Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGUKURAN

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Anggota :
- Erina
- Ghaida S.I
- Hanum S
- Hema M
- Hendriawan M
- Maulana Reja N
- Nurapiah

SMA NEGERI 1 RENGASDENGKLOK


Jl, Raya Kutagandok Tlp (0267) 482567 Kutawaluya Kab.Karawang
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

1.2 RumusanMasalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Besaran, Satuan,dan Dimensi

2.2 Pengertian Pengukuran

2.3Ketidakpastian dalam Pengukuran

2.4Notasi Ilmiah dan Angka Penting

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika adalah ilmu pengetahuan eksperimental, dimana berupa ilmu yang memahami
segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh
kebenarannya secara empiris melalui panca indera.Dalam melakukan eksperimen kita
memerlukan pengukuran- pengukuran. Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika.

Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap apabila tidak ada data yang
didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat
mengukur yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita
mengetahui apayang sedang kita bicarakan itu.

Pengukuran dilakukan untuk membandingkan suatu besaran dengan besaran lain


sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya. Namun, pengukuran tersebut tentu juga pernah
atau akan mengalami kesalahan, jika kita tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan untuk
melakukan pengukuran tersebut. Sehigga menimbulkan ketidakpastian dalam pengukuran.

Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebutlah, kita sebagai orang
yang mempelajari ilmu fisika, harus memiliki ketelitian yang tinggi agar bisa meminimalisir
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam melakukan pengukuran-pengukuran.Karena
pengukuran tersebut adalah salah satu kegiatan yang amat penting dalam praktik fisika untuk
mendapatkan hasil yang tepat dan akurat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan besaran,satuan dan turunan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ?
3. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam pengukuran ?
4. Apa saja penyebabkan terjadinya ketidakpastian dalam pengukuran ?
5. Apa itu notasi ilmiah dan angka penting ?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengukuran.


B. Untuk mengetahhui apa yang dimaksud dengan besaran, satua, dan dimensi
C. Untuk mengetahui alat- alat yang digunakan dalam pengukuran.
D. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya ketidakpastian dalam pengukuran.
E. Untuk mengetahui apa itu notasi ilmiah dan angka penting
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Besaran,Satuan dan Dimensi

BESARAN
Dalam Ilmu Fisika, Besaran adalah sesuatu yang dapat di ukur secara kuantitatif
(dapat di ukur dengan angka).

Besaran memiliki tiga ciri ciri yaitu :

 Dapat diukur dan dihitung


 Memiliki angka-angka yang dapat di nyatakan atau mempunyai nilai
 Mempunyai satuan

A. Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok, dan Besaran Turunan

Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang dimaksud dengan berat badan adalah
massa, sedangkan dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat badan dapat kita
tentukan dengan menggunakan alat timbangan berat badan.Misalnya, setelah ditimbang berat
badanmu 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg. Tinggi atau panjang dan massa adalah
sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan. Panjang dan
massa merupakan besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda
yang dinyatakan secara kuantitas.

Selain besaran fisika juga terdapat besaran-besaran yang bukan besaran fisika,
misalnya perasaan sedih, gembira, dan lelah.Karena perasaan tidak dapat diukur dan tidak
dapat dinyatakan dengan angka dan satuan, maka perasaan bukan besaran fisika.

Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan.Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.Adapun,
besaran turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran-besaran pokok.

Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bersifat
tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan
standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris.Sistem
satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik,
yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Second)
yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau CGS
(Centimeter Gram Second).

Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel
berikut.
Besaran Pokok

Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut
bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr).

Tabel Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya

Besaran Turunan

B. Sistem Internasional

Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat ukur
panjang. Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda-beda yang
berakibat menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang satu dengan lainnya tidak
sama. Oleh karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan yang dapat berlaku secara
umum. Usaha para ilmuwan melalui berbagai pertemuan membuahkan hasil sistem satuan
yang berlaku di negara manapun dengan pertimbangan satuan yang baik harus memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:

1) satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun,
misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.

2) bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara.

3) mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.

Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara.Kamu dapat membayangkan
betapa kacaunya perdagangan apabila tidak ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan
satu meter kubik.
SATUAN

Satuan adalah Hasil Pengukuran yang harus dinyatakan dengan nilai. Dengan adanya
berbagai macam satuan terhadap besaran yang sama dapat menimbulkan kesulitan.
Maka para ahli sepakat untuk menggunakan satu sistem satuan, yaitu menggunakan satuan
standar Sistem Internasional, disebut Systeme Internationale d’Unites (SI).

DIMENSI

Dimensi adalah Cara penulisan pada besaran pokok yang menggunakan Lambang(symbol)
atau huruf. Contoh satuan panjang dapat dinyatakan sebagai cm,m,dm,km. namun satuan
tersebut memiliki dimensi yang sama ya itu L. contoh dimensi

2.2 Pengertian Pengukuran

Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan
sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan.

Misalnya, kamu melakukan kegiatan pengukuran panjang meja dengan pensil.Dalam


kegiatan tersebut artinya kamu membandingkan panjang meja dengan panjang pensil.Panjang
pensil yang kamu gunakan adalah sebagai satuan.Sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran
disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama
atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut
satuan tidak baku.

Pengukuran Besaran Fisika

Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi),


kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas).Dengan aspek-aspek
pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.
A.Pengukuran Panjang

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai dengan
ukuran benda.

Pengukuran Panjang dengan Mistar

Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skala ukuran, yaitu
skala utama dan skala terkecil.Satuan untuk skala utama adalahsentimeter (cm) dan satuan
untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skala terkecil pada mistar memiliki nilai 1
milimeter. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara skala utamaterdapat 10 bagian
skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai1 cm10-1 = 0,1 cm atau 1 mm. Mistar
memiliki ketelitian atau ketidakpastianpengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm, yakni
setengah dari nilai skalaterkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Selain skala sentimeter
(cm),terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur.

Pada saat pembacaannya posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika
membaca skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran
akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.

Pembacaan Skala

a. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong

Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong. Anda dapat menggunakan alat ukur ini
untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu benda yang akan
diukur.

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10
cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk
mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting
jangka sorong yaitu:

1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm

2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1
mm.
Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai skala
utama dengan jumlah skala nonius.Skala nonius jangka sorong. Misalkan sebuah jangka
1mm
sorong memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil adalah 2o = 0,05 mm. Maka nilai
ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari skala terkecil sehingga jika dituliskan
secara matematis, diperoleh
1
∆x = 2 x 0,05 mm = 0,025 m

b.Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup
dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti
mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.

Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan
silinder bergerigi.Tempat skala nonius yang memiliki 50 bagianskala. Satu skala nonius
memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketikaAnda memutar selubung bagian luar
sebanyak satu kali putaran penuh, akandiperoleh nilai 0,5 mm skala utama. Oleh karena itu,
0,5
nilai satu skala noniusadalah 50 mm = 0,01 mm sehingga nilai ketelitian aatau ketidak pastian
1
micrometer sekrup adalah ∆x = 2 x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm.

Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.

B. Pengukuran Massa Benda

Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian massa dan berat sering dipertukarkan.


Seorang pedagang sering berkata, “Gula pasir di kantong plastik itu beratnya 1 kg”.
Pernyataan ini tidak benar, sebab 1 kg menunjukkan ukuran massa bukan ukuran berat.
Dalam fisika, massa dan berat memiliki pengertian yang berbeda. Massa benda adalah ukuran
banyaknya zat yang terkandung pada benda, sedangkan berat benda adalah besarnya gaya
gravitasi bumi yang bekerja pada benda itu. Adapun alat dalam mengukur masssa benda
diantaranya adalah neraca pegas, neraca O’hauss, neraca digital, dan lain- lain.
Neraca pegas

Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N (newton) dan g (gram). Untuk
menimbang beban (benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan cara memutar sekrup
pengatur skala. Setelah itu gantungkan benda padapengait neraca.Selanjutnya, baca hasil
pengukuran. Adapun kelebihan menimbang beban dengan neraca pegas yaitudalam sekali
menimbang benda dapat diketahui massa dan berat benda sekaligus. Pegas sebagai alat untuk
menentukan massa benda yang diukurnya neraca pegas mengukur ketegangan pegas, yang
sebenarnya adalah tekanannya

Neraca O’hauss

Neraca tiga lengan.

Ada beberapa jenis neraca. Jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium adalah
neraca yang memiliki tiga lengan berskala yang dilengkapi dengan beban geser, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.9. Lengan paling belakang berskala 0 g – 500 g, dengan skala
terkecil 100 g; lengan di depannya berskala 0 g – 100 g, dengan skala terkecil 10 g; dan
lengan paling berskala 0 g – 10 g, dengan skala terkecil 0,1 g. Di samping itu, ada pula neraca
yang memiliki empat lengan.

Benda yang akan diukur massanya diletakkan pada piringan yang tersedia. Untuk
mengetahui massa benda, beban pada lengan-lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga
terjadi keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa yang
ditunjukkan pada beban geser.

Pengukuran massa di laboratorium dapat juga dilakukan dengan menggunakan neraca


dua lengan atau neraca berlengan sama. Massa benda yang diukur diletakkan pada salah satu
piringan. Pada piringan yang lain diletakkan beberapa anak timbangan untuk membuat
keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa anak timbangan yang
digunakan untuk membuat keseimbangan.

Neraca dua lengan.

Di samping neraca sebagaimana telah diuraikan di atas, sekolah-sekolah unggulan


telah memiliki laboratorium yang dilengkapi dengan neraca digital.Neraca digital memiliki
kepekaan (sensitivitas) yang lebih baik. Pengukuran massa benda dengan neraca digital dapat
dilakukan dengan mudah.

Neraca digital.

C. Pengukuran Waktu

Waktu dapat diukur dengan jam atau arloji. Ada dua macam arloji, yaitu digital dan
analog Selang waktu yang biasanya diukur dengan arloji antara lain lama waktu istirahat
(misalnya, 15 menit), lama waktu pelajaran berlangsung (misalnya, 45 menit), dan lama
perjalanan (misalnya, 20 menit). Jadi, arloji biasanya digunakan untuk mengukur selang
waktu yang relatif lama.

Arloji.

Untuk mengukur selang waktu yang sangat singkat, misalnya untuk mencatat lomba
lari 200 meter, biasanya digunakan stopwatch.Ada dua macam stopwatch, yaitu stopwatch
analog dan stopwatch digital.
Stopwatch

Stopwatch analog dijalankan dan dihentikan dengan menekan tombol-tombol yang


disediakan.Ada stopwatch yang memiliki satu tombol, yaitu untuk menjalankan,
menghentikan, dan mengembalikan ke titik nol. Ada pula stopwatch yang memiliki dua atau
tiga tombol. Bagaimanakah cara menggunakan stopwatch? Misalnya, Anda ingin mengukur
waktu pada saat berlangsung lomba lari 200 m. Ketika para pelari mulai bergerak dari garis
start, Anda menekan tombol dan ketika pelari mencapai garis finish, Anda menekan tombol
lagi. Selanjutnya, waktu yang diperlukan pelari dapat dibaca pada stopwatch. Untuk
mengembalikan jarum ke titik nol, Anda harus menekan tombol lagi.

Untuk mengukur selang waktu yang lebih teliti, digunakan stopwatch digital. Jika
stopwatch analog hanya mampu melaporkan hasil pengukuran 9,8 s, maka stopwatch digital
mampu melaporkan hasil pengukuran 9,85 s. Jadi, stopwatch analog memiliki ketelitian 0,1 s,
sedangkan stopwatch digital memiliki ketelitian sampai 0,01 s. Gambar 1.14 menunjukkan
stopwatch digital yang menunjukkan angka 2’23” sekon.

Stopwatch digital

Jam air atau klepsidra mengukur waktu menurut aliran air melalui bejana yang
berlubang (Jam air buatan 1760 bekerja dengan menggunakan sistem pipa yang diletakkan di
dalam dua bola kaca. Pada waktu jam dibalik, air dari bola kaca atas mengalir ke bola kaca
bawah dan udara naik ke atas melalui pipa menggantikan air yang turun. Tekanan udara yang
tetap menjami aliran air teratur.

Jam Air
D. Pengukuran Besaran Suhu

Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran
suhu.Jadi, suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda.Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer.Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi
pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi
pipa kapiler termometer adalah sebagai berikut:

a. termometer zat cair

1) Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi
teliti.
2) Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
3) Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
4) Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu – 400C dan
mendidih pada suhu 3600 C.
5) Volume air raksa berubah secara teratur.

Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain:

1) Air\ raksa harganya mahal.


2) Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.
3) Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya pecah.

Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol

b. Termometer alkohol

Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol,


alasan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :

1) Alkohol harganya murah.


2) Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol mengalami
perubahan volume yang besar.
3) Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku alkohol –1300C.

Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :

1) Membasahi dinding kaca.


2) Titik didihnya rendah (780C)
3) Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu agar dapat dilihat.

Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung thermometer ? Alasannya karena air
membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil, dan
merupakan penghantar panas yang jelek.

Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap
bawah.Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer.Di antara kedua titik
tetap tersebut dibuat skala suhu.Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur
dan penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
a. Termometer Celcius

Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100.Diantara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.

b. Termometer Reaumur

Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80.Di antara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.

c. Termometer Fahrenheit

Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212.Suhu es yang dicampur
dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi
180 skala.

d. Termometer Kelvin

Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu
mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol.
Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka
373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.

E. Pengukuran Intensitas Cahaya

Alat pengukuran intensitas cahaya adalah Fotometer atau Fotometri.Fotometri adalah


titrasi untuk mengukur kandungan suatu zat dalam campuran dengan mengukur absorbs.
Fotometri merupakan peralatan dasar dilaboratorium untuk mengukur intensitas atau
kekuatan cahaya suatu larutan. Sebagian besar laboratorium klinik menggunakan alat ini
karena alat ini dapat menentukan kadar suatu bahan didalam cairan tubuh seperti serum atau
plasma. Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi sinar
yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang
dilewatinya.Fotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur pencahayaan atau
penyinaran. Seperti penerapan di fotometry industri, suatu "fotometer" adalah kata umum
yang meliputi alat-alat untuk mendeteksi:

 intensitas cahaya hamburan

 penyerapan

 fluoresensi
Kebanyakan fotometer berlandaskan pada sebuah fotoresistor atau fotodioda.Masing-
masing mengalami perubahan sifat kelistrikan ketika disinari cahaya, yang selanjutnya dapat
dideteksi dengan suatu rangkaian elektronik tertentu.

F. Pengukuran Kuat Arus Listrik


Jika kita akan mengukur arus yang melewati penghantar dengan menggunakan
Amperemeter maka harus kita pasang seri dengan cara memotong penghantar agar arus
mengalir melewati ampere meter. Apabila ampermeter dihubungkan paralel akan terjadi
dua aliran (I1 dan I2), maka pengukuran tidak benar (salah) dan akan merusak ammeter
karena dihubung singkat dengan batere/tegangan sumber alat ukur tersebut. Setelah
amperemeter terpasang, kita dapat mengetahui besar kuat arus yang mengalir melalui
penghantar dengan membaca amperemeter melalui jarum penunjuk.
Dalam membaca amperemeter harus diperhatikan karakteristik alat ukur karena jarum
penunjuk tidak selalu menyatakan angka apa adanya.

Ampermeter

Kuat arus yang terukur I dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan : A = Ampermeter yang digumakan

G. Pengukuran Jumlah Zat

Pada pengukuran jumlah zat tidak menggunakan alat pengukuran sehingga digunakan
metode matematika kimia dengan rumus massa (gram) dibagi dengan massa relatif unsur atau
senyawa yang bersangkutan

2.3 Ketidakpastian dalam Pengukuran

Ketidakpastian pada pengukuran di sebabkan oleh beberapa yang disebabkan oleh


masalah pada alat dan keadaaan pada saat pengamatan antara lain adalah adanya nilai skala
terkecil, ketidakpastian sistematik, ketidakpastian acak dan keterbatasan pengamat.

1. Nilai Skala Terkecil

Seperti pada yang dicontohkan diatas setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai
macam bentuk, tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil yang dapat dibaca.
Contohnya adalah pada alat pengukur panjang. Penggaris plastik yang biasa digores
dengan garis- garis yang berjarak 1 mm, maka nilai skala terkecilnya 1 mm. Sebuah jangka
sorong adalah alat ukur panjang yang dibantu dengan skala nonius yang memungkinkan kita
membaca hingga 0,1 sampai 0,05. Akan tetapi, dalam pembacaan hal tersebu kita hanya
terbatas pada skala terkecilnya saja sehingga sulit untuk lebih membuatnya spesifik.

2. Ketidakpastian Sistematik

Ketidakpastian sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat


yangdigunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya,
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat atau kerusakan
alat,kesalahan paralaks serta kesalahan akibat pengaruh suhu dan kelembaban

a. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau
kalibrasi (standarisasi) tidak tepat.Hal ini mengakibatkan pembacaan hasil
pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini
dapat diatasi dengan mengkalibrasi ulang alat menggunakan alat yang telah
terstandarisasi.

b. KesalahanTitik Nol

Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat
berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat
pada skala nol. Akibatnya, hasilpengukuran dapat mengalami penambahan atau
pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat
diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran.

c. Kesalahan Komponen Alat

Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alatukur.Misalnya,


pada neraca pegas.Jika pegas yang digunakan sudah lama , maka akan berpengaruh pada
penguran dan konstanta pegas

d. KesalahanParalaks ( KesalahanArah Pandang )

Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis
skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum

e. Kesalahan karena Suhu dan Kelembaban

Kesalahan ini dikarenakan oleh faktor pemilihan waktu yang yidak tepat. Contohnya
pada mistar plastik jika penggunaannya dilakukan diterik matahari akan mempengaruhi hasil
pengamatan. Hal tersebut, dapat menyebabkan pemuaian pada misttar yang berakibat pada
kesalahan pengukuran.

Kesalahan sistematik sesuai namanya memberikan penyimpangan tertentu yang


prinsipnya dapat dikoreksi/ diperhitungkan

3. Ketidakpastian Acak yang Tak Disengaja (random errors)


Kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak dapat langsung diketahui. Antara
lain sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak. Pada
pengukuran yang sudah direncanakan kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil. Tetapi
untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi akan berpengaruh.

Kesalahan acak(random)adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasi-fluktuasi


halus pada saat melakukan pengukuran.Penyebab kesalahan random pada umumnya
bersumber dari dua hal, yaitu :

1. Gejala yang tidak dapat dikendalikan secara pasti atau diatasi secara tuntas. Gejala
tersebut pada umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hinga
pengaturan dan pengontrolannya diluar kemampuan kita. Misalnya :
a. Gerak Brown Molekul Udara

Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur
atau rambang.Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan menyebabkan
jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer terganggu karena
tumbukan dengan molekul udara.

b. Fluktuasi Besaran Listrik

Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus secara cepat
dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi. Demikian pula saat kita
mengukur kuat arus listrik. Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan
baterai selalu mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan
data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.

c. Landasan yang Bergetar

Getaran pada landasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang
berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak.Alat yang sangat peka seperti seismograf
butuh tempat yang stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan
berpengaruh pada penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.

d. Bising

Bising merupakan gangguan yang selalu Anda jumpai pada alat elektronik.Gangguan
ini dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen alat bersuhu.

e. Radiasi Latar Belakang

Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa) dapat mengganggu


pembacaan dan menganggu operasional alat.Misalnya, ponsel tidak boleh digunakan di
SPBU dan pesawat karena bisa mengganggu alat ukur dalam SPBU atau pesawat.Gangguan
ini dikarenakan gelombang elektromagnetik pada telepon seluler dapat mengasilkan
gelombang radiasi yang mengacaukan alat ukur pada SPBU atau pesawat.

4. Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan adalah ketidakpastian yang bersumber dari kurang
terampilnya manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Kesalahan seperti ini memang
tidak dapat dihindari, tetapi harus dicegah dan perlu perbaikan. Sumber ketidakpastian ini
juga tidak boleh dianggap enteng, karena keterampilan seseorang dalam melakukan praktik-
praktik tersebut sangatlah penting.

Ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu:

a. Kesalahan pemakaian alat ukur, misalnya ketika membaca skala pada jangka sorong
atau penggaris, arah pandangan harus tepat tegak lurus pada tanda garis skala yang dibaca.
Jika tidak, maka akan terjadi kesalahan paralaks (metode pembacaan skala yang tidak tegak
lurus). Perhatikan Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1.4 membacar skala pada penggaris (a) salah; (b) Benar; (c) salah

b. Kesalahan pada pemindahan data contohnya yaitu pencatatan hasil pengukuran yang
berbeda dari pembacaannya.
c. Penyetelan instrumen yang tidak tepat. Misalnya jika kita ingin menimbang berat
badan di timbangan, maka kita terlabihdahlu harus mengatur pengenolan meternya dengan
tepat agar data yang di dapatpun bisa akurat.

Cara Meminimalisir Ketidakpastian pada Pengukuran


 Melakukan persiapan sebelum pelaksanaan (seperti kalibrasi dan pengecekan alat ).
 Tahu tentang teori pengukuran.
 Paham dengan jenis- jenis alat ukur dan cara koreksinya.
 Menguasai metode- metode hitung peralatan.
 Bekerja dengan loyalitas tinggi dan rasa tanggung jawab waktu pelaksanaan.
 Menghindari pelaksanaan survey atau pengukuran dengan intensitas panas tinggi (
10.00 – 14.00).

2.4 Pengertian Notasi Ilmiah dan Angka Penting

Notasi Ilmiah

Notasi ilmiah adalah suatu cara menuliskan suatu bilangan dengan meringkas bilangan nol
menjadi bilangan sepuluh berpangkat. Tujuan notasi ilmiah adalah untuk mempermudah dan
mempersingkat penulisan angka-angka yang terlalu banyak tersebut. Bila dirumuskan maka
bentuknya akan seperti rumus dibawah ini.
a,...x
a = bilangan asli dari 1 sampai 9 (bilangan penting).

n = pangkat, dengan n adalah bilangan bulat (orde).

Untuk mencari nilai a dan n, dapat digunakan melalui cara berikut.


a. Untuk bilangan 10, beri tanda koma desimal ke kiri sampai tertinggal 1 angka (a,...).
Hitung angka yang terlewati saat memindahkan tanda koma desimal. Jumlah angka yang
terlewati merupakan pangkat (n) dan bernilai positif (+).
b. Untuk bilangan 1, pindahkan tanda koma desimal ke kanan sampai ke satu angka yang
bukan angka nol. Hitunglah angka yang terlewati saat memindahkan tanda koma tersebut.
Jumlah angka yang terlewati merupakan pangkat (n), dan bernilai negatif (-).

Angka Penting

Angka-angka seperti 1-9 merupakan angka eksak, yaitu angka yang sudah pasti nilainya dan
tidak diragukan lagi. Bilangan eksak didapatkan dari perhitungan, bukan hasil pengukuran.
Sedangkan angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang
terdiri dari angka pasti dan angka taksiran.

Contoh:
- Angka eksak: 10 orang, 4 buku, dll.
- Angka penting: tinggi 173,30 cm, panjang 5,30 cm, dll.

Angka 173,3 pada 173,30 cm adalah angka penting, karena bisa dibaca pada skala mistar.
Angka 0,00 adalah angka taksiran (tidak pasti).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mengukur itu sangat penting untuk dilakukan. Mengukur dapat dikatakan


sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara
kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian
suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang
mendukungnya.

Pengukuran juga harus dilakukan dengan kecermatan yang tinggi dan


dilakukan dengan alat yang sesuai agar hasil pengukuran meminimalisirkan
kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai