PENGUKURAN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Anggota :
- Erina
- Ghaida S.I
- Hanum S
- Hema M
- Hendriawan M
- Maulana Reja N
- Nurapiah
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 RumusanMasalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu pengetahuan eksperimental, dimana berupa ilmu yang memahami
segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh
kebenarannya secara empiris melalui panca indera.Dalam melakukan eksperimen kita
memerlukan pengukuran- pengukuran. Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika.
Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap apabila tidak ada data yang
didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat
mengukur yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita
mengetahui apayang sedang kita bicarakan itu.
Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebutlah, kita sebagai orang
yang mempelajari ilmu fisika, harus memiliki ketelitian yang tinggi agar bisa meminimalisir
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam melakukan pengukuran-pengukuran.Karena
pengukuran tersebut adalah salah satu kegiatan yang amat penting dalam praktik fisika untuk
mendapatkan hasil yang tepat dan akurat.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
BESARAN
Dalam Ilmu Fisika, Besaran adalah sesuatu yang dapat di ukur secara kuantitatif
(dapat di ukur dengan angka).
Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang dimaksud dengan berat badan adalah
massa, sedangkan dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat badan dapat kita
tentukan dengan menggunakan alat timbangan berat badan.Misalnya, setelah ditimbang berat
badanmu 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg. Tinggi atau panjang dan massa adalah
sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan. Panjang dan
massa merupakan besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda
yang dinyatakan secara kuantitas.
Selain besaran fisika juga terdapat besaran-besaran yang bukan besaran fisika,
misalnya perasaan sedih, gembira, dan lelah.Karena perasaan tidak dapat diukur dan tidak
dapat dinyatakan dengan angka dan satuan, maka perasaan bukan besaran fisika.
Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan.Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.Adapun,
besaran turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran-besaran pokok.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bersifat
tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan
standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris.Sistem
satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik,
yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Second)
yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau CGS
(Centimeter Gram Second).
Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel
berikut.
Besaran Pokok
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut
bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr).
Besaran Turunan
B. Sistem Internasional
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat ukur
panjang. Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda-beda yang
berakibat menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang satu dengan lainnya tidak
sama. Oleh karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan yang dapat berlaku secara
umum. Usaha para ilmuwan melalui berbagai pertemuan membuahkan hasil sistem satuan
yang berlaku di negara manapun dengan pertimbangan satuan yang baik harus memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:
1) satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun,
misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara.Kamu dapat membayangkan
betapa kacaunya perdagangan apabila tidak ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan
satu meter kubik.
SATUAN
Satuan adalah Hasil Pengukuran yang harus dinyatakan dengan nilai. Dengan adanya
berbagai macam satuan terhadap besaran yang sama dapat menimbulkan kesulitan.
Maka para ahli sepakat untuk menggunakan satu sistem satuan, yaitu menggunakan satuan
standar Sistem Internasional, disebut Systeme Internationale d’Unites (SI).
DIMENSI
Dimensi adalah Cara penulisan pada besaran pokok yang menggunakan Lambang(symbol)
atau huruf. Contoh satuan panjang dapat dinyatakan sebagai cm,m,dm,km. namun satuan
tersebut memiliki dimensi yang sama ya itu L. contoh dimensi
Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan
sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai dengan
ukuran benda.
Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skala ukuran, yaitu
skala utama dan skala terkecil.Satuan untuk skala utama adalahsentimeter (cm) dan satuan
untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skala terkecil pada mistar memiliki nilai 1
milimeter. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara skala utamaterdapat 10 bagian
skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai1 cm10-1 = 0,1 cm atau 1 mm. Mistar
memiliki ketelitian atau ketidakpastianpengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm, yakni
setengah dari nilai skalaterkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Selain skala sentimeter
(cm),terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur.
Pada saat pembacaannya posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika
membaca skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran
akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.
Pembacaan Skala
Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong. Anda dapat menggunakan alat ukur ini
untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu benda yang akan
diukur.
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10
cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk
mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting
jangka sorong yaitu:
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1
mm.
Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai skala
utama dengan jumlah skala nonius.Skala nonius jangka sorong. Misalkan sebuah jangka
1mm
sorong memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil adalah 2o = 0,05 mm. Maka nilai
ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari skala terkecil sehingga jika dituliskan
secara matematis, diperoleh
1
∆x = 2 x 0,05 mm = 0,025 m
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup
dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti
mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan
silinder bergerigi.Tempat skala nonius yang memiliki 50 bagianskala. Satu skala nonius
memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketikaAnda memutar selubung bagian luar
sebanyak satu kali putaran penuh, akandiperoleh nilai 0,5 mm skala utama. Oleh karena itu,
0,5
nilai satu skala noniusadalah 50 mm = 0,01 mm sehingga nilai ketelitian aatau ketidak pastian
1
micrometer sekrup adalah ∆x = 2 x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm.
Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N (newton) dan g (gram). Untuk
menimbang beban (benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan cara memutar sekrup
pengatur skala. Setelah itu gantungkan benda padapengait neraca.Selanjutnya, baca hasil
pengukuran. Adapun kelebihan menimbang beban dengan neraca pegas yaitudalam sekali
menimbang benda dapat diketahui massa dan berat benda sekaligus. Pegas sebagai alat untuk
menentukan massa benda yang diukurnya neraca pegas mengukur ketegangan pegas, yang
sebenarnya adalah tekanannya
Neraca O’hauss
Ada beberapa jenis neraca. Jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium adalah
neraca yang memiliki tiga lengan berskala yang dilengkapi dengan beban geser, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.9. Lengan paling belakang berskala 0 g – 500 g, dengan skala
terkecil 100 g; lengan di depannya berskala 0 g – 100 g, dengan skala terkecil 10 g; dan
lengan paling berskala 0 g – 10 g, dengan skala terkecil 0,1 g. Di samping itu, ada pula neraca
yang memiliki empat lengan.
Benda yang akan diukur massanya diletakkan pada piringan yang tersedia. Untuk
mengetahui massa benda, beban pada lengan-lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga
terjadi keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa yang
ditunjukkan pada beban geser.
Neraca digital.
C. Pengukuran Waktu
Waktu dapat diukur dengan jam atau arloji. Ada dua macam arloji, yaitu digital dan
analog Selang waktu yang biasanya diukur dengan arloji antara lain lama waktu istirahat
(misalnya, 15 menit), lama waktu pelajaran berlangsung (misalnya, 45 menit), dan lama
perjalanan (misalnya, 20 menit). Jadi, arloji biasanya digunakan untuk mengukur selang
waktu yang relatif lama.
Arloji.
Untuk mengukur selang waktu yang sangat singkat, misalnya untuk mencatat lomba
lari 200 meter, biasanya digunakan stopwatch.Ada dua macam stopwatch, yaitu stopwatch
analog dan stopwatch digital.
Stopwatch
Untuk mengukur selang waktu yang lebih teliti, digunakan stopwatch digital. Jika
stopwatch analog hanya mampu melaporkan hasil pengukuran 9,8 s, maka stopwatch digital
mampu melaporkan hasil pengukuran 9,85 s. Jadi, stopwatch analog memiliki ketelitian 0,1 s,
sedangkan stopwatch digital memiliki ketelitian sampai 0,01 s. Gambar 1.14 menunjukkan
stopwatch digital yang menunjukkan angka 2’23” sekon.
Stopwatch digital
Jam air atau klepsidra mengukur waktu menurut aliran air melalui bejana yang
berlubang (Jam air buatan 1760 bekerja dengan menggunakan sistem pipa yang diletakkan di
dalam dua bola kaca. Pada waktu jam dibalik, air dari bola kaca atas mengalir ke bola kaca
bawah dan udara naik ke atas melalui pipa menggantikan air yang turun. Tekanan udara yang
tetap menjami aliran air teratur.
Jam Air
D. Pengukuran Besaran Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran
suhu.Jadi, suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda.Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer.Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi
pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi
pipa kapiler termometer adalah sebagai berikut:
1) Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi
teliti.
2) Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
3) Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
4) Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu – 400C dan
mendidih pada suhu 3600 C.
5) Volume air raksa berubah secara teratur.
Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain:
b. Termometer alkohol
Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung thermometer ? Alasannya karena air
membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil, dan
merupakan penghantar panas yang jelek.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap
bawah.Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer.Di antara kedua titik
tetap tersebut dibuat skala suhu.Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur
dan penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100.Diantara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80.Di antara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212.Suhu es yang dicampur
dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi
180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu
mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol.
Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka
373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.
penyerapan
fluoresensi
Kebanyakan fotometer berlandaskan pada sebuah fotoresistor atau fotodioda.Masing-
masing mengalami perubahan sifat kelistrikan ketika disinari cahaya, yang selanjutnya dapat
dideteksi dengan suatu rangkaian elektronik tertentu.
Ampermeter
Pada pengukuran jumlah zat tidak menggunakan alat pengukuran sehingga digunakan
metode matematika kimia dengan rumus massa (gram) dibagi dengan massa relatif unsur atau
senyawa yang bersangkutan
Seperti pada yang dicontohkan diatas setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai
macam bentuk, tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil yang dapat dibaca.
Contohnya adalah pada alat pengukur panjang. Penggaris plastik yang biasa digores
dengan garis- garis yang berjarak 1 mm, maka nilai skala terkecilnya 1 mm. Sebuah jangka
sorong adalah alat ukur panjang yang dibantu dengan skala nonius yang memungkinkan kita
membaca hingga 0,1 sampai 0,05. Akan tetapi, dalam pembacaan hal tersebu kita hanya
terbatas pada skala terkecilnya saja sehingga sulit untuk lebih membuatnya spesifik.
2. Ketidakpastian Sistematik
a. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau
kalibrasi (standarisasi) tidak tepat.Hal ini mengakibatkan pembacaan hasil
pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini
dapat diatasi dengan mengkalibrasi ulang alat menggunakan alat yang telah
terstandarisasi.
b. KesalahanTitik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat
berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat
pada skala nol. Akibatnya, hasilpengukuran dapat mengalami penambahan atau
pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat
diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran.
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis
skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum
Kesalahan ini dikarenakan oleh faktor pemilihan waktu yang yidak tepat. Contohnya
pada mistar plastik jika penggunaannya dilakukan diterik matahari akan mempengaruhi hasil
pengamatan. Hal tersebut, dapat menyebabkan pemuaian pada misttar yang berakibat pada
kesalahan pengukuran.
1. Gejala yang tidak dapat dikendalikan secara pasti atau diatasi secara tuntas. Gejala
tersebut pada umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hinga
pengaturan dan pengontrolannya diluar kemampuan kita. Misalnya :
a. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur
atau rambang.Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan menyebabkan
jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer terganggu karena
tumbukan dengan molekul udara.
Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus secara cepat
dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi. Demikian pula saat kita
mengukur kuat arus listrik. Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan
baterai selalu mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan
data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.
Getaran pada landasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang
berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak.Alat yang sangat peka seperti seismograf
butuh tempat yang stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan
berpengaruh pada penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.
d. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu Anda jumpai pada alat elektronik.Gangguan
ini dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen alat bersuhu.
4. Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan adalah ketidakpastian yang bersumber dari kurang
terampilnya manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Kesalahan seperti ini memang
tidak dapat dihindari, tetapi harus dicegah dan perlu perbaikan. Sumber ketidakpastian ini
juga tidak boleh dianggap enteng, karena keterampilan seseorang dalam melakukan praktik-
praktik tersebut sangatlah penting.
a. Kesalahan pemakaian alat ukur, misalnya ketika membaca skala pada jangka sorong
atau penggaris, arah pandangan harus tepat tegak lurus pada tanda garis skala yang dibaca.
Jika tidak, maka akan terjadi kesalahan paralaks (metode pembacaan skala yang tidak tegak
lurus). Perhatikan Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1.4 membacar skala pada penggaris (a) salah; (b) Benar; (c) salah
b. Kesalahan pada pemindahan data contohnya yaitu pencatatan hasil pengukuran yang
berbeda dari pembacaannya.
c. Penyetelan instrumen yang tidak tepat. Misalnya jika kita ingin menimbang berat
badan di timbangan, maka kita terlabihdahlu harus mengatur pengenolan meternya dengan
tepat agar data yang di dapatpun bisa akurat.
Notasi Ilmiah
Notasi ilmiah adalah suatu cara menuliskan suatu bilangan dengan meringkas bilangan nol
menjadi bilangan sepuluh berpangkat. Tujuan notasi ilmiah adalah untuk mempermudah dan
mempersingkat penulisan angka-angka yang terlalu banyak tersebut. Bila dirumuskan maka
bentuknya akan seperti rumus dibawah ini.
a,...x
a = bilangan asli dari 1 sampai 9 (bilangan penting).
Angka Penting
Angka-angka seperti 1-9 merupakan angka eksak, yaitu angka yang sudah pasti nilainya dan
tidak diragukan lagi. Bilangan eksak didapatkan dari perhitungan, bukan hasil pengukuran.
Sedangkan angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang
terdiri dari angka pasti dan angka taksiran.
Contoh:
- Angka eksak: 10 orang, 4 buku, dll.
- Angka penting: tinggi 173,30 cm, panjang 5,30 cm, dll.
Angka 173,3 pada 173,30 cm adalah angka penting, karena bisa dibaca pada skala mistar.
Angka 0,00 adalah angka taksiran (tidak pasti).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan