Disusun Oleh :
Erna Mirani
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-nya, sehingga penyusun dapat menyelesikan makalah dengan
judul “Tingkat-Tingkat Periwayatan Hadits” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah, Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini terutama kepada bapak Muhammadun S.H M.S.I,
Dosen mata kuliah yang telah memberikan kesempatan untuk pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari walaupun makalah ini telah di buat semaksimal mungkin, namun
apabila masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan, dengan kerendahan hati
penyusun menerima kritik, dan saran bagi penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Penulis
Erna Mirani
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Thabaqah Al-Ruwat
1.3.2 Untuk Mengetahui berapa tingkatan dalam perawi
1.3.3 Untuk memahami implementasi Thabaqah Al-Ruwat
BAB II
PEMBAHASAN
1.1Thaqabat Al-Ruwat
Thabaqah menurut bahasa adalah suatu kaum yang memiliki kesamaan dalam sifat. Sedang
menurut istilah muhadditsin, thabaqah adalah;
“Thabaqah adalah suatu kaum yang hidup dalam satu masa dan memiliki keserupaan dalam
umur dan sanad, yakni pengambilan hadits dari para guru”.
Dengan pengertian ini, thabaqah identik dengan kata jilun (generasi dari sisi kebersamaan
dalam berguru).
Thabaqah dalam istilah Muhadditsin laian nya adalah suatu kaum yang berdekatan dalam
umur dan isnad, atau dalam isnadnya saja, yang mana syuyuknya (guru) dari seseorang adlah
syuyuknya juga bagi yang lain atau mendekati syuyuknya yang lain.
Asal mula pembagian perawi berdasarkan Thabaqah adalah dari tuntutan islam sendiri, di
mana dalam sebuah hadits yang di riwayatkan dlam imran bin Hushain ra, bahwasany Rasulullah
Saw. Bersabda “Sebaik-baiknya nya umatku yang ada di zamanku, Kemudian yang datang
sesudah meraka, kemudian yang datang sesudah mereka…” Kata imran Radhiyallohu anhu,
“Saya tidak tahu apakah ia menyebut sesudah masanya dua masa atau tiga” (HR Bukhari)
Ilmu ini telah muncul dan berkembang di tangan para ulama Hadits sejak abad ke-2. Ilmu
ini tidak terbata pada pembagian ruwat atas Thabaqah berdasarkan penjumpaan mereka terhadap
syuyuknya, tapi juga berkembang di kalangan muhadditsin kepada pembagian mereka
berdasarkan makna dan I’tibar lain nya seperti fadhl (keistimewaan) dan sabiqah (kesenioran)
sebagaimana dalam hal sahabat , atau hal (keadaan)dan manazilah (kedudukan) seperti yang di
sebutkan oleh Abbas Ad Dauraqi (wafaat 271) , ada thabaqah fuqaha, thabaqah ruwaat thabaqah
mufassirin dan seterusnya .
1.2 Thabaqah Al-Ruwat (Rijalul Isnad)
Ada empat thabaqah yang pokok bagi ruwat/rijaalul (para perawi) hadits, yaitu :
1) Thabaqah Pertama : Sahabat
Ash-shababah jamah dari Shahabi, dan Shahabi secara bahasa scara bahasa di ambil
dari kata Ash- Shuhbah, dan dan ini di gunakan atas setiap orang yang bersahabat dengan
selainnya baik sedikit maupun banyak. Dan Ash- Shahabi menurut para ahli hadits adalah bahwa
setiap muslim yang pernah melihat Rasulullah Saw meskipun tidak lama persahabataan nya
dengan beliau dan meskipun idak meriwayatkan dari beliau sedikitpun . Imam Bukhari berkata
dalam Shahihnya, “Barangsiapa siapa yang pernah menemani Nabi Saw atau melihat di antara
kaum muslimin maka termasuk dari sahabat-sahabat beliau”
Ibnu Ash-Shalah berkata, “ Telah sampai kepada kami dari Abdul- Mudlaffir As-Sam’ani
Al-Marwazi, Bahwasanya dia berkata :Para ulama Hadits menyebutkan istilah sahabat kepada
setiap orang yang telah meriwayatkan hadits atau satu kata dari beliau shallallaahu ‘alaihi
wasallam, dan di berkanlah julukan sahabat setiap orang yang telah melihatnya.”
Dan dinisbatkan kepada Imam para Tabi'in Sa'id bin Al-Musayyib perkataan : "Dapat
dianggap sebagai shahabat bagi orang yang pernah tinggal bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam setahun atau dua tahun, dan ikut berperang bersamanya sekali atau dua kali
peperangan"ini yang dihikayatkan para ulama ushul-fiqh.Akan tetap Al-'Iraqi membantahnya,"Ini
toadk benar dari Ibnul-Musayyib, karena Jarir bin Abdillah Al-Bajali termasuk dari shahabat,
padahal dia masuk Islam pada tahun 10 Hijriyah. Para ulama juga menggolongkan sebagai
shahabat orang yang belum pernah ikut perang bersama beliau, termasuk ketika Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wasallam wafat sedangkan orang itu masih kecil dan belum pernah duduk
bersamanya".
Ibnu Hajar berkata,"Dan pendapat yang paling benar yang aku pegang, bahwasannya
shahabat adalh seorang mukmin yang pernah berjumpa dengan Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam dan mati dalam keadaan Islam, termasuk di dalamnya adalah orang yang pernah
duduk bersama beliau baik lama atau sebentar, baik meriwayatkannya darinya atau tidak, dan
orangyang pernah melihat beliau shallallaahu 'alaihi wasallam walaupun sekali dan belum
pernah duduk dengannya, dan termasuk juga orang yang tidak melihat beliau shallallaahu
'alaihi wasallam karena ada halangan seperti buta"(Lihat Shahih Al-Bukhari tentang kutamaan
para shahabat, Ulumul-Hadiits oleh Ibnu Shalahhalaman 263 , Al-ba'itsul-Hatsits halaman179Al-
Ishabah 1 /4 , Fathul-Mughits 4 /29 . dan Tadriibur-Rawi halaman 396)
At taabi’un adalah orang-orang yang berguru kepada para shohabat dan tidak
menjumpai Rosulullah
2. Thobaqot yang kedua : thobaqot kibar tabi’in ( )كبار التابعينseperti sa’id bin al-musayyib,
dan begitu pula para mukhodhrom. Mukhodhrom ( )المخضرم: orang yang hidup pada zaman
jahiliyyah dan islam, akan tetapi ia tidak pernah melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam keadaan beriman. Misalnya : seseorang masuk islam pada zaman rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, akan tetapi ia tidak pernah bertemu rasulullah karena jauhnya jarak atau udzur
yang lain. Atau seseorang yang hidup sezaman dengan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, akan tetapi ia belum masuk islam melainkan setelah wafatnya rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
3. Thobaqot ketiga : thobaqot pertengahan dari tabi’in,( )الطبقة الوسطى التابعين منseperti alhasan (al-
bashri, pent) dan ibnu sirin, dan mereka adalah (berada pada) thobaqot yang
meriwayatkan dari sejumlah shahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5.Thobaqot kelima:thobaqot yang paling kecil dari tabi’in,( )التابعين من الصغرى الطبقةmereka adalah
yang lebih kecil dari yang thobaqot-thobaqot tabi’in yang sebelumnya. Dan mereka adalah
termasuk tabi’in, mereka melihat seorang atau beberapa orang shahabat. Contohthobaqot ini
adalah musa bin ‘uqbah dan al-a’masy.
6. Thobaqot keenam : thobaqot yang sezaman dengan thobaqot ke-5 ( , ) عاصروا الخامسةakan
tetapi tidak tetap khobar bahwa mereka pernah bertemu seorang shahabat seperti ibnu juraij.
7. Thobaqot ketujuh : thobaqot kibar tabi’ut tabi’in ( )كبار أتباع التابعينseperti malik dan atstsauri.
9. Thobaqot kesembilan : thobaqot yang paling kecil dari tabi’ut tabi’in (أتباعلصغرى من
, )التابعينseperti yazid bin harun, asy-syafi’i, abu dawud ath-thoyalisi, dan abdurrozzaq.
10. Thobaqot kesepuluh : thobaqot tertinggi yang mengambil hadits dari tabi’ut taabi’in ( كبار
)االتباع تبع عن االخذينyang mereka tidak bertemu dengan tabi’in, seperti ahmad bin hanbal.
11. Thobaqot kesebelas : thobaqot pertengahan dari rowi yang mengambil hadits dari tabi’ut
tabi’in ( )الوسطى من االخذين عن تبع االتباعseperti adz-dzuhli dan al-bukhori.
12. Thobaqot keduabelas : thobaqot yang rendah dari rowi yang mengambil hadits dari tabi’ut
tabi’in ( )صغار الخذين عن تبع االتباعseperti at-tirmidzi dan para imam yang enam lainnya yang
tertinggal sedikit dari wafatnya para tabi’ut tabi’in, seperti sebagian para syaikh-nya an-nasa’i.
Adapun ulama yang membagi thabaqah shahabah kepada lima thabaqah, tersusun
sebagai berikut:
1. Ahli Badar.
2. Mereka yang masuk Islam lebih dulu, berhijrah ke Habsyi dan menyaksian
pertemuanpertemuan sesudahnya
Kalau di dalam ilmu rijal ulumul hadis para rawi dibicarakan secara umum tentang hal ihwal,
biografi, cara-cara menerima dan memberikan al hadis dsb, maka dalam ilmu thabaqat
menggolongkan para rawi tersebut dalam satu atau beberapa golongan, sesuai dengan alat
pengikatnya. Misalnya rawi-rawi yang sebaya umurnya, di golongkan dalam satu thobaqat dan
para rawi yang seperguruan, mengikatkan diri dalam satu thabaqat pula.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Thabaqah dalam istilah Muhadditsin laian nya adalah suatu kaum yang berdekatan dalam
umur dan isnad, atau dalam isnadnya saja, yang mana syuyuknya (guru) dari seseorang adlah
syuyuknya juga bagi yang lain atau mendekati syuyuknya yang lain.
Ada empat thabaqah yang pokok bagi ruwat/rijaalul (para perawi) hadits, yaitu :
maka dalam ilmu thabaqat menggolongkan para rawi tersebut dalam satu atau beberapa
golongan, sesuai dengan alat pengikatny
DAFTAR ISI
http://halimatuazzahra.blogspot.com/2017/05/ulumul-hadits-ilmu-riwayah-dan-dirayah.html
https://fitrysuhana.wordpress.com/2017/12/07/makalah-tentang-thobaqo
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ulumul Hadits, (AWZAH: Jakarta, 2008)
Dr. Nuruddin ‘itr, Ulumul Hadis, (PT REMAJA ROSDAKARYA: Bandung, 2012)