿),
- Hitunglah konstanta pegasnya (k),
- Lakukan percobaan dengan beban yang lain sampai 5 kali percobaan
( 50g, 20g, 50g, 50g, dan 50g). Anggap gravitasi bumi 10 m/s 2.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

NO. m (kg) F (N) X1(m) X2(m) ∆x (m) K (N/m)

1. 0,05kg 0,5 N 0,1 m 0,122 m 0,022 m 22,72 N/m

2. 0,07 kg 0,7 N 0,1 m 0,14 m 0,04 m 17,5 N/m

3. 0,08 kg 0,8 N 0,1 m 0,149 m 0,049 m 16,32 N/m

4. 0,13 kg 1,3 N 0,1 m 0,166 m 0,066 m 19,69 N/m

5. 0,18 kg 1,8 N 0,1 m 0,239m 0,139 m 12,94 N/m

F & ∆x
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
B. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami hukum hooke,
serta dapat menghitung nilai tetapan pegas (K) dengan metode persamaan linear.
Prinsip pada percobaan ini menggunakan prinsip hukum Hooke yaitu dengan cara
menggantungkan sebuah pegas (rapat atau renggang) dengan variasi beban.

Saat penambahan beban sebesar 0,05 kg terjadi perubahan panjang pegas


dari 0,1 m menjadi 0,022 m. Selisis pegas setelah dan sebelum penambahan
beban adalah sebesar 0,078 m. Untuk penambahan beban sebesar 0,07 kg terjadi
penambahan panjang pegas 0,1 m menjadi 0,04 m. Selisis pegas setelah dan
sebelum penambahan beban adalah sebesar 0,06 m. Selanjutnya penambahan
beban sebesar 0,08 kg terjadi perubahan panjang pegas dari panjang awal 0,1 m
menjadi 0,049 m. Selisis pegas setelah dan sebelum penambahan beban adalah
sebesar 0,051 m. Sedangkan untuk penambahan beban sebesar 0,13 kg terjadi
perubahan panjang pegas dari 0,1m menjadi 0,066 m. Selisis pegas setelah dan
sebelum penambahan beban adalah sebesar 0,034 m. dan untuk penambahan
beban sebesar 0,18 kg terjadi perubahan panjang pegas dari 0,1m menjadi 0,139
m. Selisis pegas setelah dan sebelum penambahan beban adalah sebesar -0,139
m.

Dari hasil tersebut terlihat jelas bahwa semakin berat beban yang
ditambahkan pada pegas maka regangan pegas akan semakin besar pula, hal ini
sesuai dengan bunyi hukum hooke yang menyatakan bahwa gaya yang diberikan
pada pegas akan sebanding dengan penambahan panjang pegas itu sendiri (Surya,
2009).

Hasil yang diperoleh, dapat ditentukan nilai konstanta pegas (K) dengan
rumus persamaan linear. Untuk penambahan beban 0,05 kg diperoleh nilai
konstanta pegas sebesar 22,72 N/m. Untuk penambahan beban 0,07 kg diperoleh
nilai konstanta pegas sebesar 17,5 N/m. Untuk penambahan beban 0,08 kg
diperoleh nilai konstanta pegas sebesar 16,32 N/m. Sedangkan untuk
penambahan beban 0,13 kg diperoleh nilai konstanta pegas sebesar 19,69 N/m.
Dan untuk penambahan beban 0,18 kg diperoleh nilai konstanta pegas sebesar
12,94 N/m Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar beban yang
diberikan pada pegas, maka tetapan pegas akan semakin kecil nilainya.

Berdasarkan grafik yang ditunjukkan dapat disimpulkan bahwa semakin


besar gaya (F) yang diberikan pada sebuah pegas maka semakin besar pula
pertambahan panjang (∆x) dari pegas tersebut. Hal ini dikarenakan gaya
berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas (Anwar, 2008) .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan pada percobaan ini yaitu:

1. Bunyi hukum Hooke yaiutu gaya yang diberikan pada pegas akan
sebanding dengan penambahan panjang pegas itu sendiri.
2. Penentuaan nilai konstanta pegas (K) dengan rumus persamaan linear yang
diperoleh yaitu Untuk penambahan beban secara berurutan 0,05 kg, 0,07
kg, 0,08 kg, 0,13 kg, 0,18 kg, diperoleh nilai konstanta pegas sebesar 22,72
N/m, 17,5 N/m, 16,32 N/m, 19,69 N/m, 12,94 N/m.
3. Menentukan konstanta pegas dapat digunakan pengukuran analisa grafik
antara pertambahan panjang terhadap massa beban dan hasil yang
didapatkan dari percobaan ini benar terdapat persamaan linear hubungan
antara (F) dan (∆x) maka setiap kali pegas diberikan beban maka pegas
akan bertambah panjang
B. Saran
Saran untuk praktikum fisika dasar kedepannya mungkin ada baiknya
dapat lebih terfasilitasi dari segi kelengkapan alat dan ruangan yang memadai
untuk melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar.2008. karakteristik fisika kimia. Bogor : Institut pertanian Bogor

Crowell, Bejamin. 2006. Konsep Fisika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Keenan, Charles W. 1980. Fisika untuk Universitas Jilid I. Jakarta: Erlangga

Giancoli. 2001. Fisika Edisi 5 Jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Mikarajuddin. 2008. IPA FISIKA : Jilid 1. Jakarta: Esis.

Paramarta, Ida. 2013. Fisika Dasar. Denpasar: Universitas Udayana

Surya, Yohanes. 2009. Getaran dan Gelombang. Tangerang: PT. Kandel

Tippler, A Paul. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I . Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN

A. Perhitungan
Nilai F. Rumus F = m.g

1. F1 = m.g
= 0.05 kg. 10 m/s2

= 0.5 kg m/s2

= 0.5 N

2. F2 = m.g
= 0.07 kg. 10 m/s2

= 0,7kg m/s2

= 0,7 N

3. F3 = m.g
= 0.08 kg. 10 m/s2

= 0,08 kg m/s2

= 0,8 N

4. F4 = m.g
= 0.13 kg. 10 m/s2

= 0,013 kg m/s2

= 0,13 N

5. F5= m.g
= 0.18 kg. 10 m/s2

= 0,018 kg m/s2

= 0,18 N
Nilai ΔX Rumus ΔX = X2-X1

1. ΔX1 = X2 - X1
= 0.122 m – 0.1 m

= 0.022m

2. ΔX2 = X2 - X1
= 0.14m – 0.1 m

= 0.04 m

3. ΔX3 = X2 - X1
= 0.149 m – 0.1 m

= 0,049 m

4. ΔX4 = X2 - X1
= 0.166 m – 0.1 m

= 0,66m

5. ΔX4 = X2 - X1
= 0.239m – 0,1 m
= 0.139m
m.g F
Nilai K Rumus K= K= =K =
ΔX ΔX

m .g
1. K1 =
ΔX 1
0,05.10 m/ s2
=
0. 022 m

= 22,72 N/m

m.g
2. K2=
ΔX 2
2
0,07 .10 m/s
=
0. 004 m
= 175 N/m

m.g
3. K3 =
ΔX 3
0,08 .10 m/ s2
=
0. 049 m

= 16,32 N/m

m. g
4. K4 =
ΔX 4
2
0,13.10 m/ s
=
0. 166 m

= 19,69 N/m

m.g
5. K5 =
ΔX 5
2
0,18 .10 m/ s
=
0. 139 m

= 12,94 N/m
B. Gambar

Pengukuran per beban pertama (50 kg)

Pengukuran per beban kedua (60 kg)


Pengukuran per beban pertama (80 kg)

Pengukuran per beban pertama (130 kg)


Pengukuran per beban pertama (180 kg)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
GAYA GESEKAN

NAMA : NIRMALA.A 19031014119


DZITI RAHMADANI 22031014005
ANISAH FAHNIATI 22031014009
HENILIA AGUSTI 22031014011
AULIA AINI PUTRI 22031014018
MUHAMMAD FAUZAN SIRIH 22031014031
NURUL FADILLAH SALSABILA 22031014052
RILI RAHAYU JAPARI 22031014059
RINA 22031014072
GELOMBNG : II (DUA)
DOSEN : Ir. ILHAM IDRUS, ST.,MTP
ASISTEN : DISKA MENTARI USMAN

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika dasar adalah suatu bidang ilmu pengetahuan sains yang fokus


mempelajari seputar sifat dan fenomena alam serta interaksi didalamnya seperti
materi, energi, dan perubahan zat baik yang sifatnya mikroskopis hingga
makroskopis.Kata fisika sendiri diambil dari kata ‘physic’ yang artinya alam.
Karena didalam ilmu fisika fokus keilmuannya adalah hanya mencakup seluruh
hal yang berkaitan dengan alam. Fisika memiliki beberapa tahapan dalam
mempelajari fenomena alam yang terjadi yaitu: pengamatan, pengukuran.

Dalam kehidupan ini banyak sekali peralatan yang digunakan


untukmempermudah melakukan pekerjaan. Alat-alat tersebut diciptakan manusia
dariyang paling sederhana sampai yang paling rumit, seperti pesawat terbang,
motormobil, telepon dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk memudahkan
manusiamelakukan pekerjaan atau kegiatan disebut pesawat. Ada dua jenis
pesawat yaitupesawat sederhana dan pesawat rumit. Pesawat sederhana adalah
alat bantu kerjayang bentuknya sederhana, contohnya tuas, bidang miring dan
katrol. Pesawatrumit adala pesawat yang terdiri atas susunan beberapa pesawat
rumit, contohnyapesawat terbang, pesawat telepon, motor, televisi dan lainnya.

Pesawat sederhana adalah segala jenis perangkat yang hanya


membutuhkan satu gaya untuk bekerja. Suatu gaya terjadi akan menyebabkan
gerakan sepanjang suatu jarak tertentu. Kerja yang timbul adalah hasil gaya dan
jarak. Jumlah kerja yang dibutuhkan untuk mencaai sesuatu bersifat konstan
walaupun demikian jumlah gaya yang dibutuhkan untuk mencapai hal ini dapat
dikurang dengan menerapkan gaya yang lebih sedikit terhadap jarak yang lebih
jauh. Dengan kata lain,peningkatan jarak akan mengurangi gaya yang dibutuhkan
rasio antara keduanya disebut keuntungan mekanik.
Bidang miring memiliki keuntungan yaitu kita dapat memindahkanbenda
ketempat yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil. Keuntungan bidang
miring tergantung pada panjang landasan bidang miring dan tingginya. Semakin
kecil sudut kemiringan bidang, semakin besar atau semakin kecil gaya kuasa yang
harus dilakukan namun demikian, bidang miring juga memiliki kelamahan yaitu
jarak yang di tempuh untuk memindahkan benda menjadi lebih jauh. Prinsip kerja
bidang miring juga dapat di temukan dibeberapa perkakas. Contohnya kapak,
pisau, obeng dan lainnya. Berbeda dengan bidang miring lainnya, pada perkakas
yang bergerak adalah alatnya.

Pada saat menggunakan bidang miring itu tentu terjadi gesekan-gesekan.


Gesekan akan terjadi bila antara dua permukaan benda saling bersentuhan satu
sama lain, baik itu terhadap udara air atau pun benda padat lainnya. Gaya gesekan
juga selalu terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan sekalipun
benda tersebut sangat licin, akan terlihat kasar dalam skala mikroskopis. Ketika
sebuah benda bergerak, misalnya ketika sebuah buku didorong diatas permukaan
meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan akhirya akan berhenti
karena terjadi sebuah gesekan antara permukaan buku dengan udara. Dalam hal
ini jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda lain,
masing-masing benda akan melakukan gaya gesek antara satu dengan yang lain.

Dalam bidang farmasi gaya gesek berhubungan dalam pembuatan emulsi


dengan viskositasnya (kekentalan) yang berbeda beda,viskositas atau kekentalan
ini merupakan gaya gesekan antara molekul molekul yang menyusun suatu fluida
(aliran suatu zat cair ataupun gas).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gaya gesek dan macam-macam gaya gesek?
2. Bagaimana cara menentukan gaya gesek statis dan kinetis antara benda
danpermukaan bidang miring?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan koefisien gesekan
statis dan kinetis, percepatan dan kecepatan benda yang bergerak meluncur pada
bidang miring.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderunganbenda kan bergerak. Benda-benda yang dimaksud disini tidak
harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair ataupun gas. Gaya
gesek antara dua benda padat misalnya adalah gaya gesek statisdan gaya gesek
kinetis. Sedangkan antara benda padat dan cair ataupun gas disebut gaya stokes.
Gaya gesek dapat merugian ataupun menguntungkan. Panas pada proses yang
berputar , engsel pintu yang berderit dan sepatu aus adala contoh kerugian yang
disebabkan gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak dapat
berpindah tempat karena gesekan kakinya hanya menggelincir diatas lantai. Tanpa
adanya gaya gesek tidak akan tercipta parasut (Giancolli, 1998).

Gaya gesek selalu bekerja pada permukaan benda padat yang saling
bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat licin dan permukaan benda juga
sangat licin tetap sangat kasar pada skala mikroskopis. Ketika benda
bergerak,tonjolan-tonjolan mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada
tingkat ataom tonjolan pada permukaan lainnya, sehingga gaya-gaya listrik
diantara atom dapat membentuk ikatan kimia, sebagai penyatu benda bergerak
misalnya ketika mendorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku
tersebut mengalami hambatan dan akhirnya akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh
pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut (Giancolli, 2001).

Pada gaya gesek terdapat gaya normal yaitu gaya yag dilakukan benda
terhadap benda lain dengan arah tegak lurus bidang antara permukaan
benda.Secara matematika hubungan antara gaya gesek dengan gaya normal adalah
sebagai berikut :

Fs < µk . N dan Fs > µs .

Tanda sama dengan itu menunjukkan bila gaya gesek mencapai


maksimum. Besar µk dan µs tergantung pada sifat permukaan yang saling
bergesekan harganya bisalebih besar dari suatu yang biasanya lebih kecil
(Faradah, 1987).

Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung


antara dua permukaan benda dengan arah berlawanan terhadap kecenderungan
arah gerak benda. Jika sebuah balokyang beratnya w diletakkan pada bidan datar
dan pada balok tidak bekerja gaya luas , maka besarnya gaya normal (N) sama
dengan besar berat (W) sesuai persamaan :

N=W

Keterangan :

N = gaya normal

W = besar berat

Gaya normal adalah gaya yang ditmbulkan oleh alas bidang dimana
bendaditempatkan dan tegak lurus terhadap bidang itu :

N = m.g.cos

Sesuai persamaan diatas jika sebuah benda dengan massanya m, benda


pada bidang miring yang lain dengan sudut kemiringan maka besarnya gaya
normal (N) sama dengan mg cos (Zaelani , 2006).

Koefisien gesekan timbul Karena adanya perpaduan antara dua


permukaan, oleh karena itu dalam melukis vector gaya gesekan selalu ada
permukaan yang bertemu. Koefisien gesekan dibedakan menjadi dua jenis yaitu
koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis (Giancolli, 2001).

Koefisien gesekan statis digunakan untuk menentukan berapa gaya


gesekan benda itu ketika diam, sehingga diketahui seberapa besar gaya yang
diperlukan untuk menariknya sehingga berhasil digerakkan. Keofisien gesekan
kinetis digunakan untuk menentukan berapa besar gaya gesekan benda ketika
sudah bergerak (Giancolli, 2001).
Bila ditinjau dari sifat geraknya maka kemungkinan harga koefisien statis
(µs) adalah µs<µk. Apabila ditinjau dari sebuah benda pada bidang miring. Pada
saat benda tepat akan bergerak, maka posisi itu berlaku

∑Fx = 0 dan ∑Fy = 0.

    Dengan meninjau gaya-gaya yang bekerja pada benda maka dapat


dibuktikan bahwa µs = tan, dimana adalah sudut kemiringan bidang terhadap
bidang horizontal. Selanjutnya bila ditinjau saat benda meluncur kebawah maka
akan berlaku :

∑Fx = m.a dan ∑Fy = 0

Dari kedua syarat di atas dapat dibuktikan bahwa koefisien gesekan


kinetis dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

Fk = µk. N

keterangan :

fk = gaya gesek kinetik (N)

µk = koefisien gesek kinetik

(Tim Fisika Dasar, 2015)

Permukaan sebuah benda meluncur diatas permukaan beda lain


masingmasing benda akan saling melakukan gaya gesekan, sejajar dengan
permukaan. Gaya gesekan terhadap tiap benda berlawanan arahnya dengan arah
gerakannya relative terhadap benda “lawan”nya. Jadi jika sebuah balok meluncur
dari kiri ke kanan diatas permukaan sebuah meja. Suatu gaya gesek ke kiri akan
bekerja terhadap meja. Gaya gesekan juga ada yang bekerja dalam keadaan tidak
terjadi gerakan relatif. Suatu gaya horizontal terhadap sebuah peti berat yang
terletak dilantai mungkin saja tidak cukup besar untuk menggerakkan peti itu.
Karena gaya tersebut terimbangi oleh suatu gaya gesekan yang besarnya sama
dengan berlawanan arah, yang dikerjakan oleh lantaiterhadap peti (Francis, 1998).
Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan
pengalaman. Gesekan suatu benda yang menggelinding diatas permukaan dilawan
oleh gaya yang timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan.
Contoh sebuah kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian
diperbesar sudutnya maka kubus akan mulai tergelincir (Astuti, 1997).

Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum Newton I dan II. Hukum
Newton I menyatakan “setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan kecuali jika dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh
gaya-gaya yang berpengaruh padanya”. Sesungguhnya hukum Newton ini
memberikan pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya percepatan
suatubenda bergantung kerangka acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan
bahwa jika tidak ada benda lain didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja,
karena setiap gaya harus dikaitkan dengan benda dan dengan lingkungannya)
maka dapat dicari suatu keluarga kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak
mengalami percepatan (Silaban, S. 1985). Hukum Newton II menyatakan
“percepatan yang dialami oleh suatu benda sebanding dengan besarnya gaya yang
bekerja dan berbanding terbalik dengan massa benda danadalah vector
percepatannya (Wijaya, 2007).

Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada diatas meja
kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak. Menurut
hukum Newton II, perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya gaya yang
arahnya berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak ada tentulah
buku tidak bergerak beraturan. Menurut hukum Newton I gaya gesekan.
Pernyataan itu dapat ditulis sebagai berikut:

Fgesekan = µN

Jika gaya yang kita berikan kecil, gaya gesek statis pun kecil. Makin
besar gaya gesekan statis itu maka makin besar gaya gesekan yang kita berikan.
Benda bergerak kearah gaya yang kita berkan. Benda bergerak kearah gaya yang
kita berikan. Ini berarti gaya gesek tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya
gesekan statis mencapai maksimum. Nilai maksimum ini dsebut juga gaya
gesekan (statis maksimum) untuk dua permukaan yang bergesekan. Pada saat
gaya gesekan maksmum benda kan tetap bergerak (Tim Fisika Dasar, 2015).

  

Contoh penggunaan konsep gaya gesek serta hukum - hukum newton


pada sediaan farmasi

1. Gaya gesek serta hukum newton dalam sediaan farmasi terutama dalam
menunjukkan tegangan permukaan dan kekentalan suatu sediaan serta prinsip
gaya yang dipakai pada perlatan sentifrugasi. Sentrifugasi adalah proses yang
memanfaatkan gaya sentrifugal untuk sedimentasi campuran.
2. Dalam penggunaan tipe aliran
a. Sistem Newton
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari
cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas
suatu cairan, akan makin besar pula gaya persatuan luas (shearing stress)
yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh
karena itu, rate of shear harus berbanding langsung dengan shearing stress.

b. Sistem non-Newton
Non-Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan
aliran Newton; dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan
koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk-produk serupa masuk
dalam kelas ini. Dalam farmasi, lebih besar kemungkinan menjumpai
cairan non-Newton dibanding dengan cairan biasa. Jika bahan-bahan non-
Newton dianalisis dalam suatu viskometer putar dan hasilnya diplot,
diperoleh berbagai kurva konsistensi yang menggambarkan adanya 3 kelas
aliran, yaitu : plastis, pseudoplastis, dan dilatan.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu balok kayu, busur
derajat,kalkulator, papan luncur, penggaris, stopwatch.

B. Cara kerja

1. Gaya gesek statis


a. Letakkan balok kayu diatas papan luncur.
b. Angkat papan luncur perlahan-lahan sampai balok mencapai posisi dimana
balok tepat akan bergerak, berhenti mengangkat papan.
c. Ukur nilai x, y, s dan sudut kemiringan, kemudian masukkan ke dalam
tabel pengamatan.
d. Ulangi langkah a-c sebanyak 2 kali.
2. Gaya gesek kinetik
a. Letakkan balok kayu di atas papan luncur.
b. Angkat papan luncur perlahan-lahan dan menghentikannya ketika balok
mulai bergerak meluncur ke bawah. Pada saat tersebut hidupkan stopwatch
dan hentikan balok mencapai ujung papan luncur. Catat waktu tempuh (t)
pada tabel pengamatan.
c. Pada posisi tersebut ukur x, y, s dan sudut kemiringan, kemudian
masukkan ke dalam tabel pengamatan.
d. Ulangi langkah a-c sebanyak 2 kali
BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan
1. Gaya Gesekan Statis

No. x (m) y (m) µs Ɵ m(kg)

1. 62,4 24,1 0,38 10° 33,1kg

2. 62,4 37,2 0,59 15° 33,1 kg

3. 62,4 17,8 0,28 5° 33,1 kg

2. Gaya Gesekan Kinetis


x y t t2 a
No. s (m) s (m )
2
Ɵ m (kg) µk
(m) (m) (sekon) (sekon) (m/s2)
31,8
1 62,3 54,3 62,3 3881,2 7,50 56,25 25° 0,87 137,8
kg
31,8
2 62,3 54 62,3 3881,2 4,32 18,66 30° 0,86 159
kg
31,8
3 62,3 54,6 62,3 3881,2 5,74 32,94 33° 0,87 171,72
kg
B. Pembahasan

Pada percobaan atau praktikum kali ini yaitu tentang gesekan.


Adapunmedia yang digunakan yaitu balok kayu, busur derajat, mistar ukur, papan
luncurdan stopwatch. Praktikun kali ini bertujuan untuk menentukan koefisien
gesekanstatis dan koefisien gesekan kinetis dari dua permukaan dan juga
untukmenentukan kecepatan dan percepatan gerak benda pada bidang miring. Jadi
jelasbahwa pada praktikum kali ini menggunakan bidang miring. Pada praktikum
kaliini dibedakan menjadi dua kali percobaan yaitu : yang pertama
menentukankoefisien gesekan statis dan yang kedua menentukan koefisien
gesekan kinetis.Yang mana setiap percobaan terdiri dari tiga kali uji coba.

Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau
arahkecenderungan benda kan bergerak. Benda-benda yang dimaksud disini
tidakharus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair ataupun gas.
Gayagesek antara dua benda padat misalnya adalah gaya gesek statisdan gaya
gesekkinetis. Sedangkan antara benda padat dan cair ataupun gas disebut gaya
stokes (Giancolli,1998).

Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak
bergerakrelatif satu sama lainnya. Sebagai contoh, gesekan statis dapat mencegah
benda meluncur kebawah bidang miring. Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi
ketika dua benda bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan.

Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan koefisien


gesekanstatis dan kinetis, percepatan dan kecepatan benda yang bergerak
meluncur padabidang miring.

Pada percobaan gaya gesek statis diperoleh rata-rata gaya gesek statis (fs)
sebesar 471,50 N, koefisien gaya gesek statis ( μs) untuk μs1 sebesar 2,59, μs2
sebesar 1,68 dan μs3 sebesar 3,50 sehingga diperoleh rata-rata koefisien gesek
statis ( μs) sebesar 1,023. Pada percobaan gaya gesek kinetik diperoleh nilai gaya
gesek kinetik (fk) sebesar 275,6 N dengan percepatan benda (a) sebesar 318 m/s 2.
Sedangkan koefisien gesek kinetik ( μk ) untuk μk 1 sebesar 0,87, μk 2 sebesar 0,86,
μk 3 sebesar 0,87 sehingga diperolehrata-rata koefisien gesek kinetik ( μk ) sebesar
0,866. Hal ini sesuai dengan literatur (Halliday & Resnick, 1991) yang
menyatakan bahwa koefisien gesek kinetik umumnya dinotasikan dengan (μk )
pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang sama.
Percepatan yang dialami oleh suatu benda sebanding dengan besarnya gaya yang
bekerja dan berbanding terbalik dengan massa benda dan adalah vektor
percepatannya (Wijaya, 2007).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa setiap gesekan yang terjadi
yang diakibatkan oleh gesekan antara dua permukaan benda itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi gaya gesekan tersebut adalah gaya
normal, gaya tarik, koefisien gesekan statik, koefisien gesekan kinetik dan
permukaan benda.Melalui praktikum atau hasil pengamatan dapat diketahui
bahwa konsep gaya gesek statis adalah gaya yang terjadi antara permukaan dua
benda yang saling berinteraksi tepat akan bergerak, sedangkan konsep gaya gesek
kinetik adalah gaya yang terjadi antara permukaan dua benda yang saling
berinteraksi ketika suatu benda sudah bergerak. Gaya yang dihasilkan oleh
gesekan statis lebih besar dari gesekan kinetik, hal itu dipengaruhi oleh jenis
permukaan, gaya tarik, dan gaya berat suatu benda.Koefisien gesekan statik dan
koefisien gesekan kinetik dapat di tentukan dengan menggunakan persamaan
μs=fs/N dan μk=fk/N serta μs = tan θ.    

B. Saran
Praktikum selanjutnya agar diharapkan mempersiapkan bahan
sebelumnya mengenai percobaan yang akan dilakukan terutama langkah kerja dan
prosedur kerja yang akan dilakukan. Praktikan juga harus lebih memperhatikan
instruksi dari asisten. Praktikan juga harus mengecek kesiapan barang yang akan
digunakan agar tidak terjadi kesalahan data. Kebersihan juga harus diperhatikan,
agar setelah melakukan percobaan laboratorium tetap bersih dan cepat. Untuk lab
mungkin bisa ditambah kipas anginnya atau menghidupkan acnya.

  
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Teori-Teori Gesekan. Universitas Press : Bandung.

Astuti, Asri. 1997 Diktat Fisika Dasar 1. Universitas Jember : Jember

Faradah, Inang. 1987 Fisika Jilid 1 Edisi Ke-3. Erlangga : Jakarta.

Francis. 1998 Fisika Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Giancoli. 1998 Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Silaba Dan Sucipto. 1985 Fisika Dasar Jilid 1. Erlangga: Jakarta

Tim Fisika Dasar. 2015 Panduan Praktikum Fisika Dasar 1. Universitas Jambi :
Jambi
LAMPIRAN

A. Perhitungan
1.Gaya gesek statis
Diketahui :
Massa balok = 33,1 kg
x1 = 62,4 cm = 0,062 m y1 = 24,1 cm = 0,241 m α1 = 10°
x2 = 62,4 cm = 0,062 m y2 = 37,2 cm = 0,372m α2 = 15°
x3 = 62,4 cm = 0,062 m y3 = 17,8 cm = 0,178 m α3 = 5°
g = 10m/s2

Ditanyakan :
a. Gaya berat benda (W)…..?
b. Koefisien gesek statis ( μs ¿….?
c. Gaya gesek statis (fs)…...?
d. Θ (sudut)……?
Penyelesaiaan :
a.Gaya berat benda ( W )
W1 = m.g

  = 33,1 kg . 10 m/s2

  = 331 kg. m/s2 atau 331 N

W2 = m.g

  = 33,1 kg . 10 m/s2

  = 331 kg. m/s2 atau 331 N

W3 = m.g

  = 33,1 kg . 10 m/s2

  = 331 kg. m/s2 atau 331 N

b. Koefisin gesek statis ( μs )


y 1 0,624 m
μs1= = = 2,59
x 1 0,241 m

y 2 0,624 m
μs2= = = 1,68
x 2 0,372 m
3 = = = 3,50

c. Gaya gesek statis (fs)


fs1 = μs. N

= 2,59 x 331

= 857,29

fs2 = μs. N

= 1,68 x 331

= 556,08

fs3 = μs. N

= 3,50 x 331

= 1,1585

fs 1+fs 2+ fs3 857,29+556,08+1,1585


fs̅ = 3
= 3
= 471,50

d. Θ (sudut)
W sin α =0

331N . sin 10° =0

331 N . (0,17) =0

   = 562,7 N

W sin α =0

331N . sin 15° =0

331 N . (0,26) =0

   = 86,06 N
W sin α =0

331N . sin 5° = 0

331 N . (0,08) =0

   = 26,48 N

e. Rata - Rata Koefisien gesek statis ( μs )


μs 1+ μs 2+ μs 3 2,59+1,68+3,50 3,07
μs̅ = = = = 1,023
3 3 3
Jadi, diketahui bahwa nilai rata rata koefisien gesek statis sebesar 1,023
2. Gaya gesek kinetik
Diketahui :

Massa balok = 31,8 kg θ 1 = 25º

x1 = 0,623 m θ 2 = 30º

x2 = 0,623 m θ 3 = 33º

x3 = 0,623 m g = 10 m/s2

y1 = 0,543 m t1 = 7,50 sekon

y2 = 0,54 m t2 = 4,32 sekon

y3 = 0,546 m t3 = 5,74 sekon

Ditanyakan :

a. Gaya berat benda (W)….?


b. Gaya gesek kinetis (fk)……. ?
c. Koefisien gesek statis ( μk)……?
d. Rata-rata koefisien kinetik ( μk ).…..?
Penyelesaian:

a. Gaya beat benda (W)


W =m×g

    = 31,8 × 10m/s2   

= 318 kg. m/S2 atau 318 N

W =m×g

    = 31,8 × 10m/s2

    = 318 kg. m/S2 atau 318 N

W =m×g

    = 31,8 × 10m/s2

    = 318 kg. m/S2 atau 318 N

N = W sin α

= 338 N . sin 25°

= 338 N . (0,42)

= 137,58 N

N = W sin α

= 338 N . sin 30 °

= 338 N . (0,5)

= 159 N
N = W sin α

= 338 N . sin 33°

= 338 N . (0,54)

= 171,72 N

b. Gaya gesek kinetik (fk)


Fk = μk . N

= 0,87 x 318

  = 276,66

Fk = μk . N

= 0,86 x 318

  = 273,48

Fk = μk . N

= 0,87 x 318

  = 276,66

c. Koefisien gesek statis ( μk )


y 0,543
μk1 =
x
= 0,623 = 0,87

y 0,54
μk2 =
x
= 0,623
= 0,86

y 0,546
μk3 =
x
= 0,623
= 0,87
d. Rata-rata koefisien gesek kinetik ( μk )
μk 1+ μk 2+ μk 3 0,87+0,86+ 0,87
μk =
3
= 3
= 0,866

Jadi nilai koefisien rata-rata yang diperoleh sebesar = 0,866


LAMPIRAN

A. Gambar

Mengukur Beta pada papan luncur

Mengukur alpha pada papan luncur


Mengukur bidang miring pada papan luncur

Mengukur tinggi pada papan luncur


Mengukur panjang pada papan luncur
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCEPATAN GRAVITASI

NAMA : NIRMALA A. 19031014119


DZITI RAHMADANI 22031014005
ANISAH FAHNIATI 22031014009
HENILIA AGUSTI 22031014011
AULIA AINI PUTRI 22031014018
MUHAMMAD FAUZAN SIRIH 22031014031
NURUL FADILLAH SALSABILA 22031014052
RILI RAHAYU JAPARI 22031014059
RINA 22031014072
GELOMBNG : II (DUA)
DOSEN : Ir. ILHAM IDRUS, ST.,MTP
ASISTEN : ARNISA N

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari yang ada
pada diri kita seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang kita pergunakan
setiap hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita, salah satu contohnya adalah
permainan ditaman kanak-kanak, yaitu ayunan. Sebenarnya ayunan ini juga dibahas
dalam ilmu fisika, dimana dari ayunan tersebut kita dapat menghitung periode yaitu
selang waktu yang diperlukan beban untuk melakukan suatu getaran lengkap dan juga
kita dapat menghitung berapa besar gravitasi bumi di suatu tempat (Alsono dan
Matccello, 1994).
Pada percobaan yang dilakukan ini, ayunan yang dipergunakan adalah ayunan
yang dibuat sedemikian rupa dengan bebannya adalah bandul fisis. Pada dasarnya
percobaan dengan bandul ini tidak terlepas dari getaran (Alsono dan Matccello, 1994).
Ayunan merupakan salah satu sistem yang melakukan gerak harmonis sederhana
yang memiliki amplitudo kecil. Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari
sebuah benda yang bermassa m di gantung pada tali yang ringan, dengan catatan panjang
tali tersebut tidak akan bertambah saat di beri beban.Bila bandul di geser ke samping dari
titi kesetimbangan (titik tengah), dan ketika di lepaskan, maka bandul akan berayun
dalam bidang vertikal karena di pengaruhi oleh gaya gravitasi bumi.
Percepatan gravitasi berhubungan dengan farmasi karena semua benda di bumi
pasti mengalami suatu gaya yang diakibatkan oleh percepatan gravitasi hal ini sangat
mempengaruhi pengukuran dalam proses pencampuran bahan atau zat-zat kimia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung percepatan gravitasi dengan metode Bandul
matematis?
2. Bagaimana perbandingan hasil pengukuran dengan referensi (percepatan
gravitasi)?
C. Tujuan Percobaan
1. Menghitung percepatan gravitasi dengan metode Bandul matematis
2. Membandingkan hasil pengukuran dengan referensi (percepatan gravitasi)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Percepatan gravitasi adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan partikel untuk
menarik partikel ke arahnya dalam jarak atau medan gravitasi tertentu. Percepatan
gravitasi bumi adalah besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada benda. Berat adalah
gaya tarik bumi terhadap benda. Percepatan gravitasi (g) adalah percepatan yang dialami
oleh benda kerena beratnya sendiri. Menurut hukum Dalton II gaya  F=ma. Dalam hal ini
gaya berat benda F=mg (Edwin, T, 2017).
Beban yang diikat pada ujung tali ringan yang massanya dapat diabaikan disebut
bandul. Bandul Matematis adalah salah satu matematis yang bergerak mengikuti gerak
harmonik sederhana. Bandul matematis merupakan benda ideal yang terdiri dari sebuah
titik massa yang digantungkan pada tali ringan yang tidak bermassa. Jika bandul
disimpangkan dengan sudut θ dari posisi setimbangnya lalu dilepaskan maka bandul akan
berayun pada bidang vertikal karena pengaruh dari gaya gravitasinya (Mochammad Z,
2000).
Prinsip Ayunan yaitu jika sebuah benda yang digantungkan pada seutas tali,
diberikan simpangan, lalu dilepaskan, maka benda itu akan berayun ke kanan dan ke kiri.
Berarti ketika benda berada disebelah kiri akan dipercepat kekanan, dan ketika benda
sudah ada disebelah kanan akan diperlambat dan berhenti, lalu dipercepat kekiri dan
seterusnya. Gerakan ini dilihat bahwa benda mengalami percepatan selama gerakannya.
Menurut hukum Newton (F = m.a) percepatan hanya timbul ketika ada gaya. Arah
percepatan dan arah gaya selalu sama (Mochammad Z, 2000).
Gaya gravitasi sudah sejak lama disadari oleh para ilmuwan. Mereka meyakini,
kalo selain kekuatan Tuhan yang mengatur alam semesta, ada mekanisme tertentu
membuat semua keteraturan. Keteraturan tersebut seperti semua yang ada dibumi tetap
ada ditempatnya, meski disebut bentuk bumi bulat, planet dan bintang tidak saling
bertabrakan dan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, banyak ilmuwan melakukan penelitian
tentang alam semesta. Beberapa diantaranya disebut sebagai peletak dasar teori
percepatan gravitasi (Edwin T, 2017).
Teori Ptolemy atau Ptolemeus Tahun 100 M, Ptolemeus dengan segala
keterbatasan teknologi yang ada pada zamannya menyebutkan teori yang kemudian
dipakai selama ratusan tahun, yaitu teori geosentris. Berdasarkan teori ini disebutkan
bahwa semua benda langit, termasuk planet-planet dan matahari mengelilingi bumi
sebagai pusatnya. Ptolemy belum dapat menyebutkan apa yang menyebabkan semua
benda bergerak dan mengelilingi bumi. Namun, ilmuwan saat ini sepakat bahwa teori
geosentris bagian dari teori dasar percepatan gravitasi. Dengan penelitian yang
dilakukannya, ilmuwan lain tergerak untuk membuktikan sekaligus mencari penyebabnya
(D. Keith Robinson, Philip R, 1984).
Copernicus Tahun 1543 M, Teori Ptolomeus tidak terpatahkan selama lebih dari
1 abad. Baru sekitar tahun 1543, Copernicus mengeluarkan teori baru sekaligus
mengoreksi teori pertama. Copernicus yang melakukan penelitian setelah ditemukannya
teropong sederhana atau teropong pantul atau teropong bintang, menyebutkan bahwa
semua benda langit memang bergerak dengan mengelilingi sesuatu. Namun, benda langit
bukan beredar mengelilingi bumi sebagai pusatnya. Semua benda langit dalam tata surya
bergerak dan berkeliling dengan matahari sebagai pusatnya. Teori ini cukup lama tidak
diakui oleh masyarakat pada zamannya. Berkat penelitian lain yang terus berkembang,
akhirnya teori heliosentris atau teori matahari sebagai pusat tata surya diakui sampai kini
(D. Keith Robinson, Philip R, 1984).
Thyco Brahe dan Johanes Kepler Tahun 1609, Thyco dan asistennya juga
merupakan peneliti di bidang ilmu bumi. Mereka menemukan bahwa orbit atau garis edar
planet mengelilingi matahari tidak berbentuk lingkaran atau bulat sempurna. Orbit planet
berbentuk elips, dengan demikian ada saat tertentu planet berada sangat dekat dengan
matahari sementara di kain waktu sangat jauh. Kepler juga merumuskan jarak antar planet
dan jarak planet dengan matahari. Perumusan dan teori ini disebut Hukum Kepler.
Claudius Copernicus dan Kepler saat itu belum dapat merumuskan mengapa planet dan
benda langit lain bergerak mengelilingi matahari dan mempunyai orbit masing-masing
(D. Keith Robinson, Philip R, 1984).
Issac Newton Tahun 1680, sudah sedikit diuraikan di atas bahwa Issac Newton
merupakan ilmuwan penemu gaya gravitasi. Teori yang diperkenalkannya kemudian
dikenal dengan sebutan Hukum Newton. Hukum Newton III merupakan pernyataan
bahwa gaya gravitasi dipengaruhi oleh percepatan gravitasi dan massanya (D. Keith
Robinson, Philip R, 1984).
Henry Cavendish Tahun 1789, setelah Newton menemukan gaya gravitasi dan
hukumnya, Cavendish menghitung percepatan gravitasi. Saat itu belum ada alat seperti
gravitymeter untuk menghitung percepatan gravitasi di bumi. Cavendish menghitung
percepatan gravitasi di beberapa tempat menggunakan neraca torsi atau ayunan bandul
sederhana (D. Keith Robinson, Philip R, 1984).
Adapun rumus percepatan gravitasi yaitu:
t
T=
n
Keterangan:
T = periode
t = waktu
n = jumlah getaran
l
g = 4π 2
T
Keterangan:
g = gaya gravitasi (m/s)
L = panjang tali (m)
T = periode (s)
 = Phi
N = jumlah getara (Ilham I, 2021)
Faktor yang mempengaruhi percepatan gravitasi: Faktor ketinggian, ketinggian
mempengaruhi besarnya percepatan gravitasi di bumi. Pengaruhnya berbanding terbalik,
semakin tinggi jarak benda dari permukaan bumi, maka percepatan gravitasi semakin
kecil. Itu sebabnya di luar angkasa tidak ada daya tarik bumi. Namun, ketinggian ini akan
signifikan pengaruhnya jika mendekati atau lebih besar dari jari-jari bumi. Jika benda
berada pada ketinggian h di atas permukaan bumi, maka percepatan gravitasi yang
dialami oleh benda di titik tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut:
M
g=G 2
(R+h)
keterangan:
g = percepatan gravitasi pada ketinggian tertentu (m/s)
G = konstanta umum gravitasi (N m2/kg2)
h = ketinggian dihitung dari permukaan bumi (m)
M = massa bumi (kg)
R = jari-jari bumi (m)
Faktor kedalaman, kedalaman menunjukkan sebuah benda yang berada di bawah
permukaan laut, yang artinya jarak benda dengan pusat lebih kecil dari jari-jari bumi.
Percepatan gravitasi bumi di kedalaman tertentu lebih kecil dibandingkan benda di
permukaan bumi (Hikam dkk, 2005).
Faktor letak lintang, bentuk bumi tidak bulat sempurna seperti bola. Di bagian
kutub dengan garis lintang 0 derajat bumi sedikit pepat. Jari-jari bumi di wilayah ini
semakin kecil. Jika menggunakan rumus percepatan gravitasi dapat ditemukan bahwa
percepatan gravitasi di kutub lebih besar di bandingkan di equator (Hikam dkk, 2005).
Percepatan gravitasi bermanfaat dalam bidang farmasi karena sangat
mempengaruhi pengukuran dalam proes pencampuran bahan atau zat-zat kimia pada saat
pembuatan obat (Hikam dkk, 2005)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu Bandul, Benang/tali, Penggaris, Statif dan
Stopwatch.
B. Cara Kerja
1. Gantungkan bandul pada statif dengan panjang tali 20 cm
2. Berikan simpangan awal sebesar 10, lepas bandul
3. Hitung waktu yang diperlukan untuk 10 kali isolasi
4. Ulangi langkah 1-3 sebanyak 1 kali
5. Variasi panjang tali: 25, 30, dan 35 cm. ulangi langkah 2-4.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

No. Panjang (L) (m) Waktu/t (s) Jumlah (n) Periode /T (s) Percepatan
gravitasi (m/s)

1. 20 cm = 0,2 m 10,71 s 10 1,071 s 6,87 m/s

2. 25 cm = 0,25 m 11,52 s 10 1,152 s 7,42 m/s

3. 30 cm = 0,3 m 12,42 s 10 1,242 s 7,67 m/s

4. 35 cm =0,35 m 13,20 s 10 1,32 s 7,92 m/s

B. Pembahasan
Percepatan gravitasi adalah percepatan yang dialami oleh benda yang jatuh bebas
dari keinggian tertentu menuju permukaan bumi sedangkan periode adalah waktu yang
diperlukan untuk melakukan satu getaran penuh dan getaran adalah suatu gerak bolak-
balik di sekitar kesetimbangan (Santi S, 2016).
Tujuan di lakukannya percobaan ini adalah untuk menghitung percepatan
gravitasi dengan metode bandul matematis dan dapat membandingkan hasil pengukuran
denan referensi (percepatan gravitasi).
Cara kerjanya yang pertama kita siapkan alatnya lalu atur bandul atau beban tepat
berada di tengah lalu berikan simpangan kecil pada bandul kemudian lepaskan usahakan
agar bandul tidak berputar lalau catat waktu yang di butuhkan untuk 10 kali isolasi dan
ulangi sebanyak tiga kali dengan panjang tali yang berbeda.
Pada percobaan penentuan percepatan gravitasi bumi dengan metode ayunan
bandul, dilakukan sebanyak tiga kali dengan percobaan yang sama. Dimana, panjang tali
(L) yang berbeda yaitu 0,2 m, 0,25 m dan 0,30 m, 0,35 m pemberian simpangan θ yang
sama tetapi massa benda yang digunakan pada percobaan ini sama. Pada percobaan ini
jumlah ayunan atau isolasi pada tiap-tiap percobaan yaitu 10 kali. Sehingga diperoleh
waktu benda berisolasi dalam waktu 10 kali ayunan dengan panjang tali 0,2 m yaitu 10,71
s, pada panjang tali 0,25 m diperoleh waktu benda untuk berisolasi yaitu 11,52 s, pada
panjang tali 0,3 m diperoleh waktu benda untuk berisolasi yaitu 12,42 s dan panjang tali
0,35 m diperoleh waktu benda untuk berisolasi yaitu 13,20 s.
Berdasarkan hasil percobaan pada praktikum ini, untuk nilai percepatan gravitasi
yang didapatkan dengan panjang tali 0,2 m adalah 6,87 m/s untuk panjang tali 0,25 m
adalah 7,42 m/s, panjang tali 0,3 m adalah 7,67 m/s dan pada panjang tali 0,35 m adalah
7,92 sedangkan secara teori atau pada literatur diperoleh nilai g nya adalah 6,304 m/s,
6,70 m/s, 7,16m/s dan 7,66. mengapa nilai percepatan gravitasi berbeda-beda karena
salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan adalah ketepatan dalam mengukur
waktu saat beban dilepaskan dan juga panjang tali yang digunakan dapat berpengaruh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Percepatan gravitasi dengan metode banduk dapat dihitung dengan
t 2L
menggunakan rumus T= dan juga menggunakan rumus g= 4π .
n T
2. Nilai percepatan gravitasi dilaboratorium fisika dasar berbeda dengan yang
ada pada teori. Salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan
adalah ketepatan dalam mengukur waktu saat beban dilepaskan.
B. Saran
Adapun saran kami yaitu agar asisten lab saat kami sedang praktikum agar selalu
di dampingi dan mungkin untuk labnya semoga kedepannya tempatnya bisa lebih
memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Alsono & Matcello. 1994. Dasar – Dasar Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

D. Halliday & R. Resnick. (1979). Physics. New York: John Wiley & Sons

Edwin, T. 2017. Percepatan Gravitasi Bumi. Universitas Gresik : Gresik

Giancoli, Dauglas C. 1998. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Hikam, Muhammad., dan B Pamulih. 2005 Eksperimen Fisika Dasar. Jakarta: Prenada
Media.

Halliday, D., dan Resnick, R., 1984, Fisika Jilid 1 (Edisi Ketiga), Erlangga: Jakarta

Sinala Santi, 2016, Farmasi Fisik, Pusdik 5DM Kesehatan : Jakarta Selatan

Idrus Ilham, 2021, Modul Praktikum Fisika Dasar, Universitas Islam Makassar:
Makassar
LAMPIRAN
1. Perhitungan
 Replikasi 1
Dik: L = 20cm = 0,2cm
t = 10,71 s
n = 10
ditanyakan: T…..?
g…..?
penyelesaian:
n 10,71 s
T= = = 1,071
t 10
L 0,2
g = 4 π2 = 4.(3,14)2.
T2 1,071 2
= 6,87 m/ s2
 Replikasi 2
Dik: L = 25 cm = 0,25cm
t = 11,52 s
n = 10
ditanyakan: T…..?
g…..?
penyelesaian:
11,52 s
T = = 1,152
10
2 L 0, 25
g = 4π = 4 (3,14)2.
T2 1,152 2
= 7,42 m/s 2
 Replikasi 3
Dik: L = 30cm = 0,3 cm
t = 12,42 s
n = 10
ditanyakan: T…..?
g…..?
penyelesaian:
12, 42 s
T = = 1,242
10
2 L 0,3
g = 4π = 4 (3,14)2.
T2 1,242 2
= 7,67 m/ s2
 Replikasi 4
Dik: L = 35cm = 0,55 cm
t = 13,20 s
n = 10
ditanyakan: T…..?
g…..?
penyelesaian:
13,20 s
T = = 1,32
10
2 L 0,3 5
g = 4π = 4 (3,14)2.
T2 1,32 2
= 7,92 m/ s2
2. Gambar

Bandul Matematis

Pengukuran tali pertama


Percobaan mengayunkan pertama

Mengukur tali kedua


Memasang klem pada statif
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MASSA JENIS ZAT CAIR

OLEH :
NAMA : NIRMALA.A 19031014119
DZITI RAHMADANI 22031014005
ANISAH FAHNIATI 22031014009
HENILIA AGUSTI 22031014011
AULIA AINI PUTRI 22031014018
MUHAMMAD FAUZAN SIRIH 22031014031
NURUL FADILLAH SALSABILA 22031014052
RILI RAHAYU JAPARI 22031014059
RINA 22031014072
GELOMBNG : II (DUA)
DOSEN : Ir. ILHAM IDRUS, ST.,MTP
DOSEN : Ir. ILHAM IDRUS, ST.,MTP
ASISTEN DOSEN : MUHAMMAD IHSAN

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mempelajari benda-benda
di alam secara fisik dan dituliskan secara matematis agar dapat dimengerti oleh
manusia dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia Berdasarkan hal
tersebut maka pembelajaran fisika tidak lepas dari penguasaan konsep,
menerapkannya dalam penyelesaian masalah fisika, dan bekerja secara ilmiah.
Namun, pembelajaran fisika dalam kelas saat ini cenderung menekankan pada
penguasaan konsep dan mengesampingkan kemampuan pemecahan masalah fisika
siswa sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan masih
tergolong rendah (Besari, 2005).
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI
massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3) (Besari, 2005).
Massa jenis suatu bahan pangan merupakan salah satu indikator yang
secara langsung maupun tidak langsung turut berperan dalam suatu proses
pengolahan pangan maupun mutu suatu produk. Berat jenis didefinisikan sebagai
perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu
ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus.
Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila
dikatakan sebagai kerapatan relatif (Besari, 2005).
Hubungan farmasi dengan massa jenis zat cair dapat digunakan untuk
menghitung massa jenis suatu bahan obat yang akan digunakan nantinya untuk
pembuatan obat dan dapat mengetahui berbagai massa jenis suatu bahan untuk
pembuatan obat. Oleh karena itu, massa jenis penting dalam pembuatan obat
obatan (Santi sinila, 2016).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menentukan massa jenis zat cair menggunakan prinsip
Hidrostatik?
2. Bagaimana cara membandingkan massa jenis zat cair minyak dan spiritus?
C. Tujuan Praktikum
1. Untuk Menentukan massa jenis zat cair menggunakan prinsip hidrostatik
2. Untuk membandingkan massa jenis dari zat cair minyak dan spiritus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting
mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan
selalu kita gunakan dalam praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya
dalam penelitian (Bresnick, 2002). Massa jenis (density) suatu zat adalah
kuantitas konsentrasi zat dan dinyatakan dalam massa persatuan volume.
Nilai massa jenis suatu zat dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi
temperatur, kerapatan suatu zat semakin rendah karena molekul - molekul yang
saling berikatan akan terlepas. Kenaikan temperatur menyebabkan volume
suatu zat bertambah, sehingga massa jenis dan volume suatu zat memiliki
hubungan yang berbanding terbalik (Besari, 2005).
Salah satu sifat yang penting dari suatu bahan adalah densitas (density)-
nya, didefinisikan sebagai massa persatuan volume. Bahan yang homogen seperti
es atau besi, memiliki densitas yang sama pada setiap bagiannya. Kita gunakan
huruf Yunani ρ (“rho”) untuk densitas. Jika sebuah bahan yang materialnya
homogen bermasa m memiliki volume v, densitasnya ρ adalah
m
ρ= (1)
v
keterangan:
ρ = massa jenis air (kg/m3);
m = massa benda (kg);
V = volume benda (m3)
Densitas suatu bahan, tidak sama pada setiap bagiannya; contohnya adalah
atmosfer bumi (yang seakin tinggi akan semakin kecil densitasnya) dal lautan
(yang semakin dalam akan semakin besar densitasnya). Untuk bahan-bahan ini
persamaan (1) memperlihatkan densitas rata-rata. Secara umum, densitas bahan
tergantung pada faktor lingkungan suhu dan tekanan (Juliastuti, 2002).
Pipa U adalah pipa lengkung berbentuk huruf U. Pipa ini termasuk bejana
berhubungan. Jika pipa U diisi dengan satu jenis zat cair, tinggi permukaan zat
cair pada pada kedua mulutnya selalu sama. Tetapi, jika pipa U diisi dengan dua
zat cair yang tidak bercampur, tinggi permukaan zat cair pada kedua mulut pipa
berbeda. Misalkan, massa jenis zat cair pertama adalah ρ1 dan massa jenis zat cair
kedua adalah ρ2. Dan titik pertemuan kedua zat cair, kita buat garis mendatar yang
memotong kedua kaki pipa U. Misalkan, tinggi permukaan zat cair pertama dari
garis adalah h1 dan tinggi permukaan zat cair kedua dari garis adalah h 2. Zat cair
prtama setinggi h1 melakukan tekanan yang sama besar dengan tekanan zat cair
kedua setinggi h2.

Dengan menggunakan persamaan 2-1 diperoleh


ρ1 g h1 = ρ2 g h2
ρ1 h1 = ρ2 h2
ρ2 . h2
ρ 1=
h1
Keterangan
ρ1 :massa jenis zat cair yang dicari ( g/cm 3 ¿ ¿
ρ2 :massa jenis zat cair yang perbanding( g/cm3 ¿ ¿
h1 :tinggi massa jenis zat cair yang dicari (cm)
h2 :massa jenis zat cair yang perbanding(cm)
Dengan menggunakan persamaan 2-2, kita dapat menentukan massa jenis
zat cair lain jika massa jenis salah satu zat cair dikaetahui. Harus diperhatikan
bahwa kedua zat cair yang dimasukkan dalam pipa U tidak boleh zat cair yang
bercampur, misalnya air dan alkohol. Kedua zat cair yang dimasukkan harus tidak
bercampur agar batasnya jelas. Dengan demikian, tinggi permukaan masing-
masing zat cair dapat diukur.
Definisi Operaional Variabel
a. Kedalaman zat cair (cm) adalah ketinngian zat cair, yang diukur dari
permukaan zat cair ke permukaan zat cair yang berada di dalam corong.
b. Massa jenis zat cair adalah kerapatan massa dari zat cair yang dimasukkan
kedalam pipa U dan gelas kimia.
c. Tekanan hidrostatik adalah besarnya tekanan yang disebabkan oleh tinggi
permukaan zat cair yang dicari berdasarkan rumus tekanan berbanding lurus
dengan massa jenisnya dan tinggi permukaan zat cair pada pipa U dikali
dengan percepatan gravitasi 9,80.
d. Tinggi permukaan zat cair (cm) adalah Selisih ketinggian zat cair pada pipa U
akibat dari tekanan yang diberikan (Tim Dosen Fisika Dasar I, 2013).
Hukum pokok hidrostatika dapat digunakan untuk menentukan massa jenis
Zat cair dengan menggunakan pipa U. Hidrostatika dimanfaatkan antara lain
dalam mendesain bendungan, yaitu semakin ke bawah semakin tebal; serta dalam
pemasangan infus, ketinggian diatur sedemikian rupa sehingga tekanan zat cair
pada infus lebih besar daripada tekanan darah dalam tubuh (Esvandiari, 2006). Air
memiliki rapat jenis 1,00.103 kg/m3, atau 1,00 g/cm3. Rapat jenis sembarang
substansi yang dinyatakan dalam gram per centimeter kubik secara numerik sama
dengan specific gravity-nya; rapat jenis sembarang subsansi yang dinyatakan
dalam kilogram pe meter kubik sama dengan 103 kali specific gravity-nya
(Wihantoro etl al, 2005).
Minyak goreng selain digunakan dalam dunia industri juga digunakan
dalam rumah tangga sebagai media penghantar panas dalam pengolahan makanan
sehari-hari. Seiring dengan meningkatnya industri pengolahan makanan terutama
industri kecil dan rumah tangga, kebutuhan masyarakat akan minyak goreng juga
semakin meningkat. Namun demikian, industri-industri kecil ini seringkali tidak
mengontrol temperatur minyak yang digunakan dan membuangnya setelah
digunakan beberapa kali, sedangkan dalam industri rumh tangga minyak goreng
digunakan terus-menerus. Keadaan ini memberikan efek negatif terhadap kualitas
produk makanan, lingkungan, dan kesehatan manusia (Vera, 2005).
Minyak goreng sering kali dipakai untuk menggoreng secara berulang-
ulang, bahkan sampai warnanya coklat tua atau hitam dan kemudian dibuang.
Penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang sangat berbahaya bagi
kesehatan. Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia
akibat oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
minyak goreng tersebut. Untuk mengatasinya, limbah minyak goreng bekas
(jelantah) dapat digunakan sebagai bahan baku. ( Adhiatma et al., 2012).
Spiritus merupakan salah satu pelarut polar yang mengandung etanol dan
metanol tang memiliki gugus OH, yang sering digunakan dalam mengekstraksi
suatu ekstrak. Bersifat sangat mudah terbakar, dan uap yang dapat meledak,
spiritus banyak digunakan di laboratorium. Sebagian besar spiritus digunakan
dalam industri dicampur dengan bahan kimia serupa yang disebut pelarut
(ATSDR, 1999).
B. Uraian bahan
1. Aquadest (FI edisi III 1979: 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
RM / BM : H2O / 18,02 g/mol
Kelarutan : Larut dalam etahol gliser
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Minyak kelapa (FI edisi III 1979: 456)
Nama resmi : OLEUM COCOS
Nama lain : Minyak kelapa
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna atau kuning pucat,
bau khas, tidak tengik kelarutan larut dalam 2
bagian etanol 95% pada suhu 60ºC sangat mudah
larut dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan ditempat sejuk
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Amoniae annisi spiritus (FN Hal 325)
Nama resmi : Amoniae annisi spiritus
Nama lain : Spiritus ammonia adasmaniss
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat
kelarutan : Larut dalam etanol dalam 2 baian etanol 95% p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah Klem, Penggaris,
Pipa u, Pipet tetes dan statif.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah Aquadest (H2O),
Minyak goreng , dan Spiritus.
B. Cara kerja
1. Minyak goreng
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan aquadest kedalam pipa U
c. Masukkan 1 mL minyak kedalam salah satu kaki pipa U
d. Tandai Garis batas pada sisi air yang sejajar dengan batas antara
air dan minyak
e. Ukur kenaikkan tinggi minyak dari garis batas antara air dan minyak
f. Ukur kenaikkan tinggi air dari garis batas yang sudah ditandai
g. lakukan Langkah a-f dengan menambah minyak setiap kenaikan
1 mL sampai 6 kali
2. Spiritus
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan aquadest kedalam pipa U
c. Masukkan 1 ml spiritus kedalam salah satu kaki pipa U
d. Tandai garis batas pada sisi air yang sejajar dengan batas antara
air dan spiritus
e. Ukur kenaikkan tinggi spiritus dari garis batas antara air dan spiritus
f. Ukur kenaikkan air dari garis batas yang sudah ditandai
g. Lakukan langkah a-f dengan menambah heksana setiap kenaikan
1 mL sampai 4 kali
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Pengamatan
1.Minyak goreng

NO Minyak Goreng h1(cm) h2(cm) Massa Jenis (g/cm3 ¿

1 1 mL 1,0 cm 0,8 cm 0,89 g/cm3


2 2 mL 2,3 cm 2,0 cm 1,74 g/cm 3
3 3 mL 5,1 cm 4,2 cm 2,82 g/cm3
4 4 mL 7,5 cm 6,9 cm 3,68 g/cm 3
5 5 mL 10,3 cm 9,9 cm 4,80 g/cm3
6 6 mL 12,1 cm 9,9 cm 4,91 g/cm 3

2. Spiritus
NO Spiritus h1(cm) h2(cm) Massa Jenis (g/cm 3 ¿
1 1 mL 0,8 cm 0,4 cm 0,5 g/cm
3

2 2 mL 1,0 cm 1,1 cm 1,375 g/cm 3


3 3 mL 3,8 cm 3,0 cm 2,37 g/cm 3
4 4 mL 6,1 cm 4,9 cm 3,21 g/cm 3

B. Pembahasan
Massa jenis benda adalah perbandingan antara massa suatu benda dengan
volume benda tersebut. Massa jenis benda menunjukkan tingkat kerapatan
molekul benda tersebut.Satuan massa jenis dalam sistem cgs adalah g/cm3
(K. Sutiah., et al. 2008).
Massa jenis menggambarkan hubungan antara massa suatu zat terhadap
massa suatu zat baku. Dalam farmasi, massa jenis adalah faktor yang
memungkinkan pengubahan jumlah zat dalam formula farmasetik dari bobot
menjadi volume dan sebaliknya. Massa jenis juga digunakan untuk mengubah
pernyataan kekuatan dalam konsentrasi persen (zulfi, 2017).
Untuk menentukan massa jenis zat cair menggunakan prinsip hidrostatik
untuk membandingkan massa jenis dari zat cair minyak dan spiritus.
Pada percobaan ini dilakukan dengan cara dimasukkan aquadest kedalam
pipa U, dimasukkan 1 ml minyak ke dalam salah satu kaki pipa, kemudian
ditandai garis batas pada sisi air yang sejajar dengan batas antara air dan minyak,
lalu ukur kenaikkan tinggi minyak dari garis batas antara air dan minyak dan Ukur
kenaikkan tinggi air dari garis batas yang sudah ditandai, lalu dilakukan langkah
b-f dengan menambah minyak setiap kenaikan 1 ml sampai 6 kali.
Untuk Spiritus masukkan 1 mL spiritus kedalam salah satu kaki pipa U,
kemudian tandai garis batas pada sisi air yang sejajar dengan batas antara air dan
spiritus, lalu hitung tinggi n-heksana dari garis batas antara air dan spiritus dan
ukur kenaikkan tinggi air dari garis batas yang sudah ditandai, lalu dilakukan
langkah b-d dengan menambah minyak setiap kenaikan 1 ml sampai 4 kali.
Pada percobaan ini dengan melakukan pengukuran massa jenis zat cair
menggunakan minyak goreng diperoleh hasil massa jenis pada minyak goreng 1
ml adalah 0,89 g/cm 3, minyak goreng 2 ml didapatkan massa jenisnya 1,74 g/cm 3
, 3 ml minyak goreng didapatkan hasil massa jenisnya adalah 2,82 g/cm 3 untuk 4
ml minyak goreng didapatkan massa jenisnya adalah 3,68 g/cm3 krmudian untuk
5 ml minyak goreng didapatkan hasil massa jenisnya adalah 4,80 g/cm 3 dan pada
6 ml minyak goreng didapatkan hasil massa jenisnya adalah 4,91 g/cm3 jadi nilai
rata-rata pada pengukuran massa jenis menggunakan minyak adalah 3,075 g/cm 3
hal ini tidak sesuai dengan literatur (Teguh Gumilar, 2016) yang menyatakan
bahwa rata rata massa jenis minyak goreng 0,83 g /cm 3- 0,88 g/ cm 3 .
Pada ini dengan melakukan pengukuran massa jenis zat cair menggunakan
spiritus diperoleh hasil massa jenis pada spiritus 1 ml 0,5 g/cm 3, pada spiritus 2
ml diperoleh massa jenisnya adalah 1,375 g/cm3, pada spiritus 3 ml diperoleh
massa jenisnya adalah 2,37 g/cm 3, pada spiritus 4 ml diperoleh massa jenisnya
adalah 3,21 g/cm 3, jadi nilai rata-rata pengukuran massa jenis menggunakan
spiritus adalah 1,86 g/cm 3 . Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang dimana
massa jenis dari spiritus 0,0021 g /cm3 −0,7878 g/cm 3 (Arum dkk, 2016).
Ketidaksesuaian ini bisa saja terjadi karena pada saat praktikum kurangnya
ketelitian dalam pemipetan bahan dan juga karena kurangnya ketelitian pada saat
mengukur tinggi minyak ataupun spiritus.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan oleh praktikan, dapat ditarik kesimpulan
yaitu:
1. Tekanan hidrostatik adalah gaya yang dihasilkan zat cair terhadap alas
bidang konsep tekanan ini berlaku pada zat cair yang diam.
2. Pada massa jenis minyak lebih besar dari jenis spiritus, dimana untuk
minyak diperoleh rata ratanya 3,075 g/cm3 sedangkan spiritus diperoleh
3
1,86 g/cm . Jadi disimpulkan bahwa massa jenis minyak lebih besar dari
pada spiritus
B. Saran
Saran Kami agar alat untuk laboratorium fisika alat untuk melalukan
pengukuran lebih dilengkapi dan pengadaan laboratorium untuk laboratorium
fisika dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 1999. Toxicological


Profilefor Total Petroleum Hydrocarbons (TPH). Atlanta GA: Department
of Public Health and Human Services.

Adhiatma, A. Anshory., et al. 2012. “The Enhancement of Waste Cooking Oil


Esterification Catalyzed by Sulfated Zirconia and Assisted by The
Addition of Silica Gel", Proceeding of 19th Regional Symposium on
Chemical Engineering, Bali.

Besari, Ismail. 2005. Kamus Fisika. Bandung: Pionir Jaya.

Bresnick, S. 2002. Intisari Fisika, Hipokrates. Jakarta: Erlangga.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Esvandiari. 2006. Smart Fisika. Jakarta: Puspa Swara.

Juliastuti, Endang. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 (Edisi Kesepuluh). Jakarta:


Erlangga.

K. Sutiah., et al. 2008. “Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Paameter


Viskositas dan Indeks Bias”. Jurnal Berkala Fisika. (11). 53-58.

Tim Dosen Fisika Dasar I. 2013. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar:


UNM.

Teguh. G .2016. Pengukuran Massa Jenis Fluida dengan Menggunakan Roberval


Balance. Universitas Islam Negeri (UIN). Sunan Gunung Djati Bandung.

Santi Sinila. 2016. Farmasi Fisik. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta Selatan

Vera, K. 2005. Efek Temperatur pada Proses Chemisorpsi Katalis NZA dan H5-
NZA dalam proses Peningkatan Kualitas Jelantah dengan Reaktor Fluida
Fixed Bed. Skripsi. FMIPA UNEJ. Universitas Jember: tidak diterbitkan.

Wahyuni, S., et al. 2015. “Pengaruh Suhu Proses dan Lama Pengendapan
Terhadap Kualitas Biodesel dari Minyak Jelantah”. Jurnal Pillar of
Physics. (6). 33-40.

Zulfi. 2017. Farmasi Fisika Percobaan Penetapan. Makassar: Sulawesi Selatan


LAMPIRAN

A. Perhitungan
1. Minyak Goreng
ρ2 . h2
ρ1 =
h1
1 g /cm 3 . 0,8 cm
ρ1 =
1,0 cm
=0,89
3
2 g /cm . 2,0 cm
ρ2 =
2,3 cm
=1,74 g /cm 3
3 g/cm 3 . 4,2 cm
ρ 3=
5,0 cm
3
¿ 2,52 g /cm
3
4 g /cm . 6,9 cm
ρ4 =
7,5 cm
¿ 3,68 g /cm 3
3
5 g/cm .9,9 cm
ρ 5=
10,3 cm
3
¿ 4,80 g /cm
6 g /cm3 . 9,9 cm
ρ6 =
12,1 cm
3
¿ 4,91 g/cm
1 + 2+ 3 + 4 + 5 + 6
=
6
0 ,8+1,74+2,52+3,68+4,80+4,91
=
6
¿ 3,075 g / cm3

2. Spiritus
ρ 2 . h2
ρ 1=
h1

3
1 g /cm . 0,4 cm
ρ 1=
0,8 cm

3
¿ 0,5 g/ cm

3
2 g /cm . 1,1 cm
ρ 2=
1,6

3
¿ 1,375 g /cm

3 g/cm 3 .3,0 cm
ρ 3=
3,8 cm

3
¿ 2,37 g/cm

3
4 g /cm . 4,9 cm
ρ4 =
6,1 cm

3
¿ 3,21 g /cm

ρ=ρ1+¿ ρ ρ 3+¿ ρ ¿ ¿
2+ ¿ 4
¿
n

0,5+1,375+2,37+3,21
ρ=
4

3
¿ 1,86 g/cm

B. Gambar
1. Spirtus
Gambar 1.1 pengisian aquades ke pipa U

Gambar 1.2 penambahan spirtus

2.Minyak
Penambahan minyak pada aquadest

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


TEGANGAN PERMUKAAN
NAMA : NIRMALA A. 19031014119
DZITI RAHMADANI 22031014005
ANISAH FAHNIATI 22031014009
HENILIA AGUSTI 22031014011
AULIA AINI PUTRI 22031014018
MUHAMMAD FAUZAN SIRIH 22031014031
NURUL FADILLAH SALSABILA 22031014052
RILI RAHAYU JAPARI 22031014059
RINA 22031014072
GELOMBNG : II (DUA)
DOSEN : Ir. ILHAM IDRUS, ST.,MTP
ASISTEN : SYAIFUL RAMADAN

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cairan mempunyai sifat menyerupai gas dalam hal gerakannya yang
mengikuti gerakan Brown dan daya alirnya. Permukaan cairan berperilaku seperti
lapisan yang memiliki tegangan dan cenderung mengambil bentuk permukaan
paling sempit. Penjepit hertes dapat mengapung di atas permukaan air dan tetes-
tetes embun yang jenuh jatuh pada sarang laba-laba berbentuk bola merupakan
fenomena tegangan permukaan.
Besarnya tegangan permukaan di pengaruhi oleh gaya tarik menarik
antara molekul dengan cairan. Umumnya cairan yang mempunyai gaya Tarik
antara molekunya besar seperti raksa, maka tegangan permukaan juga besar.
Sebaliknya cairan seperti alkohol gaya tarik menarik antar molekulnya kecil,
maka tegangan permukaan juga kecil. Dalam kehidupan sehari-hari tegangan
permukaan cairan banyak dimanfaatkan dalam hubungan dengan kemampuan
cairan tersebut membasahi benda.
Dalam menentukan tegangan permukaan dari suatu benda kita haruslah
meninjau dari besarnya massa benda yang mengalir dalam fluida. Bila
dihubungkan dengan bidang farmasi, ternyata banyak sekali pembahasan tegangan
permukaan yang terselubung dalam permasalahan obat-obat di kehdupan sehari-
hari. Seperti dalam mengatasi sediaan obat yang berbusa adsorbsi obat pada
saluran percernaan.

B. Rumusan Masalah
1. Rumus apakah yang digunakan pada percobaan tegangan permukaan
cairan?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tegangan permukaan cairan?
3. Apakah hasil yang diperoleh pada percobaan tegangan permukaan cairan?
C. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui rumus yang digunakan pada tegangan permukaan
cairan
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang digunakan pada tegangan permukaan
cairan
3. Untuk mengetahui nilai pengukuran dari tegangan permukaan cairan dan
massa jenis cairan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus
dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada
cairan. Hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan
udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi antara molekul cairan sehingga
menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan (Giancoli, 2001).
Tegagan permukaan didefenisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam
memperluas permukaan cairan dengan suatu satuan luas. Satuan untuk tegangan
permukaan (Y) adalah J.m-2 atau dyne cm-1. Metode yang paling umum
mengukur tegangan permukaan adalah kenaikan atau penurunan cairan dalam pipa
kapiler (Weston, F, 1994).
Pada umumnya zat cair memiliki permukaan mendatar, tetapi apabila zat
cair bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana, maka permukaan bagian
tepi yang bersentuhan dengan dinding akan melengkung. Gejala melengkungnya
permukaan zat cair di sebut miniskus (Esteen, 2005).
Cairan mempunyai sifat yang menyerupai gas dalam hal gerakannya
yang mengikuti gerakan bown dan gaya alirnya (fluiditasnya). Selain itu, cairan
juga dapat menunjukkan adanya tegangan permukaan yang merupakan salah satu
sifat yang penting dari cairan (Najib, 2006).
Tegangan permukaan dinyatakan sebagai gaya persatuan panjang yang
diperlukan untuk memperluas permukaan. Simbol yang digunakan untuk tegangan
permukaan adalah Y dan satuannya adalah dyne/cm (Sutrisno, 1992).
Pada permukaan temu antara cairan dangas atau dua cairan yag yang
tidak dapat bercampur, seolah-olah terbentuk suatu selaput atau lapisan khusus,
yang nampaknya disebabkan oleh tarikan molekul-molekul cairan di bawah
permukaan tersebut adalah suatu percobaan yang sederhana untuk meletakkan
sebuah jarum kecil pada permukaan air yang tenang dan mengamati bahan jarum
itu di dukung di sana oleh selaput (Wyle, 1988).
Pengukuran tegangan permukaan dapat di lakukan dengan beberapa
metode antara lain (Kosman, 2006) :
a. Metode cincin du-Nouy
Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan
tegangan antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada
kenyataan bahan gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup
pada zat cair yang sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar
permukaan. Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cncin. Dalam hal ini
diberikan oleh kawat besi yang dinyatakan dalam dyne.
b. Metode kenaikan kapiler
Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat
cair, dan tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua
zat cair yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat
cair, maka zat tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya gesek ke atas
diseimbangkan oleh gaya gravitasi ke bahan akibat berat zat cair.
Suatu tetesan terbentuk jika gaya berat dari tetesan itu sama dengan
tegangan permukaannya, jadi :

W = 2 kπry

(4.1)
Dimana :
W = Berat tetesan
r = Jari-jari tetesan
y = Faktor koreksi, karena tetesan tidak berbentuk bulat sempurna dan adanya
gaya tahanan (hambatan) oleh udara sekeliling pada saat pembentukan.
Jika volume rata-rata dari sebuah tetesan adalah V, maka persamaan (4.1)
dapat diubah menjadi

y = Vρg
2 kπr

(4.2)
Dari persamaan (4.2) terlihat bahwa semua di ruas kanan dapat diukur
dengan mudah kecuali k dan n. Sebaiknya jika tegangan permukaan diketahui,
maka jari-jari r dapat ditentukan.
Jika volume dari kedua zat itu diambil sama dengan jumlah tetesan rata-
rata yang dibentuk dari volume tersebut oleh kedua zat cair diketahui, maka
tegangan permukaan zat cair kedua dapat dihitung dengan :

y2 = n1 ρ2y1
n1 ρ2

Dengan :
n = Jumlah tetesan rata-rata
ρ = Rapat massa zat cair
Untuk rapat massa zat cair dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
ρ1= m1
v1

Jika percobaan dilakukan tidak pada temperatur 25◦c, maka rapat massa
yang diperoleh yaitu:

ρ t = ρ1 (1+β1)
1 + 25 β
Dimana ρ menyatakan koefisien mulai volume zat cair dan t menyatakan
temperatur pada saat pengamatan dilakukan.
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling / Aquadest
RM/BM : H2O / 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Minyak kelapa (FI edisi III 1979: 456)
Nama resmi : OLEUM COCOS
Nama lain : Minyak kelapa
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna atau kuning pucat,bau
khas, tidak tengik kelarutan larut dalam 2 bagian etanol
95% pada suhu 60ºC sangat mudah larut dalam
kloroform dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan ditempat sejuk
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Amoniae annisi spiritus (FN Hal 325)
Nama resmi : Amoniae annisi spiritus
Nama lain : Spiritus ammonia adasmaniss
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat
kelarutan : Larut dalam etanol dalam 2 baian etanol 95% p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung
dari cahaya
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu areometer dan
gelas ukur.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Aquadest
(H2O), Minyak goreng dan Spiritus.
C. Prosedur Kerja
1. Penentuan massa jenis cairan
- Timbanglah massa gelas ukur, kemudian isilah dengan cairan
secukupnya
- Ukurlah volume cairan, kemudian timbang kembali untuk menghitung
massa cairan
- Ulangilah langkah diatas untuk beberapa jenis cairan lainnya.
2. Penentuan tegangan permukaan cairan pada pipa kapiler (Y) untuk
beberapa cairan
- Bersihkan kotoran pipa kapiler dan gelas ukur dari terutama yang
diakibatkan oleh cairan berupa minyak dengan menggunakan tissue
- Isilah gelas ukur dengan aquades dengan volume 50 mL
- Celupkan sebagian pipa kapiler ke dalam cairan (tunggu sampai air
tidak naik lagi).
- Catat tinggi permukaan air dalam pipa dari permukaan air dengan
menggunakan Loup
- Ulangi percobaan diatas dengan memindahkan pipa kapiler ke posisi
horizontal di dalam gelas ukur. (Pada lima posisi yang berbeda di gelas
ukur).
- Ulangi cara yang sama unutk jenis cairan yang lain.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Tabel zat cair minyak
Posisi Rata-rata

1 2 3

Tinggi
1,1 cm = 1,2 cm= 1,2 cm =
Permukaan h = 0,012 m
0,011 m 0,012 m 0,012 m
Cairan h (m)

2. Tabel zat cair spiritus


Posisi Rata-rata

1 2 3

Tinggi
1,2 cm = 1,0 cm= 1,0 cm =
Permukaan h = 0,011 m
0,012 m 0,01 m 0,01 m
Cairan h (m)

3. Tabel zat cair aquadest


Posisi Rata-rata

1 2 3

Tinggi
2,3 cm = 2,1 cm= 2,1 cm =
Permukaan h = 0,022 m
0,023 m 0,021 m 0,021 m
Cairan h (m)
B. Pembahasan
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus di
kerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan ke dalam pada
cairan. Sedangkan tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang
yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak saling bercampur
(Giancoli, 2001).
Adapun tujuan pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengukuran
nilai dari tegangan permukaan cairan dan massa jenis cairan.
Dari hasil percobaan ini pada sampel Aquadest di peroleh nilai massa
jenis cairan 3000 kg/m3. Hal ini tidak sesuai literatur (Giancoli, 2001) yang
menyatakan bahwa massa jenis aquadest yang terukur dari penelitian adalah 1,01
g/cm3. Pada sampel Spiritus di peroleh nilai massa jenis cairan 3000 kg/cm 3. Hal
ini tidak sesuai dengan literatur (Giancoli, 2001) yang menyatakan bahwa massa
jenis yang diperoleh pada gliserol yaitu 1,26 g/cm3. Pada sampel Minyak goreng
di peroleh nilai massa jenis cairan 3000 kg/cm 3. Hal ini tidak sesuai dengan
literature (Giancoli, 2001) yang menyatakan bahwa massa jenis minyak goreng
sekitar 0,91 kg/cm3.
Dari hasil percobaan ini sampel spiritus di peroleh tegangan permukaan
air lebih kecil di banding tegangan permukaan aquadest dan minyak goreng. Pada
hasil praktikum ini di dapat permukaan air 198 N/m. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur (Praweda, 2000) yang menyatakan bahwa tegangan permukaan dari suatu
cairan aquadest adalah 0,072 N/m. Pada sampel minyak goreng diperoleh
tegangannya yaitu 108 N/m. Hal ini tidak sesuai dengan literatur (Praweda, 2000)
yang menyatakan bahwa tegangan pada minyak goreng adalah 32,00 N/m. Pada
sampel spiritus diperoleh tegangannya yaitu 99 N/m. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur (Praweda, 2000) yang menyatakan bahwa tegangan pada minyak goreng
adalah 22,30 N/m. Ketidaksesuaian tersebut di akibatkan kesalahan dan kekurang
telitian praktikan pada saat melakukan percobaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu :
1. Rumus yang di gunakan dalam perhitungan :
dan
ρ=m y = r.ћ.ρ.g
v 2

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan adalah suhu, jenis


cairan, tekanan, massa jenis, konsentrasi zat terlarut dan kerapatan.
3. Hasil yang di peroleh pada percobaan yang telah dilakukan pada aquadest
menghasilkan tegangan permukaan cairan yaitu 198 N/. Pada sampel minyak
goreng diperoleh tegangannya yaitu 108 N/m. Pada sampel spiritus diperoleh
tegangan permukaanya yaitu 99 N/m.
B. Saran
Sebaiknya lab fisik dasar memiliki ruangan tersendiri. Pada percobaan ini
sebaiknya alat-alat yang digunakan sudah tidak bagus (rusak) diganti dengan yang
baik agar praktikan tidak mendapat kesalahan pada saat melakukan pengamatan di
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI :


Jakarta.

Esteen Yazid, 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Penerbit Andi : Yogyakarta.

Frans Weston, dkk. 1994. Fisika Untuk Universitas. Binacipta : Jakarta

Glancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 (terjemahan). Penerbit Erlangga :


Jakarta

Kosman, R. 2006. Farmasi Fisika. UMI : Makassar.

Najib, A. 2006. Ringkasan Materi Fisika. UMI : Makassar.

Praweda. Adi. 2000. Fisika untuk Universitas. Erlangga : Jakarta.

Sutrisno. 1992. Metodologi Research II. Andi Offest : Yogyakarta.

Wyle, B.E.1998. Mekanika Fluida. Erlangga : Jakarta.


LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Aquadest
a. Massa jenis cairan
m
ρ =
v
0, 75 kg
ρ =
25 x 10 ̅ m3
= 3000 kg /m3
b. Tegangan permukaan (Y)
r.ћ.ρ.g
y =
2
0,6 m m x 0,0 22 x 3 000 kg/ m3 x 10 m/s 2
=
2
= 198 kg /m3
c. Jari-jari aerometer
2.y
r =
ћ . ρ. g
2 x 198 kg/m2
=
0,0 22 m x 3 000 kg/ m3 x 10 m/s 2
396
=
660
= 0,6 m
2. Minyak goreng
a. Massa jenis cairan
m
ρ =
v
0, 75 kg
ρ =
25 x 10 ̅ m3
= 3000 kg /m3
b.Tegangan permukaan (Y)
r.ћ.ρ.g
y =
2
3 2
0,6 m x 0,0 1 2 m x 3000 kg/ m x 10 m/s
=
2
= 0,108 N /m
b. Jari-jari areometer
2.y
r=
ћ . ρ. g
2 x 108 kg/m 3
= 3 2
0,0 1 2 m x 3000 kg/ m x 10 m/ s
216
=
3 60
= 0,6 m
3. Spiritus
a. Massa jenis cairan
m
ρ =
v
0, 75 kg
ρ = 3
25 x 10 ̅ m
= 3000 kg /m3
b. Tegangan permukaan (Y)
r.ћ.ρ.g
y =
2
0,6 m m x 0,0 11 x 3 000 kg/ m3 x 10 m/s 2
=
2
= 99 kg /m3
c. Jari-jari aerometer
2.y
r =
ћ . ρ. g
2 x 99 kg/m2
=
0,0 11 m x 3 000 kg/ m3 x 10 m/s2
198
=
330
= 0,6 m
B. Gambar

(Pengukuran tegangan permukaan pada cairan aquadest)


(Pengukuran tegangan permukaan pada cairan spiritus)

(Pengukuran tegangan permukaan pada cairan minyak)


(Cairan Minyak, Spiritus, dan Aquades dalam gelas ukur)

Anda mungkin juga menyukai