PENDAHULUAN
Ada sekian banyak hal yang tidak mungkin diketahui manusia dalam
kehidupan ini, misalnya kapan terjadinya hari kiamat, atau kapan datangnya
kematian. Dari sini terlihat bahwa gaib itu bertingkat-tingkat, ada yang nisbi,
dalam arti ia gaib bagi seseorang tapi bagi lainnya tidak, atau pada waktu
tertentu gaib tetapi pada waktu yang lain tidak lagi. Misalnya dahulu orang
mengetahuinya tetapi kini setelah berlalu sekian waktu tidak lagi diketahui,
atau sebaliknya dahulu orang tidak mengetahuinya tetapi kini telah diketahui,
sehingga tidak gaib lagi. Ada juga gaib mutlak yang tidak dapat diketahui
selama manusia berada di atas pentas bumi ini, atau tidak akan mampu
mengungkap kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia,
karena masanya yang telah demikian lama, dan juga mengungkap peristiwa
masa datang atau masa kini yang belum diketahui manusia.2 Hal semacam ini
masalah kisah di dalamnya. Dalam al-Qur’an tersebut 26 kali kata qas}as} dan
seakar dengannya, tersebar dalam 12 surat dan 21 ayat. Lebih dari itu, dalam
1
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah,
dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 2007), 193-194.
2
Ibid.
1
2
al-Qur’an ada surat khusus yang dinamakan surat al-Qas}as}, yakni surat ke-28
terlihat pula pada amat banyaknya jumlah ayat al-Qas}as}, jika diperhatikan
Kisah yang ada pada al-Qur’an, pastilah kisah benar dan baik yang
pengungkapan kisah itu sendiri seperti ditegaskan al-Qur’an antara lain ialah
umumnya, yang disampaikan secara terperinci dan serial, yang antara satu
3
Muhammad Amin Suna, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 107-
108.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-Keistimewaan al-Qur’an, terj. Nur
Faizin (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 46.
3
Qur’an, jelas selaras dengan karakter manusia yang ada pada umumnya
menyukai sejarah, berita bahkan tidak jarang berita gosip yang buruk
akibat) dapat menarik perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa itu
rasa ingin tahu merupakan faktor terpenting yang dapat menanamkan kesan
peristiwa tersebut ke dalam hati. Dan nasihat dengar tutur kata yang
isinya pun tidak akan bisa dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu dituangkan
maka akan terwujudlah dengan jelas tujuannya. Orang pun akan merasa
rasa ingin tahu, dan pada gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasihat dan
menjadi seni yang khas di antara seni-seni bahasa dan kesusastraan. Dan
“kisah yang benar” telah membuktikan kondisi ini dalam uslub arabi secara
jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah-
kisah al-Qur’an.8
7
Suna, Ulumul Qur’an., 109.
8
Manna>’ Khali>l Al-Qat}t}a>n, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, terj. Mudzakir (Jakarta: PT. Pustaka
Lentera AntarNusa, 2010), 435.
4
maupun mereka yang masih awan sekalipun. Bagi seorang sastrawan, tentu
hendak disampaikan.10
sebuah mata air yang tidak akan kering, tentang pelajaran, petunjuk, dan
tentang jihad dan perlawanan, tentang logika dan retorika, tentang kesabaran
pelajaran yang dipetik dari peristiwa masa lalu. Manfaat yang bisa diambil
meninggalkan selainnya.12
9
Muhammad A. Khalafullah, Al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah: Seni, Sastra dan Moralitas
dalam Kisah-Kisah al-Qur’an, terj. Zuhairi Misrawi dan Anis Maftukhin (Jakarta: Paramadina,
2002), 15.
10
A. Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan pada Kisah-Kisah al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Alhusna,
1984), 20-21.
11
Shalah al-Khalidy, Kisah-Kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu, terj.
Setiawan Budi Utomo (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), I., 33.
12
al-Maliki, Keistimewaan., 47.
5
berkualitas tinggi serta sarat dengan pesan moral. Pada beberapa bagian al-
hidup dengan tenang dan bahagia serta anugerah yang diberikan Allah kepada
mereka di dunia. Di lain sisi, ada pula kisah tentang seorang atau sekelompok
orang durhaka dan kufur akan nikmat yang Allah berikan kepadanya serta
perbuatan yang tercela dalam menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan al-
oleh umat yang lalu agar tidak terjadi lagi di masa kini.14
mereka, dan antar bangsa (seperti kaum Yahudi dan penduduk Mesir).15
13
Muh}ammad Ah}mad Ja>dul Mawla>, et. al., Buku Induk Kisah-Kisah al-Qur’an, terj.
Abdurahman Assegaf (Jakarta: Zaman, 2009), 9-10.
14
Nashiruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 239.
15
Ahmad as-Shouwy, et. al, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah tentang Iptek (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), 87.
6
tidak diceritakan secara kronologis dan juga tidak dijelaskan secara rinci,
dimana dan kapan peristiwa itu terjadi. Hal ini dimaksudkan sebagai
baik dan buruknya dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, kisah-kisah al-
yang ada di dalamnya. Maka bagi orang mukmin, tidak ada kata lain kecuali
dari kisah-kisah yang disajikan belum dapat dibutikan secara ilmiah. Namun
kisah yang belum dapat dibuktikan, bukan berarti kisah tersebut harus di tolak
secara serta merta. Karena apa yang belum terbukti kebenarannya, juga belum
terbukti kekeliruannya.17
seseorang yang sangat kaya raya dan hidup di zaman nabi Musa as namun ia
16
Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2013), 129-130.
17
Shihab, Mukjizat al-Qur’an., 195.
18
al-Khalidy, Kisah-Kisah., 33.
7
menindas kaum muslimin antara lain disebabkan oleh kekayaan yang mereka
Maka dari itu, penulis berkeinginan untuk mengkaji kisah Qarun dan
kehidupan sosial. Dalam hal ini, menurut hemat penulis, dari berbagai kisah
yang dipaparkan dalam al-Qur’an, kisah Qarun lah yang paling dominan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
19
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misba>h: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), X, 403.
8
histori untuk mengungkap kisah Qarun dalam al-Qur’an. Dan kedua, tujuan
praktis yaitu:
dalam al-Qur’an.
2. Mengungkap isi kandungan serta pesan moral yang tersirat dari kisah
D. Kegunaan Penelitian
studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Kediri
9
E. Telaah Pustaka
sendiri. Dari berbagai literatur yang penulis baca dan teliti, belum ada yang
membahas kisah Qarun secara spesifik kecuali dijadikan cerita anak sebagai
Salah satu buku yang membahas kisah Qarun adalah Qis}as}u al-
Anbiya>.` 20 Buku ini mengulas secara lengkap semua kisah yang tertuang di
dalam al-Qur’an, dari nabi Adam hingga nabi Muhammad saw. Dalam buku
kisah Qarun adalah Muhammad Ahmad Ja>dul Mawla> dkk. dengan karyanya
Untaian Kisah dalam al-Qur’an23 yang ditulis oleh Ali Muhammad al-
termasuk kisah Qarun. Kelebihan dari karya ini tidak hanya terletak pada
bahasa dalam bingkai sastra yang menyentuh hati dan pikiran sehingga
Kisah dalam al-Qur’an24 karya Dr. Abdul Karim Zaidan yang terdiri dari 2
jilid. Jilid pertama menampilkan kisah nabi dan rasul terdahulu beserta
dengan kaumnya sejak nabi Adam as hingga nabi Isa as, termasuk di
dalamnya beberapa kisah individu atau kelompok yang diabadikan oleh al-
22
Muhammad A. Khalafullah, al-Qur’an bukan Kitab Sejarah: Seni, Sastra dan Moralitas
dalam Kisah-Kisah al-Qur’an, terj. Zuhairi Misrawi dan Anis Maftukhin (Jakarta: Paramadina,
2002).
23
Ali Muhammad Al-Bajawi, Untaian Kisah dalam al-Qur’an (Jakarta: Darul Haq, 2007).
24
Abdul Karim Zaidan, Hikmah Kisah-Kisah Dalam al-Qur’an (Jakarta: Darus Sunnah,
2010).
11
Muhammad saw mulai dari turunnya wahyu pertama kali sampai beliau
A. Buku ini merupakan buku penunjang yang bisa melengkapi kisah Qarun
dalam al-Qur’an. Hal itu dikarenakan buku ini berisi tentang penjelasan
ilmiah mengenai fenomena yang tampak tak masuk akal. Diperkaya dengan
Qur’an, salah satu tema penting dalam buku ini adalah keberadaan Danau
Qarun. Selain itu ada juga buku berjudul Kisah Teladan dalam al-Qur’an26
karya Hamid Ahmad Ath-Thahir. Buku ini sedikit berbeda dengan buku-buku
sebelumnya, hal itu dikarenakan buku ini hanya menyajikan 14 kisah dalam
al-Qur’an saja. Buku ini lebih banyak mengulas kisah-kisah perorangan selain
nabi atau rasul, seperti Qarun, Dzul Qarnain dan beberapa tokoh yang lain.
Hanya dua nabi yang dimasukkan dalam buku ini yaitu nabi Musa as dan nabi
dalamnya.
ini penulis belum menemukan topik pembahasan yang sama mengenai kisah
Qarun. Namun ada satu skripsi yang membahas tentang kisah dengan judul
25
Adrie Mesapati et. al. 50 Misteri Dunia Menurut al-Qur’an (Bandung: Mizania, 2014).
26
Hamid Ahmad Ath-Thahir, Kisah Teladan dalam al-Qur’an (Jakarta: Aqwam, 2014).
12
kisah dalam al-Qur’an, bukan pada salah satu tema kisah itu sendiri.
F. Kerangka Teoritik
Agar penelitian lebih terarah dan tidak melebar, maka peneliti akan
Kisah berasal dari kata al-qas}s}u yang memiliki arti mencari atau
keadaan.
umat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-
27
Al-Qat}t}a>n, Studi-Studi Ilmu.., 436.
13
nabi Musa as. Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai silsilah dan
berbagai perspektif ulama tafsir. Hal ini tentu perlu dilakukan oleh
penulis agar mampu memahami setiap detail kisah secara runtut dan
28
Ali Audah, Nama dan Kata dalam al-Qur’an: Pembahasan dan Perbandingan (Bogor: PT.
Pustaka Litera AntarNusa, 2011), 611.
14
sosial.29
۞
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang
Kami anugerahkan kepada mereka (3). Dan mereka yang
beriman kepada kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu,
serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (4). Mereka
Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung (5).
masyarakat yang peduli dan berbagi yang satu terhadap yang lain atas
29
Sudarto, Wacana Islam Progresif (Yogyakarta: IRCiSod, 2014), 71-72.
30
Asep Usman Ismail, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial (Tangerang: Lentera Hati, 2012),
3-4.
15
harus selalu bertanya bukan hanya terhadap eksistensi data-data itu sendiri,
melainkan lebih mendalam dan relevan yang menyangkut aspek positif dan
data yang telah diperoleh. Dengan begitu hasil penilitian akan dibawa kepada
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
31
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002), 8.
32
Dadan Rusmana, Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir (Bandung: CV Pustaka Setia,
2015), 21.
16
belakang sosial historis dimana teks pertama kali diturunkan, dari praksis
sumber data primer dalam penelitian ini adalah Al-Qur’a>n al-Kari>m yang
Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Azhar, Tafsir Fathul Qadir karya Asy-
Misbah. Disamping itu, juga beberapa literatur lain yang secara spesifik
Kisah al-Qur’an karya Abdul Karim Zaidan, Buku Induk Kisah al-Qur’an
karya Muh}ammad Ah}mad Ja>dul Mawla>, Kisah Para Nabi karya Ibnu
33
Toto Syatori Nasehudin dan Nanang Gozali, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2012), 55.
34
Rosihun Anwar, Samudra Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 274.
35
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir: Dari Hermneutik hingga Ideologi (Jakarta: Teraju,
2003), 249.
17
data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang dapat memenuhi
dalamnya.
Qur’an dengan cara mengambil tema tertentu dari berbagai isi kandungan
al-Qur’an.37
36
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2014), 62.
37
Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: PT. Bintang
Pustaka Abadi, 2011), 90.
18
dibahas.
diturunkan.
kontemporer.
fakta-fakta (jika ada). Dalam hal ini penulis akan menghindarkan diri
38
Ibid., 91.
19
H. Sistematika Pembahasan
BAB II, berisi tentang tinjauan umum konsep kisah dalam al-Qur’an,
BAB III, berisi tentang kisah Qarum dari berbagai macam perspektif.
Seputar ayat serta perangkat penafsiran tentang Qarun, disamping itu bab ini
juga akan memuat berbagai pandangan dan pendapat tentang kisah Qarun dari
BAB IV, berisi tentang analisis dalam bentuk pesan moral dari kisah
sosial.