Amir
Email: ilmiati71@yahoo.co.id
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone
Alamat Koresponden: Jl. Hoscokroaminoto STAIN Watampone
Abstract: Qasam is one of Arab’s habitation to communicate and for making sure
with the others. Because that, al-Qur’an Comes to Arab’s surrounding and also in
Arabic language, so that Allah swt. Use the Qasam to celebrate and socialization His
Kalam or al-Qur’an. In this research consists of two problems, the first how the
substance of the Qasam in the al-Qur’an, the second how the style of Qasam inArabic
or Nahwu In order to solve these problems, the researcher collected data from
many sources needed.This research the writer use qualitative research, and also
include the data through the library research.
Terjemahnya:
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan yang tidak ada batas akhimya. Jika logika ini
kepada mereka: “Siapakah yang diteruskan maka akan timbul pertanyaan
menjadikan langit dan bumi dan yang menggelisahkan, bisakah manusia
menundukkan matahari dan bulan?” memahami dan menggali gagasan-gagasan
tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Tuhan yang universal namun terwadahi
Maka betapakah mereka (dapat) dalam bahasa lokal (bahasa Arab, ini pun
dipalingkan (dari jalan yang benar)”. sudah tereduksi Arab versi Quraisy, bukan
(Departemen Agama RI,1971:502) sebagai bahasa Arab lingua franca). Hanya saja,
Dan selanjutnya, juga dalam Q.S Al- dalam psikologi linguistis dikatakan, sebuah
Ankabut ayat/ 21: 63 ungkapan dalam bentuk omongan atau
tulisan kadangkala kebenarannya serta
maksudnya berada jauh ke depan. bukan
berhenti apa yang diucapkan ketika itu.
Artinya kebenaran itu bersifat intensional
dan teleologis (Anonim, 1996: 26)
Ada pertanyaan yang menarik yang
dilontarkan oleh az-Zarkasyi dan asSayuthi.
Terjemahnya: Apa gunanya sumpah dalam al-Qur’an bagi
Dan Sesungguhnya jika kamu orang beriman, yang pasti percaya firman
menanyakan kepada mereka: “Siapakah Tuhan. Atau sebaliknya, percuma saja kalimat
yang menurunkan air dari langit lalu sumpah dalam alQur’an yang ditujukan
menghidupkan dengan air itu bumi kepada orang kafir. Bagaimanapun juga
sesudah matinya?” tentu mereka akan mereka tidak percaya kebenaran al-Qur’an.
menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala As-Sayuthi berargumentasi bahwa alQur’ an
puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan diturunkan dalam bahasa Arab, sedangkan
mereka tidak memahami(nya)”. kebiasaan bangsa Arab (ketika itu)
(Departemen Agama RI, 1971:637) menggunakan qasam ketika menguatkan atau
menyakinkan suatu persoalan Jalaluddin
Dhamir (kata ganti) مهdalam surat Al- Abdurrahman , t.th: 259)
Ankabut ayat 63 tersebut, seperti dikutip Sedangkan Abu al-Qasim al-Qusyairi
Toshihiko Izutsu berarti “the pagan Arabs” . berpendapat qasam dalam al-Qur’an untuk
Izutsu berpendapat ada lima konsep Allah menyempumakan dan menguatkan
menurut bangsa Arab pra-Islam seperti yang argumentasi (hujjah). Dia beralasan untuk
disebut oleh al-Qur’an yaitu: memperkuat argumentasi itu bisa dengan
1. Allah adalah pencipta dunia;
diperoleh di lapangan dimanfaatkan untuk Dari skema di atas, tampak jelas bahwa
verifikasi, dan teori yang muncul di lapangan Qasam dalam al-Qur’an sangat urgen untuk
dapat disempurnakan selama penelitian diteliti, karena dari beberapa bentuk dan
berlangsung. jenis Qasam dalam al-Qur’an ternyata
terdapat perbedaan pendapat diantara para
b. Teknik pengumpulan Data. pakar Tafsir dan pakar Bahasa Arab. Baik
Untuk pengumpulan data dalam perbedaan dalam memaknai maupun
penelitian ini, dilakukan dengan cara perbedaan dalam fungsinya.
menelaah beberapa kitab tafsir, ulumul
qur’an dan kamus bahasa Arab atau Mu’jam PEMBAHASAN
yang sesuai dengan kebutuhan data a. Pengertian Qasam dan Uslub Nahwiyyah
penelitian. Kata aqsam, berarti bersumpah-
Mengingat pula bahwa penelitian ini sumpah, adalah bentuk jamak (plural),
merupakan penelitian kajian pustaka mufradnya (singularnya) adalah qasam; kata
(Library research) atau disebut dengan yang juga bermakna sumpah ,selain qasam
kualitatif non interaktif yang merujuk kepada adalah al-half dan al-yamin (HM.Rusydi
bentuk analisis konsep . Khalid,2011:171)
Secara terminology, qasam (sumpah)
c. Instrumen Penelitian adalah mengikatkan diri untuk menghindari
Dalam penelitian ini, penulis sesuatu atau untuk melakukan sesuatu pada
menggunakan instrumen dengan makna yang diagungkan oleh yang
mengetengahkan Qasam dalam al-Qur’an bersumpah secara kenyataan atau keyakinan
melalui tinjauan uslub Nahwiyyah . (Musa Ibrahim al-Ibrahim, 1996: 197).
Namun dengan pemakaiannya para ahli ada
d. Tekhnik Analisis Data yang hanya yang menggunakan istilah al-
Data yang didapatkan dapat dianalisis Qasam saja seperti dalam kitab al-Burhan fi
dengan berpedoman pada tinjauan uslub Ulumil Qur’an karangan imam Badruddin
Nahwiyyah. . Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi. Ada
juga yang mengidofatkanny dengan al-Qur’an,
KERANGKA TEORI sehingga menjadi Aqsamul Qur’an seperti
Adapun kerangka teori yang digunakan yang dipakai dalam kitab al-Itqan fi Ulumil
dalam penelitian ini dalam mendiskripsikan Qur’an karangan Imam Jalaluddin as-Suyuthi.
Qasam dalam al-Qur’an melalui pendekatan Dalam “Kamus Besar Bahasa
uslub Nahwiyyah, maka dapat digambarkan Indonesia”, sumpah diartikan sebagai:
langkah-langkah seperti di bawah ini : 1. Pernyataan yang diucapkan secara
1. Formulasi Qasam dalam al-Qur’an resmi dengan saksi kepada Tuhan
2. Memahami unsur-unsur Qasam dalam atau kepada sesuatu yang dianggap
al-Qur’an suci (untuk menguatkan kebenaran
3. Mengetahui macam-macam al-qasam dan kesungguhannya dan
4. Memahami Faedah Qasam dalam al- sebagainya).
Qur’an 2. Pernyataan yang disertai tekat
Untuk lebih jelasnya kerangka teori melakukan sesuatu untuk
yang dimaksud tersebut, maka digambarkan menguatkan kebenaran atau berani
pada skema seperti berikut ini: menderita sesuatu kalau pernyataan
Konsep Qasam itu tidak benar.
3. Janji atau ikrar yang teguh (Tim
Penyusun , 2002:973)
Unsur-Unsur Unsur Qasam Uslub Qasam
Dalam konteks bangsa arab, sumpah
Qasam dalam
al-Qur’an
dalam al-Qur’an dalam Ilmu yang diucapkan oleh orang Arab itu biasanya
Nahwu
menggunakan nama Allah atau selain-Nya.
Pada intinya sumpah itu menggunakan sesuatu
yang diagungkan seperti nama Tuhan atau
Suatu Tinjauan Uslub sesuatu yang disucikan. (Louis Ma’luf,
1
9
5
6
:
6
6
4
)
Ketiga kata itu bermakna sama, yaitu salah seorang menepukkan tangan kanannya
mengikatkan diri pada sesuatu yang ke tangan kanan rekannya.
dinyatakan dalam sumpah ini. Pada mulanya Akan tetapi dilihat dari segi
adalah kata-kata sumpah yang diucapkan penggunaannya dalam al-Qur’an ketiganya
para wali /ahli waris dari seseorang yang mempunyai konotasi yang berbeda. Kata
mati terbunuh ketika akan menuntuk balas Qasam yang digunakan al-Qur’an dalam
kepada orang-orang yang dituduh melakukan bentuk fii’l udhari, yanqasimu dan dalam
pembunuhan. Sedangkan kata alhalifu adalah bentuk fiil Madhi aqsamuu dan aqsamtum,
bentuk mashdar dari halafa . Kata half tidak dipergunakan al-Qur’an kecuali untuk
diartikan sumpah karena seseorang yang sumpah yang oleh pengucapnya diyakini
bersumpah harus tetap menjalankannya kebenarannya, berbeda dengan sumpah palsu
(Ibnu Faris bin Zakariya, 1994: 887) Ketiga yang boleh jadi dibatalkan oleh pengucapnya.
kata itu bermakna sama, yaitu mengikatkan Sedangkan kata halafa-yahlifu , dipergunakan
diri pada sesuatu yang dinyatakan dalam al-Qur’an untuk menggambarkan sumahnya
sumpah ini. orang munafik, yakni sumpah palsu seperti
Pada mulanya adalah kata-kata ucapan orang munafik dalam QS at-Taubah/
sumpah yang diucapkan para wali /ahli waris 9 :56
dari seseorang yang mati terbunuh ketika
al-nahwiyah.
Berdasarkan kenyataan itu, uslub
ttetapi dia menghukum kamu ayat 38, al-Maarij ayat 40, al-Qiyamah ayat 1
disebabkan sumpah-sumpah yang kamu dan 2, al-Takwir ayat 15 dan al-Insyiqaq ayat
sengaja, Maka kaffarat (melanggar) 16, dan al-Balad ayat 1.
sumpah itu, ialah memberi makan Berdasarkan pada jenis-jenis ayat di
sepuluh orang miskin, yaitu dari atas, (Bintu Syathi,1968: 179) mengambil
makanan yang biasa kamu berikan kesimpulan induktif, bahwa setiap Tuhan
kepada keluargamu, atau memberi menyatakan sumpah (baik dengan dirinya atau
Pakaian kepada mereka atau makhluqNya) dan menggunakan kata
ٌ سقأ, senantiasa diawali dengan الnafyi. Ini
memerdekakan seorang budak. barang
bearti bahwa Tuhan sebenarnya tidak perlu
siapa tidak sanggup melakukan yang
pada sumpah itu, karena pernyataan Dia bagi
demikian, Maka kaffaratnya puasa
orang beriman sudah merupakan suatu
selama tiga hari. yang demikian itu
kebenaran mutlak yang akan mereka
adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila
kamu bersumpah (dan kamu langgar). percayai tanpa dibarengi penegasan tersebut,
dan bagi orang kafir tidak ada gunanya itu,
dan jagalah sumpahmu. demikianlah
Allah menerangkan kepadamu hukum- karena bagaimanapun adanya, mereka tetap
menolak. Namun, menurut Bintu Syathi ,
hukum-Nya agar kamu bersyukur
(kepada-Nya). (Depatemen Agama pernyataan ketidakperluan Tuhan pada
sumpah itu justru merupakan “Sumpah
RI,1971: 176)
Bentuk tunggalnya ditemukan dalam tersendiri” yang mempertegas pernyataaNya.
Hadits misalnya : Sehingga “الNafyi yang berada dfi depan
تٌيبىا: ٌ هاق هٌسر للها ىيص للها ييعٌ يس: عٌ بإٌ سابع هاق kata-kata ٌسقأpada ayat-ayat di atas tidak
(ىعذىا ىيع ييىاٌ ىيع ٌ رنٌأ ( يٌاربطىا يقٌيبىا ٓار berarti haqiqi. Pendapat ini agaknya disetujui
Terjemahnya: oleh M.Quraish Shihab (M.Quraish Shihab,
Dari Ibnu Abbas ia berkata : Rasulullah 1997: 786) Ia mengemukakan berdasarkan
SAW. Bersabda : Bukti yang jelas wajib perbedaan pendapat tentang “ La“ pada ayat
dikemukakan oleh penuduh, dan tersebut, ada tiga kemungkinan terjemahan
sumpah harus diucapkan oleh orang yakni:
yang mengingkari tuduhan.( Sayyid 1. Tidak…..Aku bersumpah dengan negeri
Sabiq, t.th.: 432) (kota ) ini
2. Aku tidak bersumpah dengan negeri
(kota) ini
Imam al-Sutuyi mengemukakan bahwa 3. Aku benar-benar bersumpah dengan
sumpah dimaksudkan untuk membuktikan negeri (kota) ini.
dan mempertegas berita yang disampaikan Perbedaan terjemahan tersebut adalah
(Arqahdan, 140 H: 179) Al-Qasam yang akibat perbedaan pendapat tentang
adakalanya dinyatakan dengan kata ٌ سقأatau kedudukan kata “La“ pada awal ayat tersebut.
adat-adat qasam lainnya, kebanyakan Kalau kata “La“ diartikan sebagai menafikan
digunakan untuk sumpah-sumpah yang sesuatu yang disebut sebelumnya atau
benar dan untuk mempertegas kebenarannya tersirat dalam benak pengucapnya, maka
itu dilakukan dengan sumpah (aqsam). terjemahan pertamalah yang dipilih. Disini
Seperti firman Allah dalam QS.Al-Balad /30 : seakan-akan ayat tersebut menyatakan:
1
(Mekah).
Kalau “La“ difahami sebagai
menafikan kalimat sesudahnya, maka
terjemahnya adalah seperti kedua diatas.
Tetapi kalau kata “La” dipahami sebagai kata
yang diletakkan untuk menguatkan
kandungan pembicaaan, atau dalam istilah
pakar-pakar bahasa Arab “La zaidah”, ia tidak
perlu diterjemahkan, cukup menggambarkan
penekanan makna dalam terjemahnya. itu merupan potensi yang selalu menolak
Misalnya dengan menyispkan kata “benar- berbagai informasi kebenaran keagamaan.
benar” seperti yang terlihat dalam Dalam menjawab persoalan yang
terjemahan ketiga di atas. Agaknya pendapat dikembangkannya, al-Suyuthi
ketiga yang lebih tepat untuk dipilih karena mengemukakan bahwa orang-orang Arab
secara tegas ditemukan ayat lain dalam al- mempunyai tradisi untuk meyakinkan dan
menegaskan sesuatu kepada orang lain lewat
Qur’an dimana Allah bersumpah dengan
pendekatan sumpah.
negeri itu, yakni dalam QS.at-Tin / 30:3
Oleh sebab itu, Tuhan juga melakukan
hal yang sama dalam berkomunikasi dengan
Terjemahnya : mereka agar dapat menangkap isyarat-
Dan demi kota (Mekah) ini yang aman. isyarat yang terkandung dalam pernyataaNya
(Departemen Agama RI,1971:1076) itu. Lebih lanjut Tuhan pun melakukan
penyesuaian dalam tradisi kebahasaan,
Dengan demikian sekalipun halafa- sehingga dengan ini diharapkan tidak terjadi
yuhlifu, secara semantic adalah sinonim kesenjangan komunikatif antara Dia dengan
dengan kata-kata aqsama-yuqsimu secara orang-orang Arab waktu itu.
fungsional kata halafa-yuhlifu itu digunakan
dalam al-Qur’an untuk memaparkan sumpah- B. Qasam al-Qur’an
sumpah orang munafiq, yaitu mereka para 1. Unsur-unsur Qasam
pendusta. Seperti yang terdapat pada surah Setiap kalimat sumpah biasanya
al-Taubah ayat 56. terdapat tiga unsure di dalamnya, yaitu (1)
Dari penggunaan kata “ al-Yamin “ dan kata kerja dari “ aqsama “ dan “ ahlafa “ yang
jamaknya “al-ayman” kita agak kesulitan memakai huruf jar “ bi” ; (2) al-muqsam bih
untuk mengidentifikasi konotasi khusus dari (objek yang dijadikan sumpah) dan (3) al-
kata tersebut, selain bahwa ia bermakna muqsam alayh atau juga disebut “ Jawab al-
sumpah manusia, baik sumpah sebagai alat qasam”.
bukti di peradilan, maupun sumpah-sumpah Qasam yang ketiga unsure atau
lain yang terucap dalam hubungan sosiologis rukunnya disebutkan, contohnya firman Allah
pada lingkar kehidupan mereka. swr. Q.S.an-Nahl / 16 : 38
Kata-kata al-half dan al-yamin ini
lebih banyak dipergunakan untuk
menyatakan fenomena dan norma
persumpahan dalam budaya kehidupan
dihilangkan dan tinggal huruf “ ba “ nya yang dan jiwa yang amat menyesali dirinya”,
termaktub. Dan ada juga huruf “ba” diganti bahwa kalian pasti akan dibangkitkan. Kedua,
dengan “ waw” pada isim-isi yang zhahir, atau bahwa “ la “ untuk menafikan sumpah
dengan “ ta “ bila disebutkan dengan nama seolah-olah Tuhan berfirman, Saya tidak
Allah. Misalnya dalam Q.S.al-Layl / 30:1 bersumpah untuk kamu demi hari kiamat dan
jiwa yang menyesali diri itu, tetapi saya
bertanya kepadamu tanpa bersumpah,
Terjemahnya: apakah engkau mengira bahwa kami tidak
Demi malam apabila menutupi akan mengumpulkan tulang-belulangmu bla
(cahaya siang). (Departemen Agama RI:1076) tercerai-berai karena kematian. Hal ini sudah
jelas tanpa perlu ada sumpah. Ketiga, “la“
2. Macam-macam Qasam dalam al-Qur’an adalah “Za idah“ , jawab al-Qasam (jawaban
Qasam (sumpah) dalam al-Qur’an sumpah) pada ayat tersebut dihilangkan
terbagi kepada kepada dua macam yakni (HM.Rusydi Khalid,2011: 177)
sumpah yang zhahir , jelas, tersurat dan yang b. Sumpah yang tersamar
mudhmar, yang tersirat. (Mudhmar). Qasam seperti ini adalah qasam
a.Sumpah yang jelas (zhahir) adalah yang tidak dinampakkan “fi’l qasamnya“ dan
kalimat sumpah yang dijelaskan dengan kata muqsam bih” nya. Qasam ini ditandai dengan
kerja “ aqsama “ dan derivasinya, dan masuknya “lam taukid“ , pada jawab al-
disebutkan “ muqsam bih “ objek qasam seperti dalam Q.S.Ali Imran / 4 :186
sumpahnya, atau juga tidak disebutkan kata
Terjemahnya:
. Maka demi Tuhanmu, Kami pasti Terjemahnya:
akan menanyai mereka semua. ( Departemen Kamu sungguh-sungguh akan diuji
Agama RI,1971:399) terhadap hartamu dan dirimu. dan
Kadang-kadang pada fi’l “ qasama “ (juga) kamu sungguh-sungguhnya
dimasukkan “ la” untuk menafikan pada mendengar dari orang-orang yang
beberapa tempat dalam ayat-ayat al-Qur’an diberi kitab sebelum kamu dan dari
seperti pada Q.S al-Qiyamah / 30 : 1-2 orang-orang yang mempersekutukan
Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. jika kamu bersabar
dan bertakwa, Maka Sesungguhnya
yang demikian itu Termasuk urusan
Terjemahnya: yang patut diutamakan (Departemen
Aku bersumpah demi hari Agama RI, 1971:96)
kiamat, dan aku bersumpah
dengan jiwa yang Amat C. Qasam dalam Uslub Nahwiyyah
menyesali (dirinya sendiri) 1.Uslub Qasam adalah termasuk uslub
(Departemen Agama RI,1971) Taukid. Terdiri dari adat Qasam, Muqsam dan
jawabul Qasam ( Fuad Ni’mah ,t.th, 179).
Ada tiga pendapat tentang “ la “ di ayat yang tak disebutkan sesuai dengan
tersebut, pertama “ la” menafikan kalimat konteksnya yakni tidak benar apa yang kalian
duga bahwa tidak ada hari perhitungan ( ٌ هللا ىٌ عيضي اٌقح: ٌوث
hisab ) dan siksaan, setelah itu dilanjutkan Dari Contoh diatas, dapat dipahami
dengan, “ saya bersumpah demi hari kiamat bahwa Waw tersebut dinamai waw qasam (
Sumpah) , sedangkan lafaz Allah dinamai
muqsam bih yang dijar dengan kasrah, ى ٌ عيضي
اٌقحdinamai jawabul Qasam
Pada bagian berikut ini akan dijelaskan Adapun apabila Jawabul Qasam
dari tiap-tiap rukun Uslub Qasam yang ketiga: Manfiyyan yang tidak terdiri dari jumlah
Ismiyyah atau jumlah Ismiyyah , maka
1.Adawat Qasam yang terdiri dari : , ءابىا, ٌاٌىا ءاتىا contohnya seperti :
. Tetapi huruf Ta tidak boleh masuk kecuali لقح ال حاجٌ الا اب ةرباثٌى ( باج سقىاٌ تيٌج تيٌسا
pada lafzul jalal ( Allah). ) ٌٌتيف
2. al-Muqsam Bih. Istilah ini hanya biasanya )(باٌج سقىاٌ تيٌج تيفٌٌ تييعف للها عيضي ا كدج
masuk pada lafzul jalalah ( Allah), atau hanya
sebagian lafaz yang biasa digunakan sebagai SIMPULAN
Muqsam bih seperti :...... لقح خىا, لتايح Dari pengakajian di atas, maka kami
3. Jawabul Qasam. Adapun jawabul Qasam dapat disimpulkan menjadi dua: (1) Qasam
yang terdiri dari أ تيٌس ا تيٌجٌ تيٌج تييعف dalam al-Qur’an dikemukakan dengan
Apabila jawabul Qasam itu diambil dari menggunakan kata kerja “aqsama“ dan
jumlah Ismiyyah , maka waji ta’kidnya ٌ أ derivasinya, dan kata “ halafa” disertai
أ ٌاليبٌٌ أبٌ اٌذح dengan derivasinya yang bersambungan
Contohnya : ٌللها اٌ وعاف ريخىا بٌبحى ( أٌ للها dengan huruf jar “ bi” , serta kata “ayman”.
) اٌ وعاف ريخىا بٌبح Kemudian Qasam juga dikemukakan dengan
penggunaan huruf-huruf untuk Qasam
Tetapi apabila jawabul Qasam itu terdiri seperti : al-bau (bi), al-waw (wa) dan al-tau
dari jumlah Fi’liyyah dan fii’lnya adalah fii’l (ta) tanpa menyebutkan kata kerja “aqsama“
madhi, maka ta’kidnya adalah ذق أٌ لاىاٌ اٌ ذق atau “ahlafa”. (2) Uslub Qasam dalam ilmu
اٌذح Nahwu yang terdiri dari adawatul qasam,
Contohnya : ات للها ذقى تعطأ كرأ ( أٌ ات للها ذق Muqsam bih dan Jawabul Qasam.
) كرأ تعطأ Pengkajian tentang qasam dalam al-
Qur’an sangat perlu untuk difahami
Bilamana jawabul Qasam itu terdiri dari maknanya, karena ternyata Allah swt.
Jumlah Fiiliyyah , dan fii’lnya adalah fii’l menggunakan Qasam (kata sumpah) dengan
Mudharie , maka ta’kidnya adalah ٌ ٌلاب ذيمتىاٌ سقىا berbagai macam huruf dan itu semuanya
ٌdan contohnya : للها رصقىا ٌبساحأل adalah rahasia Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah ‘Abd ar-Rahman bintu as-Syathi,al-Tafsir al-Bayan lil Qur-an al-Karim, Dar al-Maarif, Kairo,
1968.
Al-Sakkaki Yusuf ibn Abi Bakar Ya’kub ibn Ali,Miftahul ‘Ulum, Bairut : Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah,Cet.2, 1987.
H.M.Rusydi Khalid, Mengkaji Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Cet.I Makassar, Alauddin University Press, 2011
Ibnu Faris bin Zakariya,Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah, tahqiq Syihabuddin Abu ‘Amru, Cet.1, Dar
al-Fikr,1994
Jalaluddin Abdurrahman ibn Abu Bakar as-Suyuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Terj,Abd.Wahab,
Yogyakarta: Wacana Persada.
Mohammed Arkoun, Nalar Islami dan Nalar Modern, Berbagai Tantangan dan Jalan Baru, Jakarta:
INIS,1994.
Musa Ibrahim al-Ibrahim, Buhuts Manhajiyah fi ‘Ulum al-Qur’an, Cet.2, Dar ‘Ammar, Amman, 1996.
Shihab,M.Quraish,Tafsir al-Qur’an al-Karim, Tafsir atas Surah Pendek, Cet.1, Pustaka Hidayah,
Bandung, 1997.
Suharsini Hariknato, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Renika Cipta, 1999.
Toshihoko Izutsu,God and Man In the Koran, IIinois: Ayer Company, h1987.