tp
://
ba
ny
ua
si
n ka
b.
b ps
.g
o.
id
ht
tp
://
ba
ny
ua
si
n ka
b.
b ps
.g
o.
id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN BANYUASIN
MENURUT PENGELUARAN
TAHUN 2012 - 2016
id
Jumlah Halaman : x + 61 halaman
o.
.g
ps
Naskah:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis
b
b.
ka
Gambar Kulit:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis
n
si
ua
Diterbitkan Oleh:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin
ny
ba
id
Editor : Nurhariyadi
o.
.g
Penulis : Hipniati
ps
b
Pengolah data : Nurhariyadi b.
ka
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah.
Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar
pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat
percepatan uang beredar, pendalaman sektor keuangan, penetapan pajak, kajian ekspor dan impor
dan sebagainya.
Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu: pendekatan produksi (PDB menurut Lapangan Usaha), pendekatan
pengeluaran (PDB menurut Pengeluaran) serta pendekatan pendapatan (PDB menurut
id
o.
pendapatan). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara teori akan menghasilkan angka
.g
PDB yang sama.
ps
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan pengeluaran.
b
b.
Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah
ka
Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran
n
si
Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori),
ua
Ekspor, dan Impor. Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya
ny
Data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih memerlukan
://
tp
penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat konstruktif sangat dihargai demi
ht
Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Edi Subeno
id
1.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ………………… 2
o.
.g
1.2. Perubahan Tahun Dasar PDRB ……………………............................... 5
ps
BAB II METODA ESTIMASI DAN SUMBER DATA …………………………….. 9
b
b.
10
ka
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT) ………………
n
BANYUASIN…………………………………………………………………...... 46
id
o.
4.3 Average Propensity to Consume (APC) dan Average Propensity to
.g
ps
Save (APS)……………………………………………………………............ 49
LAMPIRAN …………………………………………………………....................................... 53
ba
id
o.
Kabupaten Banyuasin 2012-2016 …………………………………………. 31
.g
ps
Tabel 5 Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran,
b
Kabupaten Banyuasin 2012-2016 …………………………………………. 32
b.
ka
id
o.
Kabupaten Banyuasin 2012-2016 …………………………………………. 49
.g
ps
Tabel 19 Incremental Capital Output Ratio (ICOR),
b
Kabupaten Banyuasin 2012-2016 …………………………………………… 50
b.
ka
n
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
Grafik 3 Perbandingan PDRB atas dasar Harga Berlaku dan atas dasar Harga
id
o.
Kabupaten Banyuasin 2012-2016 …………………………………………. 30
.g
ps
Grafik 5 Pertumbuhan PDRB atas dasar Harga Konstan 2010 Menurut
b
Pengeluaran, Kabupaten Banyuasin 2012-2016 ………………………… 31
b.
nka
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
id
Lampiran 4 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Menurut Pengeluaran, Kabupaten
o.
.g
Banyuasin 2012-2016 ………………………………………….……………. 57
ps
b
Lampiran 5
b.
Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran, Kabupaten Banyuasin
ka
2012-2016 ………………………………………….……………...................... 58
n
si
ua
id
o.
.g
b ps
b.
ka
n
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut pengeluaran (PDRB Pengeluaran) merupakan salah
satu bentuk tampilan data ekonomi suatu wilayah, di samping bentuk tampilan lain seperti PDRB
menurut lapangan usaha, Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi, dan Neraca Arus
Dana. Di dalam sistem kerangka kerja (frame work) data ekonomi suatu wilayah, PDRB Pengeluaran
merupakan ukuran dasar (basic measure) yang menggambarkan penggunaan atas barang dan jasa
(product) yang dihasilkan melalui aktivitas produksi. Dalam konteks ini, PDRB Pengeluaran itu
menggambarkan hasil “akhir” dari proses produksi yang berlangsung dalam batas-batas teritori
suatu wilayah. Berbagai jenis barang dan jasa akhir tersebut akan digunakan untuk memenuhi
id
permintaan akhir oleh pelaku ekonomi domestik maupun pelaku ekonomi dari luar wilayah bahkan
o.
dari luar negeri. Beberapa agregat penting dapat diturunkan dari PDRB Pengeluaran ini seperti
.g
variabel Pengeluaran Konsumsi Akhir, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik, serta
ps
ekspor dan impor.
b
b.
Penghitungan PDRB melalui pendekatan pengeluaran (expenditure) tidak terlepas dari
n ka
penghitungan PDRB melalui pendekatan lapangan usaha (production). Sungguhpun demikian, PDRB
si
Pengeluaran diestimasi secara independen dengan menggunakan data dasar yang relatif berbeda.
ua
PDRB Produksi menggambarkan aktivitas produksi, serta pendapatan yang diterima pemilik faktor
ny
produksi yang terlibat (balas jasa faktor produksi)1 . Sedangkan PDRB Pengeluaran menggambarkan
ba
aktivitas pengeluaran yang dilakukan para pelaku ekonomi untuk mendapatkan barang dan jasa
://
tp
yang diproduksi tersebut. Melalui PDRB Pengeluaran juga dapat dilihat keterkaitannya dengan
ht
penyediaan barang dan jasa yang berasal dari domestik maupun dari impor. Melalui hubungan ini
terlihat titik keseimbangan makro antara sisi penyediaan (supply side) dan sisi permintaan (demand
side) barang dan jasa.
Secara konsep2 penghitungan PDRB dari sisi yang berbeda di atas dimaksudkan untuk: i)
memastikan konsistensi dan kelengkapan di dalam membuat estimasi; ii) memberi manfaat lebih di
dalam melakukan analisis; dan iii) mengontrol kelayakan hasil estimasi. Secara teoritis, kedua
pendekatan tersebut akan menghasilkan nilai yang sama besar (equivalent). Namun karena
pendekatan estimasi dan metoda pengukuran yang digunakan berbeda, maka akan muncul selisih
statistik (statistical descrepancy).
Dengan demikian PDRB Pengeluaran menjelaskan besarnya nilai barang dan jasa (output) yang
dihasilkan dalam wilayah domestik, yang digunakan sebagai konsumsi “akhir” oleh masyarakat.
1 Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung “neto” (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
2 Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
Dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir masyarakat tersebut,
tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang berasal dari dari luar wilayah atau luar negeri
(impor). Berbagai barang dan jasa yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di dalamnya akan
id
terkandung produk impor. Sehingga dalam mengukur besarnya nilai tambah domestik (PDRB),
o.
komponen impor barang dan jasa harus dikeluarkan atau dikurangkan dari penghitungan konsumsi
.g
ps
atau permintaan akhir. Tingginya permintaan tidak selalu diimbangi oleh penyediaan domestik,
b
sehingga kondisi ini menjadi peluang bagi masuknya produk impor. Data empiris menunjukkan
b.
ka
bahwa dari waktu ke waktu, perdagangan produk impor terus berkembang baik secara kuantitas,
n
Secara konsep, PDRB Produksi (Y) sama besar dengan PDRB Pengeluaran (E), namun dalam
ny
kenyataannya tidaklah demikian. Selain berbeda dalam struktur atau komposisi, pendekatan
ba
pengukuran antar keduanya juga berbeda. Dalam penyajian data PDRB, perbedaan ini diletakkan
://
pada sisi PDRB Pengeluaran. Unsur yang menyebabkan perbedaan tersebut antara lain adalah
tp
konsep dan basis pengukuran, metoda dan cakupan pengukuran, serta data dasar yang digunakan
ht
untuk estimasi. Melalui penjelasan ini para pengguna data PDRB tidak mempermasalahkan adanya
perbedaan (statistical descrepancy) tersebut.
Dari sudut pandang lain, PDRB Pengeluaran juga menjelaskan penggunaan dari sebagian besar
produk domestik bruto untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir, atau dengan istilah yang
berbeda disebut sebagai “output akhir (final output)”. Mengkaitkan antara pendapatan dan
3. - Yang dimaksud adalah rumahtangga, pemerintah, lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta sektor produksi (produsen) di wilayah
domestik
- Disebut sebagai pendekatan “riil”
- Siklus ekonomi secara umum yang menjelaskan tentang hubungan antara balas jasa faktor produksi (pendapatan) dengan pengeluaran atas
penggunaan berbagai produk barang dan jasa oleh faktor produksi tersebut
PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Pengeluaran 3
Tahun 2012 - 2016
pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dari produk domestik maupun impor (termasuk
untuk diekspor) merupakan bentuk analisis yang sederhana dari data PDRB. Keharusan memiliki
jumlah yang sama pada kedua model pendekatan PDRB tersebut, secara simultan dapat ditunjukkan
melalui model atau persamaan Keynesian sbb :
Y = C + GFCF + Δ Inventori + X – M
id
o.
GFCF (Gross Fixed Capital Formation) = Pembentukan Modal Tetap Bruto
.g
Δ Inventori = Perubahan Inventori
ps
X = Ekspor
b
b.
M = Impor
ka
n
si
Persamaan di atas menunjukkan pendapatan atau nilai tambah bruto dari hasil penghitungan
ua
PDRB Produksi akan “identik” dengan PDRB Pengeluaran. Jika Y adalah pendapatan, C adalah
ny
ba
konsumsi akhir, dan GFCF serta Δ Inventori merupakan bentuk investasi fisik, maka selisih antara
://
ekspor dengan impor menggambarkan surplus atau defisit dari aktivitas perdagangan barang dan
tp
jasa antar wilayah, baik dengan wilayah lain ataupun dengan luar negeri.
ht
Melalui pendekatan ini dapat diketahui perilaku masyarakat dalam menggunakan pendapatan,
apakah hanya untuk tujuan konsumsi (akhir) atau juga untuk tujuan investasi (fisik). Selain itu juga
dapat diketahui besarnya ketergantungan ekonomi wilayah (domestik) terhadap luar negeri dalam
bentuk perdagangan internasional (external transaction). Selisih antara ekspor dan impor juga disebut
sebagai “ekspor neto” .
Sebagaimana PDRB Produksi, dari PDRB Pengeluaran juga dapat diturunkan berbagai data
agregat terntang perekonomian wilayah seperti nilai nominal, struktur atau distribusi pengeluaran
konsumsi akhir, pertumbuhan “riil”, serta indeks harga implisit. Data yang dimaksud tersedia baik
untuk masing-masing komponen PDRB Pengeluaran maupun untuk total perekonomian.
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada kondisi perekonomian
global maupun lokal, yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial
global yang terjadi tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China -ASEAN (CAFTA),
perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional, serta semakin meluasnya jasa layanan
pasar modal merupakan beberapa contoh perubahan yang perlu diantisipasi dalam mekanisme
pencatatan data statistik nasional.
id
Satu bentuk implementasi dari System of National Accounts (SNA) adalah melakukan perubahan
o.
tahun dasar PDB/PDRB. Di Indonesia kegiatan perubahan tahun dasar dari tahun 2000 ke 2010
.g
ps
dilakukan bersamaan dengan upaya mengimplementasi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
b
(PBB) yang tertuang dalam buku panduan SNA 2008. Kegiatan ini diawali dengan menyusun
b.
kerangka kerja dalam bentuk Supply and Use Tables (SUT) Indonesia untuk tahun data 2010. Dari
ka
kerangka SUT tersebut diperoleh nilai estimasi PDB dan komponen-komponennya. Selanjutnya nilai
n
si
PDB maupun komponennya ini dijadikan sebagai acuan (benchmark) ketika BPS Provinsi maupun
ua
BPS Kabupaten/Kota menyusun PDRB-nya. Untuk itu, guna menjaga konsistensi dengan hasil
ny
penghitungan PDB, maka perubahan tahun dasar PDRB dilakukan secara simultan dengan
ba
SNA 2008 merupakan rekomendasi internasional tentang tata cara pengukuran aktivitas
ekonomi, yang telah sesuai dengan penghitungan konvensional berdasarkan prinsip-prinsip
ekonomi. Rekomendasi dinyatakan dalam sekumpulan konsep, definisi, cakupan, dan klasifikasi,
serta aturan neraca yang disepakati secara internasional dalam mengukur indikator ekonomi makro
(account) seperti PDB/PDRB.
SNA dirancang guna menyediakan informasi tentang aktivitas yang dilakukan oleh para pelaku
ekonomi, utamanya aktivitas produksi, konsumsi, dan aktivitas akumulasi aset fisik. SNA dapat
dimanfaatkan antara lain untuk kepentingan analisis, perencanaan dan penetapan kebijakan
ekonomi. Melalui kerangka SNA, fenomena suatu perekonomi wilayah dapat dijelaskan dan
dipahami dengan lebih baik.
id
a. Meningkatkan nilai PDRB, yang pada gilirannya berpengaruh pada perubahan kelompok
o.
pendapatan (dari wilayah berpendapatan rendah menjadi menengah atau tinggi), serta
.g
pergeseran struktur ekonomi;
ps
b. Perubahan besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi dan
b
b.
tabungan, neraca perdagangan, serta struktur dan pertumbuhan ekonomi;
ka
Terpilihnya tahun 2010 sebagai tahun dasar didasarkan atas beberapa alasan sbb:
ba
://
terutama di bidang informasi, teknologi dan transportasi. Perubahan ini berpengaruh pada
pola distribusi dan munculnya beberapa produk baru;
Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar, yang harus dilakukan setiap 5 (lima) atau
10 (sepuluh) tahun 4 ;
Adanya pembaharuan konsep, definisi, cakupan, klasifikasi, sumber data, dan metodologi
penghitungan sesuai rekomendasi SNA 2008;
Tersedianya data dasar untuk meningkatkan kualitas PDRB seperti hasil Sensus Penduduk
2010 dan Indeks Harga Produsen (Producers Price Index);
Tersedianya kerangka SUT Indonesia tahun 2010, yang menunjukkan keseimbangan antara
produksi, konsumsi serta pendapatan yang tercipta dari aktivitas tersebut.
4 SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years without rebasing”
Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya, dan 44 diantaranya merupakan revisi
yang utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan PDB/PDRB tahun dasar 2010 antara
lain adalah:
a. Sumber daya hayati (cultivated biological resources/CBR). CBR merupakan nilai aset alam
hasil budidaya manusia, yang diperlakukan sebagai bagian dari output pertanian dan
PMTB. Contoh nilai tegakan padi, kelapa sawit dan karet yang belum dipanen, serta nilai
sapi perah yang belum menghasilkan.
id
b. Sistem persenjataan (military weapon systems/MWS). MWS merupakan nilai pengeluaran
o.
pemerintah untuk pengadaan alat pertahanan dan keamanan, yang diperlakukan sebagai
.g
bagian dari output industri peralatan militer dan PMTB seperti pesawat tempur, kendaraan
b ps
lapis baja, dan peluru kendali. b.
c. Penelitian dan pengembangan (research and development/RnD). RnD merupakan nilai
ka
bagian dari output industri yang melakukannya dan PMTB seperti RnD tentang varietas
ua
d. Eksplorasi dan evaluasi mineral (mineral exploration and evaluation/MEE). MEE merupakan
ba
nilai pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi barang tambang dan mineral,
://
tp
tanpa memperhitungkan apakah berhasil atau tidak menemukan cadangan tambang atau
ht
mineral. Biaya eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai bagian dari output industri
pertambangan dan PMTB.
e. Bank Sentral (Central Bank/CB). Aktivitas Bank Indonesia yang terkait dengan penyediaan
jasa kebijakan moneter dan pengawasan dipisahkan dari jasa intermediasi keuangan.
Aktivitas tersebut digabungkan dengan aktivitas penyediaan jasa regulasi yang dihasilkan
pemerintahan.
f. Komputer software (computer software and databases/CSD). CSD merupakan nilai pembelian
atau biaya pembangunan databases, yang diperlakukan sebagai bagian dari output industri
yang melakukannya dan PMTB.
g. Produk kekayaan intelektual (entertainment, literary or artistic originals/ELA). ELA merupakan
nilai pembelian atau biaya pembangunannya, yang diperlakukan sebagai bagian dari
output industri yang melakukannya dan PMTB.
Metodologi
Output jasa intermediasi keuangan. Output industri ini diestimasi dengan metoda FISIM
(Financial intermediation services indirectly measured / FISIM). FISIM dihitung berdasarkan tingkat
suku bunga simpanan (deposits), bunga pinjaman (loans), dan suku bunga referensi (reference).
Metoda ini menggantikan metoda Imputed Bank Services Charge (IBSC).
id
o.
Valuasi
.g
Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan harga dasar (Basic Price). Harga dasar
b ps
merupakan harga keekonomian suatu barang atau jasa pada tingkat produsen, sebelum ada
b.
intervensi pemerintah dalam bentuk pajak dan subsidi atas produk.
ka
n
si
Klasifikasi
ua
Klasifikasi yang digunakan adalah Internasional Standard Industrial Classification (ISIC rev.4)
ny
dan Central Product Classification (CPC rev.2). BPS mengadopsi kedua jenis klasifikasi tersebut
ba
Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2000 dan 2010
ht
id
o.
.g
b ps
b.
ka
n
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
i. Pendahuluan
Sektor rumahtangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan komponen konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB
pengeluaran5 . Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga
berperan sebagai produsen serta penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan
oleh sektor institusi lainnya.
Pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga (PK-RT) merupakan pengeluaran atas barang dan
id
o.
jasa oleh rumahtangga untuk tujuan konsumsi. Rumahtangga didefinisikan sebagai individu atau
.g
kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
ps
mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa
b
b.
secara bersama-sama utamanya kelompok makanan dan perumahan.
n ka
iii. Cakupan
si
ua
PK-RT mencakup pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumahtangga residen, baik yang
ny
dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis barang dan jasa tersebut
ba
5 Untuk Kabupaten/Kota yang mempunyai hasil tambang/industri/perkebunan dan nilai ekspornya sangat tinggi, umumnya nilai konsumsi
rumahtangganya relatif lebih rendah
id
Data dasar yang digunakan untuk mengestimasi komponen PK-RT bersumber dari :
o.
Survei Sosial Ekonomi Nasional/Daerah (Susenas/Suseda), BPS
.g
ps
Survei Khusus Konsumsi Rumahtangga Triwulanan (SKKRT), BPS
b
Sensus Penduduk 2010, BPS b.
Data Sekunder (dari dalam maupun luar BPS)
ka
n
v. Metoda Estimasi
ny
2. Data poin 1 dikalikan dengan penduduk pertengahan tahun, dikalikan 12 (PKRT Tahunan)
ht
Catatan:
i Pendahuluan
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumahtangga (LNPRT) muncul sebagai sektor
tersendiri di dalam perekonomian suatu wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang
dan jasa bagi anggota maupun bagi kelompok rumahtangga tertentu secara gratis atau pada tingkat
harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga yang
ditawarkan di bawah tingkat harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
id
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Untuk diketahui, sesuai dengan
o.
.g
fungsinya LNP dapat dibedakan atas LNP yang melayani rumahtangga (LNPRT) dan LNP yang
ps
melayani bukan rumahtangga.
b
b.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggota atau rumahtangga, serta tidak dikontrol
ka
oleh pemerintah. Anggota yang dimaksud bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7
n
si
jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan
ua
iii. Cakupan
tp
Nilai PK-LNPRT merupakan nilai output non-pasar yang dihasilkan oleh LNPRT. Nilai output
ht
non-pasar diestimasi berdasarkan nilai pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan
operasional. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis dan barang cetakan; pembayaran rekening
listrik, air, telepon, teleks, faksimili; biaya rapat, seminar, perjamuan; biaya transportasi,
bahan bakar, perjalanan dinas; belanja barang dan jasa lainnya; sewa gedung, sewa
perlengkapan kantor dll.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunj angan lain
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
v. Metoda Estimasi
id
hasil SK-LNP seperti jumlah tenaga kerja, penerima layanan, berbagai even seperti munas,
o.
rakerda, dan penanganan bencana;
.g
ps
4. Diperoleh nilai PK-LNPRT tahunan atas dasar harga berlaku (atas dasar harga Berlaku);
b
5. Susun Indeks implisit PK-LNPRT berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat);
b.
ka
6. Nilai PK-LNPRT atas dasar harga Konstan (ADHK) diperoleh dengan membagi hasil poin 4
n
dengan poin 5.
si
ua
Catatan :
ny
pengeluaran konsumsi LNPRT triwulanan yang diperoleh dari hasil kegiatan SK-LNPT.
://
tp
ht
i. Pendahuluan
Unit pemerintah merupakan unit institusi yang terbentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang legislatif, yudikatif, dan eksekutif atas unit institusi lain yang
berada di dalam batas-batas teritori suatu wilayah atau negara. Pemerintah juga berperan sebagai
penyedia barang dan jasa bagi individu atau kelompok rumahtangga tertentu, pemungut dan
pengelola pajak atau pendapatan lainnya, serta berfungsi untuk mendistribusikan pendapatan
melalui aktivitas transfer. Dari sudut pandang lain, unit pemerintah terlibat dalam produksi non-
pasar.
id
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah berperan sebagai konsumen maupun produsen
o.
barang dan jasa, serta sebagai regulator yang menetapkan kebijakan di bidang fiskal maupun
.g
ps
moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi. Sedangkan sebagai
b
produsen, pemerintah melakukan aktivitas produksi dan investasi.
b.
ka
Nilai PK-P merupakan besarnya nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah untuk
ua
dikonsumsi oleh pemerintah itu sendiri. Nilai tersebut diestimasi dengan pendekatan pengeluaran,
ny
yakni sebesar nilai pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran kompensasi pegawai,
ba
transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, serta nilai output dari unit
://
tp
Bank Indonesia. Nilai ini masih harus dikurangi nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan
ht
melalui unit produksi yang tak terpisahkan dari aktivitas pemerintahan secara keseluruhan. Aktivitas
yang dimaksud mencakup aktivitas:
1. Memproduksi barang yang sejenis dengan barang yang diproduksi unit perusahaan seperti
publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, dan pembibitan tanaman di kebun percobaan.
Aktivitas menghasilkan barang-barang semacam itu bersifat insidentil dan di luar fungsi
utama dari unit pemerintah.
2. Memproduksi jasa, seperti penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, museum,
perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai oleh
pemerintah. Dalam parktek, pemerintah akan memungut biaya, namun umumnya biaya yang
dikenakan tidak akan melebihi seluruh biaya yang dikeluarkan pemerintah. Pendapatan yang
diperoleh dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi atau
pendapatan jasa.
Sektor pemerintah terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam melakukan
aktivitasnya, pemerintah kabupaten/kota mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) masing-masing.
Data dasar yang digunakan untuk mengestimasi PK-P kabupaten/kota tahunan adalah:
id
a. Data realisasi APBD Tahunan, Kementrian Keuangan dan Bappeda
o.
.g
b. Statistik Keuangan Daerah, BPS
ps
c. Output Bank Indonesia, Bank Indonesia
b
b.
d. Gaji Pegawai Negeri Sipil, Kementrian Keuangan dan Bappeda
ka
v. Metoda Estimasi
ny
ba
Output non pasar dihitung melalui pendekatan biaya operasional, seperti belanja pegawai,
belanja barang, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain.
Catatan :
Penerimaan barang dan jasa IHK umum Prov atau Kab/Kota terdekat
id
o.
.g
ps
b
b.
nka
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
i Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor penentu di dalam perkembangan atau
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dalam konteks PDRB, aktivitas investas yang dimaksud
adalah investasi dalam bentuk fisik. Aktivitas investasi akan tercermin melalui komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori (PI). Komponen PMTB terkait
dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang terlibat dalam proses produksi. Aset tetap dapat
diklasifikasi menurut jenis barang modal, yakni dalam bentuk bangunan dan konstruksi lainnya;
mesin dan perlengkapan; kendaraan; tumbuhan dan ternak; serta barang modal lainnya.
id
ii Konsep dan definisi
o.
.g
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan barang modal yang ada pada unit
ps
produksi dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
b
b.
pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri, serta
ka
barang modal baru maupun barang modal bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer
n
si
dan barter), serta pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya (Cultivated Biological
ua
Resources/CBR). Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter,
ny
serta sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Dalam hal pengurangan barang
ba
modal yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
://
tp
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta mengalami penyusutan
ht
sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya mengandung unsur
penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan
penurunan nilai barang modal karena digunakan dalam proses produksi secara normal selama
periode tertentu.
iii Cakupan
PMTB mencakup :
1. Penambahan dikurangi pengurangan barang modal baik baru maupun bekas, seperti
bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan dan konstruksi lainnya,
mesin & perlengkapan, alat transportasi, tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated
asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products);
1. Perbaikan besar barang modal, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
usia pakai-nya seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan
dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi.
iv Sumber Data
id
d. Laporan Keuangan Perusahaan, Data Sekunder dari luar BPS
o.
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
.g
ps
f. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), BPS
b
g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas), BPS
b.
h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum, BPS
ka
v Metoda estimasi
://
Komponen PMTB diestimasi dengan menggunakan metoda langsung ataupun metoda tidak
tp
ht
Metoda Langsung:
PMTB atas dasar harga Berlaku (Domestik) = Barang Modal Domestik + TTM + Pajak atas
Produk (PPN) + Biaya Instalasi
PMTB atas dasar harga Berlaku (Impor) = Barang Modal Impor + TTM +Bea Impor + Biaya
Instalasi
PMTB atas dasar harga Konstan diperoleh dengan cara men-deflate PMTB atas dasar harga
Berlaku dengan IHPB sbb:
𝑃𝑀𝑇𝐵𝐴𝐷𝐻𝐵
𝑃𝑀𝑇𝐵𝐴𝐷𝐻𝐾 =
𝐼𝐻𝑃𝐵
IHPB yang digunakan adalah IHPB Nasional (2010=100) sesuai jenis barang modal.
Pendekatan Supply : PMTB atas dasar harga Berlaku = Total Supply Barang x Rasio
PMTB
Pendekatan Ekstrapolasi : PMTB atas dasar harga Konstan (t) = PMTB atas dasar hargak (t-1)
x Indeks Produksi (t)
id
o.
.g
b ps
b.
n ka
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
i Pendahuluan
Dalam suatu perekonomian, inventori atau persediaan merupakan salah satu komponen
penting yang dibutuhkan untuk kelangsungan suatu proses produksi, di samping tenaga kerja dan
barang modal. Komponen tersebut menjadi bagian dari pembentukan modal bruto atau investasi
fisik, yang terjadi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Komponen inventori
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang
setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong. Ketersediaan data tentang perubahan inventori
pada suatu periode akuntansi menjadi penting guna memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas
id
investasi.
o.
.g
ii Konsep dan definisi
ps
Pengertian sederhana dari inventori adalah barang yang dikuasai oleh produsen untuk tujuan
b
b.
diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang lainnya, yang mempunyai nilai ekonomi
ka
atau manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian tersebut adalah barang yang masih
n
si
dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih
ua
Nilai perubahan inventori merupakan selisih antara nilai inventori di akhir periode dengan
ba
nilai inventori pada awal periode (akuntansi). Perubahan inventori menjelaskan perubahan posisi
://
tp
barang inventori, yang dapat bermakna penambahan (bertanda positif) ataupun pengurangan
ht
(bertanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan dari proses
produksi sehingga perlu dicadangkan, baik dalam bentuk bahan baku ataupun bahan penolong.
Faktor ketidakpastian yang disebabkan oleh pengaruh dari faktor eksternal juga menjadi
pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi
pedagang, pengadaan inventori lebih disebabkan oleh unsur spekulasi, dengan harapan agar
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b. Inventori menurut jenis bahan baku & penolong (material & supplies), mencakup semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c. Barang jadi, mencakup barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan
termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
d. Barang setengah jadi, yang mencakup barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai
(tidak termasuk konstruksi yang belum selesai);
id
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang untuk tujuan dijual;
o.
.g
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
ps
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau digunakan sebagai bahan bakar
b
atau persediaan; serta
b.
ka
h. Persediaan pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula pasir, dan
n
gandum.
si
ua
iv Sumber Data
ny
ba
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi komponen perubahan inventori adalah :
://
1. Laporan keuangan perusahaan hasil kegiatan survei atau website Bursa Efek Indonesia
tp
(www.idx.co.id);
ht
Komponen Perubahan Inventori (PI) diestimasi dengan menggunakan metoda revaluasi atau
metoda deflasi, tergantung jenis komoditasnya.
a. Metoda Revaluasi
Metoda ini digunakan untuk komoditas pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan
pertambangan.
PI atas dasar harga Berlaku = Volume nventori (t) – Volume inventori (t-1)) x Harga per
unit
PI atas dasar harga Konstan = PI atas dasar harga Berlaku / IHPB
id
o.
b. Metoda Deflasi
.g
ps
Metoda ini digunakan untuk komoditas industri pengolahan dan komoditas lainnya.
b
b.
PI atas dasar harga Konstan = Inventori (t) atas dasar harga Berlaku/IHPB (t ) -
ka
PI atas dasar harga Berlaku = PI atas dasar harga Konstan x IHPB rata-rata (t)
ny
ba
://
tp
ht
i Pendahuluan
Aktivitas ekspor-impor dari dan ke suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi maupun disparitas harganya menjadi faktor utama munculnya aktivitas tersebut.
Wilayah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha untuk mendatangkan dari luar
wilayah atau bahkan dari luar negeri. Di sisi lain, wilayah yang memproduksi barang dan jasa
melebihi kebutuhan domestik-nya, terdorong untuk memperluas pasar ke luar wilayah atau bahkan
ke luar negeri.
id
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas berbagai
o.
barang dan jasa semakin meningkat. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga turut
.g
ps
memperlancar arus dan distribusi barang dan jasa. Kondisi ini semakin mendorong aktivitas ekspor-
b
impor dari dan ke suatu wilayah. b.
ka
pembelian, barter, pemberian atau hibah) barang dan jasa antar residen wilayah tersebut dengan non-
ny
iii Cakupan
tp
ht
iv Sumber Data
id
BANYUASIN MENURUT PDRB PENGELUARAN
o.
.g
ps
2012 -2016
b
b.
ka
n
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
Sebagaimana diketahui bahwa sejak tahun 2015, PDRB diestimasi dengan menggunakan tahun
dasar yang baru, tahun 2010 (2010=100) menggantikan tahun dasar lama, tahun 2000 (2000=100).
Penyusunan PDRB dengan tahun dasar baru juga disertai dengan upaya untuk
mengimplementasikan System of National Accounts (SNA) yang baru, SNA 2008. Kedua hal tersebut
tentu berdampak pada besaran maupun struktur PDRB serta indikator ekonomi yang diturunkan
dari data PDB/PDRB tersebut.
Secara total, PDRB Kabupaten Banyuasin atas dasar harga berlaku (ADHB) di tahun 2016
meningkat sebesar 9,94%, yakni dari 20.794,41 miliar Rupiah (2000=100) di tahun 2015 menjadi
id
22.860,73 milliar Rupiah (2010=100). Jika dinilai atas dasar harga (atas dasar harga) Konstan 2010,
o.
maka peningkatan ini jauh lebih kecil, yakni dari 16.236 miliar Rupiah (2000=100) di tahun 2015
.g
ps
menjadi 17.190,46 miliar Rupiah (2010=100), atau meningkat sebesar 5,88%.
b
b.
Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung melemah, perekonomian
ka
Kabupaten Banyuasin periode 2012 - 2016 dapat tetap tumbuh di atas 5%, yakni sebesar 6,15%; 6,18%;
n
si
5,14%; 5,56% dan 5,88%. Peningkatan volume ekonomi tersebut tercermin baik dari sisi produksi
ua
(supply side) maupun sisi permintaan akhir (demand side). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi
ny
didukung oleh kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 8,60% di tahun 2016,
ba
yang menyumbang lebih dari 35% total PDRB setiap tahunnya. Dari sisi permintaan akhir,
://
Konsumsi Rumahtangga (PK-RT), yang menyumbang lebih dari separuh total PDRB.
Pada periode tahun 2012 - 2016 PDRB Kabupaten Banyuasin atas dasar harga Berlaku
meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 15.636,2 miliar Rupiah (2012); 17.524,6 miliar Rupiah
(2013); 19.133,8 miliar Rupiah (2014); 20.794,4 miliar Rupiah (2015) dan 22.860,73 miliar Rupiah (2016).
Peningkatan ini dipengaruhi baik oleh perubahan harga maupun perubahan volume. Peningkatan
PDRB sisi produksi diikuti oleh peningkatan PDRB dari sisi permintaan akhir atau PDRB
pengeluaran. Peningkatan PDRB menurut komponen pengeluaran Kabupaten Banyuasin.pada
periode 2012-2016 dapat dilihat dari tabel 1 dan grafik 1 berikut ini:
id
4. Pembentukan Modal Tetap
o.
Bruto/Gross Fixed Capital 5.359,09 5.947,39 6.312,07 6.186,79 6.960,26
.g
Formation
ps
5. Perubahan
Inventori/Changes of 568,30 -11,79 80,09 603,23 428,28
b
Inventory b.
6. Ekspor/Export 4.898,29 5.473,42 5.373,99 5.547,04 6.011,46
ka
Grafik 1. PDRB atas dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kabupaten Banyuasin
tp
2012 – 2016
ht
16,000
13,000
Miliar Rupiah
10,000
7,000
4,000
1,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tabel 2. PDRB atas dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten Banyuasin
id
2012 - 2016
o.
Table 2. GRDP at 2010 Constant Price 2010 by Expenditure, Banyuasin Region
.g
2012-2016
ps
(Miliar Rp/ Billion Rp)
Komponen
b
2012
b.
2013 2014r) 2015* 2016**
Pengeluaran/Expenditure item
ka
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
n
1. Konsumsi Rumah
9.122,12 9.698,49 10.046,75 10.411,51 10.886,11
si
Tangga/Household
Consumption
ua
Consumption
3. Konsumsi
ba
Formation
5. Perubahan
Inventori/Changes of 578,30 -123,92 79,81 368,46 272,18
Inventory
6. Ekspor/Export 4.724,89 5.613,98 5.967,92 5.691,93 5.870,57
Dari tabel 2, terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar harga Konstan di Kabupaten Banyuasin terus
meningkat dari tahun ke tahun, yakni sebesar 13.777,8 miliar Rupiah (2012); 14.628,9 miliar Rupiah
(2013); 15.380,6 miliar Rupiah (2014); 16.236,0 miliar Rupiah (2015); dan 17.190,46 miliar Rupiah
(2016). Sedangkan dari grafik 2, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuasin.
cenderung meningkat, yakni dari 5,56 persen pada tahun 2015 menjadi 5,88 persen pada tahun 2016.
11,000
9,000
Miliar Rupiah
7,000
5,000
id
o.
3,000
.g
1,000
ps
2012 2013 2014 2015 2016
b
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT
b.
Konsumsi Pemerintah PMTB
ka
Perubahan Inventori Ekspor Impor
n
si
ua
Grafik 3. Perbandingan PDRB atas dasar Harga Berlaku dan atas dasar Harga Konstan 2010
ny
Figure 3. Comparing GRDP at current price and GRDP at Constant Price 2010
://
25,000.00
ht
22,860.73
20,794.41
19,133.85
20,000.00 17,524.59
15,636.17
14,202.17 17,190.46
Miliar Rupiah
15,000.00 16,236.00
12,313.18 15,380.59
14,628.96
12,980.04 13,777.76
10,000.00 12,313.18
5,000.00
0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
ADHB ADHK
id
Pengeluaran/Expenditure item
o.
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah 68,35 71,17 70,86 68,98 68,50
.g
Tangga/Household
ps
Consumption
2. Konsumsi LNPRT/NPISH 1,16 1,20 1,31 1,32 1,31
Consumption
b
b.
3. Konsumsi 7,95 8,16 8,14 8,11 7,53
ka
Pemerintah/Government
Consumption
n
si
Formation
ny
Inventory
6. Ekspor/Export 31,33 31,23 28,09 26,68 26,30
://
tp
Terbentuknya total PDRB pengeluaran tidak trelepas dari kontribusi seluruh komponen, yang
terdiri dari komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi
Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi
Akhir Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor
minus impor barang dan jasa.
Dari tabel 3 terlihat bahwa selama periode 2012-2016, PDRB Kabupaten Banyuasin, sebagian
besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumahtangga (PK-RT). Pengeluaran
untuk akitvitas pembentukan modal (PMTB) juga mepunyai kontribusi yang relatif besar, yakni
sekitar 29 s.d 34 persen. Meskipun komponen ekspor berkontribusi sekitar 26 s.d 32 persen, namun di
100.00
90.00
80.00
id
70.00
o.
60.00
.g
50.00
40.00
ps
30.00
20.00
b
b.
10.00
ka
0.00
n
Kontribusi komponen konsumsi pemerintah (PK-P) berada pada rentang 7,53 – 8,16 persen. Hal
://
tersebut menunjukkan peran pemerintah dalam menyerap PDRB tidak terlalu besar. Di sisi lain, pada
tp
tahun 2012-2016 perdagangan dengan luar wilayah yang direpresentasi oleh komponen ekspor dan
ht
impor, menunjukkan ekspor yang cenderung lebih rendah dari impor. Kecenderungan pada periode
itu selalu menunjukkan posisi “defisit” atau merugi. Tetapi bisa jadi bahwa barang yang diimpor
merupakan bahan baku yang tidak tersedia di Kabupaten Banyuasin, karena kategori industri
pengolahan di Kabupaten Banyuasin tergolong besar jika dibandingkan dengan Kabupaten lain di
Provinsi Sumatera Selatan..
Agregat makro lain yang diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau
pertumbuhan ekonomi (economic growth). Indikator ekonomi ini menggambarkan kinerja
pembangunan ekonomi suatu wilayah. Sebagaimana terlihat dari tabel 4, selama periode tahun 2012 -
2016 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuasin mengalami fluktuasi, yakni sebesar 6,15 persen
(2012); 6,18 persen (2013); 5,14 persen(2014); 5,56 persen (2015); dan 5,88 persen (2016). Sedangkan
dari grafik 5 akan terlihat pertumbuhan masing-masing komponen PDRB selama periode tahun yang
sama.
30 PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Pengeluaran
Tahun 2012 - 2016
Tabel 4. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,
Kabupaten Banyuasin 2012 - 2016
Table 4. Growth rate of GRDP at Constant Price 2010 by Expenditure,
Banyuasin Region 2012-2016
(%)
Komponen
2012 2013 2014r) 2015* 2016**
Pengeluaran/Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah 7,40 6,32 3,59 3,63 4,56
Tangga/Household
Consumption
2. Konsumsi LNPRT/NPISH 5,05 11,00 10,41 7,06 5,83
Consumption
3. Konsumsi 6,61 8,35 1,61 4,94 -0,58
Pemerintah/Government
Consumption
id
4. Pembentukan Modal Tetap 6,26 5,83 1,05 0,96 7,86
Bruto/Gross Fixed Capital
o.
Formation
.g
5. Perubahan 2.642,42 -121,43 -164,41 361,66 -26,13
ps
Inventori/Changes of
Inventory
b
6. Ekspor/Export 9,77 b. 18,82 6,30 -4,62 3,14
ka
7. Impor/Import 21,62 4,46 3,59 -5,06 -0,08
n
Grafik 5. Pertumbuhan PDRB atas dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Kabupaten Banyuasin 2012 – 2016
://
tp
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
2012 2013 2014 2015 2016
-5.00
-10.00
Komponen
2012 2013 2014r) 2015* 2016**
Pengeluaran/Expenditure item
id
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah 117,15 128,60 134,95 137,76 143,86
o.
Tangga/Household
.g
Consumption
ps
2. Konsumsi LNPRT/NPISH 110,03 115,09 124,04 127,00 130,88
Consumption
3. Konsumsi 110,28 117,08
b 125,61 129,59 133,00
b.
Pemerintah/Government
ka
Consumption
4. Pembentukan Modal Tetap 117,65 123,38 129,59 125,80 131,21
n
Formation
ua
Inventory
ba
Sementara Tabel 6 menunjukkan laju perubahan Indeks implisit PDRB pengeluaran yang
merupakan tingkat inflasi ditinjau dari PDRB. Inflasi ini berbeda dari inflasi tingkat konsumen yang
dihitung dari survei Indeks Harga Konsumen yang juga dikeluarkan oleh BPS. Inflasi dari Indeks
Harga Implisit ini digunakan untuk melihat inflasi dari sisi perekonomian secara makro. Laju
perubahan indeks implisit menunjukkan tingkat perubahan indeks implisit dari tahun sebelumnya.
Besar laju perubahan indeks implisit atau tingkat inflasi Kabupaten Banyuasin dari tahun ke tahun
cenderung fluktuatif, yaitu sebesar 3,72 persen di tahun 2012; naik kembali menjadi 5,56 persen di
tahun 2013; kemudian terus turun di tahun 2014 dan 2015 dengan masing-masing sebesar 3,85 persen
dan 2,95 persen dan kembali naik di tahun 2016 menjadi 3,83 persen..
6 Indeks perkembangan
Komponen
2012 2013 2014r) 2015* 2016**
Pengeluaran/Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah 8,89 9,77 4,94 2,09 4,42
Tangga/Household
Consumption
2. Konsumsi LNPRT/NPISH 6,59 4,60 7,78 2,38 3,06
Consumption
3. Konsumsi 3,43 6,17 7,28 3,17 2,63
Pemerintah/Government
Consumption
4. Pembentukan Modal Tetap 4,76 4,86 5,03 -2,92 4,30
id
Bruto/Gross Fixed Capital
o.
Formation
.g
5. Perubahan -61,58 -90,32 954,52 63,16 -3,89
Inventori/Changes of
ps
Inventory
b
6. Ekspor/Export -1,31 b. -5,96 -7,64 8,23 5,07
ka
7. Impor/Import 6,91 4,86 -3,43 3,33 4,84
n
Perubahan struktur perekonomian suatu wilayah sebagai akibat dari upaya pembangunan
ekonomi yang dilaksanakan pada periode tertentu, tidak terlepas dari perilaku masing-masing
komponen pengguna akhir. Setiap komponen mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan
tujuan akhir penggunaan barang dan jasa. Data empiris menunjukan bahwa sebagian besar produk
atau barang dan jasa yang tersedia pada periode tertentu digunakan untuk memenuhi permintaan
konsumsi akhir oleh rumahtangga, LNPRT dan pemerintah, sebagian lagi digunakan untuk investasi
fisik dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori. Berikut perilaku masing-masing komponen
PDRB pengeluaran Kabupaten Banyuasin untuk periode 2012 – 2016.
id
3.2.1. Konsumsi Akhir Rumahtangga
o.
.g
Komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT) merupakan pengeluaran
ps
terbesar atas berbagai barang dan jasa yang tersedia. Data berikut menunjukkan bahwa dari seluruh
b
b.
nilai tambah bruto (PDRB) yang diciptakan di Kabupaten Banyuasin ternyata sebagian besar masih
ka
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga. Dengan kata lain, sebagian besar
n
si
produk (domestik) yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Banyuasin maupun produk (impor) yang
ua
didatangkan dari luar wilayah atau luar negeri akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
ny
Dalam suatu perekonomian, fungsi utama dari institusi rumahtangga adalah sebagai konsumen
tp
akhir (final consumer) atas barang dan jasa yang tersedia, termasuk konsumsi oleh rumahtangga
ht
khusus (seperti penjara, asrama dan lain-lain). Selanjutnya, berbagai jenis barang dan jasa yang
dikonsumsi tersebut akan diklasifikasikan menurut 7 (tujuh) kelompok COICOP (Classification of
Individual Consumption by Purpose), yaitu kelompok makanan dan minuman selain restoran; pakaian,
alas kaki dan jasa perawatannya; perumahan dan perlengkapan rumah tangga; kesehatan dan
pendidikan; angkutan dan komunikasi; restoran dan hotel; serta kelompok barang dan jasa lainnya.
Data berikut menunjukkan bahwa pada periode tahun 2012 – 2016 pengeluaran konsumsi akhir
rumahtangga mengalami peningkatan signifikan, baik dari sisi nominal (atas dasar harga berlaku)
maupun secara riil (atas dasar harga konstan). Kenaikan jumlah penduduk menjadi salah satu
pendorong terjadinya kenaikan nilai pengeluaran konsumsi rumahtangga. Pada gilirannya kenaikkan
tersebut juga akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
id
( % ADHB / Currrent Prices)
o.
Rata-rata konsumsi per-
Kapita/ Average of per-capita
.g
13.809,30 15.821,71 16.947,37 17.674,92 19.038,14
consumtion (Ribu Rp/Thousand
ps
Rp)
a. ADHB / Currrent Prices
b. ADHK 2010/2010 11.787,54 12.303,26
b 12.558,47 12.829,95 13.234,18
b.
Constant Prices
ka
Pertumbuhan/Growth7
7,40 6,32 3,59 3,63 4,56
a. Total konsumsi RT/ Total
n
of Household Consumption
si
Jumlah penduduk/Number of
ny
Selama periode 2012 – 2016 proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap total
ht
PDRB berfluktuasi, yaitu 68,35 persen (2012); 71,17 persen (2013); 70,86 persen (2014); 68,98 persen
(2015); dan 68,50 persen (2016). Posisi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 71,17 persen dan
terendah pada tahun 2012 sebesar 68,35 persen.
Pada masa pemulihan ekonomi, biasanya institusi rumahtangga memperbaiki perilaku atau
pola konsumsinya. Hal tersebut terjadi karena secara umum tingkat pendapatan masyarakat akan
naik dan di sisi lain persediaan atau penawaran berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik
bertambah. Kondisi semacam ini memicu naiknya belanja untuk keperluan konsumsi, termasuk
konsumsi rumahtangga.
Secara total, konsumsi rumahtangga dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Pada tahun 2012, seluruh rumahtangga di
Kabupaten Banyuasin menghabiskan dana sekitar 10.686,7 miliar Rupiah setahun untuk memenuhi
7 Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)
PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Pengeluaran 35
Tahun 2012 - 2016
kebutuhan konsumsinya. Pengeluaran tersebut meningkat menjadi 12.472,0 miliar Rupiah (2013);
13.557,9 miliar Rupiah (2014); 14.343,2 miliar Rupiah (2015) dan 15.660,3 miliar Rupiah (2016).
Sementara itu, atas dasar harga Konstan (2010) total konsumsi rumahtangga tumbuh pada kisaran
5,10 persen, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 6,45 persen.
Di sisi lain, kenaikan rata-rata konsumsi per-kapita cenderung searah dengan kenaikan
jumlah penduduk. Pertumbuhan rata-rata konsumsi per-kapita menunjukan peningkatan, baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Kondisi ini menunjukan rata-rata
konsumsi setiap penduduk meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai (termasuk
peningkatan kualitas). Rata-rata konsumsi per-kapita secara “riil” meningkat pada kisaran 2 s.d 6
persen. Peningkatan tersebut tentu berpengaruh pada struktur konsumsi rumahtangga, seperti
id
terlihat pada tabel berikut:
o.
.g
Tabel 8. Struktur Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga, Kabupaten Banyuasin
ps
Table 8. Component Structure of Household Consumption Expenditure, Banyuasin Region
2012—2016 8
b
b.
ka
(%)
Kelompok Konsumsi/
2012 2013 2014r) 2015* 2016**
n
Consumption group
si
tobacco
b. Pakaian dan Alas Kaki/ 3,37 3,22 3,27 3,27 3,20
ba
Perlengkapan dan
ht
Penyelenggaraan Rumah
Tangga/ Housing, household
equipment and routine household
maintenance
d. Kesehatan & Pendidikan/ 6,58 6,69 6,26 6,57 6,47
Health and education
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam Tabel 9,
menunjukkan peningkatan setiap tahun-nya untuk masing-masing kelompok pengeluaran konsumsi
id
rumah tangga. Peningkatan harga relatif tinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 11,55 persen,
o.
.g
pada harga kelompok makanan, minuman dan rokok.
b ps
Tabel 9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga,
b.
Kabupaten Banyuasin
ka
Banyuasin Region
si
2012—2016 9 (%)
ua
Kelompok Konsumsi/
2012 2013 2014r) 2015* 2016**
Consumption group
ny
tobacco
b. Pakaian dan Alas Kaki/ 1,05 6,61 -0,57 2,38 3,12
tp
Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) adalah salah satu unit institusi
yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi aset. Keberadaannya diakui oleh
hukum atau masyarakat, terpisah dari orang atau entitas lain yang memiliki atau mengendalikan.
Dalam kegiatannya, LNPRT merupakan mitra pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah sosial
seperti kemiskinan dan lingkungan hidup.
id
o.
Uraian 2012 2013 2014r) 2015* 2016**
.g
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
ps
Total Konsumsi LNPRT 181,42 210,64 250,65 274,73 299,64
a. ADHB (Miliar Rp)
164,88 183,02
b 202,06 216,33 228,94
b.
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
ka
Proporsi terhadap PDRB 1,16 1,20 1,31 1,32 1,31
( % ADHB)
n
2010)
ua
ny
ba
Total pengeluaran konsumsi LNPRT dalam kurun waktu tahun 2012-2016 mengalami
://
peningkatan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2012
tp
konsumsi LNPRT sebesar 181,4 miliar rupiah, kemudian pada tahun-tahun berikutnya yaitu 210,6
ht
miliar rupiah (2013), 250,6 miliar rupiah (2014), 274,7 miliar rupiah (2015) dan 299,6 miliar Rupiah
(2016). Pertumbuhan riil pengeluaran konsumsi LNPRT tahun dasar 2010 juga berturut-turut adalah
5,05 persen (2012), 11,00 persen (2013), 10,41 persen (2014), 7,06 persen (2015), dan 5,83 persen (2016).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013.
id
1.126,91 1.221,05 1.240,68 1.302,03 1.294,53
o.
Proporsi terhadap PDRB 7,95 8,16 8,14 8,11 7,53
.g
( % ADHB )
ps
Konsumsi Pemerintah per- 1.606 1.814 1.948 2.079 2.093
kapita (Ribu Rp)
b
a. ADHB b.
b. ADHK 1.456 1.549 1.551 1.604 1.574
ka
a. ADHB
ua
Pemerintah
://
Pemerintah
Jumlah Pegawai Pemerintah11 8.444 8.323 8.194 8.645 8.445
Sedangkan barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang publik yang memiliki ciri a) Non
rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu barang tidak mengurangi kesempatan
konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. b) Non excludable, yaitu apabila suatu
barang publik tersedia, maka tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh
manfaat dari barang tersebut atau dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke barang tersebut.
Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa kolektif
adalah jasa pertahanan yang dilakukan TNI dan keamanan yang dilakukan kepolisian.
10 Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)
11 Tidak termasuk polisi dan militer
PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Pengeluaran 39
Tahun 2012 - 2016
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukkan peningkatan, baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Pada tahun 2012 total pengeluaran
konsumsi akhir pemerintah atas dasar harga berlaku adalah sebesar 1.242,7 miliar rupiah, kemudian
pada tahun-tahun berikutnya sebesar 1.429,7 miliar rupiah (2013), 1.558,4 miliar rupiah (2014),
1.687,3 miliar rupiah (2015), dan 1.721,7 miliar rupiah (2016). Demikian halnya dengan konsumsi
pemerintah atas dasar harga konstan 2010, yang juga mengalami peningkatan pada masing-masing
tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari
sisi kuantitas.
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap
PDRB hanya sedikit berfluktuasi, dari 7,95 persen (tahun 2012) hingga 7,53 persen (tahun 2016).
id
Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2016; sedangkan proporsi tertinggi
o.
.g
pada tahun 2013.
ps
b
Salah satu fungsi pemerintah adalah memberikan jasa layanan pada publik atau masyarakat
b.
dalam bentuk jasa kolektif maupun individual. Dalam praktek, pengeluaran pemerintah ini selalu
ka
dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik), meskipun
n
si
tidak seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung. Kondisi tersebut dapat
ua
diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk,
ny
baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan
ba
peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita.
://
tp
Pada tahun 2012 konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga berlaku sebesar 1.606 ribu rupiah,
ht
terus meningkat pada tahun-tahun setelah itu, yaitu menjadi 1.814 ribu rupiah (2013); 1.948 ribu
rupiah (2014); 2.079 ribu rupiah pada tahun 2015, dan mencapai 2.093 ribu rupiah pada tahun 2016.
Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga konstan 2010 juga menunjukkan
adanya peningkatan setiap tahunnya, dengan masing-masing senilai 1.456 ribu rupiah (2012); 1.549
ribu rupiah (2013); 1.551 ribu rupiah (2014), 1.604 ribu rupiah (2015), dan 1.574 ribu rupiah pada
tahun 2016. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah per kapita
secara kuantitas, dengan laju pertumbuhan sebesar 5,04 persen (2012). Kemudian pada tahun
berikutnya pertumbuhan konsumsi pemerintah per kapita yaitu 6,37 persen (2013); 0,12 persen
(2014); 3,46 persen (2015); dan -1,91 persen (2016).
Namun, pada tingkat harga konstan 2010 indikator pemerataan menurut pegawai
menunjukkan fluktuasi dari waktu ke waktu. Persentase kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada
tahun 2012 dan 2013 , masing-masing sebesar 8,8 persen dan 9,93 persen.
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan (baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010), tidak sejalan dengan jumlah pegawai pemerintah
yang mengalami fluktuasi. Pada periode tahun 2012 s.d 2016 jumlah pegawai pemerintah pada
masing-masing tahun sebesar 8.444 orang (2012); 8.323 orang (2013); 8.194 orang (2014); 8.645 orang
id
(2015); dan 8.445 orang (2016).
o.
.g
Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” ini menunjukkan peningkatan
ps
baik secara keseluruhan maupun rata-rata per penduduk namun konsumsi per pegawai pemerintah
b
b.
menunjukkan fluktuasi. Parameter ini adalah pendekatan untuk mengukur pemerataan kesempatan
ka
masyarakat atas pengeluaran sumber daya finansial oleh pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi
n
si
pada tahun 2012 dan 2013, dengan rincian untuk total konsumsi pemerintah masing-masing tahun
ua
sebesar 6,61 persen dan 8,35 persen; untuk konsumsi per-kapita 5,04 persen dan 6,37 persen; untuk
ny
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi
investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai
produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)12 . Fungsi kapital
adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan
usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.
Pengelompokan PMTB pada PDRB tahun dasar 2010 dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
Bangunan dan Non Bangunan. Data di bawah ini menjelaskan bahwa, secara keseluruhan
pertumbuhan riil PMTB dalam kurun waktu 2012 – 2016 berfluktuasi dari 6,26 persen (2012) menjadi
7,86 persen (2016), sementara di tahun lainnya masing-masing 5,83 persen (2013); dan 1,05 persen
(2014) dan 0,96 persen (2015). Pertumbuhan PMTB tertinggi terjadi pada tahun 2016.
12 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Pengeluaran 41
Tahun 2012 - 2016
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur PMTB, Kabupaten Banyuasin
Table 12. Trend and Structure of GFCF, Banyuasin Region
2012 – 2016
Uraian
2012 2013 2014r) 2015* 2016**
(1)
(3) (4) (5) (6) (7)
Total PMTB 5.359,09 5.947,39 6.312,07 6.186,79 6.960,26
a. ADHB (Miliar Rp)
id
o.
b Non Bangunan 1.124,36 1.098,91 1.228,65 1.282,54 1.458,93
.g
(Miliar Rp)
(%)
ps
20,98 18,48 19,47 20,73 20,96
b
c Total 5.359,09 5.947,39 b. 6.312,07 6.186,79 6.960,26
(Miliar Rp)
(%)
ka
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
n
a. Bangunan
ua
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam bentuk
“persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi, konsumsi
ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan (bertanda
positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen
yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net
ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan
persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan.
Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak
berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan
id
o.
Proporsi terhadap PDRB 3,63 -0,07 0,42 2,90 1,87
.g
(% - ADHB)
ps
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan
b
b.
inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara
ka
estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih jauh sebagaimana dilakukan
n
si
Pada tahun 2012 perubahan inventori atas dasar harga berlaku sebesar 568,30 miliar rupiah,
ba
yang kemudian menurun pada tahun 2013 dan naik kembali pada tahun 2014 menjadi 80,09 miliar
://
rupiah. Pada tahun 2015 perubahan inventori meningkat menjadi 603,23 miliar rupiah, dan menurun
tp
Sementara itu, proporsi perubahan inventori terhadap total PDRB di Kabupaten Banyuasin
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012, proporsi perubahan inventori adalah 3,63 persen, selanjutnya
-0,07 persen (2013), 0,42 persen (2014), 2,90 persen (2015), dan 1,87 persen (2016). Proporsi perubahan
inventori tertinggi terdapat pada tahun 2012.
Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk barang
dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi Kabupaten Banyuasin, tetapi dikonsumsi oleh
pihak yang berdomisili di wilayah lain, baik itu kabupaten lain di dalam satu propinsi, propinsi lain,
maupun luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor
pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara
maupun laut) yang singgah dan sebagainya.
PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Pengeluaran 43
Tahun 2012 - 2016
Tabel 14. Perkembangan Ekspor, Kabupaten Banyuasin
Table 14. Trend of Export, Banyuasin Region
2012—2016
id
Secara total, dalam kurun waktu 2012-2016, nilai ekspor barang dan jasa cenderung
o.
menunjukkan peningkatan setiap tahun kecuali tahun 2014 yang sedikit menurun. Pada tahun 2012,
.g
nilai ekspor barang dan jasa sebesar 4.898,29 miliar rupiah meningkat menjadi sebesar 5.473,42 miliar
ps
rupiah pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2014 nilai ekspor barang dan jasa menurun sedikit
b
b.
menjadi 5.373,99 miliar rupiah, kemudian meningkat kembali mencapai 5.547,04 miliar rupiah di
ka
tahun 2015 dan 6.011,46 miliar rupiah pada tahun 2016. Sejalan dengan nilai ekspor atas dasar harga
n
si
Berlaku, nilai ekspor barang dan jasa atas dasar harga konstan 2010 juga menunjukan arah
ua
pertumbuhan yang sama, yaitu cenderung meningkat dengan nilai “riil” masing-masing tahun
ny
sebesar 4.724,9 miliar rupiah (2012); 5.613,9 miliar rupiah (2013); 5.967,9 miliar rupiah (2014); 5.691,9
ba
miliar rupiah (2015); dan 5.870,6 miliar rupiah (2016). Sementara itu, pada periode 2012 s.d 2016,
://
proporsi dalam PDRB justru cenderung menurun dari 31,33 persen pada tahun 2012 menjadi 26,30
tp
ht
Pertumbuhan riil total ekspor mencapai angka yang tinggi, khususnya pada tahun 2013
mencapai 18,82 persen. Sementara itu, pada tahun lainnya, pertumbuhan ekspor pada masing-
masing tahun adalah sebesar 9,77 persen (2012); 6,30 persen (2014); -4,62 persen (2015) dan 3,14
persen (2016).
Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun PMTB
(termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari impor. PDRB
menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik Kabupaten Banyuasin
Sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut
Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan penyediaan
(supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen. Komponen impor
termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh
penduduk (resident) Kabupaten Banyuasin di luar domestik, baik yang berupa makanan maupun
bukan makanan (termasuk jasa). Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor barang dan jasa
dapat menunjukkan seberapa besar ketergantungan Kabupaten Banyuasin terhadap ekonomi atau
produk wilayah lain, baik wilayah kabupaten/kota lain dalam satu propinsi, propinsi lain, maupun
id
luar negeri.
o.
.g
ps
Data pada tabel di bawah ini menunjukan bahwa secara total nilai impor barang dan jasa
b
Kabupaten Banyuasin cenderung meningkat (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
b.
konstan 2010) pada kurun tahun 2012 s.d 2016. Pada tahun 2012 nilai impor barang dan jasa atas
ka
dasar harga berlaku mencapai 7.300,39 miliar rupiah, kemudian meningkat di tahun 2013 menjadi
n
si
7.996,76 miliar rupiah, 7.999,18 miliar rupiah pada tahun 2014 dan sedikit menurun menjadi 7.847,88
ua
miliar rupiah pada tahun 2015 dan kemudian kembali naik menjadi 8.220,89 miliar rupiah pada
ny
tahun 2016. Demikian juga dengan proporsinya, pada tahun 2012 impor barang dan jasa memberikan
ba
kontribusi sebesar 46,69 persen. Pada tahun berikutnya kontribusi impor barang dan jasa sedikit
://
tp
menurun menjadi 45,63 persen dan 41,81 persen pada tahun 2013 dan tahun 2014. Selanjutnya, pada
ht
tahun 2015 dan 2016 proporsi impor barang dan jasa sebesar 37,74 persen dan 35,96 persen.
id
o.
.g
PENGELUARAN KABUPATEN BANYUASIN
ps
b
b.
2010 - 2015
ka
n
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam wilayah
ekonomi Kabupaten Banyuasin, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB
dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah dalam
menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai
tambah, pengeluaran, dan pendapatan.
id
o.
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan
.g
dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Untuk
ps
melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, dapat dilihat dari data PDRB perkapita.
b
b.
Selanjutnya bisa dibandingkan laju pertumbuhan PDRB per kapita dan laju pertumbuhan penduduk
ka
untuk melihat apakah peningkatan konsumsi penduduk sejalan dengan peningkatan jumlah
n
si
penduduk.
ua
Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita, Kabupaten Banyuasin
ny
Table 16. Gross Domestic Regional Bruto and per capita GRDP, Banyuasin Region
ba
2012—2016
://
tp
Pertumbuhan PDRB
4,51 4,58 3,60 4,07 4,45
perkapita ADHK
Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa
akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi.
Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan
sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
id
o.
Uraian
.g
2012 2013 2014 2015* 2016**
ps
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
b
Konsumsi Akhir (ADHB) b.
(Miliar Rp)
ka
PDRB (ADHB)
ba
Dari tabel bisa dilihat bahwa konsumsi akhir terbesar ada di rumah tangga, yang besarnya
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Proporsi konsumsi akhir terhadap total PDRB pada periode
2010-2015 berkisar antara 77 hingga 81 persen dengan proporsi tertinggi ada di tah un 2013 sebesar
80,53 persen. Selisih antara PDRB dan konsumsi PDRB termuat di PMTB, Ekspor, Impor, dan
Perubahan Inventori. Hubungan antara pengeluaran dan konsumsi akhir serta selisihnya bisa
dijelaskan oleh kecenderungan mengkonsumsi dan kecenderungan menabung yang akan dijelaskan
selanjutnya sebagai Average Propensity to Consume (APC) dan Average Propensity to Save (APS).
id
o.
𝑆 𝐶
APS = 𝑌 ; APC = 𝑌
.g
𝑎 𝑎
b ps
Di mana C = Tingkat Konsumsi, S = Tingkat Tabungan, dan Y d = Pendapatan disposabel.
b.
ka
Tabel 18. Average Propensity to Consume dan Average Propensity to Save, Kabupaten Banyuasin
ny
Table 18. Average Propensity to Consume and Average Propensity to Save, Banyuasin Region
ba
2012—2016
://
Pendapatan Disposabel (Yd) (Miliar Rp) 15.636,17 17.524,59 19.133,85 20.794,41 22.860,73
Total Konsumsi RT (ADHB)
(Miliar Rp) 10.686,71 12.472,04 13.557,86 14.343,21 15.660,30
Total Konsumsi LNPRT (ADHB)
(Miliar Rp) 181,42 210,64 250,65 274.73 299,64
Total Konsumsi Pemerintah (ADHB)
(Miliar Rp) 1.242,75 1.429,66 1.558,37 1.687,29 1.721,69
Total Konsumsi Akhir (ADHB)
(Miliar Rp) 12.110,88 14.112,34 15.366,88 16.305,23 17.681,63
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya
alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan
output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini
digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”.
id
o.
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara
.g
penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit
ps
nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit. Formula :
b
b.
ka
K I It
ICOR
n
si
Y Y Yt Yt 1
ua
ny
Yt = Output tahun ke t
://
tp
Perubahan
(miliar rupiah) 797,72 851,20 751,63 855,41 954,46
id
o.
.g
b ps
b.
ka
n
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
id
perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis didasarkan
o.
pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga dilengkapi
.g
ps
dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan pegawai negeri),
b
sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.
b.
ka
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2012 s.d 2016, sehingga mudah di
n
dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antara waktu. Masing-
si
ua
masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio,
ny
unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data.
ba
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat
://
dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti
tp
ht
pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan
antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun
tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB
menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi
(SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana (NAD).
5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar daerah (external account) secara agregat disajikan
di sini, seperti ekspor dan impor. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh
ketergantungan ekonomi Kabupaten Banyuasin terhadap ekonomi luar daerah.
id
o.
.g
b ps
b.
ka
n
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
id
household maintenance
o.
d. Kesehatan & Pendidikan/ Health and
.g
education
702,76 834,70 849,22 942,57 1.012,93
ps
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi,
dan Budaya/ Transport, 998,15
b
1.080,05 1.225,54 1.344,90 1.461,71
b.
f. Hotel & Restoran/ Hotels, and
ka
restaurants
396,28 475,00 493,33 535,40 562,82
n
si
3. Konsumsi Pemerintah/Government
Consumption 1.242,75 1.429,66 1.558,37 1.687,29 1.721,69
://
a. Bangunan/ Building
4.234,73 4.848,48 5.083,43 4.904,25 5.501,33
b. Non-Bangunan/ Non-Building
1.124,36 1.098,91 1.228,65 1.282,54 1.458,93
6. Ekspor/Export
4.898,29 5.473,42 5.373,99 5.547,04 6.011,46
7. Impor/Import
7.300,39 7.996,76 7.999,18 7.847,88 8.220,89
PDRB / GRDP
15.636,17 17.524,59 19.133,85 20.794,41 22.860,73
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
id
o.
d. Kesehatan & Pendidikan/ Health and
.g
education
595,69 644,52 669,52 707,12 737,32
ps
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi,
b
dan Budaya/ Transport, 896,58 b. 935,84 1.016,38 1.052,41 1.107,53
f. Hotel & Restoran/ Hotels, and
ka
restaurants
328,25 346,44 363,70 384,45 396,10
n
a. Bangunan/ Building
3.458,20 3.680,52 3.695,82 3.750,54 4.062,21
b. Non-Bangunan/ Non-Building
1.096,74 1.140,01 1.175,13 1.167,39 1.242,45
6. Ekspor/Export
4.724,89 5.613,98 5.967,92 5.691,93 5.870,57
7. Impor/Import
6.494,27 6.784,20 7.027,60 6.672,20 6.666,54
PDRB / GRDP
13.777,76 14.628,96 15.380,59 16.236,00 17.190,46
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
(Persen/Percent)
Komponen Pengeluaran/Expenditure item 2012 2013 2014r 2015* 2016**
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah Tangga/Household
Consumption 68,35 71,17 70,86 68,98 68,50
a. Makanan, Minuman, dan Rokok/ Food,
beverages, and tobacco
42,42 45,15 45,11 42,83 43,17
b. Pakaian dan Alas Kaki/ Clothing and
footwear
2,30 2,29 2,32 2,25 2,19
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga/
Housing, household equipment and routine
household maintenance 7,72 7,70 7,87 8,06 7,68
id
o.
d. Kesehatan & Pendidikan/ Health and
.g
education
4,49 4,76 4,44 4,53 4,43
ps
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi,
b
dan Budaya/ Transport, 6,38 b. 6,16 6,41 6,47 6,39
f. Hotel & Restoran/ Hotels, and
ka
restaurants
2,53 2,71 2,58 2,57 2,46
n
a. Bangunan/ Building
27,08 27,67 26,57 23,58 24,06
b. Non-Bangunan/ Non-Building
7,19 6,27 6,42 6,17 6,38
6. Ekspor/Export
31,33 31,23 28,09 26,68 26,30
7. Impor/Import
46,69 45,63 41,81 37,74 35,96
PDRB / GRDP
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
(Persen/Percent)
Komponen Pengeluaran/Expenditure item 2012 2013 2014r 2015* 2016**
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah Tangga/Household
Consumption 7,40 6,32 3,59 3,63 4,56
a. Makanan, Minuman, dan Rokok/ Food,
beverages, and tobacco
8,33 7,46 2,23 2,57 5,16
b. Pakaian dan Alas Kaki/ Clothing and
footwear
6,42 4,49 11,23 3,18 3,74
b. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga/
Housing, household equipment and routine
household maintenance 6,19 2,88 4,71 6,09 2,65
id
o.
c. Kesehatan & Pendidikan/ Health and
.g
education
5,69 8,20 3,88 5,62 4,27
ps
d. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi,
b
dan Budaya/ Transport, 4,96 b. 4,38 8,61 3,54 5,24
e. Hotel & Restoran/ Hotels, and
ka
restaurants
7,77 5,54 4,98 5,71 3,03
n
a. Bangunan/ Building
5,80 6,43 0,42 1,48 8,31
b. Non-Bangunan/ Non-Building
7,74 3,95 3,08 (0,66) 6,43
6. Ekspor/Export
9,77 18,82 6,30 (4,62) 3,14
7. Impor/Import
21,62 4,46 3,59 (5,06) (0,08)
PDRB / GRDP
6,15 6,18 5,14 5,56 5,88
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
(Persen/Percent)
Komponen Pengeluaran/Expenditure item 2012 2013 2014r 2015* 2016**
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah Tangga/Household
Consumption 117,15 128,60 134,95 137,76 143,86
a. Makanan, Minuman, dan Rokok/ Food,
beverages, and tobacco
118,57 131,65 140,48 141,31 148,94
b. Pakaian dan Alas Kaki/ Clothing and
footwear
116,87 124,60 123,89 126,84 130,80
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga/
Housing, household equipment and routine
household maintenance 113,89 123,73 131,77 138,32 141,19
id
o.
d. Kesehatan & Pendidikan/ Health and
.g
education
117,97 129,51 126,84 133,30 137,38
ps
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi,
b
dan Budaya/ Transport, 111,33 115,41
b. 120,58 127,79 131,98
f. Hotel & Restoran/ Hotels, and
ka
restaurants
120,72 137,11 135,64 139,26 142,09
n
a. Bangunan/ Building
122,45 131,73 137,55 130,76 135,43
b. Non-Bangunan/ Non-Building
102,52 96,39 104,55 109,86 117,42
6. Ekspor/Export
103,67 97,50 90,05 97,45 102,40
7. Impor/Import
112,41 117,87 113,83 117,62 123,32
PDRB / GRDP
113,49 119,79 124,40 128,08 132,99
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
(Persen/Percent)
Komponen Pengeluaran/Expenditure item 2012 2013 2014r 2015* 2016**
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah Tangga/Household
Consumption 8,89 9,77 4,94 2,09 4,42
a. Makanan, Minuman, dan Rokok/ Food,
beverages, and tobacco
11,55 11,03 6,71 0,59 5,40
b. Pakaian dan Alas Kaki/ Clothing and
footwear
1,05 6,61 (0,57) 2,38 3,12
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga/
Housing, household equipment and routine
household maintenance 4,86 8,65 6,50 4,97 2,08
id
o.
d. Kesehatan & Pendidikan/ Health and
.g
education
7,80 9,78 (2,06) 5,09 3,06
ps
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi,
b
dan Budaya/ Transport, 2,39 b. 3,67 4,48 5,98 3,28
f. Hotel & Restoran/ Hotels, and
ka
restaurants
9,11 13,57 (1,07) 2,67 2,03
n
a. Bangunan/ Building
5,48 7,58 4,41 (4,93) 3,57
b. Non-Bangunan/ Non-Building
2,38 (5,97) 8,46 5,08 6,88
6. Ekspor/Export
(1,31) (5,96) (7,64) 8,23 5,07
7. Impor/Import
6,91 4,86 (3,43) 3,33 4,84
PDRB / GRDP
3,72 5,56 3,85 2,95 3,83
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
id
o.
.g
ps
b
b.
ka
n
si
ua
ny
ba
://
tp
ht
6. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29, Washington
id
DC, 1979.
o.
.g
ps
7. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in
b
b.
Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta
ka
1988.
n
si
ua
8. , Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New
ny
York, 1973.
ba
://
9. , Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series F No. 39,
tp
ht
10. Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan Pusat
11. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD